Anda di halaman 1dari 6

Tugas

TRAUMA GINJAL

Disusun oleh:
Ricky Rusydi Satriawan
1108114539

Pembimbing:
dr. Afdal, Sp.U

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016

TRAUMA GINJAL

Pendahuluan
Ginjal terletak di rongga retroperitonium dan terlindung oleh otot-otot punggung di
sebelah posterior dan oleh organ-organ intraperitoneal di sebelah anteriornya. Karena itu cedera
ginjal tidak jarang diikuti oleh cedera organ-organ yang mengitarinya. trauma ginjal merupakan
trauma terbanyak pada sistem urogenital, lebih kurang 10% dari trauma pada abdomen
mencederai ginjal.
Abdominal trauma merupakan cedera ke bagian perut. Mungkin tumpul atau tajam dan
mungkin melibatkan kerusakan pada Abdominal organ. Tanda-tanda dan gejala meliputi nyeri
pada perut, kesakitan, kaku, dan lebam dari perut eksternal. Abdominal trauma menyajikan risiko
berat kehilangan darah dan infeksi. Diagnosa mungkin melibatkan ultrasonography, Computed
Tomography, dan Peritoneal lavage, dan mungkin memerlukan perawatan operasi. Trauma ginjal
adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam rudapaksa baik tumpul maupun
tajam.
Penyebab Trauma
Cedera ginjal dapat terjadi secara (1) langsung akibat benturan yang mengenai daerah
pinggang atau (2) tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal
secara tiba-tiba di dalam rongga retroperitonium. Goncangan ginjal di dalam rongga
retroperitonium menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika
intima arteri renalis. Robekan ini akan memacu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang
selanjutnya dapat menimbulkan trombosis arteri renalis beserta cabang-cabangnya. Cedera ginjal
dipermudah jika sebelumnya sudah ada kelainan pada ginjal, antara lain hidronefrosis, kista
ginjal, atau tumor ginjal.
Ada 3 penyebab utama dari trauma ginjal , yaitu
1. Trauma tajam
2. Trauma iatrogenik
3. Trauma tumpul
Trauma tajam seperti tembakan dan tikaman pada abdomen bagian atas atau pinggang
merupakan 10 20 % penyebab trauma pada ginjal di Indonesia.
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau radiologi
intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography, percutaneous nephrostomy,
dan percutaneous lithotripsy. Dengan semakin meningkatnya popularitas dari teknik teknik di

atas, insidens trauma iatrogenik semakin meningkat , tetapi kemudian menurun setelah
diperkenalkan ESWL. Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal .
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan lajunya
pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian trauma akibat kecelakaan
lalu lintas juga semakin meningkat.
Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma langsung
biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal
biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ organ lain. Trauma tidak langsung
misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam
rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika
intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis.
Trauma ginjal deselerasi
Trauma ginjal tumpul
Ada beberapa faktor yang turut menyebebkan terjadinya trauma ginjal. Ginjal yang relatif
mobile dapat bergerak mengenai costae atau corpus vertebrae, baik karena trauma langsung
ataupun tidak langsung akibat deselerasi. Kedua, trauma yang demikian dapat menyebabkan
peningkatan tekanan subcortical dan intracaliceal yang cepat sehingga mengakibatkan terjadinya
ruptur. Yang ketiga adalah keadaan patologis dari ginjal itu sendiri.
Sebagai tambahan, jika base line dari tekanan intrapelvis meningkat maka kenaikan sedikit saja
dari tekanan tersebut sudah dapat menyebabkan terjadinya trauma ginjal. Hal ini menjelaskan
mengapa pada pasien yang yang memiliki kelainan pada ginjalnya mudah terjadi trauma ginjal.
Klasifikasi Trauma
Tujuan pengklasifikasian trauma ginjal adalah untuk memberikan pegangan dalam terapi
dan prognosis.
Menurut derajat berat ringannya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal dibedakan menjadi
(1) cedera minor, (2) cedera mayor, (3) cedera pada pedikel atau pembuluh darah ginjal.
Sebagian besar (85%) trauma ginjal merupakan cedera minor (derajat I dan II), 15% termasuk
cedera mayor (derajat III dan IV), dan 1% termasuk cedera pedikel ginjal.
Klasifikasi trauma ginjal menurut Sargeant dan Marquadt yang dimodifikasi oleh Federle :
Grade I
Kontusio ginjal,terdapat perdarahan di ginjal tanpa adanya kerusakan jaringan,kematian
jaringan maupun kerusakan kaliks. Hematuria dapat mikroskopik atau makroskopik.pencitraan
normal.

Grade II
Hematom subkapsular atau perineal yang tidak meluas, tanpa adanya kelainan parenkim.
Grade III
Laserasi ginjal < 1 cm dan tidak mengenai pelviokaliks dan tidak terjadi ekstravasasi.
Grade IV
Laserasi > 1cm dan tidak mengenai pelviokaliks atau ekstravasasi urin. Laserasi yang
mengenai korteks,medulla dan pelviokaliks
Grade V
Cedera pembuluh darah utama, avulsi pembuluh darah yang mengakibatkan gangguan
perdarahan ginjal, laserasi luas pada beberapa tempat/ ginjal yang terbelah

Diagnosis
Kecurigaan terhadap adanya cedera ginjal jika terdapat:
Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut bagian atas dengan
disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada daerah itu.
Hematuria.
Fraktur costa sebelah bawah (T8-T12) atau fraktur prosesus spinosus vertebra.
Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang.
Cedera deselerasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas.
Gambaran klinis yang ditunjukkan oleh pasien trauma ginjal sangat bervariasi tergantung pada
derajat trauma dan ada atau tidaknya trauma pada organ lain yang menyertainya. Perlu
ditanyakan mekanisme cedera untuk memperkirakan luas kerusakan yang terjadi.
Pada trauma derajat ringan mungkin hanya didapatkan nyeri di daerah pinggang, terlihat jejas
berupa ekimosis, dan terdapat hematuria makroskopik ataupun mikroskopik. Pada trauma mayor
atau ruptur pedikel seringkali pasien dating dalam keadaan syok berat dan terdapat hematom di
daerah pinggang yang makin lama makin membesar. Dalam keadaan ini mungkin pasien tidak
sempat menjalani pemeriksaan PIV karena usaha untuk memperbaiki hemodinamik seringkali
tidak membuahkan hasil akibat perdarahan yang keluar dari ginjal cukup deras. Untuk itu perlu
segera dilakukan eksplorasi laparotomi untuk menghentikan perdarahan.
Pencitraan
Jenis pencitraan yang diperiksa tergantung pada keadaan klinis dan fasilitas yang dimiliki oleh
klinik yang bersangkutan. Pemeriksaan dimulai dari IVP guna menilai tingkat kerusakan ginjal
dan melihat keadaan ginjal kontralateral.
IVP dilakukan jika diduga ada (1) luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal, (2) cedera
tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria makroskopik, dan (3) cedera tumpul
ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria mikroskopik dengan disertai syok.
Pemeriksaan USG juga dapat dilakukan untuk menemukan adanya kontusio parenkim ginjal atau
hematoma subkapsuler dan dapat pula diperlihatkan adanya robekan kapsul ginjal.
CT scan dapat menunjukkan adanya robekan jaringan ginjal, ekstravasasi kontras yang luas, dan
adanya nekrosis jaringan ginjal serta mendeteksi adanya trauma pada organ lain.

Komplikasi
Jika tidak mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat, trauma mayor dan trauma pedikel sering
menimbulkan perdarahan yang hebat dan berakhir dengan kematian. Selain itu kebocoran system
kaliks dapat menimbulkan ekstravasasi urine hingga menimbulkan urinoma, abses perirenal,
urosepsis, dan kadang menimbulkan fistula renokutan. Dikemudian hari pasca cedera ginjal
dapat menimbulkan penyulit berupa hipertensi, hidronefrosis, urolitiasis, atau pielonefritis
kronis.
Penatalaksanaan
Pada setiap trauma tajam yang diduga mengenai ginjal harus dipikirkan untuk melakukan
tindakan eksplorasi, tetapi pada trauma tumpul, sebagian besar tidak memerlukan operasi. Terapi
pada trauma ginjal adalah:
Konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Dilakukan observasi tanda-tanda vital,
kemungkinan adanya penambahan massa di pinggang, adanya pembesaran lingkaran perut,
penurunan kadar haemoglobin darah, dan perubahan warna urine. Jika selama tindakan
konservatif terdapat tanda-tanda perdarahan atau kebocoran urine yang menimbulkan infeksi,
harus segera dilakukan tindakan operasi.
Operasi
Operasi ditujukan pada trauma ginjal mayor dengan tujuan untuk segera menghentikan
perdarahan. Indikasi eksplorasi ginjal, yaitu syok yang tidak teratasi dan syok berulang.
Selanjutnya perlu dilakukan debridement, reparasi ginjal atau tidak jarang harus dilakukan
nefrektomi parsial bahkan nefrektomi total karena kerusakan ginjal yang sangat berat.

Anda mungkin juga menyukai