Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan
fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah essensial bagi kesehatan. Dengan
kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan
keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang
mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan
tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan homeostasis.
B. Batasan
Definisi elektrolit dan asam basa
Definisi keseimbangan elektrolit dan asam basa
Pengaturan keseimbangan elektrolit dan asam basa
Contoh gangguan elektrolit dan gangguan asam basa

BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Elektrolit dan Asam Basa


Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel
yang bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan ion
bermuatan negatif disebut anion. Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan
ion H+ ke zat lain (disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat
menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton).
B. Keseimbangan Elektrolit dan Asam Basa
Keseimbangan kation dan anion disebut sebagai elektronetralitas. Sebagian besar
proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasi elektrolit
yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan. Pemeliharaan homeostasis
cairan tubuh adalah penting bagi kelangsungan hidup semua organisme. Pemeliharaan
tekanan osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah
fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan
bikarbonat (HCO3-). Pemeriksaan keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinis dikenal
sebagai profil elektrolit.
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hydrogen
yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hydrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada
proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan
dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion
OH- yang sangat rendah.
C. Pengaturan Keseimbangan Elektrolit
1. Komposisi Cairan Tubuh
Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut)
a) Air

Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73% dari bagian
tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass).
b) Solut (substansi terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)
yaitu berupa elektrolit dan non-elektrolit.

Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular
utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K+).
Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan
kalium ke dalam.

Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular
utama adalah klorida (Cl), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat
(PO43-).
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh. Sel-

sel tubuh memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar (terutama natrium dan klorida) dan
didalam sel (terutama kalium, magnesium, fosfat, dan sulfat). Molekul air, karena bersifat
polar, menarik elektrolit. Walaupun molekul air bermuatan nol, sisi oksigennya sedikit
bermuatan negatif, sedangkan hidrogennya sedikit bermuatan positif. Oleh sebab itu,
dalam suatu larutan elektrolit, baik ion positif maupun ion negatif menarik molekul air
disekitarnya.
Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam
larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya
yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
2. Kompartemen Cairan
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu :
cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat
70 kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L.

persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas
(Guyton & Hall, 1997)
a) Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total
Cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan
tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg).
Sebaliknya, hanya dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
b) Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total
Cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia.
Pada bayi baru lahir, kira-kira cairan tubuh terkandung didalam CES. Setelah 1
tahun, volume relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini
hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).
Cairan Ekstraseluler terdiri dari :

Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada
orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap
ukuran tubuh, volume CIT kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir
dibanding orang dewasa.

Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah.


Volume relatif dari CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata
volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah
tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah
(SDM, atau eritrosit) yang mentransfor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh
yang penting; sel darah putih (leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas
dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin,
berat badan dan faktor-faktor lain. Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :
-

Pengiriman nutrien (misal ; glokusa dan oksigen) ke jaringan

Transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru

Pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi

Transpor hormon ke tempat aksinya

Sirkulasi panas tubuh

Cairan Transelular (CTS)


Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh
CTS meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan
intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu tertentu CTS mendekati jumlah 1
L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang
transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara
normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan
sebagai berikut :

3. Pengaturan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit

Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan
sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan
cairan dan elektrolit melali baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotiikus,
osmoreseptor di hypothalamus, dan volumereseptor atau reseptor regang di atrium.
Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh
mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ ADH
dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan
volume cairan tubuh, maka hormone atripeptin (ANP) akan meningkatkan ekskresi
volume natrium dan air .
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting,
yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin
sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan
garam tersebut.
a) Pengaturan volume cairan ekstrasel
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume
plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan
darah jangka panjang. Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan dengan
cara sbb.:
1) Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & output) air.
Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini
terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh
dengan lingkungan luarnya.
2) Memperhatikan keseimbangan garam

Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan


sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah
seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi
sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam
sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam
yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urin untuk mempertahankan
keseimbangan garam.
b) Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu
larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin
rendah konsentrasi air dalam larutan tersebut. Air akan berpindah dengan cara
osmosis dari area yang konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi)
ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah). Osmosis
hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menembus
membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium merupakan solut yang banyak
ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam
menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. Sedangkan di dalam cairan intrasel,
ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel.
Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan
kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik di kedua
kompartmen ini.
Pengaturan air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus mengatur
konsentrasi garam di dalam darah, merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan hormon
antidiuretika (ADH), Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan

garam

dan

mengontrol

osmolaritas

cairan

ekstrasel

dengan

mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini


dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

Pengaturan keseimbangan air oleh ginjal dan otak disajikan pada diagram berikut :
Ginjal

Otak

ADH dikeluarkan bilamana konsentrasi garam tubuh terlalu tinggi, atau bila
volume darah atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan
atau menyerap air kembali dan mengedarkannya kembali kedalam tubuh. Jadi, semakin
banyak air dibutuhkan tubuh, semakin sedikit yang dikeluarkan. Bila terlalu banyak air
keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah akan turun. Sel-sel ginjal akan
mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan protein di dalam darah yang dinamakan
angiotensin kedalam bentuk aktifnya angiotensin. Angiotensin akan mengecilkan
diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah akan naik. Disamping itu angiotensin
mengatur pengeluaran hormon aldosteron dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan
mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air. Akibatnya bila dibutuhkan lebih
banyak air, akan lebih sedikit air dikeluarkan tubuh.
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh juga diatur oleh mekanisme
ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat

meialui sistem atau mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh sistem hormonal,
yakni ADH (anti diuretik hormon), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.

a) Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai
pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah. pengatur keseimbangan asambasa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh kemampuan bagian
ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring
keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli
renalis yang sel-selnva menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine yang
diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1
ml/kg/ bb/jam.
b) Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh
vasomotorik dengan kemanpuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara
vasodilatasi dan vasouonstriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara
penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang
mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainya
dilakukan melalui cara pemancaran yaitu dengan melepaskan panas ke udara
sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi, yaitu pengalihan panas ke benda yang
disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan mengalirkan udara yang telah panas ke
permukaan yang lebih dingin.

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat ini, suhu dapat diturunkan dengan cara pelepasa.n
air yang jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat
yang dihasilkan dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi
tubuh yang panas.
c) Paru
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water
loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons
akibat perubahan terhadap upaya kemampuan bernapas.
d) Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan _yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi
normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/ hari.
e) Sistem Endokrin
1) ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh
hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
2) Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal
di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.
3) Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan

pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur
sirkulasi ginjal.
4) Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
F) Mekanisme Rasa Haus
Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara
merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi angiotensin II,
sehingga merangsang hipotalamus sehingga menimbulkan rasa haus.
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypothalamus yang menyintesis vasopressin. Vasopresin akan dilepaskan oleh
hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus
koligen. Ikatan vasopressin dengan resptornya di duktus koligen memicu
terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.
Pembentukan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta.
Hal ini menyebabkan urin yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan
hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dapat dipertahankan.
Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypothalamus akibat peningkatan
osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypothalamus
sehingga terbentuk perilaku untuk mengatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali
normal
Jumlah berbagi jenis garam di dalam tubuh hendaknya dijaga dalam keadaan
konstan. Bila terjadi kehilangan garam dari tubuh, maka harus diganti dari sumber
diluar tubuh, yaitu dari makanan dan minuman. Tubuh mempunyai suatu mekanisme
yang mengatur agar konsentrasi semua mineral berada dalam batas-batas normal.

4. CARA PERPINDAHAN CAIRAN


a) Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau cat padat
secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercarnpur dalam sel
membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui
membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi tergantung pada
faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding rnolekul kecil.
Moiekul akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan
berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat
pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
b) Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran
semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke
larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah
larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis ini
penting dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan
satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam pengaturan keseimbangan
cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang
berbeda, dan di dalamnya di masukkan sel darah merah maka larutan yang
mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan berdifusi terlebih dahulu.
Larutan NaCl 0,9 % merupakan larutan yang isotonik, karena larutan NaC 1
mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan
isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang
dicampur. larutan liipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding dengan
larutan intrasel.

Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan rendah ke
larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga
larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan
yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui perubahan
osmolaritas di nefron di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi
perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urin yang sesuai dengan
keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di duktus koligen. Glomerulus menghasilkan
cairan yang isosmotikdi tubulus proksimal ( 300 mOsm). Dinding tubulus ansa
Henle pars desending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi
reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan
di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik. Dinding tubulus ansa henle pars
asenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar
tubulus. Hal ini menyebabkan reabsorbsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan
yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas
dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya
vasopresin (ADH). Sehingga urin yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di
keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresin/
ADH.

c) Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif.
Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini
penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.
Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor yakni tekanan cairan dan
membran semipermeabel.
1) Tekanan cairan.

Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik juga
menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelarut
untuk menarik larutan melalui membran. Bi1a dua larutan dengan perbedaan
konsentrasi maka larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekul
intinya tidak dapat bergabung, larutan tersebut disebut: koloid. Sedangkan larutan
yang mempunyai kepekatan yang sama dapat becrgabung maka larutan tersebut
discbut kristaloid.
Sebagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam. Sedangkan koloid adalah
apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan
menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini
sangat penting dalam proses pembcrian cairan intravena. Biasanya larutan yang
sering digunakan dalam pemberian infus intrmuskular bersifat isotonik karena
mempunvai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk
mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. larutan intravena
yang hipotonik, yang larutan mempuyai konsentrasi kurang pekat disbanding
dengan konsenirasi plasma darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotic plasma
akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan interstisial, karena
konsentrasi protein dalam plasma lebih besar disbanding cairan interstisial dan
molekul protein lebih besar, maka akan terbentuk larutan koloid Yang sulit
menembus membran semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap
molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting untuk
pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
2) Membran semipermiabel
merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung.
Membran semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, Yang
terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke
jaringan. Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh
ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Selain itu, pengaturan keseimbangan
cairan dapat meialui sistem atau mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh

sistem hormonal, yakni ADH (anti diuretik hormon), sistem aldosteron,


prostaglandin, dan glukokortikoid.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
diantaranya adalah :
a) Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang
diperlukan dan berat badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan
peningkatan usia. Berikut akan disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh total
sesuai usia.

b) Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak
mengandung lemak tubuh
c) Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak
tubuh

e) Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses
ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine
f) Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan
hormon akan mengganggu keseimbangan cairan
g) Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan
NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari
h) Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,
proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.

6. Fisiologi Elektrolit Tubuh


a) Fisiologi Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel,

jumlahnya bisa

mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L)
berada dalam cairan intrasel. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel
ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium
klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan
osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi natrium.
Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial disebabkan oleh
keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kadar natrium dalam cairan
ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif dari natrium keluar sel
yang bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel (pompa Na+ K+). Jumlah

natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium yang masuk
dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui epitel
mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau
saluran cerna atau keringat di kulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari
mencapai 48-144 mEq.

Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit kurang dari
10%. Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang berada pada saluran cerna bagian
atas hampir mendekati cairan ekstrasel, namun natrium direabsorpsi sebagai cairan
pada saluran cerna bagian bawah, oleh karena itu konsentrasi natrium pada feses hanya
mencapai 40mEq/L. Keringat adalah cairan hipotonik yang berisi natrium dan klorida.
Kandungan natrium pada cairan keringat orang normal rerata 50 mEq/L. Jumlah
pengeluaran keringat akan meningkat sebanding dengan lamanya periode terpapar pada
lingkungan yang panas, latihan fisik dan demam.
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini
dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan untuk
mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi bebas di glomerulus,
direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal bersama dengan H2O dan
klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di lengkung henle (2530%), tubulus distal (5%) dan duktus koligentes (4%). Sekresi natrium di urine <1%.

Aldosteron menstimulasi tubulus distal untuk mereabsorpsi natrium bersama air secara
pasif dan mensekresi kalium pada sistem renin-angiotensin-aldosteron untuk
mempertahankan elektroneutralitas
Nilai rujukan kadar natrium pada:
-serum bayi: 134-150 mmol/L
-serum anak dan dewasa: 135-145 mmol/L
-urine anak dan dewasa: 40-220 mmol/24 jam
-cairan serebrospinal: 136-150 mmol/L
-feses: kurang dari 10 mmol/hari
b) Fisiologi Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel.
Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5
mEq/L (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per
kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan
jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan
jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anakanak.19Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial dipengaruhi
oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan
cairan interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam
sel bertukar dengan natrium).19-20Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin
keseimbangan kalium yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna
tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan normal
mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium).
Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70-80%) direabsorpsi secara aktif
maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan
klorida di lengkung henle.19-20Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus
gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90%.
Nilai rujukan kalium serum pada:
-serum bayi: 3,6-5,8 mmol/L
-serum anak: 3,5-5,5 mmo/L

-serum dewasa: 3,5-5,3 mmol/L


-urine anak:17-57 mmol/24 jam
-urine dewasa:40-80mmol/24 jam
-cairan lambung:10 mmol/L
c) Fisiologi Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan
konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan
keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap.14 Jumlah klorida pada orang
dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram berat badan. Sekitar 88% klorida berada
dalam cairan ekstraseluler dan 12% dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida pada
bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan dewasa.20 Keseimbangan GibbsDonnan mengakibatkan kadar klorida dalam cairan interstisial lebih tinggi dibanding
dalam plasma. Klorida dapat menembus membran sel secara pasif11Perbedaan kadar
klorida antara cairan interstisial dan cairan intrasel disebabkan oleh perbedaan
potensial di permukaan luar dan dalam membran sel.15Jumlah klorida dalam tubuh
ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang masuk dan yang keluar. Klorida
yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan klorida dalam
makanan sama dengan natrium.Orang dewasa pada keadaan normal rerata
mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per hari, dan ekskresi klorida bersama feses sekitar
1-2 mEq perhari.Drainase lambung atau usus pada diare menyebabkan ekskresi klorida
mencapai 100 mEq perhari. Kadar klorida dalam keringat bervariasi, rerata 40 mEq/L.
Bila pengeluaran keringat berlebihan, kehilangan klorida dapat mencapai 200 mEq per
hari. Ekskresi utama klorida adalah melalui ginjal.1,4,20

D. Pengaturan Keseimbangan Asam dan Basa


Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain
(disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+
dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam baru dapat melepaskan proton
bila ada basa yang dapat menerima proton yang dilepaskan. Oleh karena itu, reaksi asam
basa adalah suatu reaksi pelepasan dan penerimaan proton.
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hydrogen
yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hydrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada
proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan
dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion
OH- yang sangat rendah.
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hydrogen. Walaupun produksi
akan terus menghasilkan ion hydrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi
ion hydrogen dipertahankan pada kadar rendah 40 + 5 nM atau pH 7,4. Pengaturan
keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari 3 sistem:
1. Sistem buffer
Menetralisir kelebihan ion hydrogen, bersifat temporer dan tidak melakukan
eliminasi. Fungsi utama system buffer adalah mencegah perubahan pH yang
disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler.
Sebagai buffer, system ini memiliki keterbatasan yaitu:

Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan

karena peningkatan CO2.


System ini hanya berfungsi bila system respirasi dan pusat pengendali system

pernafasan bekerja normal


Kemampuan menyelenggarakan system buffer tergantung pada tersedianya
ion bikarbonat.

Sistem buffer terdiri dari :


a) Buffer bikarbonat

Merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang


disebabkan oleh non-bikarbonat
b) Buffer protein
Merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
c) Buffer hemoglobin
Merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat
d) Buffer fosfat
Merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara.
Jika dengan buferkimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka
pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat
terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada
kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai
ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan
amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal
dalam menunjang kinerja system buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi,
dan absorpsi ion hydrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat,
ammonia).
Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal
dan paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan
system buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah
antara 7,35- 7,45.
2. Sistem Paru
Peranan sistem respirasi dalam keseimbangan asam basa adalah mempertahankan
agar Pco2 selalu konstan walaupun terdapat perubahan kadar CO2 akibat proses
metabolism tubuh. Keseimbangan asam basa respirasi bergantung pada keseimbanagn
produksi dan ekskresi CO2. Jumlah CO2 yang berada di dalam darah tergantung pada
laju metabolism sedangkan proses ekskresi CO2 tergantung pada fungsi paru.
Kelainan ventilasi dan perfusi pada dasarnya akan mengakibatkan
ketidakseimbanagn rasio ventilasi perfusi sehingga akan terjadi ketidakseimbangan,

ini akhirnya menyebabkan hipoksia maupun retensi CO2 sehingga terjadi gangguan
keseimbangan asam basa.
3. Sistem Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan
anion asam non volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal mengatur keseimbangan asam
basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme
pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan
pembentukan ammonia. Ion hydrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen
tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di
basolateral tubulus. Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali
ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama
reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative
pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion
hydrogen mempunyai efek yang besar pada system biologi. Ion hydrogen berinteraksi
dengan berbagai molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein,
fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hydrogen sangat penting pada fungsi
normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi
oksidatif yang menghasilkan ATP.
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus menerus di dalam
tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hydrogen sangat bervariasi tergantung diet,
aktivitas dan status kesehatan. Ion hydrogen di dalam tubuh berasal dari makanan,
minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk
sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau
ketogenesis.
E. Gangguan Elektrolit
1. Gangguan Keseimbangan Natrium
Seseorang dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma dalam
tubuhnya turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah nilai normal (135-145
mEq/L) dan hipernatremia bila konsentrasi natrium plasma meningkat di atas
normal.Hiponatremia biasanya berkaitan dengan hipoosmolalitas dan hipernatremia
berkaitan dengan hiperosmolalitas.

Penyebab Hiponatremia
Kehilangan natrium klorida pada cairan ekstrasel atau penambahan air yang
berlebihan pada cairan ekstrasel akan menyebabkan penurunan konsentrasi natrium
plasma. Kehilangan natrium klorida primer biasanya terjadi pada

dehidrasi

hipoosmotik seperti pada keadaan berkeringat selama aktivitas berat yang


berkepanjangan, berhubungan dengan penurunan volume cairan ekstrasel seperti
diare, muntah-muntah, dan penggunaan diuretik secara berlebihan.
Hiponatremia juga dapat disebabkan oleh beberapa penyakit ginjal yang
menyebabkan gangguan fungsi glomerulus dan tubulus pada ginjal, penyakit addison,
serta retensi air yang berlebihan (overhidrasi hipo-osmotik) akibat hormon
antidiuretik. Kepustakaan lain menyebutkan bahwa respons fisiologis dari
hiponatremia adalah tertekannya pengeluaran ADH dari hipotalamus (osmolaritas
urine rendah). Pseudohiponatremia dapat dijumpai pada penurunan fraksi plasma,
yaitu pada kondisi hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia, hiperproteinemia dan
hiperglikemia serta kelebihan pemberian manitol dan glisin.
Penyebab Hipernatremia
Peningkatan konsentrasi natrium plasma karena kehilangan air dan larutan
ekstrasel (dehidrasi hiperosmotik pada diabetes insipidus) atau karena kelebihan
natrium dalam cairan ekstrasel seperti pada overhidrasi osmotik atau retensi air oleh
ginjal dapat menyebabkan peningkatan osmolaritas & konsentrasi natrium klorida
dalam cairan ekstrasel.
Kepustakaan lain menyebutkan bahwa hipernatremia dapat terjadi bila ada
defisit cairan tubuh akibat ekskresi air melebihi ekskresi natrium atau asupan air
yang kurang. Misalnya pada pengeluaran air tanpa elektrolit melalui insensible
water loss atau keringat, diare osmotik akibat pemberian laktulose atau sorbitol,
diabetes insipidus sentral maupun nefrogenik, diuresis osmotik akibat glukosa
atau manitol, gangguan pusat rasa haus di hipotalamus akibat tumor atau
gangguan vaskular.
2. Gangguan Keseimbangan Kalium

Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan
kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia. Kekurangan ion
kalium dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat. Peningkatan kalium
plasma 3-4 mEq/L dapat menyebabkan aritmia jantung, konsentrasi yang lebih tinggi
lagi dapat menimbulkan henti jantung atau fibrilasi jantung.
Penyebab Hipokalemia
Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut :
a) Asupan Kalium Kurang
Orang tua yang hanya makan roti panggang dan teh, peminum alkohol
yang berat sehingga jarang makan dan tidak makan dengan baik, atau pada pasien
sakit berat yang tidak dapat makan dan minum dengan baik melalui mulut atau
disertai oleh masalah lain misalnya pada pemberian diuretik atau pemberian diet
rendah kalori pada program menurunkan berat badan dapat menyebabkan
hipokalemia.
b) Pengeluaran Kalium Berlebihan
Pengeluaran kalium yang berlebihan terjadi melalui saluran cerna seperti
muntah-muntah, melalui ginjal seperti pemakaian diuretik, kelebihan hormon
mineralokortikoid primer/hiperaldosteronisme primer (sindrom bartter atau
sindrom gitelman) atau melalui keringat yang berlebihan. Diare, tumor kolon
(adenoma vilosa) dan pemakaian pencahar menyebabkan kalium keluar bersama
bikarbonat pada saluran cerna bagian bawah (asidosis metabolik). Licorice
(semacam permen) yang mengandung senyawa yang bekerja mirip aldosteron,
dapat menyebabkan hipokalemia jika dimakan berlebihan.
c) Kalium Masuk ke Dalam Sel
Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel,
pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-adrenergik(pemakaian 2- agonis),
paralisis periodik hipokalemik, dan hipotermia.
Penyebab Hiperkalemia
Hiperkalemia dapat disebabkan oleh :

a) Keluarnya Kalium dari Intrasel ke Ekstrasel


Kalium keluar dari sel dapat terjadi pada keadaan asidosis metabolik bukan oleh
asidosis organik (ketoasidosis, asidosis laktat), defisit insulin, katabolisme jaringan
meningkat, pemakaian obat penghambat- adrenergik, dan pseudohiperkalemia.
b) Berkurangnya Ekskresi Kalium melalui Ginjal Berkurangnya ekskresi kalium melalui
ginjal terjadi pada keadaan hiperaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume
sirkulasi efektif, pemakaian siklosporin atau akibat koreksi ion kalium berlebihan dan
pada kasus-kasus yang mendapat terapi angiotensin-converting enzyme inhibitor dan
potassium sparing diuretics.
Pseudohiperkalemia dapat disebabkan oleh hemolisis, sampel tidak segera diperiksa
atau akibat kesalahan preanalitik yang lain yaitu tornikuet pada lengan atas tidak
dilepas sebelum diambil darah setelah penderita menggenggam tangannya
berulangkali (peningkatan sampai 2 mmol/L). Jumlah trombosit >500.000/mm3 atau
leukosit >70.000/mm3 juga dapat meningkatkan kadar kalium serum.
3. Gangguan Keseimbangan Klorida
Penyebab Hipoklorinemia
Hipoklorinemia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan. Penyebab
hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada alkalosis metabolik
dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai defisit natrium. Hipoklorinemia juga
dapat terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan retensi bikarbonat, contohnya pada
asidosis respiratorik kronik dengan kompensasi ginjal.
Penyebab Hiperklorinemia
Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada gangguan
mekanisme homeostasis dari klorida. Umumnya penyebab hiperklorinemia sama dengan
hipernatremia. Hiperklorinemia dapat dijumpai pada kasus dehidrasi, asidosis tubular
ginjal, gagal ginjal akut, asidosis metabolik yang disebabkan karena diare yang lama dan
kehilangan natrium bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal dan
penggunaan

larutan

salin

yang

berlebihan,

alkalosis

respiratorik.

hiperklorinemia dapat menjadi petanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas.

Asidosis

F. Gangguan Asam dan Basa


Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi ion H
bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan darah vena
7,35.Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis.
Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan
kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. Pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat
2. Katabolisme zat organik
3. Disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak
terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan
ion H.
Ketidakseimbangan asam-basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1.

Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukan

H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
2. Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat
hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru. Diare
akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis uremia akibat gagal
ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas
meningkat.
4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defisiensi asam

non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena


kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnya ion H
akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga
kadar bikarbonat plasma meningkat.

Anda mungkin juga menyukai