PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gonorrhoeae adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya
keluar cairan putih kental berupa nanah dari OUE (orifisium uretra
eksternum)
sesudah
melakukan
hubungan
kelamin.
Penyakit
ini
II. ISI
A. Definisi
1
yang
ditemukan oleh Neissr pada tahun 1879, dan kemudian baru ditemukan
pada tahun 1982. Setelah ditemukan kemudian kuman tersebut dimasukan
dalam grup Neisseria dan pada grup ini dikenal 4 spesies dan diantaranya
adalah N. gonorrhoeae, N. meningitidis dimana kedua spesies ini bersifat
patogen. Kemudian 2 spesies lainnya yang bersifat komensel diantaranya
adalah N. catarrhalis dan N. pharyngis sicca. Keempat spesies dari grup
neisseria ini sukar untuk dibedakan kecuai dengan menggunakan tes
fermentasi. Gonokokus termasuk golongan bakteri diplokok berbentuk
seperti biji kopi yang bersifat tahan terhadap asam dan mempunyai ukuran
lebar 0,8 dan mempunyai panjang 1,6. Dalam sediaan langsung yang
diwarnai dengan pewarnaan gram, kuman tersebut bersifat gram negatif,
tampak diluar dan didalam leukosit, kuman ini tidak tahan lama di udara
bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan terhadap suhu diatas
39oc, dan kuman ini tidak tahan terhadap zat desinfektan (Djuanda, 2008);
(Barakbah, 2005); (wolff, 2005).
C. Epidemiologi
Insidensi tertinggi terjadi di negara berkembang. Prevalensi
disseminated gonococcal infection (DGI) pada wanita hamil: 10% di
Afrika, 5% di Amerika Latin, 4% di Asia. 10 Insiden gonorrhoeae di
Amerika Serikat meningkat secara dramatis pada tahun 1960 dan awal
1970 mencapai lebih dari 1 juta kasus dilaporkan setiap tahun.
kecenderungan
untuk
bersifat
asimptomatis
pada
wanita
(Manuaba, 2008).
Keluhan subjektif yang paling sering timbul adalah rasa gatal,
disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen dari ujung uretra yang
kadang-kadang dapat disertai darah dan rasa nyeri pada saat ereksi. Pada
pemeriksaan orifisium uretra eksternum tampak kemerahan, edema,
ekstropion dan pasien merasa panas. Pada beberapa kasus didapati pula
pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral maupun bilateral
(Manuaba, 2008).
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari
pria. Pada wanita, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak
pernah didapati kelainan objektif. Adapun gejala yang mungkin
dikeluhkan oleh penderita wanita adalah rasa nyeri pada panggul bawah,
dan dapat ditemukan serviks yang memerah dengan erosi dan sekret
mukopurulen (Manuaba, 2008).
G. Penegakan Diagnosis
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien harus
memperhatikan hal penting seperti kerahasiaan pribadi pasien. Pada
pasien pria, organ reproduksi lebih mudah diraba. Mula-mula inspeksi
daerah inguinal dan raba adakah pembesaran kelenjar dan catat
konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa nyeri, serta tanda radang pada kulit
di atasnya. Pada waktu bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit
Gambar. 2. Gram stain dari eksudat uretra yang menunjujkan N. gonore dalan PMN
Gambar. 1. N. gonorrhoeae
7
I. Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa (Wilson, 2009)
a. Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan
tentang:
1) Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya
2) Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
3) Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan
seks tetapnya.
4) Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai
kondom jika tidak dapat dihindarkan
5) Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa datang
b. Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya.
2. Medikamentosa (Wilson, 2009)
a. Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap
penicilin, banyak strain yang sekarang relatif resisten. Terapi
penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan
pengobatan pilihan.
b. Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit
ditambah 1 gr probonesid per-oral sebelum penyuntikan penicillin
merupakan pengobatan yang memadai.
c. Spectinomycin berguna untuk penderita yang alergi penisilin,
penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang juga
tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala
sifilis . Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
d. Kanamisin baik untuk penderita yang alergi penisilin, gagal dengan
pengobatan penisilin dan tersangka sifilis. Dosis : 2 gr IM
3. Tindak lanjut
Kontrol dilakukan pada hari ke-7 untuk diperiksa klinis maupun
laboratoris.
4. Kriteria kesembuhan
pada
daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul
abses dan merupakan sumber infeksi laten.
c. Parauretritis
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum
terbuka atau hipospadia. Infgeksi pada pus ditandai dengan butir
pus pada kedua muara parauretra.
d. Littritis
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan
benang-benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat,
bisa terjadi abses folikular. Didiagnosis dengan uretroskopi.
e. Cowperitis
tidak enak
pada perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu
lama. Pada pemeriksaan prostat terasa kenyal berbentuk nodus, dan
sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan
prostat biasanya sulit menemukan kuman diplokokus atau
gonokokus.
g. Vesikulitis
Vesikulitis biasanya radang akut yang mengenai vesikula
seminalis dan duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai
prostatitis akut atau epididimis akut. Gejala subyektif menyerupai
prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria terminal,
nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi dan spasme mengandung
darah.
Pada pemeriksaan melalui rektum dapat diraba vesikula
seminalis seminali yang bengkak dan mengeras seperti sosis
10
j. Trigonitis
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai
trigonum vesika urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria,
disuria terminal, dan hematuri.
2. Pada wanita (Devrajani, 2010)
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda
dengan pria. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi
alat kelamin pria dan wanita. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita, baik
penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang ditemuka
dan hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya
11
penyakit
radang
panggul
(PRP).
Infeksi
PRP ini
dapat
III. Kesimpulan
1. Gonorrhoeae adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya keluar cairan
putih kental berupa nanah dari OUE (orifisium uretra eksternum) sesudah
melakukan hubungan kelamin.
2. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae, yang
termasuk golongan bakteri diplokok berbentuk seperti biji kopi yang bersifat
tahan terhadap asam dan mempunyai ukuran lebar 0,8 dan mempunyai
panjang 1,6
3. Insidensi tertinggi terjadinya penyakit ini adalah di negara berkembang.
4. Gonorrhoeae Biasanya ditandai dengan uretritis purulen kelamin dan disuria.
Infeksi juga bisa tanpa gejala, terutama pada wanita.
5. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan
pengobatan pilihan pada penatalaksanaan gonorrhoeae ini.
13
Daftar Pustaka
Barakbah, J. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Daili, S.F., 2009. Gonore. In: Daili, S.F., et al., Infeksi Menular Seksual. 4th ed.
Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 65-76.
Devrajani, Bikha R. 2010. Frequency And Pattern Of Gonorrhoea At Liaquat
University Hospital, Hyderabad (A hospital Based Descriptive Study).
Djuanda, Adhi, Mochtar, Aisah, Siti. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Kelima. Jakarta : FKUI
Freedberg, IM. 2003. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. USA:
McGraw-Hill
Manuaba, IBG. 2008. Gawat Darurat Obstetric-Ginekologi Dan ObstetricGinekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC. Hlm: 296-299.
Marcus, Ulrich. 2010. Reported Incidence Of Gonorrhoea And Syphilis In East
And West Germany.
Siregar,R.S.2004. Sari Pati Penyakit Kulit. EGC : Jakarta, hal : 299
14
15