Anda di halaman 1dari 2

Oleh Admin Kalbe Medical pada November 04, 2013 06:15

Risiko Fraktur Akibat Pemberian TZD


Bersifat Reversibel

Dalam trial besar ACCORD (Action to Control Cardiovascular Risk in


Diabetes) memastikan wanita dengan diabetes melitus tipe 2 (T2DM) yang
mendapatkan terapi golongan obat diabetes golongan thiazolidinedione (TZD)
mengalami peningkatan risiko fraktur dibandingkan pasien pria dengan T2DM, dari
hasil trial ini memperlihatkan untuk pertama kali peningkatan risiko menjadi minimal
bahkan terjadi pemulihan dengan penghentian terapi. Hal ini dipresentasikan oleh
peneliti Prof. Ann Schwartz dalam pertemuan tahunan 2013 American Society for
Bone and Mineral Research (ASBMR).
Penelitian ACCORD sendiri tidak di disain untuk mengevaluasi terjadinya
fraktur tetapi hal ini didapatkan dalam analisa final hasil penelitian. Dijelaskan oleh
peneliti, pasien diabetes tipe 2 sendiri berkaitan dengan peningkatan risiko fraktur,
dan pemberian rosiglitazone dan pioglitazone turut menambah risiko fraktur hingga
hal ini menjadi konsentrasi sendiri para klinisi. Walaupun kaitan risiko fraktur dari
pemberian TZD tidak seluruhnya konsisten dan ada perbedaan derajat risiko
berdasarkan perbedaan jenis kelamin.
Dari penelitian ACCORD ini yang melibatkan 6.865 pasien T2DM dengan
rerata usia 62,4 tahun, awalnya mendapatkan rosiglitazone pada kelompok terapi
standar seperti halnya kelompok terapi intensif, pioglitazone kemudian diikutsertakan
pada tahun 2007, teteapi dalam perjalanannya terapi intensif dihentikan awal karena
mortalitas yang tinggi, dan seluruh partisipan dalam kelompok terapi standar
menyelesaikan penelitian hingga akhir pada juni 2009. Lebih dari follow up 4,8 tahun,

549 partisipan sedikitnya mengalami 1 kali fraktur (bukan tulang belakang) termasuk
262 pada pasien pria dan 287 pada pasien wanita.
Dalam proportional hazard model (HR) dengan penyesuaian usia dan
glikemia, pasien wanita yang mendapatkan TZD selama 0-1 tahun didapatkan hazard
ratio fraktur (bukan tulang belakang) sebesar 1,86 dibandingkan kelompok non TZD
dan HR turun menjadi 1,27 dalam 1 tahun dari dihentikannya terapi dan dalam 1-2
tahun setelah dihentikannya terapi kembali turun menjadi 1,05 dan menjadi 0,79
setelah lebih dari 2 tahun dihentikannya terapi.
Diantara wanita yang mendapatkan TZD selama 1-2 tahun, HR terhadap
fraktur (bukan tulang belakang) sebesar 2,34 selama penelitian, tetapi risiko turun
drastis menjadi 1,59 setelah 1 tahun penghentian dan menurun kembali menjadi 1,39
dalam 1-2 tahun dan 0,99 setelah lebih dari 2 tahun penghentian terapi. Data lain
diantara wanita yang mendapatkan TZD lebih selama 2 tahun atau lebih, HR
didapatkan 2,04 kemudian turun drastis hingga 1,39 tahun dalam 1 tahun penghentian
terapi diikuti menjadi 1,16 setelah 1-2 tahun penghentian terapi dan 0,87 setelah lebih
dari 2 tahun. Sedangkan pada pasien pria tidak ada perbedaan yang berbeda bermakna
terhadap kejadian fraktur (bukan tulang belakang) dan tidak ada perubahan pula
setelah penghentian terapi.
Dari hasil ini kesimpulan yang didapatkan adalah risiko fraktur pada
pemberian TZD tidak bersifat permanen pada wanita dan terlihat kembali dalam
kondisi awal dengan dihentikannya terapi. (ARI)

Anda mungkin juga menyukai

  • Case THT
    Case THT
    Dokumen33 halaman
    Case THT
    Christina Tiffany Roelan
    Belum ada peringkat
  • Acne
    Acne
    Dokumen21 halaman
    Acne
    Christina Tiffany Roelan
    Belum ada peringkat
  • Trauma Wajah
    Trauma Wajah
    Dokumen20 halaman
    Trauma Wajah
    Christina Tiffany Roelan
    Belum ada peringkat
  • Makalah PBL Blok 25
    Makalah PBL Blok 25
    Dokumen13 halaman
    Makalah PBL Blok 25
    Christina Tiffany Roelan
    Belum ada peringkat
  • Makalah PBL Blok 4
    Makalah PBL Blok 4
    Dokumen14 halaman
    Makalah PBL Blok 4
    Christina Tiffany Roelan
    Belum ada peringkat