Anda di halaman 1dari 9

ISSN 2460-6472

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015

Pengaruh Bahan Pengikat Na-Cmc dan Amylum Maniho terhadap Karakteritik


Sediaan Tablet yang Mengandung Ekstrak Air dan Etanol Rimpang Kunyit
(Curcuma Longa L.)
1

1,2,3

Yayu Novia, 2 Embit Kartadarma, 3Firtianti Darusman,


Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116
e-mail: 1Yayunovia@gmail.com, 2Efit_bien@yahoo.com

Abstrak. Pengaruh pengikat Na-CMC dan amylum manihot terhadap karakteristik tablet yang
mengandung ekstrak rimpang kunyit telah diteliti. Ekstrak rimpang kunyit dibuat dengan cara sokhlet dan
dekokta. Ekstrak tersebut sebelumnya dibakukan. Sedian tablet diproses dengan granulasi basah dengan
menggunakan pengikat Na-CMC dengan konsentrasi 1%, 3,5%, 6% dan amylum manihot 5%, 7,5%,
10%. Hasilnya menunjukan bahwa tablet yang dibuat dengan pengikat tidak memenuhi syarat.
Kesimpulan tablet kunyit yang dibuat tidak memenuhi persyaratan.
Kata kunci: Tablet, rimpang kunyit, Natrium Carboxymetilcelulosa(Na-CMC), amylum manihot.

A.

Pendahuluan

Obat tradisional telah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam salah satunya
keanekaragaman tumbuhan yang melimpah, sehingga sejak dahulu kala masyarakat
telah memanfaatkan tumbuhan untuk dijadikan obat tradisional. Salah satu tanaman
obat yang memiliki potensi bagi kesehatan yaitu Curcuma longa L. atau lebih dikenal
dengan kunyit.
Berdasarkan penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa ekstrak kunyit pada
semua dosis perlakuan (5 mg/kg BB mencit dan 10 mg/kg BB tikus) mampu
memberikan efek hepatoprotektor terhadap kerusakan hepar hewan uji akibat pemberian
asetaminofen yang ditandai dengan kenaikan kadar SGOT dan SGPT (Hartono dkk,
2005).
Penggunaan kunyit di masyarakat luas pada umumnya dengan cara dibuat jamu
yang dirasakan kurang praktis. Formulasi yang tepat dalam pengolahan bahan alam
adalah menjadi suatu bentuk sediaan yang mudah diterima masyarakat diharapkan dapat
meningkatkan kepraktisan dan minat masyarakat dalam mengkonsumsi obat bahan
alam. Salah satu upaya untuk meningkatkan kepraktisan dan minat masyarakat tersebut
adalah dengan membuat kunyit dalam bentuk ekstrak dan selanjutnya diformulasi dalam
bentuk sediaan tablet.
Sediaan obat dalam bentuk tablet merupakan sediaan yang paling banyak
digunakan karena beberapa alasan yang menguntungkan dan menggunakan salah satu
metode yaitu metode granulasi basah. Pengembangan formulasi tablet diarahkan kepada
optimasi kekerasan tablet tanpa pemakaian kekuatan kompresi yang berlebihan serta
memberikan disintegrasi obat yang cepat. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh di
sini adalah penggunaan bahan pengikat. Bahan pengikat akan memperbaiki atau
meningkatkan sifat kohesif dan ikatan yang baik pada serbuk obat dengan cara
menyatukan partikel-partikel serbuk menjadi butiran granul atau massa dengan
kompaktibilitas yang tinggi (Aulton, 1988; Swarbrick, et al, 1988).
Bahan pengikat berguna untuk mengikat obat dengan bahan pembantu sehingga
diperoleh granul yang baik, sehingga dapat meningkatkan kekompakan tablet. Salah
satu bahan pengikat pada tablet yaitu Na-CMC dan amylum manihot (pati singkong).

459

460 |

Yayu Novia, et al.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan


permasalahan meliputi penentuan formulasi tablet mengandung ekstrak air dan etanol
rimpang kunyit dengan menentukan jenis dan konsentrasi bahan pengikat yang berbeda
serta mengetahui pengaruh penambahan Na-CMC dan amylum manihot sehingga
terpenuhinya persyaratan farmasetika yang baik dalam pembuatan tablet dengan metode
granulasi basah.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan pengaruh pengikat dan konsentrasi
yang berbeda yaitu Na-CMC dan amylum manihot terhadap karakteristik sediaan tablet
yang mengandung ekstrak air dan ekstrak etanol rimpang kunyit. Penentuan parameter
tablet berkarakteristik baik dilihat dari hasil evaluasi tablet berdasarkan Farmakope
Indonesia. Selain itu, dengan adanya penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi
perkembangan ilmu farmasi dan meningkatkan pemanfaatan tanaman obat di indonesia
untuk dijadikan sediaan farmasi.
B.

Landasan Teori

Kunyit merupakan salah satu tanaman rempah dan obat. Kunyit secara umum
dapat digunakan sebagai bumbu masakan, bahan obat tradisional untuk mengobati
berbagai penyakit, bahan baku industri jamu dan kosmetik (Nugroho, 1998).
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (30C) dan suhu sampai titik
didih air (DepKes RI, 2000:11).
Sokhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (DepKes RI, 2000:10).
Menurut FI IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan tambahan. Berdasarkan metode pembuatan tablet dibagi
menjadi tablet cetak dan tablet kempa.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbedabeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam
aspek lainnya tergantung dari cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel,
1989:244-245).
Metode granulasi basah merupakan yaitu memproses campuran partikel zat aktif
dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat
dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.

Gambar 1. Metode granulasi basah

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Pengaruh Bahan Pengikat Na-Cmc dan Amylum Maniho terhadap Karakteritik Sediaan Tablet ...

| 461

Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini


dapat dibagi sebagai berikut: (1 Menimbang dan mencampur bahan-bahan, (2)
Pembuatan granulasi basah, (3) Pengayakan adonan lembab menjadi pelet atau granul,
(4) Pengeringan, (5) Pengayakan kering, (6) Pencampuran bahan pelincir, (7)
Pembuatan tablet dengan kompresi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif
tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung
karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi
basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentusampai mendapat
tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi (Ansel,
1989:261).Bahan-bahan tambahan yang digunakan diantaranya Na-CMC dan amylum
manihot (pengikat), amprotab (penghancur), laktosa (pengisi), mg stearat (lubrikan),
dan talk (glidan).
Evaluasi granul bertujuan untuk melihat kualitas granul sebelum di kempa
menjadi sediaan tablet yang terdiri dari:
1) Kelembaban
Pengujian kadar air dengan menggunakan moisture analyzer pada granul yang
telah dikeringkan. Kadar air normal pada granul kering < 3% (Dirjen POM, 1995:4-6).
2) Kecepatan alir
Kecepatan alir diperlukan bila sejumlah granul dituangkan pada suatu alat
kemudian dialirkan. Mudah atau tidaknya aliran granul dapat dipengaruhi oleh bentuk
granul, bobot jenis, keadaan permukaan dan kelembabannya. Kecepatan aliran granul
sangat penting karena berpengaruh pada keseragaman bobot tablet. Syarat kecepatan
alir 100 g 10 detik. Pada pemeriksaan untuk evaluasi kecepatan alir terdiri dari dua
pengujian yang dilakukan, yaitu:
a) Metode corong
Granul yang didapat lalu dimasukkan ke dalam corong yang lubang bawahnya
ditutup, kemudian diratakan. Pada bagian bawah corong diberi alas, kemudian
tutup dibuka hingga granul meluncur. Waktu yang dibutuhkan oleh granul untuk
mengalir dicatat. Kecepatan alir dihitung dengan membagi bobot granul dengan
waktu yang dibutuhkan untuk mengalir. Semakin kecil sudut istirahat yang
terbentuk maka semakin baik alirannya. Aliran granul baik jika waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan 100 g granul 10 detik
b) Metode sudut baring (istirahat)
Sudut istirahat merupakan sudut maksimum yang bisa didapat antara permukaan
tegak bebas dari tumpukan serbuk dan dasar horizontal. Bila nilai sudut istirahat
lebih kecil dari 20 dan nilai sampai 40 menunjukkan potensi aliran yang baik.
Namun, jika sudut yang terbentuk lebih besar dari 50 menandakan alirannya
kurang baik (Lachman, 1989:140-142).
3)
Bobot jenis/ kerapatan
Pengetapan meliputi BJ nyata, BJ mampat, BJ sejati, kadar pemampatan,
perbandingan haussner, persen kompresibilitas (%K) menunjukkan penurunan volume
sejumlah granul atau serbuk akibat hentakan dan getaran. Makin kecil indeks
pengetapan maka semakin kecil sifat alir. Pengetapan menunjukkan penerapan volume
sejumlah granul, serbuk akibat hentakan (tap) dan getaran (vibrating). Bertambahnya
konsentrasi bahan pengikat maka indeks pengetapan yang dihasilkan semakin baik,
karena bertambahnya kadar bahan pengikat dapat memperbesar kerapatannya sehingga
indeks pengetapan juga semakin baik. Granul memenuhi syarat jika kadar pengetapan
20% (Dirjen POM, 1995:4-6).

Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

462 |

Yayu Novia, et al.

4)

Granulometri
Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran ukuranukuran granul). Dalam melakukan analisis granulometri digunakan susunan pengayak
dengan berbagai ukuran. Mesh terbesar diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun
pengayak dengan mesh yang makin kecil. Tujuan granulometri adalah untuk melihat
keseragaman dari ukuran granul. Granulometri berhubungan dengan sifat aliran granul.
Jika ukuran granul berdekatan, aliran akan lebih baik.
Evaluasi tablet memiliki tujuan untuk melihat kualitas tablet sebelum
dipasarkan. Pengujian ini meliputi beberapa macam diantaranya:
1)
Keseragaman bobot
Ditentukan berdasarkan pada besar kecilnya penyimpangan bobot tablet yang
dihasilkan dibandingkan terhadap bobot rata-rata dari semua tablet sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV. Keseragaman bobot
dipengaruhi oleh sifat alir campuran granul pada proses pengisian ruang kompresi.
Granul yang mempunyai sifat alir yang baik akan mempunyai kemampuan yang
seragam dalam mengisi ruang kompresi, sehingga variasi bobot tablet semakin kecil.
Keseragaman bobot tablet juga bisa dipengaruhi oleh kondisi mesin tablet yang kurang
baik antara lain tidak konstannya tekanan dan bagian pencetak tablet yang kurang lancar
(Dirjen POM, 1995:4-6).
2)
Keseragaman ukuran
Ukuran dan bentuk tablet dapat dituliskan, dipantau dan dikontrol. Pada beban
yang konstan, ketebalan tablet bervariasi dengan berubahnya pengisian die, dengan
distribusi ukuran partikel serta kepadatan campuran partikel yang dikempa pada
keadaan pengisian die konstan. Ketebalan bervariasi dengan berubahnya beban
kompresi. Ketebalan luar tablet dapat diukur menggunakan jangka sorong. Metode ini
jauh lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan mikrometer dalam memberikan
estimasi menyeluruh ketebalan tablet yang diproduksi. Ukuran dan bentuk tablet juga
dapat mempengaruhi pemilihan mesin tablet yang harus digunakan ukuran yang baik
pada saat granulasi. Menurut FI III diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari tebal tablet (Lachman, dkk., 1985:648-649).
3)
Kekerasan tablet
Kekerasan tablet menunjukkan ketahanan tablet terhadap berbagai goncangan
mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan pengangkutan. Kekerasan tablet
dipengaruhi oleh besarnya tekanan saat pengempaan, sifat alir granul, serta konsentrasi
bahan pengikat harus sesuai agar dapat dihasilkan tablet dengan kekerasan yang
memenuhi persyaratan. Semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat maka kekerasan
tablet akan semakin meningkat pula. Alat yang digunakan adalah hardness tester.
Tablet harus cukup keras untuk tahan pecah pada waktu proses penanganan atau
pembuatan, pengemasan dan transportasi, dalam bidang industri kekuatan tekanan
minimum yang sesuai untuk tablet adalah 4-7 kg/cm2 (Ansel, 1989:255).
4)
Friksibilitas dan friabilitas
Menunjukkan jumlah zat yang terserpih akibat proses gesekan. Kerapuhan tablet
berpengaruh terhadap kekuatan tablet dalam menahan adanya guncangan mekanik. Alat
yang digunakan ialah friabilator. Kerapuhan tablet dihubungkan dengan kekuatan fisik
dari permukaan tablet. Uji kerapuhan tablet dapat dijadikan indikator bahwa tablet
memiliki kekuatan mekanis yang cukup sehingga dapat sampai pada konsumen dalam
keadaan baik. Friabilitas dinyatakan sebagai masa seluruh partikel yang dilepaskan dari
tablet akibat adanya beban penguji mekanis. Friabilitas dan friksibilitas dinyatakan

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Pengaruh Bahan Pengikat Na-Cmc dan Amylum Maniho terhadap Karakteritik Sediaan Tablet ...

| 463

dalam persen, yang mengacu kepada masa tablet awal sebelum pengujian (Voigt,
1995:223).
5)
Uji waktu hancur
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur tablet
menjadi partikel-partikel jika terlarut dalam suatu medium penguji. Kehancuran yang
sempurna dapat memenuhi persyaratan yang baik untuk ketersediaan hayati bahan obat.
Pengujian kehancuran menjadi kontribusi memastikan homogenitas preparat tablet.
Pengujiannya dilakukan pada kondisi yang sedapat mungkin mendekati situasi
fisiologis. Syaratnya 6 tablet hancur selama 15 menit (Voigt, 1995:224-22).
C.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menyiapkan bahan yaitu rimpang kunyit sebagai zat
aktif sediaan tablet yang berasal dari Kebun Percobaan Manoko Lembang, Jawa Barat.
Dilanjutkan determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu
dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, proses ekstraksi dengan metode
dekok dan sokhletasi, orientasi zat pengering (laktosa dan aerosil), formulasi tablet
dibuat sebanyak 12formula, yaitu 6 formula untuk zat aktif ekstrak air seperti yang
tercantum pada Tabel 1 dan 6 formula untuk zat aktif ekstrak etanol seperti yang
tercantum pada Tabel 2.
Tabel.1 Formula tablet yang mengandung ekstrak air

Tabel.2 Formula tablet yang mengandung ekstrak etanol

Parameter yang dibedakan dalam formulasi sediaan tablet ini adalah jenis dan
konsentrasi bahan pengikat, yaitu amylum manihot 5%, 7,5%, 10% dan Na-CMC 1%,
3,5%, 6%, evaluasi granul (kelembaban, kecepatan alir, Bj, granulometri), pembuatan
tablet dengan metode granulasi basah dan evaluasi tablet (keseragaman bobot, ukuran,
kekerasan, friksibilitas dan friabilitas, waktu hancur).

Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

464 |

D.

Yayu Novia, et al.

Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini tanaman yang digunakan adalah kunyit. Bagian yang
digunakan dari kunyit yaitu rimpang karena mengandung kurkumin yang merupakan zat
aktif dan mempunyai aktivitas biologis, salah satunya hepatoprotektor (Sujatno, 1997).
Hasil determinasi menyatakan bahwa simplisia yang digunakan dalam penelitian
adalah benar bahwa tanaman yang digunakan adalah kunyit dan sesuai dengan nama
yang dikenal yaitu Curcuma longa L.
Rimpang kunyit segar dilakukan proses preparasi penyiapan simplisia, tujuan
dijadikannya simplisia dimaksudkan untuk mengurangi kadar air, menghentikan reaksi
enzimatis dan mencegah tumbuhnya jamur atau bakteri sehingga dapat disimpan lebih
lama dan komposisi zat kimia yang terkandung didalamnya tidak mudah rusak.
Hasil ekstrak dengan pelarut air sebanyak 184,45 gram dari 1 kg serbuk
simplisia. Sedangkan hasil ekstrak dengan pelarut etanol diperoleh sebanyak 199,78
gram dari 2 kg simplisia rajangan. Perbedaan hasil rendemen dengan masing-masing
metode ekstraksi karena perbedaan ukuran simplisia. Pada metode dekok simplisia
berupa serbuk sedangkan metode ekstraksi soxhlet simplisia hanya berupa rajangan
sehingga meningkatkan kontak permukaan dengan pelarut.
Percobaan pertama menggunakan laktosa dihasilkan perbandingan antara ekstrak
etanol dan laktosa (1:15) gram, karakteristik ekstrak yang dihasilkan masih basah belum
kering. Sedangkan untuk percobaan kedua digunakan aerosil sebagai pengering ekstrak
dandihasilkan perbandingan yaitu 1:0,5 gram ekstrak etanol dan 1:0,650 ekstrak air,
sehingga didapatkan hasil ekstrak kering yang baik.
Pada penelitian ini pembuatan tablet dari ekstrak air dan etanol rimpang kunyit
dilakukan dengan menggunakan metode granulasi basah dengan melihat perbandingan
pengikat Na-CMC dan mucilago amyli yang konsentrasinya bervariasi.
Pemilihan metode pembuatan tablet dengan menggunakan granulasi basah
karena senyawa aktif dari kunyit tahan terhadap lembab dan pemanasan sehingga
menghasilkan tablet yang baik. Selain itu, karakteristik ekstrak memiliki sifat alir yang
kurang baik yang dapat mempengaruhi proses pembuatan tablet. Semua zat dalam
pembuatan tablet ditambah 30% untuk mengganti kehilangan zat selama proses
pembuatan. Pencampuran bahan aktif dengan bahan pembantu serta ditambahkan bahan
pengikat secara granulasi basah sedikit demi sedikit. Pengayakan granulasi basah
dengan mesh 12 untuk meningkatkan kecepatan pengeringan pada saat di oven dan
membentuk campuran serbuk yang rata. Granul kering yang diperoleh di ayak
menggunakan mesh 16 yang bertujuan untuk homogenisasi ukuran partikel dan bobot
seragam untuk zat aktif, disamping itu dapat memperbaiki sifat alir granul. Granul yang
diperoleh ditimbang dan dievaluasi. Hasil dari masing-masing formula menghasilkan
bobot granul yang berbeda-beda, sehingga persentase fase luar berbeda.
Evaluasi granul ini bertujuan untuk memperoleh massa granul dengan
mempunyai karakteristik yang baik, dan memenuhi persyaratan sesuai dengan literatur.
Data hasil evaluasi granul semua formula seperti yang tercantum pada tabel 3.

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Pengaruh Bahan Pengikat Na-Cmc dan Amylum Maniho terhadap Karakteritik Sediaan Tablet ...

| 465

Tabel 3. Hasil evaluasi granul

Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran ukuranukuran partikel). Pengujian ini memberikan hasil bahwa granul yang diperoleh pada
semua formula memiliki ukuran granul berbeda-beda yang dinyatakan bahwa pada
setiap no mesh terdapat granul. Data hasil persentase granul yang mengandung ekstrak
air dan granul yang mengandung ekstrak etanol seperti yang tercantum pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil evaluasi granulometri

Setelah dilakukan evaluasi granul yang berfungsi sebagai produk antara dan
didapatkan hasil yang sesuai dengan syarat yang sudah ditentukan, selanjutnya granul
dicetak menjadi sediaan tablet.
Granul yang telah dilakukan evaluasi ditambahkan dengan fase luar yaitu
amprotab 5% dan talk 2% selama 10 menit dan tambahkan mg stearat 1% selama 2
menit supaya tidak menghasilkan efek yang berlawanan pada saat proses pengempaan.
Granul yang telah ditambahkan fase luar dicetak menggunakan alat Single punch tablet
machine (Metler Toledo).
Tablet yang dibuat memiliki karakteristik dua zat aktif yang berbeda, yakni zat
aktif ekstrak air dan zat aktif ekstrak etanol. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui
kualitas tablet yang memenuhi persyaratan sebelum dipasarkan. Evaluasi tablet yang
dilakukan meliputi organoleptis, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, Kekerasan,
friksibilitas dan friabilitas, serta waktu hancur. Data hasil evaluasi tablet semua formula
seperti yang tercantum pada tabel 5.

Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

466 |

Yayu Novia, et al.

Tabel 5. Hasil evaluasi tablet


E.

Kesimpulan

Bahan pengikat amylum manihot pada tablet yang mengandung ekstrak air
menghasilkan tablet yang mudah rapuh dan waktu hancur yang lebih cepat
dibandingkan tablet yang mengandung ekstrak etanol, seperti pada formula 1, 2 dan 3.
Namun, bahan pengikat Na-CMC pada tablet yang mengandung ekstrak etanol
menghasilkan tablet dengan kekerasan yang kuat dengan waktu hancur yang lebih lama
dibandingkan tablet yang mengandung ekstrak seperti formula 6,11 dan 12. Sehingga,
tidak ada tablet yang memenuhi persyaratan tablet berkarakteristik baik dilihat dari hasil
evaluasi berdasarkan Farmakope Indonesia, diantaranya evaluasi kekerasan dan waktu
hancur baik tablet dengan bahan pengikat amylum manihot maupun Na-CMC.
Diperlukan penentuan konsentrasi bahan pengikat secara tepat. Serta diperlukan
uji stabilitas terhadap sediaan tablet dan uji farmakologi pada tablet yang mengandung
ekstrak air rimpang kunyit terhadap efek hepatoprotektor.
Daftar Pustaka
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, terjemahan Ibrahim
dan Farida, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Aulton, M. E. (1988). Pharmaceutics: The Science of Dossage Form Design. Churchill
livingstone. Edinburgh London, Melbourne and New york.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi III,
Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV,
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat, Edisi I, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan,
Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Taksonomi Koleksi Tanaman Obat
Kebun Tanaman Obat Citeureup , Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk
Komplemen Direktorat Obat Asli Indonesia , Jakarta.
Farnsworth, Norman F. (1966). Journal Of Pharmaceutical Sciences: Biological and
Phytochemical Screening Of Plants. Americans Pharmacist Association. Amerika

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Pengaruh Bahan Pengikat Na-Cmc dan Amylum Maniho terhadap Karakteritik Sediaan Tablet ...

| 467

Hartono, I., Nurwanti, F., Ikasari, Wiryanto. (2005). Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit
(Curcuma domestica Val.) terhadap Peningkatan Kadar SGOT dan SGPT Tikus
Putih (Rattus norvegicus) akibat Pemberian Asetaminophen. Biofarmasi, Agustus
2015.
Lachman, L., H. A. Lieberman dan J. L. Kanig (1986). Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi Ketiga. Jakarta : UI Press.
Nugroho, A. N. (1988). Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit. Trubus
Agriwidya. Ungaran.
Rowe, C.R., Sheskey, J.P., and Weller, J.P., (2006), Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Fifth Edition, 188, American Pharmaceutical Association, London.
Sujatno, M. (1997). Efek attalpugit, ekstrak daun Psidium guajava dan ekstrak akar
Curcuma domestica terhadap diare akut nonspesifik. Majalah Kedokteran
Indonesia 46 (4).
Swarbrick, J. and James C. Boylan. (1988). Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology. Volume 1. Marcell Dekker, Inc. New York.
Voigt, Rudolf. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM Press.
Winarto, W. P. (2005). Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Yohana, Anis. Dkk. (2009). Farmasetika Dasar Konsep Teoritis Dan Aplikasi
Pembuatan Obat. Widya Padjajaran, Bandung

Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

Anda mungkin juga menyukai