M0212080 Bab2
M0212080 Bab2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Radioterapi
Radioterapi adalah suatu metode pengobatan dengan memberikan dosis yang
terukur terhadap penyakit kanker atau tumor (Suhartono, 1990). Salah satu teknik
radioterapi adalah teleterapi. Teleterapi adalah suatu metode pengobatan sel kanker
atau tumor dengan penyinaran sumber radioaktif maupun radiasi pengion lainnya.
Radioterapi dilakukan untuk memperoleh tingkat sitotoksik radiasi terhadap
planning target volume pasien, dengan seminimal mungkin paparan radiasi
terhadap jaringan sehat dan di sekitarnya (Sidabutar & Setiawati, 2014).
Teleterapi dapat dilakukan dengan menggunakan sumber radiasi yang terletak
dengan jarak tertentu dari permukaan tubuh manusia. Sumber radiasi yang
digunakan untuk teleterapi salah satunya adalah sinar gamma seperti yang tersedia
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Perencanaan yang baik dan tepat sangat diperlukan sebelum dilakukan terapi
radiasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain menetapkan letak dan luas
kanker, teknik penyinaran dan distribusi dosis, dan toleransi jaringan. Teknik
penyinaran memiliki peran yang penting dan berkaitan dengan ditribusi dosis pada
kanker. Oleh karena itu dosis akan merata dan lebih tinggi dari pada dosis jaringan
sekitarnya apabila teknik penyinaran yang dilakukan tepat (Gabriel, 1996).
2.2. Radioaktif
Radioaktif merupakan suatu unsur yang mampu memancarkan radiasi secara
spontan. Beberapa hal terkait dengan radioaktif antara lain waktu paro, aktivitas,
dan tetapan peluruhan (Suyatno, 2010).
(2.1)
Semakin banyak inti (N) yang meluruh per satuan waktu maka semakin besar
aktivitasnya (A). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut,
=
(2.2)
(2.3)
(2.4)
(Beiser, 1995)
59
Co. Adapun
+ 10n 60
27Co
60
27Co
Unsur
60
28Ni
60
*
27Co
(2.5)
+ 10 + 1 + 2 +
(2.6)
60
*
27Co
60
27Ni
meluruh dengan
60
*
27Co
menjadi isotop
Kebolehjadian unsur
60
*
27Co
60
*
27Co
yaitu
60
*
27Co
meluruh dengan memancarkan beta negatif berenergi 0,31 MeV menjadi isotop
stabil 60
27Ni disertai dengan pemancaran dua sinar gamma berenergi 1,1732 MeV dan
1,3325 MeV (Saphiro, 1981).
Partikel beta memiliki daya tembus yang terbatas sehingga tidak mampu
menembus wadah sumber dan kapsul stainless stell. Sehingga radiasi yang keluar
dari sumber radiasi relatif terdiri dari foton (Sidabutar & Setiawati, 2014). Diagram
tingkat energi 60Co dapat dilihat pada Gambar 2.1.
60
*
27Co
60
*
27Co =
5,272 th
2,5057 MeV
1 1,1732 MeV
1,48 MeV 0,12%
1,3225 MeV
2 1,3325 MeV
0 MeV
60
28Ni
Unsur
60
minimal pada permukaan tubuh dan dosis maksimum pada kedalaman di bawah
permukaan tubuh (Warjono & Triyani, 2011). Unsur
60
Co memberikan dosis
60
60
60
peluruhannya sehingga dapat diketahui kapan sumber harus diganti (Warjono &
Triyani, 2011). Gambar 2.2 menunjukkan grafik peluruhan unsur 60Co,
60
60
Co sebagai
60
timbal. Pada bagian tengah pesawat terdapat sumber radiasi 60Co dan source device
yang mengatur posisi sumber yang digunakan untuk terapi. Ketika tahap penyinaran
dilakukan, kolimator di dalam pesawat akan membuka sesuai dengan ukuran luas
lapangan radiasi. Source device digerakkan hingga sumber mengarah dan mendekat
ke bukaan kolimator. Gambar 2.3 menunjukkan pesawat teleterapi 60Co di RSUD
Dr. Moewardi dengan aktivitas sumber 60Co sebesar 7300 Ci pada tanggal 25 April
2012,
10
Badan pesawat
Gantry
Phantom
air
Sumber
radiasi
Gambar 2.3. Pesawat Teleterapi 60Co RSUD Dr. Moewardi (Hendratno, 2011)
Co. Kolimator adalah sistem pembatas ukuran berkas radiasi yang berfungsi
mengatur luas lapangan radiasi sesuai yang dikehendaki (Fajarwati, 2003). Luas
lapangan radiasi terdiri dari beberapa ukuran yakni 4 cm 4 cm, 5 cm 5 cm, 6
cm 6 cm, 7 cm 7 cm, 8 cm 8 cm, 9 cm 9 cm, 10 cm 10 cm, 12 cm 12
cm, 15 cm 15 cm, 18 cm 18 cm dan 20 cm20 cm.
2.4. Phantom
Penentuan dosis serap untuk pengobatan kanker dilakukan dengan
menggunakan phantom plastik atau phantom padat berukuran 30 cm 30 cm
30 cm. Namun pengukuran dosis serap harus selalu direferensikan terhadap air.
Phantom plastik berbentuk lembaran-lembaran seperti polistiren, akrilik dan solid
water (Sugiyantri, 2007).
11
keluaran sumber radiasi dapat dipercaya jika alat ukur radiasi yang digunakan telah
dikalibrasi. Alat ukur radiasi untuk menentukan keluaran sumber radiasi pada
tingkat radioterapi ada dua yaitu detektor dan elektrometer yang digunakan untuk
mencacah radiasi (Suhartono, 1990).
60
plan parallel. Pada instalasi radioterapi guna kalibrasi radiasi sinar gamma dari
sumber
60
antara 0,1 sampai 1 cm3 dengan diameter sekitar 7 mm dan panjang internal tidak
lebih dari 25 mm. Hal tersebut dimaksudkan agar kemampuan sensitifitasnya cukup
dan kemampuan mengukur dosis pada suatu titik (IAEA, 2000).
Tabel 2.1 Karakteristik Bilik Ionisasi Silinder Dalam Radioterapi (Bouchard et al., 2009)
Model
Exradin A12
Exradin A14
Volume sensitif
0,65 cm3
0,016 cm3
Panjang
2,43 cm
4,6 mm
Jari-jari dalam
0,31 cm
2,0 mm
Titik pusat
2 mm dari ujung
Material elektroda
Material dinding
a
equivalent plastic
Ag
equivalent plastica
equivalent plastica
Ketika bilik ionisasi disinari dengan radiasi gamma maka akan terjadi proses
ionisasi. Bilik ionisasi yang digunakan dalam bentuk silinder yang di dalamnya
terdapat elektroda dan berisi gas, elektroda positif (anoda) berada di bagian tengah
12
yang dihubungkan dengan kutub listrik positif dan elektroda negatif (katoda) berada
di bagian dinding silinder yang dihubungkan dengan kutub listrik negatif.
Ketika radiasi gamma mengenai detektor bilik ionisasi, maka radiasi tersebut
akan berinteraksi dengan gas yang ada di dalam detektor. Hasil interaksi tersebut
menghasilkan elektron dan ion positif. Proses dihasilkannya elektron dan ion positif
ini dikenal sebagai ion primer. Oleh karena ada beda potensial antara katoda dan
anoda maka akan timbul medan listrik. Medan listrik inilah yang akan memisahkan
elektron dan ion positif. Elektron memiliki kecepatan lebih besar daripada ion
positif sehingga elektron lebih cepat sampai menuju kesisi anoda daripada ion
positif yang menuju ke katoda. Elektron tersebut kemudian diubah menjadi pulsa
listrik atau arus listrik.
Jika medan litrik yang dihasilkan lebih tinggi, maka ion primer akan mampu
mengadakan ionisasi lain. Begitu seterusnya, jika medan listrik diantara kedua
elektroda semakin tinggi maka jumlah ion yang dihasilkan oleh interaksi gas
dengan radiasi gamma akan sangat bnayak dan disebut dengan proses avalanche
(Pusdiklat Batan, 2013).
2.5.2. Elektrometer
Elektrometer merupakan suatu alat dengan kesensitifan yang tinggi dan
impedansi input (>1014) yang digunakan untuk mengukur muatan atau arus sangat
kecil yang terinduksi dalam sebuah ionisasi.
Tampilan elektrometer berupa data digital dengan resolusi 4 digit (0,1%) dan
perubahan respon kestabilan tidak boleh lebih dari 0,5%. Elektrometer dan bilik
ionisasi harus dikalibrasi sebagai suatu unit karena elektrometer merupakan bagian
integral dari sistem dosimetri (IAEA, 2000).
Prinsip kerja elektrometer yaitu ketika terjadi interaksi foton dengan detektor
maka akan dihasilkan sinyal pulsa yang tinggi sesuai dengan energi foton yang
mengenai detektor. Pulsa listrik atau arus listrik yang dihasilkan oleh detektor bilik
ionisasi kemudian diterima oleh elektrometer. Elektrometer ini berfungsi untuk
mengukur muatan atau arus dari detektor bilik ionisasi yang kemudian
13
dikonversikan kesuatu nilai yang mudah dibaca. Keluaran dari elektrometer ini
berupa muatan dalam satuan nC.
Sinyal pulsa tersebut akan diperkuat atau dipertinggi. Pulsa yang sudah
diperkuat kemudian diteruskan ke suatu alat untuk dipilih pulsa menurut tingginya
dan dilanjutkan pada alat pencacah yang akan menghitung semua pulsa yang
dikeluarkan sesuai jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya.
(2.7)
(2.8)
14
100%
(2.9)
(2.10)
(2.11)
60
15
daya henti massa air terhadap udara untuk elektron dan merupakan faktor koreksi
perturbasi.
Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan IAEA TRS 398 akan lebih
meminimalisasi ketiakpastian hasil pengukuran. Dalam penggunaan dan ,
harus hati-hati karena perbedaan antara keduanya mendekati nilai (, ) yaitu
1,133, sehingga jika terjadi kesalahan dalam memahami kedua faktor tersebut akan
menyebabkan kesalahan pemberian dosis pada pasien sekitar 13% (Rajagukguk,
2003).
(2.12)
16
Gambar 2.4. Skema Efek Foto Listrik (Desi dan Munir, 2001)
17
positron. Ini sesuai dengan teori Einstein yang menyatakan bahwa energi ekivalen
dengan massa dan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut,
E = m c2
(2.13)
dengan E energi dalam Joule, m merupakan massa elektron sebesar 9,11 10-31 kg
dan c merupakan kecepatan cahaya sebesar 3 108 m/detik. Proses terjadinya
produksi pasangan ditunjukkan pada Gambar 2.6.
2.10.
Interaksi radiasi pengion misalnya radiasi gamma dengan materi biologi atau
jaringan tubuh manusia diawali dengan proses ionisasi. Radiasi gamma mampu
melakukan proses ionisasi karena tiga interaksi dasar setelah partikel gamma
berinteraksi dengan suatu materi yang pertama efek fotolistrik, efek Compton dan
produksi pasangan. Ketiga interaksi dasar tersebut menyebabkan elektron lepas dari
ikatannya sehingga atom menjadi atom-atom bermuatan (proses ionisasi). Elektron
yang dihasilkan dari proses ionisasi akan berinteraksi secara langsung dan tidak
langsung. Berinteraksi secara langsung jika energi elektron langsung diserap oleh
DNA (Deoxyribonucleic acid), sedangkan berinteraksi secara tidak langsung yaitu
ketika terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang
efeknya kemudian mengenai DNA. DNA merupakan molekul organik yang berada
di dalam kromosom. Kromosom merupakan rangkaian ikatan yang sangat
kompleks antara DNA dengan protein.
18
Penyerapan energi radiasi oleh molekul air akan menghasilkan radikal bebas
(H+ dan OH-) yang sangat reaktif dan molekul hidrogen peroksida yang bersifat
toksik. Oleh karena tubuh manusia 80% terdiri atas air maka sebagian besar
interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung pada DNA. Interaksi
radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur molekul
gula atau basa, memutus ikatan hidrogen antar basa, hilangnya basa dan lain-lain.
Kerusakan yang parah dapat menyebabkan putusnya salah satu untai DNA (single
strand break) atau putusnya kedua untai DNA (double strand breaks).
Radiasi dapat menyebabkan perubahan, baik pada jumlah maupun struktur
kromosom yang disebut dengan aberasi kromosom. Aberasi kromosom dapat
terjadi jika dosis radiasi yang diterima sekitar 0,2 Gy. Kerusakan yang terjadi pada
DNA dan kromosom akan diperbaiki secara enzimatis. Jika tingkat kerusakan pada
sel tidak terlalu parah dan proses perbaikan berlangsung baik dan tepat maka sel
akan kembali normal. Jika proses perbaikan tidak tepat maka sel akan tetap hidup
namun mengalami perubahan sifat dan apabila tingkat kerusakan sel sangat parah
dan proses perbaikan tidak berlangsung baik maka sel akan mati (Pusdiklat-Batan,
2013).
2.11.
MCNP
MCNP atau Monte Carlo N-Particle merupakan kode simulasi computer
19
Vised terdiri dari beberapa menu yakni file, input, update plot, surface, cell,
data, run, particle display, tally plots, cros section plost, 3D view, read again, back
up, view dan help. Gambar 2.7 menunjukkan tampilan awal ketika membuka
MCNP Vised.
20
Tabel 2.2. Jenis tally Fn dan Modifikasi Tally (X-5 Monte Carlo Team, 2003)
Tally
Mode
Modifikasi
Deskripsi
Satuan
F1 :N, :P, :E
Arus permukaan
Partikel
*F1
MeV
F2 :N, :P, :E
Fluks permukaan
Partikel/cm2
*F2
MeV/cm2
Partikel/cm2
*F4
MeV/cm2
Partikel/cm2
*F5
MeV/cm2
MeV/g
*F6
Jerks/g
MeV/g
*F7
Jerks/g
*F8
MeV
+F8
Muatan
Partikel
F4 :N, :P, :E
F5
F6
:N, :P
:N, :P,
:N, P
tally
Satuan
F7
:N
diperkirakan berdasarkan
deposisi energi fisi
F8
:N, :P, :E
:P,E
Pulsa