Anda di halaman 1dari 14

hanifbram.wordpress.

com

hanifbram

Mukokel dan ranula merupakan dua contoh dari beberapa penyakit


mulut
yang melibatkan glandula saliva. Sebelum membahas mengenai
kedua penyakit
mulut tersebut, akan dibahas mengenai glandula saliva secara
umum.
Glandula saliva terbagi dua, yaitu glandula saliva mayor dan
glandula saliva
minor.
7,8
Glandula saliva mayor terdiri dari :
1. Glandula parotis
Merupakan glandula terbesar yang letaknya pada permukaan otot
masseter
yang berada di belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior
telinga. Glandula
parotis menghasilkan hanya 25% dari volume total saliva yang
sebagian besar
merupakan cairan serus.
2. Glandula submandibula
Merupakan glandula terbesar kedua setelah glandula parotis.
Letaknya di
bagian medial sudut bawah mandibula. Glandula submandibula
menghasilkan 6065% dari volume total saliva di rongga mulut, yang merupakan
campuran cairan serus
dan mukus.
3. Glandula sublingual
Glandula yang letaknya pada fossa sublingual, yaitu dasar mulut
bagian
anterior. Merupakan glandula saliva mayor yang terkecil yang
menghasilkan 10%
dari volume total saliva di rongga mulut dimana sekresinya
didominasi oleh cairan
mukus.

7,8
Sedangkan glandula saliva minor terdiri dari 1000 kelenjar yang
tersebar pada
lapisan mukosa rongga mulut, terutama di mukosa pipi, palatum,
baik palatum durum
maupun palatum molle, mukosa lingual, mukosa bibir, dan juga
terdapat di uvula,
dasar mulut, bagian posterior lidah, dasar atau ventral lidah, daerah
sekitar
retromolar, daerah peritonsillar, dan sistem lakrimal.
7,8,9
Glandula saliva minor
terutama menghasilkan cairan mukus, kecuali pada glandula Von
Ebners (glandula
yang berada pada papilla circumvalata lidah) yang menghasilkan
cairan serus.
10
Kasus mukokel umumnya melibatkan glandula saliva minor. Tidak
tertutup
kemungkinan mukokel dapat melibatkan glandula saliva mayor
tergantung pada
letaknya. Sedangkan ranula merupakan istilah yang digunakan
untuk menyebut
mukokel yang berada di dasar mulut, dan diketahui daerah dasar
mulut dekat dengan
glandula sublingual dan glandula saliva minor.
11,12
Dengan kata lain ranula umumnya
melibatkan glandula saliva minor ataupun glandula sublingual.
Sama halnya dengan
mukokel, ranula juga dapat melibatkan glandula saliva mayor,
misalnya glandula
saliva submandibula apabila ranula telah meluas ke otot
milohioideus dan memasuki
ruang submandibula.
13
2.1 Mukokel
2.1.1 Denisi
Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat
rupturnya duktus
glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling

jaringan lunak.
11
Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik.
11,12
Mukokel
merupakan kista benigna, tetapi dikatakan bukan kista yang
sesungguhnya, karena
tidak memiliki epithelial lining pada gambaran histopatologisnya.
3,11,12,15,16
Lokasinya
bervariasi.
3
Bibir bawah merupakan bagian yang paling sering terkena mukokel,
yaitu
lebih dari 60% dari seluruh kasus yang ada.
11
Umumnya terletak di bagian lateral
mengarah ke midline.
11
Beberapa kasus ditemui pada mukosa bukal dan ventral lidah,
dan jarang terjadi pada bibir atas.
11
Banyak literatur yang menyebut mukokel sebagai
mucous cyst. Kebanyakan kasus melaporkan insidensi tertinggi
mukokel adalah usia
muda tetapi hingga saat ini belum ada studi khusus pada usia yang
spesik.
17
2.1.2 Etiopatogenesis
Mukokel melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi
yang tidak
begitu jelas, namun diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan
trauma, baik trauma
lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini
disebut mukus
ekstravasasi.
1,11,12,17-21
Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena trauma
pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva
minor akibat
pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa
bibir diantara dua gigi

yang jarang, menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan


bagian ventral
lidah pada permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang
memiliki
kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-lain.
1,12,22
Dapat juga akibat trauma
pada proses kelahiran bayi, misalnya trauma akibat proses
kelahiran bayi yang
menggunakan alat bantu forceps, trauma pada saat dilakukan
suction untuk
membersihkan saluran nafas sesaat setelah bayi dilahirkan,
ataupun trauma yang
disebabkan karena ibu jari bayi yang dilahirkan masih berada dalam
posisi sucking
(menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir.
1
Ketiga contoh trauma pada proses
kelahiran bayi akan mengakibatkan mukokel kongenital.
1
Setelah terjadi trauma yang
dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas, duktus glandula
saliva minor rusak,
akibatnya saliva keluar menuju lapisan submukosa kemudian cairan
mukus terdorong
dan sekresinya tertahan lalu terbentuk inamasi (adanya
penumpukan jaringan
granulasi di sekeliling kista) mengakibatkan penyumbatan pada
daerah tersebut,
terbentuk pembengkakan lunak, beruktuasi, translusen kebiruan
pada mukosa mulut
yang disebut mukokel.
1,18,23
Kedua diakibatkan adanya genangan mukus dalam duktus ekskresi
yang
tersumbat dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi.
1,11,12,17-21,23
Genangan mukus
dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar dapat
disebabkan karena plug
mukus dari sialolith atau inamasi pada mukosa yang menekan
duktus glandula

saliva minor lalu mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada


duktus glandula saliva
minor tersebut, terjadi dilatasi akibat cairan mukus yang
menggenang dan menumpuk
pada duktus glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur, kemudian
lapisan subepitel
digenangi oleh cairan mukus dan menimbulkan pembengkakan
pada mukosa mulut
yang disebut mukokel.
1,6,18,19,23,24
2.1.3 Klasikasi
Berdasarkan etiologi, patogenesis, dan secara umum mukokel dapat
diklasikasikan menjadi dua, yaitu mukokel ekstravasasi mukus
yang sering disebut
sebagai mukokel supersial dimana etiologinya trauma lokal atau
mekanik, dan
mukokel retensi mukus atau sering disebut kista retensi mukus
dimana etiologinya
plug mukus akibat sialolith atau inamasi pada mukosa mulut yang
menyebabkan
duktus glandula saliva tertekan dan tersumbat secara tidak
langsung.
1,17-19,21
Literatur
lain mengklasikasikan mukokel menjadi tiga, yaitu supercial
mucocele yang
letaknya tepat di bawah lapisan mukosa dengan diameter 0,1-0,4
cm, classic
mucocele yang letaknya tepat di atas lapisan submukosa dengan
diameter lebih kecil
dari 1 cm, dan deep mucocele yang letaknya lebih dalam dari kedua
mukokel
sebelumnya.
16
Dikenal pula tipe mukokel kongenital yang etiologinya trauma pada
proses kelahiran bayi.
1
2.1.4 Gambaran Klinis dan Histopatologi
Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau
pembengkakan lunak yang beruktuasi, berwarna translusen
kebiruan apabila massa

belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal


seperti warna mukosa
mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam, apabila dipalpasi
pasien tidak
sakit.
1,11,12,17-22
Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter, beberapa
literatur menuliskan diameter mukokel umumnya kurang dari 1 cm.
1,11,12,16-22
Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstrsavasasi mukus berbeda
dengan
tipe retensi mukus. Tipe ekstravasasi gambaran histopatologinya
memperlihatkan
glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi.
16
Sedangkan tipe
retensi menunjukkan adanya epithelial lining.
16
2.1.5 Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa mukokel dilakukan prosedur-prosedur
yang
meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan
mencatat riwayat
pasien.
27
Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang
diperoleh
dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan
autoanamnese yaitu yang
diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan
terhadap pasien dan
pemeriksaan pendukung.
27
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan sik
dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien,
yaitu pemeriksaan
keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran
tekanan darah,
pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe,
pemeriksaan keadaan
abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis

keadaan abnormal,
kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat
pembengkakan pada
rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada
massa tersebut.
Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan
palpasi pada massa.
Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat
dilakukan palpasi.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi
pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiogra.
27
Pemeriksaan laboratorium sangat
membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel,
cairan diambil secara
aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi
secara mikroskopis
untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat.
Kemudian dapat
dilakukan pemeriksaan radiogra, meliputi pemeriksaan secara MRI
(Magnetic
Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan),
ultrasonogra,
sialogra, dan juga radiogra konfensional.
27
2.1.6 Diagnosa Banding
Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan gambaran klinis
dengan
mukokel, diantaranya hemangioma, lymphangioma, pyogenic
granuloma (apabila
letaknya pada bagian anterior lidah), salivary gland neoplasm, dan
lain-lain.
1,18
Untuk
dapat membedakan mukokel dengan penyakit-penyakit tersebut
maka dibutuhkan
riwayat timbulnya massa dan gambaran klinis yang jelas yang
menggambarkan ciri
khas mukokel yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain, dan
dibutuhkan hasil

pemeriksaan sik dan hasil pemeriksaan pendukung lain yang


akurat seperti
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiogra.
27
2.1.7 Perawatan
Pada umumnya pasien yang berkunjung ke dokter gigi dan meminta
perawatan, memiliki ukuran mukokel yang relatif besar. Perawatan
mukokel
dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan fungsi
mulut yang
dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan massa. Sejumlah
literatur menuliskan
beberapa kasus mukokel dapat hilang dengan sendirinya tanpa
dilakukan perawatan
terutama pada pasien anak-anak.
1,11,12
Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor
penyebab dan
pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab
dimaksudkan untuk
menghindarkan terjadinya rekurensi. Umumnya mukokel yang
etiologinya trauma
akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal dan mekanik yang terjadi
terus menerus
dapat menyebabkan terjadinya rekurensi mukokel. Karena jika
kebiasaan buruk atau
hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera disingkirkan
atau dihilangkan,
maka mukokel akan dengan mudah muncul kembali walaupun
sebelumnya sudah
dilakukan perawatan bedah.
Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi,
marsupialisasi, dan
dissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada
ukuran dan lokasi
massa.
2.2 Ranula
2.2.1 Denisi
Ranula adalah istilah yang digunakan untuk menyebut mukokel
yang letaknya
di dasar mulut.
11,12

Kata ranula yang digunakan berasal dari bahasa latin RANA


yang berarti katak, karena pembengkakannya menyerupai bentuk
tenggorokan bagian
bawah dari katak.
5,6,11,12,15
Merupakan pembengkakan dasar mulut yang berhubungan
dan melibatkan glandula sublingualis, dapat juga melibatkan
glandula salivari
minor.
4,5
Ukuran ranula dapat membesar, dan apabila tidak segera diatasi
akan
memberikan dampak yang buruk, karena pembengkakannya dapat
mengganggu
fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafas.
2.2.2 Etiologi
Etiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat
trauma,
obstruksi kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva.
6,24
Post traumatic
ranula terjadi akibat trauma pada glandula sublingual atau
submandibula yang
menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk pseudokista.
Ranula juga
dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva dan anomali
kongenital dimana
duktus saliva tidak terbuka.
2.2.3 Patogenesis
Terdapat dua konsep patogenesis ranula supersial. Pertama
pembentukan
kista akibat obstruksi duktus saliva dan kedua pembentukan
pseudokista yang
diakibatkan oleh injuri duktus dan ekstravasasi mukus.
Obstruksi duktus saliva
dapat disebabkan oleh sialolith, malformasi kongenital, stenosis,
pembentukan parut
pada periduktus akibat trauma, agenesis duktus atau tumor.
Ekstravasasi mukus pada glandula sublingual menjadi penyebab
ranula
servikal. Kista ini berpenetrasi ke otot milohioideus. Sekresi mukus

mengalir ke arah
leher melalui otot milohioideus dan menetap di dalam jaringan
fasial sehingga terjadi
pembengkakan yang difus pada bagian lateral atau submental leher.
Sekresi saliva
yang berlangsung lama pada glandula sublingual akan
menyebabkan akumulasi
mukus sehingga terjadi pembesaran massa servikal secara
konstan.
Trauma dari tindakan bedah yang dilakukan untuk mengeksisi
ranula
menimbulkan jaringan parut atau disebut juga jaringan brosa pada
permukaan
superior ranula, sehingga apabila kambuh kembali ranula akan
tumbuh dan
berpenetrasi ke otot milohioideus dan membentuk ranula servikal.
Sekurangkurangnya 45% dari ranula servikal terjadi setelah eksisi
ranula supersial.
2.2.4 Klasikasi
Berdasarkan letaknya ranula dibedakan menjadi dua, yaitu ranula
simpel dan
ranula plunging.
1,4,5
Ranula simpel yang juga disebut dengan oral ranula merupakan
ranula yang terbentuk karena obstruksi duktus glandula saliva
tanpa diikuti dengan
rupturnya duktus tersebut.
Letaknya tidak melewati ruang submandibula, dengan
kata lain tidak berpenetrasi ke otot milohioideus.
Sedangkan ranula plunging atau sering disebut ranula diving
merupakan massa yang terbentuk akibat rupturnya
glandula saliva tanpa diikuti rupturnya ruang submandibula yang
kemudian
menimbulkan plug pseudokista yang meluas hingga ke ruang
submandibula atau
dengan kata lain berpenetrasi ke otot milohioideus.
Ranula juga dapat dibedakan atas
fenomena ekstravasasi mukus dan kista retensi mukus.
Ekstravasasi mukus
merupakan akibat dari trauma, sedangkan kista retensi mukus
terjadi akibat obstruksi

duktus glandula saliva.


Selain tipe ranula di atas, dikenal pula ranula kongenital,
yaitu ranula yang diakibatkan anomali kongenital, misalnya atresia
duktus saliva atau
kegagalan pada proses pembentukan kanal/duktus ekskresi, tetapi
kasus seperti ini
sangat jarang ditemui.
2.2.5 Gambaran Klinis, Radiogra, dan Histopatologi
Sama halnya dengan mukokel, gambaran klinis ranula merupakan
massa
lunak yang beruktusi dan berwarna translusen kebiruan, yang
membedakannya
dengan mukokel adalah letaknya di dasar mulut atau bagian bawah
lidah.
Apabila dipalpasi, massa ini tidak akan berubah warna menjadi
pucat. Jika
massa ini terletak agak jauh ke dasar mulut, maka massa ini tidak
lagi berwarna
kebiruan melainkan berwarna normal seperti mukosa mulut yang
sehat.
Diameternya
mulai dari 1 sampai dengan beberapa sentimeter.
Ranula tidak diikuti rasa sakit. Keluhan yang paling sering
diungkapkan
pasien adalah mulutnya terasa penuh dan lidah terangkat ke atas.
Apabila tidak
segera diatasi akan terus mengganggu fungsi bicara, mengunyah,
menelan, dan
bernafas.
Ranula yang berukuran besar akan menekan duktus glandula saliva
dan
menyebabkan aliran saliva menjadi terganggu.
Akibatnya muncul gejala obstruksi
glandula saliva seperti sakit saat makan atau sakit pada saat
glandula saliva
terangsang untuk mengeluarkan saliva dan akhirnya kelenjar saliva
membengkak.
Ranula plunging akan menimbulkan pembengkakan pada leher.
Dan biasanya berdiameter 4-10 cm dan melibatkan ruang

submandibula.
Terdapat
juga laporan yang menunjukkan ruang submental, daerah
kontralateral leher,
nasofaring, retrofaring, dan juga mediastinum.
Secara histopatologi, kebanyakan ranula tidak mempunyai lapisan
epitel dan
dinding dari ranula terdiri dari jaringan ikat brous yang menyerupai
jaringan
granulasi. Penemuan histopatologi menunjukkan ruang dalam kista
dan dindingnya
didominasi oleh histiosit, dan juga dijumpai mucin.
2.2.6 Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa ranula dilakukan prosedur-prosedur
yang
meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan
mencatat riwayat
pasien.
Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang
diperoleh
dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan
autoanamnese yaitu yang
diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan
terhadap pasien dan
pemeriksaan pendukung.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan sik
dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien,
yaitu pemeriksaan
keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran
tekanan darah,
pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe,
pemeriksaan keadaan
abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis
keadaan abnormal,
kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat
pembengkakan pada
rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada
massa tersebut.
Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan
palpasi pada massa.

Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat


dilakukan palpasi.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi
pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiogra. Pemeriksaan
laboratorium sangat
membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel,
cairan diambil secara
aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi
secara mikroskopis
untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat.
Kemudian dapat
dilakukan pemeriksaan radiogra, meliputi pemeriksaan secara MRI
(Magnetic
Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan),
ultrasonogra,
sialogra, dan juga radiogra konfensional.
2.2.7 Diagnosa Banding
Sama halnya dengan mukokel, ada beberapa penyakit mulut yang
memiliki
kemiripan gambaran klinis dengan ranula, diantaranya kista
dermoid, sialolithiasis,
thyroglossal duct cyst, cystic hygroma, neoplastic thyroid disease,
dan lain-lain.
Untuk dapat membedakan ranula dengan penyakit-penyakit
tersebut maka dibutuhkan
riwayat timbulnya massa atau pembengkakan yang jelas, gambaran
klinis yang jelas
yang menggambarkan ciri khas ranula yang tidak dimiliki oleh
penyakit mulut lain,
dan dibutuhkan hasil pemeriksaan sik dan hasil pemeriksaan
pendukung lain yang
akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiogra.
2.2.8 Perawatan
Umumnya pasien yang berkunjung ke dokter gigi dan meminta
perawatan,
memiliki ukuran ranula yang relatif besar. Perawatan ranula
umumnya dilakukan

untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan fungsi mulut yang


dirasakan pasien
akibat ukuran dan keberadaan massa.
Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor
penyebab dan
pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab
dimaksudkan untuk
menghindarkan terjadinya rekurensi. Biasanya ranula yang
etiologinya trauma akibat
kebiasaan buruk atau trauma lokal atau mekanik yang terjadi terus
menerus dapat
menyebabkan terjadinya rekurensi ranula. Karena apabila kebiasaan
buruk atau hal
yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera dihilangkan,
maka ranula akan
dengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya sudah
dilakukan perawatan
pembedahan.
Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi,
marsupialisasi, dan
dissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada
ukuran dari massa.
Semoga bermanfaat..:)
source : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20503
/3/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai