com
hanifbram
7,8
Sedangkan glandula saliva minor terdiri dari 1000 kelenjar yang
tersebar pada
lapisan mukosa rongga mulut, terutama di mukosa pipi, palatum,
baik palatum durum
maupun palatum molle, mukosa lingual, mukosa bibir, dan juga
terdapat di uvula,
dasar mulut, bagian posterior lidah, dasar atau ventral lidah, daerah
sekitar
retromolar, daerah peritonsillar, dan sistem lakrimal.
7,8,9
Glandula saliva minor
terutama menghasilkan cairan mukus, kecuali pada glandula Von
Ebners (glandula
yang berada pada papilla circumvalata lidah) yang menghasilkan
cairan serus.
10
Kasus mukokel umumnya melibatkan glandula saliva minor. Tidak
tertutup
kemungkinan mukokel dapat melibatkan glandula saliva mayor
tergantung pada
letaknya. Sedangkan ranula merupakan istilah yang digunakan
untuk menyebut
mukokel yang berada di dasar mulut, dan diketahui daerah dasar
mulut dekat dengan
glandula sublingual dan glandula saliva minor.
11,12
Dengan kata lain ranula umumnya
melibatkan glandula saliva minor ataupun glandula sublingual.
Sama halnya dengan
mukokel, ranula juga dapat melibatkan glandula saliva mayor,
misalnya glandula
saliva submandibula apabila ranula telah meluas ke otot
milohioideus dan memasuki
ruang submandibula.
13
2.1 Mukokel
2.1.1 Denisi
Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat
rupturnya duktus
glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling
jaringan lunak.
11
Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik.
11,12
Mukokel
merupakan kista benigna, tetapi dikatakan bukan kista yang
sesungguhnya, karena
tidak memiliki epithelial lining pada gambaran histopatologisnya.
3,11,12,15,16
Lokasinya
bervariasi.
3
Bibir bawah merupakan bagian yang paling sering terkena mukokel,
yaitu
lebih dari 60% dari seluruh kasus yang ada.
11
Umumnya terletak di bagian lateral
mengarah ke midline.
11
Beberapa kasus ditemui pada mukosa bukal dan ventral lidah,
dan jarang terjadi pada bibir atas.
11
Banyak literatur yang menyebut mukokel sebagai
mucous cyst. Kebanyakan kasus melaporkan insidensi tertinggi
mukokel adalah usia
muda tetapi hingga saat ini belum ada studi khusus pada usia yang
spesik.
17
2.1.2 Etiopatogenesis
Mukokel melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi
yang tidak
begitu jelas, namun diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan
trauma, baik trauma
lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini
disebut mukus
ekstravasasi.
1,11,12,17-21
Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena trauma
pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva
minor akibat
pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa
bibir diantara dua gigi
keadaan abnormal,
kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat
pembengkakan pada
rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada
massa tersebut.
Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan
palpasi pada massa.
Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat
dilakukan palpasi.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi
pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiogra.
27
Pemeriksaan laboratorium sangat
membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel,
cairan diambil secara
aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi
secara mikroskopis
untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat.
Kemudian dapat
dilakukan pemeriksaan radiogra, meliputi pemeriksaan secara MRI
(Magnetic
Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan),
ultrasonogra,
sialogra, dan juga radiogra konfensional.
27
2.1.6 Diagnosa Banding
Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan gambaran klinis
dengan
mukokel, diantaranya hemangioma, lymphangioma, pyogenic
granuloma (apabila
letaknya pada bagian anterior lidah), salivary gland neoplasm, dan
lain-lain.
1,18
Untuk
dapat membedakan mukokel dengan penyakit-penyakit tersebut
maka dibutuhkan
riwayat timbulnya massa dan gambaran klinis yang jelas yang
menggambarkan ciri
khas mukokel yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain, dan
dibutuhkan hasil
mengalir ke arah
leher melalui otot milohioideus dan menetap di dalam jaringan
fasial sehingga terjadi
pembengkakan yang difus pada bagian lateral atau submental leher.
Sekresi saliva
yang berlangsung lama pada glandula sublingual akan
menyebabkan akumulasi
mukus sehingga terjadi pembesaran massa servikal secara
konstan.
Trauma dari tindakan bedah yang dilakukan untuk mengeksisi
ranula
menimbulkan jaringan parut atau disebut juga jaringan brosa pada
permukaan
superior ranula, sehingga apabila kambuh kembali ranula akan
tumbuh dan
berpenetrasi ke otot milohioideus dan membentuk ranula servikal.
Sekurangkurangnya 45% dari ranula servikal terjadi setelah eksisi
ranula supersial.
2.2.4 Klasikasi
Berdasarkan letaknya ranula dibedakan menjadi dua, yaitu ranula
simpel dan
ranula plunging.
1,4,5
Ranula simpel yang juga disebut dengan oral ranula merupakan
ranula yang terbentuk karena obstruksi duktus glandula saliva
tanpa diikuti dengan
rupturnya duktus tersebut.
Letaknya tidak melewati ruang submandibula, dengan
kata lain tidak berpenetrasi ke otot milohioideus.
Sedangkan ranula plunging atau sering disebut ranula diving
merupakan massa yang terbentuk akibat rupturnya
glandula saliva tanpa diikuti rupturnya ruang submandibula yang
kemudian
menimbulkan plug pseudokista yang meluas hingga ke ruang
submandibula atau
dengan kata lain berpenetrasi ke otot milohioideus.
Ranula juga dapat dibedakan atas
fenomena ekstravasasi mukus dan kista retensi mukus.
Ekstravasasi mukus
merupakan akibat dari trauma, sedangkan kista retensi mukus
terjadi akibat obstruksi
submandibula.
Terdapat
juga laporan yang menunjukkan ruang submental, daerah
kontralateral leher,
nasofaring, retrofaring, dan juga mediastinum.
Secara histopatologi, kebanyakan ranula tidak mempunyai lapisan
epitel dan
dinding dari ranula terdiri dari jaringan ikat brous yang menyerupai
jaringan
granulasi. Penemuan histopatologi menunjukkan ruang dalam kista
dan dindingnya
didominasi oleh histiosit, dan juga dijumpai mucin.
2.2.6 Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa ranula dilakukan prosedur-prosedur
yang
meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan
mencatat riwayat
pasien.
Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang
diperoleh
dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan
autoanamnese yaitu yang
diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan
terhadap pasien dan
pemeriksaan pendukung.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan sik
dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien,
yaitu pemeriksaan
keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran
tekanan darah,
pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe,
pemeriksaan keadaan
abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis
keadaan abnormal,
kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat
pembengkakan pada
rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada
massa tersebut.
Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan
palpasi pada massa.