Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Radioterapi
Radioterapi adalah suatu metode pengobatan dengan memberikan dosis yang
terukur terhadap penyakit kanker atau tumor (Suhartono, 1990). Salah satu teknik
radioterapi adalah teleterapi. Teleterapi adalah suatu metode pengobatan sel kanker
atau tumor dengan penyinaran sumber radioaktif maupun radiasi pengion lainnya.
Radioterapi dilakukan untuk memperoleh tingkat sitotoksik radiasi terhadap
planning target volume pasien, dengan seminimal mungkin paparan radiasi
terhadap jaringan sehat dan di sekitarnya (Sidabutar & Setiawati, 2014).
Teleterapi dapat dilakukan dengan menggunakan sumber radiasi yang terletak
dengan jarak tertentu dari permukaan tubuh manusia. Sumber radiasi yang
digunakan untuk teleterapi salah satunya adalah sinar gamma seperti yang tersedia
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Perencanaan yang baik dan tepat sangat diperlukan sebelum dilakukan terapi
radiasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain menetapkan letak dan luas
kanker, teknik penyinaran dan distribusi dosis, dan toleransi jaringan. Teknik
penyinaran memiliki peran yang penting dan berkaitan dengan ditribusi dosis pada
kanker. Oleh karena itu dosis akan merata dan lebih tinggi dari pada dosis jaringan
sekitarnya apabila teknik penyinaran yang dilakukan tepat (Gabriel, 1996).

2.2. Radioaktif
Radioaktif merupakan suatu unsur yang mampu memancarkan radiasi secara
spontan. Beberapa hal terkait dengan radioaktif antara lain waktu paro, aktivitas,
dan tetapan peluruhan (Suyatno, 2010).

2.2.1. Aktivitas Bahan Radioaktif


Laju peluruhan unsur radioaktif merupakan banyaknya inti (N) yang meluruh
per satuan waktu. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut,
6

(2.1)

Semakin banyak inti (N) yang meluruh per satuan waktu maka semakin besar
aktivitasnya (A). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut,
=

(2.2)

Dengan merupakan tetapan peluruhan yang menyatakan besarnya peluang


meluruhnya unsur tiap waktu atau juga disebut dengan konstanta kesebandingan.
Sedangkan N merupakan jumlah inti.
Secara eksponensial persamaan peluruhan radioaktif dapat dituliskan sebagai
berikut,
=

(2.3)

Persamaan 2.3 menyatakan bahwa sejumlah unsur radioaktif meluruh


terhadap waktu. Semakin lama unsur radioaktif meluruh maka banyaknya inti (N)
akan semakin sedikit. Persamaan terebut dapat diubah ke bentuk lain yaitu,
=

(2.4)
(Beiser, 1995)

2.2.2. Radioaktif 60Co


Cobalt-60 atau yang dapat disimbolkan dengan 60Co merupakan suatu isotop
radioaktif dari unsur Cobalt yang sering dimanfaatkan di dalam bidang medis.
Cobalt dihasilkan akibat adanya penangkapan neutron oleh unsur

59

Co. Adapun

skema reaksi inti dalam pembentukan radioisotop 60Co sebagai berikut,


59
27Co

+ 10n 60
27Co

60

27Co

Unsur

60
28Ni

60
*
27Co

(2.5)

+ 10 + 1 + 2 +

(2.6)

dapat meluruh dengan memancakan dua macam beta negatif

yaitu berenergi 0,31 MeV dan 1,48 MeV. Jika unsur

60
*
27Co

memancarkan beta negatif berenergi 1,48 MeV, maka unsur


stabil

60
27Ni

meluruh dengan

60
*
27Co

menjadi isotop

disertai dengan pemancaran sinar gamma berenergi 1,1732 MeV.

Kebolehjadian unsur

60
*
27Co

meluruh dengan memancarkan beta negatif berenergi

1,48 MeV hanya 0,12%. Kebolehjadian terbesar peluruhan unsur

60
*
27Co

yaitu

99,88% dengan memancarkan beta negatif berenergi 0,31 MeV. Unsur

60
*
27Co

meluruh dengan memancarkan beta negatif berenergi 0,31 MeV menjadi isotop
stabil 60
27Ni disertai dengan pemancaran dua sinar gamma berenergi 1,1732 MeV dan
1,3325 MeV (Saphiro, 1981).
Partikel beta memiliki daya tembus yang terbatas sehingga tidak mampu
menembus wadah sumber dan kapsul stainless stell. Sehingga radiasi yang keluar
dari sumber radiasi relatif terdiri dari foton (Sidabutar & Setiawati, 2014). Diagram
tingkat energi 60Co dapat dilihat pada Gambar 2.1.

60
*
27Co

60
*
27Co =

0,31 MeV ( 99,88%)

5,272 th

2,5057 MeV

1 1,1732 MeV
1,48 MeV 0,12%
1,3225 MeV

2 1,3325 MeV
0 MeV
60
28Ni

Gambar 2.1. Diagram Tingkat Energi 60Co (Khan, 2003)

Unsur

60

Co dalam penggunaannya pada radioterapi memberikan dosis

minimal pada permukaan tubuh dan dosis maksimum pada kedalaman di bawah
permukaan tubuh (Warjono & Triyani, 2011). Unsur

60

Co memberikan dosis

maksimum pada kedalaman 0,5 cm di bawah permukaan tubuh (Memon et al.,


2015).
Waktu paruh

60

Co adalah 5,3 tahun, dengan waktu paruh tersebut berarti

setelah 5,3 tahun aktifitas


penggunaannya, unsur

60

60

Co menjadi setengahnya. Oleh karena itu dalam

Co juga perlu pemeriksaan untuk mengetahui

peluruhannya sehingga dapat diketahui kapan sumber harus diganti (Warjono &
Triyani, 2011). Gambar 2.2 menunjukkan grafik peluruhan unsur 60Co,

Gambar 2.2. Grafik Peluruhan 60Co (Hay & Hughes, 1983)


2.3. Pesawat Teleterapi 60Co di RSUD Dr. Moewardi
Pesawat teleterapi

60

Co merupakan suatu alat yang digunakan untuk terapi

radiasi pada penyakit kanker atau tumor menggunakan radiosotop

60

Co sebagai

pemancar gamma (Wasito dkk., 1990).


Badan pesawat teleterapi

60

Co terbuat dari kontainer baja dengan selubung

timbal. Pada bagian tengah pesawat terdapat sumber radiasi 60Co dan source device
yang mengatur posisi sumber yang digunakan untuk terapi. Ketika tahap penyinaran
dilakukan, kolimator di dalam pesawat akan membuka sesuai dengan ukuran luas
lapangan radiasi. Source device digerakkan hingga sumber mengarah dan mendekat
ke bukaan kolimator. Gambar 2.3 menunjukkan pesawat teleterapi 60Co di RSUD
Dr. Moewardi dengan aktivitas sumber 60Co sebesar 7300 Ci pada tanggal 25 April
2012,

10

Badan pesawat
Gantry
Phantom
air
Sumber
radiasi

Gambar 2.3. Pesawat Teleterapi 60Co RSUD Dr. Moewardi (Hendratno, 2011)

Luas lapangan radiasi dapat ditentukan dengan mengatur bukaan kolimator,


yang mana kolimator berfungsi untuk menuntun berkas radiasi pesawat teleterapi
60

Co. Kolimator adalah sistem pembatas ukuran berkas radiasi yang berfungsi

mengatur luas lapangan radiasi sesuai yang dikehendaki (Fajarwati, 2003). Luas
lapangan radiasi terdiri dari beberapa ukuran yakni 4 cm 4 cm, 5 cm 5 cm, 6
cm 6 cm, 7 cm 7 cm, 8 cm 8 cm, 9 cm 9 cm, 10 cm 10 cm, 12 cm 12
cm, 15 cm 15 cm, 18 cm 18 cm dan 20 cm20 cm.

2.4. Phantom
Penentuan dosis serap untuk pengobatan kanker dilakukan dengan
menggunakan phantom plastik atau phantom padat berukuran 30 cm 30 cm
30 cm. Namun pengukuran dosis serap harus selalu direferensikan terhadap air.
Phantom plastik berbentuk lembaran-lembaran seperti polistiren, akrilik dan solid
water (Sugiyantri, 2007).

2.5. Alat Ukur Radiasi


Pengukuran keluaran sumber radiasi ataupun untuk penentuan dosis serap
diperlukan suatu alat ukur radiasi yang memiliki kuliatas dan ketelitian yang baik,
karena berkaitan dengan jaminan keamanan untuk pasien. Hasil pengukuran

11

keluaran sumber radiasi dapat dipercaya jika alat ukur radiasi yang digunakan telah
dikalibrasi. Alat ukur radiasi untuk menentukan keluaran sumber radiasi pada
tingkat radioterapi ada dua yaitu detektor dan elektrometer yang digunakan untuk
mencacah radiasi (Suhartono, 1990).

2.5.1. Ionization Chambers atau Bilik Ionisasi


Bilik ionisasi merupakan salah satu alat yang digunakan untuk penentuan
dosis serap pesawat teleterapi

60

Co. Bilik inonisasi dapat berbentuk silinder atau

plan parallel. Pada instalasi radioterapi guna kalibrasi radiasi sinar gamma dari
sumber

60

Co digunakan bilik ionisasi berbentuk silinder. Volume bilik berkisar

antara 0,1 sampai 1 cm3 dengan diameter sekitar 7 mm dan panjang internal tidak
lebih dari 25 mm. Hal tersebut dimaksudkan agar kemampuan sensitifitasnya cukup
dan kemampuan mengukur dosis pada suatu titik (IAEA, 2000).

Tabel 2.1 Karakteristik Bilik Ionisasi Silinder Dalam Radioterapi (Bouchard et al., 2009)
Model
Exradin A12

Exradin A14

Volume sensitif

0,65 cm3

0,016 cm3

Panjang

2,43 cm

4,6 mm

Jari-jari dalam

0,31 cm

2,0 mm

Titik pusat

1,29 cm dari ujung

2 mm dari ujung

C-552 Shonka air-

Inti Cu dengan lapisan

Material elektroda

Material dinding
a

equivalent plastic

Ag

C-552 Shonka air-

C-552 Shonka air-

equivalent plastica

equivalent plastica

Densitas 1,76 g/cm3

Ketika bilik ionisasi disinari dengan radiasi gamma maka akan terjadi proses
ionisasi. Bilik ionisasi yang digunakan dalam bentuk silinder yang di dalamnya
terdapat elektroda dan berisi gas, elektroda positif (anoda) berada di bagian tengah

12

yang dihubungkan dengan kutub listrik positif dan elektroda negatif (katoda) berada
di bagian dinding silinder yang dihubungkan dengan kutub listrik negatif.
Ketika radiasi gamma mengenai detektor bilik ionisasi, maka radiasi tersebut
akan berinteraksi dengan gas yang ada di dalam detektor. Hasil interaksi tersebut
menghasilkan elektron dan ion positif. Proses dihasilkannya elektron dan ion positif
ini dikenal sebagai ion primer. Oleh karena ada beda potensial antara katoda dan
anoda maka akan timbul medan listrik. Medan listrik inilah yang akan memisahkan
elektron dan ion positif. Elektron memiliki kecepatan lebih besar daripada ion
positif sehingga elektron lebih cepat sampai menuju kesisi anoda daripada ion
positif yang menuju ke katoda. Elektron tersebut kemudian diubah menjadi pulsa
listrik atau arus listrik.
Jika medan litrik yang dihasilkan lebih tinggi, maka ion primer akan mampu
mengadakan ionisasi lain. Begitu seterusnya, jika medan listrik diantara kedua
elektroda semakin tinggi maka jumlah ion yang dihasilkan oleh interaksi gas
dengan radiasi gamma akan sangat bnayak dan disebut dengan proses avalanche
(Pusdiklat Batan, 2013).

2.5.2. Elektrometer
Elektrometer merupakan suatu alat dengan kesensitifan yang tinggi dan
impedansi input (>1014) yang digunakan untuk mengukur muatan atau arus sangat
kecil yang terinduksi dalam sebuah ionisasi.
Tampilan elektrometer berupa data digital dengan resolusi 4 digit (0,1%) dan
perubahan respon kestabilan tidak boleh lebih dari 0,5%. Elektrometer dan bilik
ionisasi harus dikalibrasi sebagai suatu unit karena elektrometer merupakan bagian
integral dari sistem dosimetri (IAEA, 2000).
Prinsip kerja elektrometer yaitu ketika terjadi interaksi foton dengan detektor
maka akan dihasilkan sinyal pulsa yang tinggi sesuai dengan energi foton yang
mengenai detektor. Pulsa listrik atau arus listrik yang dihasilkan oleh detektor bilik
ionisasi kemudian diterima oleh elektrometer. Elektrometer ini berfungsi untuk
mengukur muatan atau arus dari detektor bilik ionisasi yang kemudian

13

dikonversikan kesuatu nilai yang mudah dibaca. Keluaran dari elektrometer ini
berupa muatan dalam satuan nC.
Sinyal pulsa tersebut akan diperkuat atau dipertinggi. Pulsa yang sudah
diperkuat kemudian diteruskan ke suatu alat untuk dipilih pulsa menurut tingginya
dan dilanjutkan pada alat pencacah yang akan menghitung semua pulsa yang
dikeluarkan sesuai jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya.

2.6. Dosis Serap


Dosis serap merupakan energi rata-rata yang diserap oleh bahan per satuan
massa bahan tersebut. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut,
=

(2.7)

Dengan merupakan besarnya energi yang diserap oleh bahan dan


merupakan massa bahan tersebut. Satuan dosis serap dalam SI adalah joule/kg atau
Gray (Gy) yang artinya energi rata-rata sebesar 1 joule yang diserap bahan dengan
massa 1 kg (Pusdiklat-Batan, 2013). Besarnya dosis serap yang diterima oleh suatu
jaringan tubuh persatuan waktu atau lamanya waktu penyinaran dikenal sebagai
laju dosis serap ( ) (Pusdiklat Batan, 2013). Persamaan laju dosis serap dapat
dituliskan sebagai berikut,
=

(2.8)

Dengan merupakan laju dosis serap (Gy/menit), merupakan dosis serap


(Gy) dan merupakan waktu penyinaran (menit).

2.7. Distribusi Dosis


Perhitungan dosis yang diberikan kepada pasien bergantung pada beberapa
parameter. Hal ini dikarenakan jika pemberian dosis sama, maka dosis yang diserap
oleh setiap pasien akan berbeda. Perbedaan ini bergantung pada parameterparameter seperti energi yang digunakan untuk penyinaran sel kanker, jarak dari
sumber radiasi ke permukaan medium (SSD), luas lapangan radiasi dan kedalaman
kanker yang disinari.

14

Persentase dosis kedalaman (PDD) merupakan banyaknya jumlah radiasi


yang diserap oleh suatu materi atau jaringan tubuh pada suatu kedalaman tertentu
yang dapat dituliskan dalam persamaan matematis berikut,
=

100%

(2.9)

Dengan merupakan dosis serap pada kedalaman tertentu dan


merupakan dosis serap pada kedalaman maksimum sepanjang sumbu penyinaran
(Khan, 2003).
2.8. Penentuan Dosis Serap pada Pesawat Teleterapi 60Co Sesuai TRS 398
Penentuan dosis serap radiasi gamma di air pada pesawat teleterapi 60Co dapat
dilakukan dengan menggunakan acuan kedalaman ( ) yaitu 5 cm dan luas
lapangan radiasi pada permukaan phantom yaitu 10 cm 10 cm serta jarak sumber
radiasi ke permukaan phantom konstan pada 80 cm. Secara matematis dosis serap
radiasi gamma di air dapat ditulis sebagai berikut,
= ,

(2.10)

Dengan merupakan dosis serap radiasi gamma di air pada kedalaman


acuan (Gy) dan merupakan bacaan dosimeter dikoreksi dengan efek polaritas,
rekombinasi ion dan koreksi tekanan udara dan temperatur (digit) sedangkan ,
merupakan faktor kalibasi dosis serap air untuk berkas 60Co (Gy/digit).
Pengukuran dosis serap radiasi gamma di air dengan TRS 398 lebih sederhana
jika dibandingkan dengan menggunakan TRS 277. Pengukuran dosis serap air
dengan TRS 277 dilakukan di titik efektif yang dapat dituliskan dalam persamaan
berikut,
( ) = (, )

(2.11)

Dengan ( ) merupakan dosis serap pada titik efektif pengukuran


(Gy), merupakan bacaan dosimeter yang telah dikoreksi oleh rekombinasi ion,
suhu dan tekanan udara ruangan (digit), merupakan faktor kalibrasi dosis serap
rongga udara detektor untuk berkas

60

Co (Gy/digit), (, ) merupakan nisbah

15

daya henti massa air terhadap udara untuk elektron dan merupakan faktor koreksi
perturbasi.
Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan IAEA TRS 398 akan lebih
meminimalisasi ketiakpastian hasil pengukuran. Dalam penggunaan dan ,
harus hati-hati karena perbedaan antara keduanya mendekati nilai (, ) yaitu
1,133, sehingga jika terjadi kesalahan dalam memahami kedua faktor tersebut akan
menyebabkan kesalahan pemberian dosis pada pasien sekitar 13% (Rajagukguk,
2003).

2.9. Interaksi Foton dengan Materi


Pada tahap penyinaran akan terjadi penyerapan energi oleh materi atau
jaringan tubuh yang disinari. Berdasarkan energi radiasi yang diserap dapat dibagi
menjadi tiga proses yaitu efek fotolistrik, hamburan Compton dan produksi
pasangan.

2.9.1. Efek fotolistrik


Pada saat penyinaran, energi radiasi akan diserap seluruhnya. Energi yang
diserap itu dipergunakan untuk mengeluarkan elektron dari ikatan inti. Peristiwa ini
dialami elektron-elektron pada kulit bagian dalam misalnya kulit K. Elektron yang
dikeluarkan atau terpancar keluar ini dinamakan foto electron dengan membawa
energi kinetik sebesar E.
E = hv

(2.12)

dengan merupakan energi ikatan elektron pada lintasannya.


Proses pengeluaran elektron ini terjadi pada penyinaran dengan energi foton
yang rendah kira-kira 50 KeV. Proses terjadinya efek fotolistrik ditunjukkan pada
Gambar 2.4.

16

Gambar 2.4. Skema Efek Foto Listrik (Desi dan Munir, 2001)

2.9.2. Efek Compton


Energi radiasi hanya sebagian saja yang diserap untuk mengeluarkan elektron
dari atom (foto elektron) sedangkan sisa energi akan terpancar sebagai scattered
radiation atau hamburan radiasi dengan energi yang lebih rendah daripada energi
semula. Efek Compton terjadi pada elektron-elektron bebas atau terikat secara
lemah pada lapisan kulit yang terluar pada penyinaran dengan energi radiasi yang
lebih tinggi yaitu berkisar antara 200-1000 KeV. Proses terjadinya hamburan
Compton dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Skema Hamburan Compton (Desi dan Munir, 2001)

2.9.3. Produksi Pasangan


Suatu proses pembentukan positron dan elektron melalui energi radiasi sinar
gamma yang melebihi 1,02 MeV yaitu energi massa positron + elektron. Proses ini
terjadi apabila radiasi dengan energi yang sangat tinggi mendekati atau memasuki
medan listrik atom atau inti. Energi radiasi ini akan berubah menjadi elektron dan

17

positron. Ini sesuai dengan teori Einstein yang menyatakan bahwa energi ekivalen
dengan massa dan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut,
E = m c2

(2.13)

dengan E energi dalam Joule, m merupakan massa elektron sebesar 9,11 10-31 kg
dan c merupakan kecepatan cahaya sebesar 3 108 m/detik. Proses terjadinya
produksi pasangan ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Skema Produksi Pasangan (Erie Widjaja, 1990)

2.10.

Interaksi Foton dengan Jaringan Tubuh

Interaksi radiasi pengion misalnya radiasi gamma dengan materi biologi atau
jaringan tubuh manusia diawali dengan proses ionisasi. Radiasi gamma mampu
melakukan proses ionisasi karena tiga interaksi dasar setelah partikel gamma
berinteraksi dengan suatu materi yang pertama efek fotolistrik, efek Compton dan
produksi pasangan. Ketiga interaksi dasar tersebut menyebabkan elektron lepas dari
ikatannya sehingga atom menjadi atom-atom bermuatan (proses ionisasi). Elektron
yang dihasilkan dari proses ionisasi akan berinteraksi secara langsung dan tidak
langsung. Berinteraksi secara langsung jika energi elektron langsung diserap oleh
DNA (Deoxyribonucleic acid), sedangkan berinteraksi secara tidak langsung yaitu
ketika terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang
efeknya kemudian mengenai DNA. DNA merupakan molekul organik yang berada
di dalam kromosom. Kromosom merupakan rangkaian ikatan yang sangat
kompleks antara DNA dengan protein.

18

Penyerapan energi radiasi oleh molekul air akan menghasilkan radikal bebas
(H+ dan OH-) yang sangat reaktif dan molekul hidrogen peroksida yang bersifat
toksik. Oleh karena tubuh manusia 80% terdiri atas air maka sebagian besar
interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung pada DNA. Interaksi
radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur molekul
gula atau basa, memutus ikatan hidrogen antar basa, hilangnya basa dan lain-lain.
Kerusakan yang parah dapat menyebabkan putusnya salah satu untai DNA (single
strand break) atau putusnya kedua untai DNA (double strand breaks).
Radiasi dapat menyebabkan perubahan, baik pada jumlah maupun struktur
kromosom yang disebut dengan aberasi kromosom. Aberasi kromosom dapat
terjadi jika dosis radiasi yang diterima sekitar 0,2 Gy. Kerusakan yang terjadi pada
DNA dan kromosom akan diperbaiki secara enzimatis. Jika tingkat kerusakan pada
sel tidak terlalu parah dan proses perbaikan berlangsung baik dan tepat maka sel
akan kembali normal. Jika proses perbaikan tidak tepat maka sel akan tetap hidup
namun mengalami perubahan sifat dan apabila tingkat kerusakan sel sangat parah
dan proses perbaikan tidak berlangsung baik maka sel akan mati (Pusdiklat-Batan,
2013).

2.11.

MCNP
MCNP atau Monte Carlo N-Particle merupakan kode simulasi computer

transport partikel dengan kemampuan tiga dimensi menggunakan metode statistik.


Metode Monte Carlo merupakan suatu metode penyelesaian dengan cara
mensimulasikan partikel-partikel secara individual serta mencatat beberapa aspek
(disebut tally atau cacah) dari perilaku partikel tersebut. Monte Carlo N-Particle
versi X atau yang dikenal dengan MCNPX merupakan MCNP yang diaplikasikan
untuk membuat simulasi interaksi partikel tidak bermuatan listrik yaitu neutron dan
foton (X-5 Monte Carlo Team, 2003).
Software MCNP dilengkapi dengan Visual Editor atau yang dikenal dengan
Vised. Vised digunakan untuk membuat file input pada MCNP dengan menu button
(Carter & Schwar, 2003). Hasil pemodelan dapat dilihat pada jendela Vised.

19

Vised terdiri dari beberapa menu yakni file, input, update plot, surface, cell,
data, run, particle display, tally plots, cros section plost, 3D view, read again, back
up, view dan help. Gambar 2.7 menunjukkan tampilan awal ketika membuka
MCNP Vised.

Gambar 2.7. Tampilan awal Vised

File inputan dari MCNP meliputi spesifikasi geometri, deskripsi material,


lokasi dan karakteristik dari sumber foton, neutron dan elektron serta tipe tally
(perhitungan) sesuai yang diinginkan . Tally didefinisikan dengan tipe tally dan tipe
partikel yang menyertainya. Informasi dalam tally berhubungan dengan kartu data
sebelumnya, termasuk jenis partikel yang digunakan.
Hasil tally dapat diperoleh dengan menggunakan tally Fn. Tally pada MCNP
terdiri dari tally nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8. Setiap tally memiliki tujuan kalkulasi
numerik yang berbeda-beda. Jenis tally dan modifikasinya ditunjukkan pada Tabel
2.2.

20

Tabel 2.2. Jenis tally Fn dan Modifikasi Tally (X-5 Monte Carlo Team, 2003)
Tally

Mode

Modifikasi

Deskripsi

Satuan

F1 :N, :P, :E

Arus permukaan

Partikel

*F1

MeV

F2 :N, :P, :E

Fluks permukaan

Partikel/cm2

*F2

MeV/cm2

Partikel/cm2

*F4

MeV/cm2

Partikel/cm2

*F5

MeV/cm2

MeV/g

*F6

Jerks/g

MeV/g

*F7

Jerks/g

*F8

MeV

+F8

Muatan

Partikel

F4 :N, :P, :E

F5

F6

:N, :P

:N, :P,
:N, P

Panjang lintasan yang


diperkirakan berdasarkan fluks
Fluks dari sumber titik atau
cincin detektor

tally

Satuan

Panjang lintasan yang


diperkirakan berdasarkan energi
deposisi
Panjang lintasan yang

F7

:N

diperkirakan berdasarkan
deposisi energi fisi

F8

:N, :P, :E
:P,E

Pulsa tally tinggi

Pulsa

Anda mungkin juga menyukai