Anda di halaman 1dari 9

NAMA

: RIFQI FADLIN NAIM

NIM

: 124704067

MERANGKUM TENTANG PENGAWASAN PREVENTIF


MENURUT UU NO.23 TAHUN 2014
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PENDAHULUAN .I
Pengertian Pemerintah Daerah menurut pasal 1 ayat 2 UU no. 23 Tahun 2014 adalah yaitu
pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan denganprinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Daerah Otonom yang selanjutnya disebut
Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada dasarnya pengawasan berlangsung mengikuti pola
:sebagai berikut
menetapkan standar atas dasar kontrol

.1

mengukur hasil pekerjaan secepatnya

.2

membandingkan hasil pekerjaan dengan standar atau dasar yang telah ditentukan semula

.3

mengadakan tindakan koreksi preventif berarti pengawasan yang bersifat mencegah .4


.(pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan)
Artinya, pengawasan ini dilakukan untuk mencegah agar pemerintah daerah tidak mengambil
kebijakan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
pemahaman yang lebih operasional, yang dimaksud dengan pengawasan prevntif adalah
pengawasan terhadap pemerintahan daerah agar pemerintah daerah tidak menetapkan kebijakan
yang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih
.tinggi atau peraturan perundang-undangan lainnya
Bentuk pengawasan ini berupa ketentuan-ketentuan yang berlaku atau prosedur-prosedur yang
harus dilalui dalam menyelenggarakan pekerjaan. Lebih khusus lagi dinyatakan bahwa pengawasan
jenis ini mengandung prinsip bahwa Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah mengenai
pokok tertentu baru berlaku setelah ada pengesahan pejabat yang berwenang. Pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah secara nasional dikoordinasikan oleh Mendagri.
Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota
dikoordinasikan oleh gubernur. Pembinaan dan pengawasan untuk penyelenggaraan pemerintahan
desa dikoordinasikan oleh Bupati/Walikota. Bupati dan walikota dalam pembinaan dan pengawasan
dapat melimpahkannya pada camat. Pedoman pembinaan dan pengawasan yang meliputi standar,
.norma, prosedur, penghargaan dan sanksi diatur dalam peraturan pemerintah
Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah upaya yang
dilakukan oleh pemerintah dan atau gubernur selaku wakil pemerintah di daerah untuk mewujudkan
tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam rangka pembinaan oleh pemerintah,
menteri dan pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen melakukan pembinaan sesuai dengan

fungsi dan kewenangan masing-masing yang dikoordinasikan oleh Mendagri untuk pembinaan dan
.pengawasan provinsi serta oleh gubernur untuk pembinaan dan pengawasan kabupaten/kota
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin agar pemerintah daeah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah terkait dengan
penyelengaraan urusan pemerintahan dan utamanya terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala
daerah. Dalam hal pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah dan peraturan daerah,
:pemerintah melakukan dengan dua cara yaitu
Pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah (Raperda) yaitu terhadap rancangan

.1

peraturan daerah yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD, dan RUTR sebelum
disahkan oleh kepala daerah, terlebih dahulu dievaluasi oleh Mendagri untuk Raperda
Provinsi dan oleh gubernur terhadap Raperda kabupaten/kota. Mekanisme ini dilakukan agar
.pengaturan tentang hal-hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal
Pengawasan terhadap semua peraturan daerah di laur yang termasuk dalam angka 1, yaitu

.2

setiap peraturan daerah wajib disampaikan pada Mendagri untuk provinsi dan gubernur
untuk kabupaten/kota untuk memperoleh klarifikasi. Terhadap peraturan daerah yang
bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi dapat dibatalkan
.sesuai dengan mekanisme yang berlaku
Sedangkan untuk optimalisasi fungsi pembinaan dan pengawasan, pemerintah dapat
menerapkan sanksi kepada penyelenggara pemerintahan daerah apabila ditemukan adanya
penyimpangan dan pelanggaran oleh penyelenggara pemerintahan daerah tersebut. Dari berbagai
ketentuan yang diatur dalam pasal-pasal tersebut dapat dipahami bahwasanya dalam era otonomi
daerah dewasa ini, pengawasan yang diterapkan adalah jenis pengawasan preventif dan represif.

Pengawasan preventif Khusus dilakukan untuk Peraturan Daerah yang menyangkut pajak daerah,
.retribusi dan tata ruang (RUTR)

II.

URUSAN PEMERINTAH
Berdasarkan pada bab IV pasal 9 ayat 1, urusan pemerintah terdiri dari urusan pemerintah

absolut , urusan pemerintah konkuren , dan urusan pemerintah umum , dan berdasar kan pasal 9
ayat 3 urusan pemerintah konkuren dibagi menjadi urusan pemerintah pusat , Daerah Propinsi ,dan
Daerah kabupaten atau kota. Urusan konkuren seperti pada pasal 9 ayat 4 pemerintah konkuren
menjadi dasar Pelaksanaan otonomi daerah . Pasal 13 Pembagian urusan pemerintahan konkuren
antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (3) didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta
kepentingan strategis nasional. Tetapi pada pasal 19 Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat diselenggarakan
sendiri oleh Pemerintah Pusat dengan cara melimpahkan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat atau kepada Instansi Vertikal yang ada di Daerah berdasarkan asas Dekonsentrasi; atau
.dengan cara menugasi Daerah berdasarkan asas Tugas Pembantuan
Dan peraturan yang membahas tentang kepala daerah dan wakil kepala daerah terdapat pada
bagian ke tiga UU no 23 tahun 2014, pasal 59 pasal 75 dimana didalam pasal tersebut membahas
tentang prosedur pemerintah daerah dan tata cara dalam melakukan pemerintahan dan terdapat
sebuah sanksi apabila suatu kepala daerah menentang prosedur yang telah diatur didalam undang
undang
Dan dalam penyusunan suatu PERDA bersama DPRD di atur didalam bagian IX bagian 1

Pasal 236 (1) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan, Daerah
membentuk Perda. (2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh DPRD dengan
persetujuan bersama kepala Daerah.
Pasal 237 (1) Asas pembentukan dan materi muatan Perda berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang undangan dan asas hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sepanjang
tidak bertentangan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 238 (1) Perda dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan penegakan /
pelaksanaan Perda seluruhnya atau sebagian kepada pelanggar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Perencanaan
Pasal 239 (1) Perencanaan penyusunan Perda dilakukan dalam program pembentukan Perda.
Penyusunan
Pasal 240 (1) Penyusunan rancangan Perda dilakukan berdasarkan program pembentukan Perda.
Pembahasan
Pasal 241 (1) Pembahasan rancangan Perda dilakukan oleh DPRD bersama kepala Daerah untuk
mendapat persetujuan bersama.
Penetapan
Pasal 242 (1) Rancangan Perda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan kepala Daerah
disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah untuk ditetapkan menjadi Perda.
Pengundangan
.Pasal 244 (1) Perda diundangkan dalam lembaran daerah
Pembentukan daerah dari setiap daerah di atur di dalam pasal 32 dan pasal 33 yang mana di
dalam pembentukan daerah dan pemekaran daerah merupakan syarat bagaimana suatu daerah bias
di kategorikan ke dalam suatu daerah otonom oleh pemerintah pusat. Dan pada pasal 42 ayat 1
pemerintah pusat melakukan pembinaan , pengawasn dan evaluasi terhadap daerah persiapan yang

dimksud daerah otonom baru selama masa persiapan dan pada pasal 42 ayat 2 DPR melakukan
pengawasan terhadapa daerah persiapan , pasal 43 ayat 1 mengatakan bahwa evaluasi dipersiapkan
pada akhir masa daerah persiapan yang mana dalam waktu 3 tahun masa persiapan pemerintah
pusat pada masa akhir persiapan pemerintah melakukan evaluasi , dengan bertujuan sudah siap kah
daerah tersebut untuk menjadi daerah otonom dengan tujuan utama mensejahterkan rakyat yang ada
pada daerah tersebut. Dan jika daerah persiapan tersebut gagal maka akan dikembalikan kepada
.daerah induk menurut pasal 43 ayat 5
Disini posisi pemerintah pusat dan DPR yang melakukan pengawasan berperan penting
dalam mengawasi daerah persiapan untuk menjadi Negara otonom ini merupakan cara preventif
dari pemerintah untuk mencegah suatu kebijakan atau pun harapan yang tidak di inginkan.
Pembentukan daerah otonom pada suatu daerah bertujuan agar mempercepat suatu perkembangan
ekonomi di suatu daerah mensejahterahkan rakyat dan mencapai suatu cita cita bangsa maka tidak
heran jika persiapan pengawasan , dan evaluasi harus dipersiapkan secara matang untuk
menghasilkan daerah otonom yang sesuai dengan harapan. Pemerintah tidak serta merta turun
langsung dalam menjalakan pengawasan terhadap daerah melainkan di wasin oleh kementrian
dalam negeri. Menteri dakam negeri mengkordinir layak atau tidaknya suatu daerah tersebut untuk
. dijadikan daerah otonom

PENGAWASAN PREVENTIF .III


Upaya preventif menurut pendapat saya dan beberapa buku dan undang undang yang ada
.berkenaan dengan hal-hal berikut
Pertama, keharusan untuk merubah cara pandang (paradigma) Pemerintah Daerah dan DPRD
terhadap hakekat otonomi daerah. Otonomi daerah tidak sekedar meningkatkan PAD sehingga
secara keuangan daerah dimaksud dipandang mampu, namun harus ada pemahaman secara

komprehensif bahwa otonomi daerah bertujuan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat,


sehingga pada gilirannya terwujud kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya, segala instrumen
pendukung otonomi daerah, baik urusan pemerintahan, organisasi, dan pembentukan aturan
semestinya diorientasikan pada tujuan otonomi daerah. Singkatnya, perda yang dibentuk tidak
.selalu mengenakan kewajiban berupa pungutan bagi masyarakat
Kedua, perlu pula pergeseran cara pandang pemerintahan daerah terhadap tujuan hukum. Artinya,
Perda yang dibentuk tidak selalu didominasi oleh tujuan kepastian dan ketertiban, tetapi juga
mampu mewujudkan aspek kesejahteraan bagi pihak yang dikenai perda (addresat). Hukum (Perda)
justru lebih mengemban aspek kesejahteraan ketimbang aspek keadilan dan aspek kepastian.
Kesejahteraan atau kebahagiaan rakyat mestinya ditempatkan sebagai visi atau bintang pemandu
.utama dalam proses pembentukan perda
Ketiga, Pemerintah Daerah dan DPRD perlu secara serius menyusun dokumen perencanaan
pembentukan perda atau yang lasim dikenal dengan Program Legislasi Daerah (Prolegda).
Keseriusan ini penting karena kenyataan selama ini, Prolegda yang disusun masih bersifat insidentil
dan parsial. Insidentil oleh karena jangka waktunya pendek (setahun) sehingga minim
keterkaitannya dengan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang bersifat lima tahunan
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM). Bersifat parsial oleh karena belum ada
keterpaduan baik dengan RPJM, Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahunan maupun dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Prolegda yang dibentuk mesti bersifat jangka
.panjang dan komprehensif
Keempat, perlu komitmen pemerintah daerah dan DPRD untuk menyusun Naskah Akademik dari
setiap perda yang akan dibentuk. Naskah Akademik menjadi penting dalam kerangka
mengidentifikasi dan menguraikan pertimbangan atau latarbelakang rancangan perda serta
keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan yang ada (baik secara vertikal dan
horisontal). Melalui Naskah Akademik juga akan memudahkan para legislator untuk memahamai

materi yang akan dituangkan dalam dokumen rancangan perda. Selama ini masih ada persepsi di
kalangan pemerintahan daerah bahwa Naskah Akademik merupakan sebuah beban ketimbang
sebuah hal yang membantu dalam pembentukan perda. Dipandang beban karena berimplikasi
perlunya waktu, tenaga dan budget. Padahal untuk menyusun perda yang berkualitas perlu implikasi
.sebagaimana disebutkan
Kelima, perlu penguatan atau pemberdayaan terhadap institusi atau lembaga yang berwenang
melakukan

harmonisasi

dan

sinkronisasi,

baik

biro

hukum

(propinsi)/bagian

hukum

(kabupaten/kota) maupun badan legislasi sebagai salah satu alat kelengkapan DPRD. Arah
harmonisasi dan sinkronisasi berkenaan dengan proses pembentukan (aspek prosedural) maupun
substansi perda (aspek materiil). Sementara lingkup harmonisasi dan sinkronisasi yaitu secara
vertikal (peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi) maupun secara horisontal (peraturan
.perundang-undangan yang sederajat)

PENUTUP

IV.

Simpulan

A.

Pengawasan dapat dimaknai sebagai aktivitas pokok dalam manajemen yang disertai tindakan

.1

lanjutan dengan tujuan agar pelaksanaan pemerintahan berlangsung dengan efisien, efektif
dan etis untuk mencapai sasaran menurut rencana yang telah ditetapkan dengan hasil yang
.dikehendaki
Pengawasan yang ada dewasa ini dari pemerintah pusat terhadap pemerintahan daerah,
.terkesan belum dilakukan dengan maksimal

.2

Sepanjang pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia pengawasan pernah dilakukan dengan


.tiga cara yaitu pengawasan secara umum, preventif dan refresif

.3

Anda mungkin juga menyukai