Revisi Referat Ileus
Revisi Referat Ileus
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kolon ascenden
hepatika.
Kolon transversum : merentang menyilang abdomen di bawah hati
dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar
ke bawah fleksura splenik.
- Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan
menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
2.2 Fisiologi
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi
bahan bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai
dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap
makanan yang masuk. Proses pencernaan dilanjutkan di dalam duodenum
terutama oleh kerja enzim enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat,
lemak, dan protein menjadi zat zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat
kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju ke vena porta. Garam
empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi enterohepatik dalam ileum distalis. Dari
kumpulan 5 gram garam empedu yang memasuki kantung empedu, sekitar 0,5
gram hilang setiap hari; kumpulan ini bersirkulasi ulang 6 kali dalam 24 jam.4
Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses
proteolisis. Enzim protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh
enterokinase menjadi tripsin, dan endopeptidase, eksopeptidase) melanjutkan
proses pencernaan protein, menghasilkan asam amino dan 2 sampai 6 residu
peptida. Transport aktif membawa dipeptida dan tripeptida ke dalam sel untuk
diabsorpsi.4
Karbohidrat, metabolisme awalnya dimulai dengan menghidrolisis pati
menjadi maltosa (isomaltosa), yang merupakan disakarida. Kemudian disakarida
ini, bersama dengan disakarida utama lain, laktosa dan sukrosa, dihidrolisis
menjadi monosakarida glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Enzim laktase, sukrase,
maltase, dan isimaltase untuk pemecahan disakarida terletak di dalam mikrovili
brush border sel epitel. Disakarida ini dicerna menjadi monosakarida sewaktu
berkontak dengan mikrovili ini atau sewaktu mereka berdifusi ke dalam
mikrovili. Produk pencernaan, monosakarida, glukosa, galaktosa, dan fruktosa,
kemudian segera diabsorpsi ke dalam darah porta.4
Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan
duodenum menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi.
Air secara osmotik dan secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui difusi pasif.
Natrium dan klorida diabsorpsi dengan pemasangan zat telarut organik atau
10
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang
menekan, atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.5
Tipe obstruksi usus terdiri dari :
2.3.1 Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata
atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intususepsi,
tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura,
perlengketan, hernia dan abses.5
2.3.2 Neurogonik/fungsional
Ileus ini juga banyak terjadi, meskipun tidak sebanyak ileus mekanik.
Ileus ini disebabkan karena gangguan persarafan pada usus yaitu saraf
otonom parasimpatis dari serabut postganglioner sacral II-IV. Ileus
neurogenik ini dibagi menjadi dua, yaitu5 :
a. Ileus paralitik/adinamik
Ileus ini disebabkan oleh lesi saraf yang bisa terjadi karena radang,
terjepit akibat kecelakaan ataupun usus yang kelelahan akibat kontraksi
terus
menerus
(Ileus
paralitik
sekunder).
Kelumpuhan
saraf
11
oklusi
pembuluh
darah
seperti
hernia
strangulasi,
12
kongenital
(malrotasi),
inflamasi
(Chrons disease,
13
14
15
yang
normalnya
bertindak
sebagai
sawar
(penghambat)
bagi
16
17
Kelompok umur
Bayi/neonates
Penyakit
Atresia, Volvulus, penyakit Hirschsprung
Intususepsi, hernia strangulasi inguinalis, kelainan
Anak-anak
Dewasa
Orang tua
a) Perlengketan/Adhesi
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi n
adalah pita-pita jaringan fibrosa yang sering menyebabkan obstruksi usus
halus pasca bedah setelah operasi abdomen. Risiko terjadinya adhesi
menimbulkan gejala obstruksi pada anak belum diteliti dengan baik, tetapi
sering terjadi pada 2-3% penderita setelah operasi abdomen. Sebagian besar
obstruksi disertai oleh adhesi dan dapat terjadi setiap waktu setelah minggu
kedua pasca bedah. Adhesi dapat berupa perlengketan yang bentuk tunggal
maupun multiple (perlengketan yang lebih dari satu) yang setempat
maupun luas. Pada operasi, perlengketan dilepaskan dalam bentuk pita.
Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus
pulih kembali.8
18
ditemukan.
Penyakit
ini
disebabkan
oleh
kelainan
pada
19
2. Entero-colics
3. Colica
4. Prolapsus ani
20
dan oleh gerakan peristaltik didorong ke bagian distal dan dalam gerakan
ini dinding usus ikut tertarik.8
f) Volvulus
Volvulus di usus halus agak jarang ditemukan. Disebut pula dengan
torsi dan merupakan pemutaran usus dengan mesenterium sebagai poros.
Usus melilit/memutar sampai 180-360 derajat. Volvulus dapat disebabkan
oleh mesentrium yang terlalu panjang, yang merupakan kelainan kongenital
pada usus halus, pada obstisipasi yang menahun, terutama pada sigmoid,
pada hernia inkarcerata, usus dalam kantong hernia menunjukkan tandatanda torsi; pada tumor dalam dinding usus atau tumor dalam mesentrium.
Akibat volvulus terjadi gejala-gejala strangulasi pembuluh darah dengan
infark dan gejala-gejala ileus.8
g) Kelainan Kongenital
Setiap cacat bawaan pada usus berupa stenosis atau atresia dari
sebagian saluran cerna akan menyebabkan obstruksi setelah bayi mulai
menyusui. Kelainan-kelainan ini disebabkan oleh tidak sempurnanya
kanalisasi saluran pencernaan dalam perkembangan embrional dan keadaan
ini dapat terjadi pada usus dimana saja. Atresi ialah buntu sama sekali
dengan tanda-tanda obstruksi total sedangkan stenosis hanya merupakan
penyempitan dengan gejala-gejala obstruksi yang tidak total.8
h) Atresia Usus
Gangguan pasase usus yang kongenital dapat berbentuk stenosis dan
atresia, yang dapat disebabkan oleh kegagalan rekanalisasi pada waktu janin
21
berusia 6-7 minggu. Kelainan bawaan ini dapat juga disebabkan oleh
gangguan aliran darah lokal pada sebahagian dinding usus akibat desakan,
invaginasi, volvulus, jepitan, atau perforasi usus masa janin. Daerah usus
yang tersering mengalaminya adalah usus halus. Stenosis dapat juga terjadi \
karena penekanan, misalnya oleh pankreas anulare dan dapat berupa atresia.8
i) Radang kronik
Setiap radang kronik, terutama morbus Crohn, dapat menyebabkan
obstruksi karena udem, hipertrofi, dan fibrosis yang biasanya terjadi pada
penyakit kronik.8
j) Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejunum.
Obstruksi usus oleh cacing askariasis paling sering ditemukan pada anak
karena hygiene kurang sehingga infestasi cacing terjadi berulang-ulang dan
usus halus pada anak-anak lebih sempit daripada usus halus orang dewasa
sedangkan ukuran cacing sama besar. Obstruksi umumnya disebabkan oleh
suatu gumpalan padat yang terdiri dari sisa makanan dan puluhan ekor cacing
yang mati akibat pemberian obat cacing.8
k) Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika
ia menimbulkan invaginasi. Kebanyakan tumor jinak di usus halus tidak
menimbulkan gangguan yang berarti selama hidup. Kadang-kadang gejalanya
tidak jelas atau tidak khas, sehingga kelainan tidak terdeteksi kecuali apabila
ada penyulit. Tumor usus halus dapat menimbulkan komplikasi, pendarahan,
22
23
n) Penyakit Hirschsprung
Penyakit Hirschsprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah
yang paling sering terjadi pada neonatus. Penyakit Hirschsprung terjadi
akibat tidak adanya sel ganglion pada dinding usus atau terjadinya kelainan
inervasi usus, yang dimulai dari anus dan meluas ke proksimal. Gejalagejala klinis penyakit Hirschsprung biasanya mulai pada saat lahir dengan
terlambatnya pengeluaran tinja (mekonium). Kegagalan mengeluarkan tinja
menyebabkan dilatasi bagian proksimal usus besar dan perut menjadi
kembung. Karena usus besar melebar, tekanan di dalam lumen meningkat,
mengakibatkan aliran darah menurun dan perintang mukosa terganggu Statis
memungkinkan
proliferasi
bakteri,
sehingga
dapat
menyebabkan
24
25
Laktobezoar
ditemukan
pada
bayi-bayi
prematur
yang
26
2.4.6 Komplikasi
Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian
akibat ileus obstruktif. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang
mematikan, hasil-hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah.
Usus yang mengalami perforasi mungkin mengalami perforasi dan
menggeluarkan materi tersebut ke dalam rongga peritoneum yang
menyebabkan peritonis. Tetapi meskipun usus tidak mengalami perforasi,
bakteri dapat melintasi usus yang permeable tersebut dan masuk ke
dalam sirkulasi tubuh melalui cairan getah bening dan mengakibatkan
syok septik .Komplikasi lain yang dapat timbul antara lain syok
hipovolemia, abses, pneumonia aspirasi dari proses muntah dan dapat
menyebabkan kematian.9
tidak
mampu
melakukan
kontraksi
peristaltik
untuk
27
2.5.2 Etiologi
Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada: (1) proses
intraabdominal seperti pembedahan perut dan saluran cerna atau iritasi
dari peritoneal (peritonitis, pankreatitis, perdarahan); (2) sakit berat
seperti pneumonia, gangguan pernafasan yang memerlukan intubasi,
sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes ketoasidosis, dan
ketidakseimbangan
hipomagnesemia,
elektrolit
hipofosfatemia);
(hipokalemia,
dan
(3)
hiperkalsemia,
obat-obatan
yang
28
Hipokalemia
Hiponatremia
Hipomagnesemia
Hipermagensemia
29
Divertikulitis
Nefrolisiasis
Kolesistitis
Pankreatitis
2.5.3 Patofisiologi
Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari
terangsangnya sistem saraf simpatis dimana dapat menghambat aktivitas
dalam traktus
30
keadaan
yang
menimbulkan
ileus
paralitik
dapat
SLE, sklerosis
multiple7
Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin, fenotiazin,
antihistamin.7
Infeksi/ inflamasi. Pneumonia, empiema, peritonitis, infeksi sistemik
berat lainnya.7
31
Neurogenik
Refleks inhibisi dari saraf afferent: incisi pada kulit dan usus pada
operasi abdominal.7
Refleks inhibisi dari saraf efferent: menghambat pelepasan
neurotransmitter asetilkolin.7
Hormonal
Kolesistokinin, disekresi oleh sel I dalam mukosa
duodenum dan jejunum terutama sebagai respons terhadap adanya
pemecahan produk lemak, asam lemak dan monogliserida di
dalam usus. Kolesistokinin mempunyai efek yang kuat dalam
meningkatkan kontraktilitas kandung empedu, jadi mengeluarkan
empedu
kedalam
usus
halus
dimana
empedu
kemudian
disaat
bersamaan
dimana
hormon
ini
menyebabkan
supaya
terjadi
pencernaan
lemak
di
traktus
Farmakologi
32
33
Posisi pasien :
34
FFD : 90 - 120 cm
Marker R/L
2. Duduk
atau
setengah
duduk
atau
berdiri
Posisi pasien :
(erect),
bila
35
CP : Setinggi L - 1
FFD : 90 -120 cm
Marker R/L
36
Posisi pasien :
CP : Setinggi L - 2
FFD : 90 120 cm
Marker R/L
37
Hal hal yang dapat dinilai pada foto foto di atas ialah5:
1. Posisi terlentang (supine)
- Dinding abdomen, yang penting yaitu: lemak preperitoneal kanan
-
pelembungan (bulging).
Batu yang radioopak, kalsifikasi atau benda asing yang radioopak.
Kontur ginjal kanan dan kiri.
Gambaran udara usus :
Normal
Pelebaran lambung, usus halus, kolon
Penyebaran dari usus usus yang melebar
Keadaan dinding usus
Jarak antara dua dinding usus yang berdampingan
2. Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak ( Erect)5
- Gambaran udara bebas di bawah diafragma
3. Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)5
-
38
39
40
Ada tidaknya air fluid level pada foto tegak atau dekubitus lateral.
o Pada usus halus normal bisa terdapat air fluid level sebanyak dua
sampai tiga loop.
o Kolon biasanya tidak memiliki air fluid level atau hanya sedikit
pada keadaan obstruksi, oleh karena cairan diabsorbsi di kolon.
o Air fluid level pada ileus obstruktif terlihat pendek-pendek,
sedangkan pada ileus paralitik akan terlihat memanjang. Hal ini
diakibatkan masih adanya kontraksi usus pada ileus obstruksi.11
feses
merupakan
petunjk
bahwa
usus
yang
41
Gambar
42
Gambar 7 Gambaran ileus obstruktif letak rendah, tampak sumbatan di kolon dan air
fluid level yang panjang-panjang di kolon5
Ileus Paralitik
Pada ileus paralitik terdapat dilatasi usus secara menyeluruh dari
gaster sampai rektum. Penebalan dinding usus halus yang mengalami
dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua
43
Hearing
bone
apperance
Air fluid
level
Dilatasi
usus dari
gaster
sampai
rectum
Gambar 8 Gambaran Ileus paralitik, tampak dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster
sampai rectum, gambaran herring bone appearance dan air fluid level 5
44
45
2.6.3 CT-Scan
CT-Scan berfungsi untuk menentukan diagnosa dini atau obstruksi
strangulate dan menyingkirkan penyebab akut abdomen lain terutama
jika klinis dan temuan radiologis lain tidak jelas. CT-scan juga dapat
membedakan penyebab obstruksi intestinal, seperti adhesi, hernia
karena penyebab ekstrinsik dari neoplasma dan penyakit Chron karena
penyebab intrinsik. Obstruksi ditandai dengan diametes usus halus
sekitar 2,5 cm pada bagian proksimal menjadi bagian yang kolaps
dengan diameter sekitar 1 cm.12
Tingkat sensitifitas CT scan sekitar 80-90% sedangkan tingkat
spesifisitasnya sekitar 70-905 untuk mendeteksi adanya obstruksi
intestinal. Temuan berupa zona transisi dengan dilatasi usus proksimal,
dekompresi usus bagian distal, kontras intralumen yang tak dapat
melewati bagian obstruksi dan kolon yang mengandung sedikit cairan
46
47
48
TERAPI
Ileus obstruksi
Pengelolaan ileus obstruktif adalah sebagai berikut:
49
Ileus paralitik
Pengelolaan ileus paralitik adalah dengan konservatif. Tindakannya berupa
dekompresi dengan pipa nasogastrik, menjaga cairan dan elektrolit,
mengobati kausa atau penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat.
BAB III
KESIMPULAN
50
Ileus paralitik merupakan suatu keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu
melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Pemeriksaan radiologi
pada ileus paralititk akan menunjukkan adanya dilatasi usus secara menyeluruh
dari gaster sampai rektum. Jika ileus obstruktif berlangsung lama maka bisa
terjadi ileus paralitik.
Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka
hal ini sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat ditentukan
oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai, keterampilan dokter, dan
kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh pada faktor-faktor
tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus yang akhirnya
berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga berpengaruh
dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah : Gawat abdomen. Edisi
2. Jakarta : EGC, 2003. Hal. 181-91
2. Lavine BA. Buku Ajar Bedah Sabiston Essential Surgery :
Kelainan Bedah Usus Halus. Jakarta : EGC, 2010. Hal. 662-74
3. Moore L. Anatomi Klinik Dasar : Usus Halus dan Kolon. Jakarta
: Hipokrates, 2010. Hal. 824-35
4. Guyton AC, Hall. Fisiologi Kedokteran : Saluran Cerna. Edisi
12. Jakarta : EGC, 2011. Hal 1234-48
51
52
Diskusi
1.
2.
3.
Perbedaan air fluid level pada ileus obstruktif letak rendah dan ileus paralitik?
53
Jawaban:
Pada gambaran BNO dengan kontras maka cairan kontras akan mengisi
seluruh sistem intestinal maupun itu pada ileus obstruktif letak rendah dan
ileus paralitik. Namun yang membedakannya adalah pada ileus obstruktif
letak rendah gambaran ususnya kan distensi diakibatkan oleh osbtruksinya itu
sendiri sehingga menyebabkan material tersumbat lalu menumpuk dan terjadi
distensi. Sedangkan pada gambaran ileus paralitik adalah dilatasi usus saja
tidak sampai distensi karena tidak adanya material yang menyumbat.
4.
Perbedaan gambaran pada ileus obstruktif letak rendah, ileus paralitik dan
meteorismus?
Jika hanya terdapat distensi usus, tanpa ada penebalan dinding usus, maka
disebut meteorismus/aerofagia. Distensi usus pada meteorismus juga tidak
melebihi diameter normal. Pada ileus obstruktif letak rendah terdapat distensi
selain dilatasi, sedangkan pada ileus paralitik terdapat dilatasi.