PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan
fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah essensial bagi kesehatan. Dengan
kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan
keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang
mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan
tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan homeostasis.
B. Batasan
Definisi elektrolit dan asam basa
Definisi keseimbangan elektrolit dan asam basa
Pengaturan keseimbangan elektrolit dan asam basa
Contoh gangguan elektrolit dan gangguan asam basa
BAB II
Pembahasan
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73% dari bagian
tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass).
b) Solut (substansi terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)
yaitu berupa elektrolit dan non-elektrolit.
Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular
utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K+).
Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan
kalium ke dalam.
Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular
utama adalah klorida (Cl), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat
(PO43-).
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh. Sel-
sel tubuh memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar (terutama natrium dan klorida) dan
didalam sel (terutama kalium, magnesium, fosfat, dan sulfat). Molekul air, karena bersifat
polar, menarik elektrolit. Walaupun molekul air bermuatan nol, sisi oksigennya sedikit
bermuatan negatif, sedangkan hidrogennya sedikit bermuatan positif. Oleh sebab itu,
dalam suatu larutan elektrolit, baik ion positif maupun ion negatif menarik molekul air
disekitarnya.
Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam
larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya
yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
2. Kompartemen Cairan
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu :
cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat
70 kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L.
persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas
(Guyton & Hall, 1997)
a) Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total
Cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan
tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg).
Sebaliknya, hanya dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
b) Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total
Cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia.
Pada bayi baru lahir, kira-kira cairan tubuh terkandung didalam CES. Setelah 1
tahun, volume relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini
hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).
Cairan Ekstraseluler terdiri dari :
Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada
orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap
ukuran tubuh, volume CIT kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir
dibanding orang dewasa.
Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan
sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan
cairan dan elektrolit melali baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotiikus,
osmoreseptor di hypothalamus, dan volumereseptor atau reseptor regang di atrium.
Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh
mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ ADH
dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan
volume cairan tubuh, maka hormone atripeptin (ANP) akan meningkatkan ekskresi
volume natrium dan air .
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting,
yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin
sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan
garam tersebut.
a) Pengaturan volume cairan ekstrasel
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume
plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan
darah jangka panjang. Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan dengan
cara sbb.:
1) Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & output) air.
Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini
terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh
dengan lingkungan luarnya.
2) Memperhatikan keseimbangan garam
garam
dan
mengontrol
osmolaritas
cairan
ekstrasel
dengan
Pengaturan keseimbangan air oleh ginjal dan otak disajikan pada diagram berikut :
Ginjal
Otak
ADH dikeluarkan bilamana konsentrasi garam tubuh terlalu tinggi, atau bila
volume darah atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan
atau menyerap air kembali dan mengedarkannya kembali kedalam tubuh. Jadi, semakin
banyak air dibutuhkan tubuh, semakin sedikit yang dikeluarkan. Bila terlalu banyak air
keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah akan turun. Sel-sel ginjal akan
mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan protein di dalam darah yang dinamakan
angiotensin kedalam bentuk aktifnya angiotensin. Angiotensin akan mengecilkan
diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah akan naik. Disamping itu angiotensin
mengatur pengeluaran hormon aldosteron dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan
mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air. Akibatnya bila dibutuhkan lebih
banyak air, akan lebih sedikit air dikeluarkan tubuh.
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh juga diatur oleh mekanisme
ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat
meialui sistem atau mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh sistem hormonal,
yakni ADH (anti diuretik hormon), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
a) Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai
pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah. pengatur keseimbangan asambasa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh kemampuan bagian
ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring
keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli
renalis yang sel-selnva menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine yang
diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1
ml/kg/ bb/jam.
b) Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh
vasomotorik dengan kemanpuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara
vasodilatasi dan vasouonstriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara
penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang
mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainya
dilakukan melalui cara pemancaran yaitu dengan melepaskan panas ke udara
sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi, yaitu pengalihan panas ke benda yang
disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan mengalirkan udara yang telah panas ke
permukaan yang lebih dingin.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat ini, suhu dapat diturunkan dengan cara pelepasa.n
air yang jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat
yang dihasilkan dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi
tubuh yang panas.
c) Paru
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water
loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons
akibat perubahan terhadap upaya kemampuan bernapas.
d) Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan _yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi
normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/ hari.
e) Sistem Endokrin
1) ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh
hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
2) Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal
di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.
3) Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan
pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur
sirkulasi ginjal.
4) Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
F) Mekanisme Rasa Haus
Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara
merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi angiotensin II,
sehingga merangsang hipotalamus sehingga menimbulkan rasa haus.
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypothalamus yang menyintesis vasopressin. Vasopresin akan dilepaskan oleh
hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus
koligen. Ikatan vasopressin dengan resptornya di duktus koligen memicu
terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.
Pembentukan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta.
Hal ini menyebabkan urin yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan
hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dapat dipertahankan.
Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypothalamus akibat peningkatan
osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypothalamus
sehingga terbentuk perilaku untuk mengatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali
normal
Jumlah berbagi jenis garam di dalam tubuh hendaknya dijaga dalam keadaan
konstan. Bila terjadi kehilangan garam dari tubuh, maka harus diganti dari sumber
diluar tubuh, yaitu dari makanan dan minuman. Tubuh mempunyai suatu mekanisme
yang mengatur agar konsentrasi semua mineral berada dalam batas-batas normal.
Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan rendah ke
larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga
larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan
yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui perubahan
osmolaritas di nefron di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi
perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urin yang sesuai dengan
keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di duktus koligen. Glomerulus menghasilkan
cairan yang isosmotikdi tubulus proksimal ( 300 mOsm). Dinding tubulus ansa
Henle pars desending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi
reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan
di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik. Dinding tubulus ansa henle pars
asenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar
tubulus. Hal ini menyebabkan reabsorbsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan
yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas
dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya
vasopresin (ADH). Sehingga urin yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di
keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresin/
ADH.
c) Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif.
Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini
penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.
Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor yakni tekanan cairan dan
membran semipermeabel.
1) Tekanan cairan.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik juga
menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelarut
untuk menarik larutan melalui membran. Bi1a dua larutan dengan perbedaan
konsentrasi maka larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekul
intinya tidak dapat bergabung, larutan tersebut disebut: koloid. Sedangkan larutan
yang mempunyai kepekatan yang sama dapat becrgabung maka larutan tersebut
discbut kristaloid.
Sebagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam. Sedangkan koloid adalah
apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan
menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini
sangat penting dalam proses pembcrian cairan intravena. Biasanya larutan yang
sering digunakan dalam pemberian infus intrmuskular bersifat isotonik karena
mempunvai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk
mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. larutan intravena
yang hipotonik, yang larutan mempuyai konsentrasi kurang pekat disbanding
dengan konsenirasi plasma darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotic plasma
akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan interstisial, karena
konsentrasi protein dalam plasma lebih besar disbanding cairan interstisial dan
molekul protein lebih besar, maka akan terbentuk larutan koloid Yang sulit
menembus membran semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap
molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting untuk
pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
2) Membran semipermiabel
merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung.
Membran semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, Yang
terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke
jaringan. Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh
ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Selain itu, pengaturan keseimbangan
cairan dapat meialui sistem atau mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh
b) Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak
mengandung lemak tubuh
c) Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak
tubuh
e) Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses
ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine
f) Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan
hormon akan mengganggu keseimbangan cairan
g) Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan
NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari
h) Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,
proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
jumlahnya bisa
mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L)
berada dalam cairan intrasel. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel
ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium
klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan
osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi natrium.
Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial disebabkan oleh
keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kadar natrium dalam cairan
ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif dari natrium keluar sel
yang bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel (pompa Na+ K+). Jumlah
natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium yang masuk
dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui epitel
mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau
saluran cerna atau keringat di kulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari
mencapai 48-144 mEq.
Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit kurang dari
10%. Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang berada pada saluran cerna bagian
atas hampir mendekati cairan ekstrasel, namun natrium direabsorpsi sebagai cairan
pada saluran cerna bagian bawah, oleh karena itu konsentrasi natrium pada feses hanya
mencapai 40mEq/L. Keringat adalah cairan hipotonik yang berisi natrium dan klorida.
Kandungan natrium pada cairan keringat orang normal rerata 50 mEq/L. Jumlah
pengeluaran keringat akan meningkat sebanding dengan lamanya periode terpapar pada
lingkungan yang panas, latihan fisik dan demam.
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini
dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan untuk
mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi bebas di glomerulus,
direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal bersama dengan H2O dan
klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di lengkung henle (2530%), tubulus distal (5%) dan duktus koligentes (4%). Sekresi natrium di urine <1%.
Aldosteron menstimulasi tubulus distal untuk mereabsorpsi natrium bersama air secara
pasif dan mensekresi kalium pada sistem renin-angiotensin-aldosteron untuk
mempertahankan elektroneutralitas
Nilai rujukan kadar natrium pada:
-serum bayi: 134-150 mmol/L
-serum anak dan dewasa: 135-145 mmol/L
-urine anak dan dewasa: 40-220 mmol/24 jam
-cairan serebrospinal: 136-150 mmol/L
-feses: kurang dari 10 mmol/hari
b) Fisiologi Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel.
Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5
mEq/L (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per
kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan
jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan
jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anakanak.19Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial dipengaruhi
oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan
cairan interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam
sel bertukar dengan natrium).19-20Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin
keseimbangan kalium yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna
tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan normal
mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium).
Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70-80%) direabsorpsi secara aktif
maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan
klorida di lengkung henle.19-20Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus
gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90%.
Nilai rujukan kalium serum pada:
-serum bayi: 3,6-5,8 mmol/L
-serum anak: 3,5-5,5 mmo/L
ini akhirnya menyebabkan hipoksia maupun retensi CO2 sehingga terjadi gangguan
keseimbangan asam basa.
3. Sistem Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan
anion asam non volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal mengatur keseimbangan asam
basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme
pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan
pembentukan ammonia. Ion hydrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen
tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di
basolateral tubulus. Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali
ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama
reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative
pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion
hydrogen mempunyai efek yang besar pada system biologi. Ion hydrogen berinteraksi
dengan berbagai molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein,
fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hydrogen sangat penting pada fungsi
normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi
oksidatif yang menghasilkan ATP.
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus menerus di dalam
tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hydrogen sangat bervariasi tergantung diet,
aktivitas dan status kesehatan. Ion hydrogen di dalam tubuh berasal dari makanan,
minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk
sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau
ketogenesis.
E. Gangguan Elektrolit
1. Gangguan Keseimbangan Natrium
Seseorang dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma dalam
tubuhnya turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah nilai normal (135-145
mEq/L) dan hipernatremia bila konsentrasi natrium plasma meningkat di atas
normal.Hiponatremia biasanya berkaitan dengan hipoosmolalitas dan hipernatremia
berkaitan dengan hiperosmolalitas.
Penyebab Hiponatremia
Kehilangan natrium klorida pada cairan ekstrasel atau penambahan air yang
berlebihan pada cairan ekstrasel akan menyebabkan penurunan konsentrasi natrium
plasma. Kehilangan natrium klorida primer biasanya terjadi pada
dehidrasi
Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan
kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia. Kekurangan ion
kalium dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat. Peningkatan kalium
plasma 3-4 mEq/L dapat menyebabkan aritmia jantung, konsentrasi yang lebih tinggi
lagi dapat menimbulkan henti jantung atau fibrilasi jantung.
Penyebab Hipokalemia
Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut :
a) Asupan Kalium Kurang
Orang tua yang hanya makan roti panggang dan teh, peminum alkohol
yang berat sehingga jarang makan dan tidak makan dengan baik, atau pada pasien
sakit berat yang tidak dapat makan dan minum dengan baik melalui mulut atau
disertai oleh masalah lain misalnya pada pemberian diuretik atau pemberian diet
rendah kalori pada program menurunkan berat badan dapat menyebabkan
hipokalemia.
b) Pengeluaran Kalium Berlebihan
Pengeluaran kalium yang berlebihan terjadi melalui saluran cerna seperti
muntah-muntah, melalui ginjal seperti pemakaian diuretik, kelebihan hormon
mineralokortikoid primer/hiperaldosteronisme primer (sindrom bartter atau
sindrom gitelman) atau melalui keringat yang berlebihan. Diare, tumor kolon
(adenoma vilosa) dan pemakaian pencahar menyebabkan kalium keluar bersama
bikarbonat pada saluran cerna bagian bawah (asidosis metabolik). Licorice
(semacam permen) yang mengandung senyawa yang bekerja mirip aldosteron,
dapat menyebabkan hipokalemia jika dimakan berlebihan.
c) Kalium Masuk ke Dalam Sel
Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel,
pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-adrenergik(pemakaian 2- agonis),
paralisis periodik hipokalemik, dan hipotermia.
Penyebab Hiperkalemia
Hiperkalemia dapat disebabkan oleh :
larutan
salin
yang
berlebihan,
alkalosis
respiratorik.
hiperklorinemia dapat menjadi petanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas.
Asidosis
H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
2. Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat
hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru. Diare
akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis uremia akibat gagal
ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas
meningkat.
4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defisiensi asam