BAB 2 THT Revisi
BAB 2 THT Revisi
TONSILITIS KRONIK
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Pendidikan Program Profesi Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing :
DR. dr. H. Iwan Setiawan Adjie, Sp. THT-KL
Diajukan oleh :
Dian Mahfudz Asri Saputri
Yohana Pandora Ristua S.
Fajar Maulana Mizwar
J510155002
J510155073
J510155030
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
REFERAT
TONSILITIS KRONIK
OLEH:
Dian Mahfudz Asri Saputri
Yohana Pandora Ristua S.
Fajar Maulana Mizwar
J510155002
J510155073
J510155030
dipresentasikan dihadapan:
Dr. dr. H. Iwan Setiawan. A. Sp, THT-KL
Disahkan Ka. Program Profesi :
dr. Dona Dewi Nirlawati
BAB I
PENDAHULUAN
Tonsilitis
kronik
pada
umumnya
diterapi
dengan
tonsilektomi.
Tonsilektomi mengandung resiko baik pada saat operasi maupun setelah operasi
dan tidak semua penderita tonsilitis kronis memenuhi syarat untuk dilakukan
tonsilektomi. Resiko tonsilektomi adalah terjadinya perdarahan (anemia,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Histologi dan Imunologi TonsilNormal
Tonsila palatina dan tonsila nasofaring adalah jaringan limfoepitel
yang berlokasi diarea strategis orofaring dan nasofaring. Jaringan
imunokompeten ini mewakili pertahanan pertama melawan protein asing
yang ditelan dan dihirup seperti bakteri, virus dan antigen makanan
(Bernstein, 1994).
Tonsil palatina dan tonsil nasofaring memiliki karakteristik
arsitektur limfoid yang terdiri dari epitel retikuler, daerah folikuler/primer
dan daerah sekunder centrum germinativum yang dilapisi zona mantel dan
ekstra folikuler. Sel imunokompeten yang terdapat di berbagai bagian
tonsil telah diteliti melalui antibodi poliklonal dan monoklonal yang
spesifik terhadap epitop dari limfosit. Jalur prinsip dari pengambilan
antigen terjadi di lipatan-lipatan (kerut) tonsila palatina dan tonsila
nasofaring. Tonsila palatina manusia terdiri dari 10-20 kripta yang
memungkinkan peningkatan paparan permukaan untuk pengambilan
antigen. Sel yang berperan penting dalam pengambilan antigen terdapat di
microfold (M) di kripta yang juga terdapat di plaks peyer di usus halus. Sel
HLA DR positif terdapat di dalam kripta yang juga penting untuk
menangkap anti gen , sel yang penting untuk mengantarkan anti gen
adalah makrofag interdigitating cells (ICs) terdapat di area extra folukuler
dan flikuler sel dendritik terdapat di sentrumgerminativum hal ini
dideteksi menggunakan anti body monokuler khusus ditujukan melawan
resptor permukaan sel penyaji anti gen yang berlokasi dan terdistribusi di
tonsil nasofaring. Setelah antigen ditangkap secara selektif oleh makrofag,
sel HLA-positif, sel Microfold kemudian antigen dibawa ICs ke area
ekstra folikular tempat sel T berada dan FDSc membawa antigen ke
sentrum germinativum tempat sel B berada sehinga sel B berproliferasi
sebagai respon dari sinyal antigen(Bernstein, 1994). Aktifitas imunologi
tonsil paling aktif pada usia 4-10 tahun kemudian menurun pada usia
remaja ditandai dengan penurunan populasi sel B dan peningkatanr rasio
sel T dibandingkan dengan sel B. Meskipun produksi imunoglobulin
secara keseluruhan menurun selB masih sangat aktif pada tonsil yang
sehat(Campisi, 2003).
Sel derivat timus (T) khas menempati zona extra folikuler tetapi sel
helper yang menstimulasi limfosit T juga terdapat di sentrumgerminatifum
sekresi matriks yang terbuat dari protein dan gula diluar dari sel tubuh
bakteri. Struktur biofilm menyediakan stabilitas mekanis untuk bakteri dan
berperan pada perubahan elemen genetik di lokasi terjadinya infeksi
(Alasilet al., 2013).
The presence of slight-moderate lymphocyte infiltration in the
surface epithelium (97%), The presence of Ugrass abscess and/or
diffuse
and
in
the
interfollicular
area
(75%),
The
presence
of
vaskularisasi
berkurang
karena
jaringan
normal
maloklusi
gigi
dan
disfagia
berat,
gangguan
tidur
dan
komplikasi
kardiopulmonal
b) Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis
dan drainase
c) Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
d) Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi
anatomi
2) Indikasi Relatif Tonsilektomi
a) Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan
terapi antibiotik adekuat
b) Halitosis akibat tonsilitis kronis yang tidak membaik pada
pemberian terapi medis
c) Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang
tidak membaikdengan pemberiannantibiotik laktamase resisten
(PERMENKES, 2014).
BABIII
PEMBAHASAN
Penyakit-penyakit inflamasi mulut dapat dianggap sebagai hasil yang
merugikan dari usaha-usaha perlindungan inang terhadap patogen- patogen yang
menyerang (Hasturk,2012). Patologi peradangan kronis tonsil yang paling sering
terjadi pada anak-anak didekade pertama kehidupannya dan dewasa adalah
disfungsi lokal struktur epitel. Agen patogen yang agresif dan penurunan kapasitas
pertahanan lokalmenyebabkan erosi epitel permukaaan (Mogoanta, 2008) dan
jaringan mukosa tonsil sehingga produksi Ig A juga berkurang (Bernstein
1994).Epitel permukaan yang rusak memungkinkanagen patogen untuk masuk
sehingga menjelaskan kekambuhan peradangan pada amygdalian.Erosi epitel
terjadi terus menerus menyebabkan kontak langsung parenkim amygdalian
terhadap saprofit atau patogen tumbuhan yang hadir didalam faring menjadikan
tonsil sebagai sarang penyakit.Amigdalian adalahkomplek struktur histologi
parenkim di tonsila palatina yang sangat penting untuk mengambil alih dan
menyajikan sel imunokompeten antigen dari tingkat sub epitel. Peradangan kronis
pada amygdalian pada anak-anak menyebabkan folikel amygdalian hiperplasi dan
hipertrofi. Hipertrofi amygdalian sebanding dengan jumlah limfosit dan aktivitas
peringanan
inflamasi
dengan
berkurangnya
kemampuan
untuk
High
dan
bentuk
makrofag
dalam
fase
penyembuhan
jaringan
High
DAFTAR PUSTAKA
Hastruk Hatice, Kantraci Alpdogan, and Thomas E. Van Dyke. 2012. Oral
Inflammatory Disease And Systemic Inflammation .Departemen of
Periodontology.
Mogoanta Aurelia Carmen dkk. 2008. Cronic Tonsillitis: Histological and
Immunohistochemical Aspects. Jurnal Morphology and Embryology. Vol 49(3):
381-386.
Berstein, M. Joel. 1994. Immunobology of The Tonsils And Adenoid.
Handbook of mucosal Immunology. Vol 625-639.
DilekFatmaHusniy, dkk. 2010. Expression of Cyclooxygenase-1 and 2 in
chronic tonsilitis. Indian jurnal of Phatology and Micrology-53(3).
Willenborg Sebastian& Erning S.A,. 2013. Macrophages sensor and
effectors coordinating skin damage and repair. Jurnal of the german society of
dermatology.
Bohne Silvia, Robert Siggel, Svea Sachse. 2013. Clinical significance and
diagnostic usefulness ofserologic markers for improvement of outcome of
tonsillectomy in adults with chronic tonsillitis. Journal of Negative Results in
BioMedicine, 12:11
Nasrin M, Miah MRA, Datta PG. 2012. Effect of tonsillectomy on humoral
immunity. Jurnal Bangladesh Med Res Counc Bull. vol; 38: 59-6.
Alasil Saad Musbah, dkk. 2013. Evidence of Bacterial Biofilms among
Infected andHypertrophied Tonsils in Correlation with the Microbiology,
Histopathology, and Clinical Symptoms of Tonsillar Diseases. International
Journal of Otolaryngology.
Stelter Klaus. 2014. Tonsillitis and sore throat in children. GMS Current
Topics in Otorhinolaryngology - Head and Neck Surgery, Vol: 13.
Campisi Paolo. 2003. Tonsillitis and its complications. The Canadian
Journal of Diagnosis. Vol: 99-105.
Skevas Theodoros. 2010. Measuring Quality of Life in Adult Patients with
Chronic Tonsillitis.The Open Otorhinolaryngology Journal, 4 vol: 34-46