Anda di halaman 1dari 9

BAB 3 ARSITEKTUR ALAM SEMESTA

Gambar 3.1
Pada skala 1 inchi = 93 juta mil (1 AU), bintang terdekat dengan matahari kita
berjarak 4 1/3 mil jauhnya. Pada skala ini juga, galaksi Andromeda berjarak 2 juta mil
jauhnya.
Jarak-jarak yang jauh sekali pada astronomi dapat dipahami dengan lebih baik
dengan menggunakan sebuah model di mana jarak antara bumi dan matahari, yang
kira-kira 93 juta mil, digambarkan dengan satu inchi (2,54 cm). Jarak dasar ini disebut
Astronomical Unit (AU). Menurut skala ini, Pluto, panet terjauh dari matahari dalam
tata surya kita, berjarak 39 inchi jauhnya (atau kira-kira 1 meter). Akan tetapi, bintang
terdekat harus diletakkan 4 1/3 mil jauhnya (Gambar 3.1)! Dan pada model ini,
galaksi Andromeda* akan berjarak dua juta mil jauhnya atau lebih dari delapan kali
jarak sebenarnya bumi dengan bulan. Para astronom sekarang dapat mengambil foto
objek-objek yang pada model kita harus diletakkan beberapa juta mil jauhnya. Tapi
ingat bahwa jarak-jarak ini adalah pada skala di mana jarak bumi-matahari
digambarkan berjarak 1 inchi.
Pilihan skala ini adalah yang paling tepat karena suatu kebetulan yang
menarik; pada skala ini (satu inchi sama dengan satu Astronomical Unit) satu mil
hampir sama dengan satu tahun cahaya, ukuran yang paling biasa digunakan pada
astronomi. Bintang terdekat pada kenyataannya adalah 4 1/3 tahun cahaya jauhnya,
dan galaksi Andromeda berjarak dua juta tahun cahaya. Satu tahun cahaya
didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya dalam satu tahun. Kecepatan
cahaya, yang merupakan yang paling tercepat yang diketahui manusia, adalah kirakira 186,300 mil/detik (atau 3 x 10 10 cm/detik). Jika kita mengalikan angka ini dengan
jumlah detik dalam satu tahun, yaitu kira-kira 3.1 x 10 7, kita akan memperoleh jarak
yang ditempuh cahaya dalam 1 tahun-kira-kira 6 trilyun mil. Seutas tali yang meliliti
bumi sebanyak 236 juta kali pada khatulistiwa akan sama dengan jarak satu tahun
cahaya. (Gambar 3.2)
* Galaksi Andromeda adalah sebuah galaksi besar terdekat yang sangat mirip dengan
galaksi Bima Sakti kita. Galaksi Andromeda akan dibahas lebih lanjut pada halaman
33.
Gambar 3.2
Seutas tali yang meliliti khatulistiwa bumi sebanyak 236,000,000 kali akan hampir
berjarak satu tahun cahaya. Bintang terdekat berjarak 4 1/3 tahun cahaya jauhnya.
Kita menggunakan ukuran yang besar ini pada astronomi karena jarak
jaraknya sangat jauh. Jika kita memakai mil atau kilometer maka akan seperti
memakai inci atau milimeter untuk mengukur jarak antara New York dan San
Fransisco. Untuk jarak objek-objek pada sistem tata surya kita kita dapat memakai
Astronomical Unit, tapi untuk jarak bintang-bintang maka kita harus memakai satuan
yang lebih besar lagi.
Maka, jika kita berkata bahwa bintang terdekat berjarak 4 1/3 tahun cahaya,
maka artinya bahwa cahaya yang kita terima saat ini dari bintang itu berasal dari 4 1/3
tahun yang lalu, dan bintang yang kita lihat sekarang adalah penampakan bintang

tersebut setelah cahaya itu meninggalkan bintang tersebut. Misalnya, jika galaksi
Andromeda meledak satu juta tahun yang lalu, maka kita tak akan tahu kejadian
tersebut hingga satu juta tahun lagi. Saat para astronom mencoba melihat angkasa
semakin dalam, mereka juga menempuh waktu semakin jauh ke belakang. Hal ini
sama dengan ahli geologi yang menggali ke tingkat yang semakin dalam, dia juga
mencari ke waktu yang semakin jauh ke belakang. Pada kenyataanya, skala waktu
geologi dan astronomi sangat dekat sekali hubungannya. (Gambar 3.3). Untuk setiap
fosil yang dapat digali oleh ahli geologi, astronom dapat mengarahkan teleskopnya ke
arah galaksi, cahaya yang meninggalkan galaksi dulu saat binatang atau tumbuhan
purba itu masih hidup. Dan beberapa galaksi ada yang sangat jauh hingga cahaya
yang kita terima darinya saat ini berasal dari galaksi itu sebelum ada kehidupan sama
sekali di bumi ini.
Zaman atau periode Beberapa
geologis
yang lalu

tahun Kejadian di bumi

Archeozoic
Precambrian
Devonian

4.5 2.6 milyar

Jurassic

180 135 juta

Tertiary

70 10 juta

Pleistocene

2 1 juta

Zaman
ini

400 350 juta

baru-baru Tanggal, S.M.


300 400
1609
1875
1939
1957
1968

Cahaya yang kita


lihat saat ini (1972)
berasal dari objek
antariksa beberapa
tahun cahaya yang
lalu
Sebelum kehidupan Quasar 3 C 9
ada di bumi
Ikan
Kluster galaksi di
Hercules, 340 juta
Dinosaurus
Kluster galaksi di
Perseus, 173 juta
Mamalia purba
Kluster galaksi di
Virgo, 38 juta
Manusia awal
Galaksi Andromeda
2 juta
Kejadian sejarah
Jatuhnya
Kekaisaran Roma
Teleskop pertama
Galileo
Telepon pertama
Perang Dunia II
dimulai
Sputnik, awal dari
Jaman Angkasa
Mahasiswa
baru
angkatan
1972
masih SMA

Nebula Orion, 1600


Pleiades, 400
Canopus, 98
Arcturus, 36
Altair, 17
Alfa Centauri, 4

Gambar 3.3 Skala Waktu


Lihat gambar Galaksi Andromeda pada Gambar 3.4. Bintang-bintang pada
gambar itu ada pada galaksi kita, Bima Sakti, dan kita melihat melalui bintangbintang itu ke arah galaksi yang lebih jauh dari galaksi kita. Pengaruhnya sama

seperti duduk di sebuah teras bersekat dan melihat melalui sekat itu (dengan semua
serangga dan daun-daun yang ada di situ) ke arah taman yang jaraknya jauh di luar.
Galaksi Andromeda, seperti galaksi kita, berisi lebih dari 100 juta bintang, dan
diperkirakan bahwa paling tidak ada satu juta galaksi di alam semesta yang dapat
terlihat.
Gambar 3.4 Galaksi terbesar di konstelasi Andromeda (M31) (foto dari Observatori
Lick)
Kita tidak bisa melihat galaksi kita sendiri secara keseluruhan karena kita ada
di dalamnya, tapi setelah melihat galaksi-galaksi lain dan mempelajari lebih banyak
tentang galaksi kita sendiri, kita dapat mengetahui bahwa galaksi Bima Sakti sama
dengan banyak galaksi lain. Gambar 3.3 menunjukkan bentuk galaksi kita yang
seperti lensa, dengan matahari kita (yang merupakan hanya satu dari jutaan bintang
yang ada) terletak pada salah satu lengan spiral-nya yang cukup jauh dari tengah.
Kita tidak tahu mengapa banyak galaksi mempunyai bentuk spiral seperti ini, meski
beberapa teori menunjukkan bahwa hal ini adalah bagian dari proses evolusi galaksigalaksi.
Gambar 3.5 Gambaran skematis galaksi Bima Sakti
Semua bintang di galaksi mengelilingi pusat galaksi. Pada galaksi kita
matahari yang bergerak sekitar 150 mil per detik (240 km/detik) relatif terhadap titik
tengah, membutuhkan kita-kira 200 juta tahun untuk membuat satu putaran penuh.
Karena kita berada pada galaksi berbentuk lensa ini, saat kita melihat melalui
permukaan lensa (lihat gambar 3.6), yang tegak lurus terhadap bidang datar
galaksi, kita hanya melihat sedikit bintang. Tapi jika kita melihat sepanjang bidang
datar itu, menuju ke tepi, jumlah bintang-bintang yang jauh menjadi banyak sekali
sehingga apa yang kita lihat dengan mata telanjang adalah sebuah gulungan yang
redup, keputih-putihan dan agak kasar yang membelah seluruh angkasa. Inilah apa
yang banyak orang kuno menyebutnya dengan jalan Tuhan atau Bima Sakti,
sehingga tanpa sengaja memberi sebutan untuk seluruh galaksi kita. Hanya dengan
teleskop atau teropong yang bagus kita dapat melihat bintang-bintang terpisah di
daerah angkasa ini.
Gambar 3.6 Galaksi kita yang berbentu lensa. Jauh lebih sedikit bintang yang dapat
dilihat jika kita melihat dari arah permukaan lensa daripada jika melihat dari bidang
datarnya. Jika melihat dari bidang datar inilah kita bisa melihat gulungan redup di
angkasa yang orang-orang kuno menyebutnya Bima Sakti.
Nebula lawan Galaksi
Pengetahuan tentang tempat kita di galaksi dan sifat dan distribusi galaksigalaksi di alam semesta baru diperoleh sejak abad kedua puluh. Saat teleskop menjadi
peralatan utama para astronom di abad ketujuh belas, terungkap banyak sekali bercakbercak halus dan samar di angkasa. Sekarang kita tahu bahwa beberapa bercak
tersebut adalah galaksi yang jauh sekali, sementara yang lain hanyalah awan gas
besar atau nebula yang diterangi oleh bintang-bintang terdekat pada galaksi kita.
Sayang sekali karena semua bercak-bercak samar itu semua banyak yang mirip jika
dilihat dari teleskop-teleskop zaman dulu, bercak-bercak itu semua dikategorikan

sebagai nebula dan semuanya diyakini berada di satu sistem bintang saja. Bagi
kebanyakan astronom, konsep adanya galaksi lain ditolak meskipun ada pandanganpandangan dari beberapa filsuf seperti Thomas Wright dan Immanuel Kant, yang
berpendapat bahwa kemungkinan memang ada galaksi-galaksi lain. Dengan
perkembangan fotografi semakin banyak ditemukan nebula semacam itu, tapi
semuanya masih tampak sangat mirip. Pada saat itu belum ada cara untuk
membedakan nebula gas dengan galaksi yang sebenarnya. (Lihat Gambar 3.7)
Gambar 3.7 Nebula besar di konstelasi Orion (M42) yang difoto dengan teleskop
berukuran 100 inci di Mount Wilson (foto dari Observatori Hale).
Pada tahun 1884, Sir William Huggins meneliti salah satu objek yang tidak
jelas ini di konstelasi Draco. Pada saat itu spektroskopi cukup maju sehingga dia
dapat menentukan sifat dari nebula ini. Spektrum menunjukkan bahwa nebula itu
seluruhnya berasal dari gas. Sayang sekali dia memilih objek yang ini, karena pada
saat penemuannya, sebagian besar dunia ilmiah sama sekali tidak menganggap teoriteori filsafat tentang sistem ekstragalaktik dan menganggap semua objek semacam itu
adalah nebula gas dalam galaksi. Pada pergantian abad itu, Agnes Clerke menulis :
Pertanyaan apakah nebula adalah galaksi-galaksi luar tidak perlu dibahas lagi.
Pertanyaan itu telah dijawab oleh kemajuan penemuan. Bisa dikatakan bahwa tak ada
pemikir yang kompeten, dengan semua bukti-bukti yang ada sekarang ini, dapat
mengatakan kalau ada nebula yang merupakan sebuah sistem bintang yang sama
seperti Bima Sakti. Untuk kepraktiksan maka disepakati bahwa keseluruhan isi,
bintang-bintang dan nebula, dari bidang ini adalah satu kesatuan yang sangat besar.
Kebingungan pun berlanjut, dan bahkan hingga akhir 1920 pertanyaan tentang
apa nebula itu sebenarnya masih diperdebatkan. Pada suatu debat yang terkenal di
Washington, D.C pada tahun 1920, dua astronom terkemuka, Harlow Shapley dan
Heber Curtis, mengemukakan pendapat yang berlawanan. Tapi hal yang terbaik yang
dihasilkan pada debat itu adalah kenyataan bahwa adalah hal sia-sia untuk berdebat
tentang hal apapun tentang sains. Yang sebenarnya diperlukan dalam kasus seperti ini
adalah observasi, bukan perdebatan. Dalam kontroversi ini, observasi yang penting
dilakukan tiga tahun kemudian. Edwin Hubble di Mount Wilson telah memperoleh
bukti tentang jarak galaksi yang benar. Dia melakukannya dengan mengamati sebuah
bintang berjenis khusus, sebuah bintang bergetar yang disebut Cepheid, yang begitu
pentingnya hingga terkadang disebut dengan mercusuar angkasa. Untuk memahami
apa yang diketahui oleh Hubble dari Cepheid yang ia pelajari, kita perlu kembali ke
tahun 1912 di mana pentingya bintang-bintang khusus ini baru saja diketahui.
Cepheid
Pada tahun 1912, Nona Henrietta Leavitt, asisten peneliti di Universitas Harvard,
membuat sebuah penemuan penting saat mengamati plat foto sesuatu yang saat ini
diketahui sebagai dua galaksi satelit galaksi Bima Sakti kita, yang disebut Awan
Magellanik. (Gambar 3.8). Awan ini dinamai Magellan karena dia adalah orang yang
pertama kali menjelaskannya saat perjalanannya mengelilingi dunia yang bersejarah.
Awan ini hanya tampak dari belahan bumi Selatan, dan para astronom pada awal abad
kesembilan belas mengetahui bahwa awan ini disusun oleh bintang-bintang yang
banyak di antaranya satu persatu bisa dipelajari dengan bantuan teleskop. Selain itu,
karena awan ini diketahui berjarak cukup jauh, bintang-bintang penyusunnya pada
dasarnya dapat dianggap seperti berjarak yang sama dengan kita.

Gambar 3.8 Awan Magelan yang besar (foto dari Observatori Lick)
Gambar 3.9 Korelasi antara periode dan tingkat keterangan Cepheid di Awan
Magellanik
Kita memakai perkiraan yang sama saat kita mengukur jarak katakanlah antara New
York dan San Fransisco. Kita tidak memperhatikan fakta bahwa sebuah jalan di New
York mungkin lebih dekat ke San Fransisco dari jalan yang lainnya. Kedua kota
tersebut cukup jauh jaraknya sehingga dapat dianggap sebagai satu kesatuan.
Nona Leavitt, dalam mempelajari plat foto Awan Magella menemukan
sekumpulan bintang variabel dengan jenis Cepheid. Bintang variabel adalah bintangbintang yang intensitas cahaya atau terangnya bertambah dan menurun, biasanya
dalam selang waktu yang teratur, yang disebut periode bintang. Cepheid yang banyak
telah diidentifikasi di galaksi kita, mempunyai ciri khusus tertentu yaitu tingkat
keterangan yang bervariasi sehingga dapat dikenali. Bintang delta di konstelasi
Cepheus ( Cephei) adalah bintang pertama dari jenis ini yang ditemui sehingga
dinamakan Cepheid.
Saat Nona Levitt membuat grafik tingkat keterangan kelompok Cepheid di
Awan Magellan dengan panjang periodenya, dia menemukan bahwa semakin panjang
periodenya, semakin terang bintang tersebut (lihat Gambar 3.9). Hubungan semacam
ini tentu akan sangat sulit ditentukan dengan Cepheid pada galaksi kita karena
semuanya berada pada jarak yang berbeda dari kita, sehingga tingkat keterangannya
akan tergantung pada jarak tersebut. Sedangkan Cepheid-Cepheid Magellan dapat
dianggap sama jaraknya dari kita, dan hubungan periode dan tingkat keterangan bisa
ditentukan. Akan tetapi pada saat yang sama, jarak ke Awan Magellan saat itu tidak
bisa ditentukan sehingga Nona Leavitt hanya bisa memakai tingkat keterangan yang
tampak dari bintang-bintang ini dalam menggambarkan hubungan tersebut.
Saat dia mengemukakan hubungan periode-tingkat keterangan Cepheid ini ke
astronom Harvard Harlow Shapley dia menyadari kelebihan penemuan ini sebagai
indikator jarak. Dengan menggunakan Cepheid pada galaksi kita yang jaraknya bisa
ditentukan, dia dapat mengkalkulasi tingkat keterangan yang sebenarnya, tentu saja
setelah memperoleh tingkat keterangan yang tampaknya. Dia kemudian bisa
mengkalibrasi hubungan periode-tingkat keterangan sehingga dia bisa menggunakan
tingkat keterangan yang absolut dan bukan menggunakan tingkat keterangan yang
tampak (dengan kata lain tingkat keterangan Cepheid yang sebenarnya tergantung dari
periodenya). Dengan cara ini, dia merancang suatu metode yang sangat bagus untuk
menentukan jarak di angkasa.
Jika kita menemukan sebuah variabel Cepheid di galaksi manapun, untuk
mencari jaraknya dan mencari jarak dari galaksi itu, yang diperlukan hanya: 1) tingkat
keterangan Cepheid yang sebenarnya (dari hubungan periode-tingkat keterangan) dan
2) tingkat keterangan Cepheid yang tampak (yang telah diketahui dari pengamatan).
Hukum invers-kuadrat
Tingkat keterangan yang sebenarnya dan yang tampak pada benda yang memancarkan
cahaya (termasuk bintang) berhubungan dengan sifat cahaya yang paling terkenalhukum invers kuadrat. Pada ruang angkasa yang cerah suatu cahaya yang berjarak 5
yard jauhnya hanya akan tampak satu per dua puluh lima tingkat keterangan cahaya
yang berjarak satu yard. Dan sebuah bintang yang berjarak satu tahun cahaya akan

tampak 25 kali lebih terang dari cahaya yang berjarak 5 tahun cahaya jauhnya. (lihat
Gambar 3.10).
Gambar 3.10 Hukum invers kuadrat. Pada jarak 4 yard tiap satuan kuadrat ruang
angkasa menerima kali banyaknya cahaya pada jarak 2 yard (dan 1/16 banyaknya
cahaya yang diterima pada 1 yard).
Tanpa menyadarinya, kita menggunakan hubungan ini setiap hari. Misalnya, sebelum
menyeberang jalan pada malam hari, kita memperkirakan jarak dari mobil yang akan
lewat dengan penampakan lampu depannya. Kita cukup mengetahui tingkat
keterangan lampu mobil yang sebenarnya, dan setelah dengan cepat memperkirakan
tingkat keterangannya yang tampak, kita menilai jaraknya dan memutuskan apakah
aman untuk menyeberang jalan.
Pada astronomi, hukum invers kuadrat cahaya adalah alat yang sangat
berharga dalam menentukan jarak. Aplikasinya (yang berkaitan dengan hubungan
periode-tingkat keterangan) memberikan kita jarak ke Cepheid, sehingga membuka
pintu menuju konsep alam semesta yang sangat luas. Pada tahun 1924, hanya 4 tahun
setelah debat yang terkenal antara Curtis dan Shapley, Hubble menggunakan
hubungan periode-tingkat keterangan Cepheid dan hukum invers-kuadrat untuk
menentukan jarak di luar Bima Sakti, sehingga memberikan observasi kritis pada
jawaban pertanyaan besar untuk hari ini: Apakah nebula itu sebenarnya?
Dia telah mengambil foto-foto dari daerah bagian luar galaksi Andromeda
(atau saat itu masih disebut dengan nebula), dan menemukan variabel-variabel
Cepheid di situ. Penemuan ini dapat terjadi karena pemakaian teleskop 100 inci yang
baru di Mount Wilson (yang saat itu adalah yang paling canggih di dunia) dan karena
adanya fakta bahwa Cepheid adalah salah satu bintang-bintang yang paling terang.
Menggunakan hubungan periode-tingkat keterangan dan hukum invers-kuadrat untuk
menentukan jarak, Hubble menemukan bahwa galaksi Andromeda benar-benar berada
di luar galaksi Bima Sakti kita. Kita sekarang tahu bahwa Andromeda berjarak dua
juta tahun cahaya, sementara galaksi kita sendiri diameternya kurang dari 100,000
tahun cahaya.
Metode menggunakan Cepheid ini kemudian digunakan untuk mencari jarak
galaksi-galaksi lain yang relatif dekat, tapi untuk galaksi yang jauh sekali, masingmasing bintangnya tidak bisa diamati. Memakai asumsi logis bahwa secara rata-rata
semakin jauh galaksi maka penampakannya semakin kecil dan semakin redup, maka
jarak-jarak yang jauh sekali ini bisa diukur. Bukti lain kemudian menunjukkan bahwa
metode ini memang metode yang bagus. Diketahui bahwa alam semesta sangat lebih
luas dari yang pernah dibayangkan 50 atau 60 tahun yang lalu. Galaksi-galaksilah
yang merupakan pilar penyusun utama alam semesta yang sebenarnya, bukan bintangbintang.
Efek Doppler
Dalam mempelajari arsitektur alam semesta lebih lanjut, ada sifat kedua
cahaya yang juga menjadi alat yang penting dalam astronomi. Sifat ini adalah efek
Doppler, yang dinamai dari Christian Doppler, seorang fisikawan Austria yang
pertama kali meletakkan prinsip ini pada 1842.
Pada kehidupan sehari-hari kita kita selalu sadar akan efek ini, terutama dalam
ranah suara. Misalnya, jika Anda sedang berdiri di perlintasan rel kereta, Anda akan
mengetahui bahwa saat kereta mendekat, suara peluit kereta akan lebih tinggi nadanya

daripada saat kereta melintai Anda dan sumber suaranya semakin jauh. Hal ini
dikarenakan adanya perubahan frekuensi gelombang suara yang disebabkan oleh
gerakan kereta.
Jika kereta tetap diam dan peluitnya berbunyi, sejumlah gelombang suara
tertentu dengan panjang tertentu akan mencapai telinga Anda setiap detik. Otak Anda
menerjemahkan ini sebagai tinggi nada tertentu. Akan tetapi, saat kereta mendekat
meskipun kecepatan suara sendiri tidak berubah, gelombang suara akan terdorong
menyatu sehingga menjadi lebih pendek sehingga lebih banyak gelombang yang
akan mencapai telinga Anda setiap detiknya. (Lihat Gambar 3.11). Ini yang
menyebabkan Anda mendengar nada yang lebih tinggi. Saat kereta menjauh,
gelombang suara akan merenggang dan menjadi panjang; jumlah gelombang suara
yang lebih panjang yang akan dihasilkan semakin kecil dan didengar sebagai nada
yang rendah.
a) Kereta yang diam, bersuara dengan tinggi nada normal.
b) Kereta yang mendekat;
Gambar 3.11 Efek Doppler. Kecepatan suara melalui udara tetap konstan dan
sama pada ketiga kasus. Frekuensi (jumlah gelombang per detik) dan panjang
gelombanglah yang berubah menurut persamaan v = (s), di mana = panjang
gelombang, v = frekuensi, (s) = kecepatan suara.
Cahaya juga berperilaku seperti gelombang sehingga terkena efek Doppler
juga. Akan tetapi, karena cahaya berpindah lebih cepat daripada suara, kecepatan
objek angkasa apapun tidak bisa digunakan seperti bagaimana kecepatan cahaya kita
gunakan untuk melihat pengaruhnya di kehidupan kita sehari-hari. Jika kita
mempelajari kecepatan yang lebih besar yang biasanya ditemui pada astronomi,
perubahan panjang gelombang dan frekuensi ini bisa diukur. Pada Bab 2 kita
membicarakan spektrum elektromagnetik, bagian kecil yang kita lihat sebagai banyak
warna pada pelangi, mulai dari gelombang violet yang pendek hingga gelombang
merah yang lebih panjang. Perubahan panjang gelombang pada daerah spektrum ini
berhubungan dengan perubahan warna. Tapi bahkan dengan kecepatan yang dipelajari
di astronomi, sangat jarang kita dapat benar-benar mendeteksi perubahan warna
dengan mata kita saja. Kita akan memakai metode lain untuk mengukur perubahan
ini.
Gambar 3.12 Sebuah spektrograf prisma sederhana.
Celah : lensa objektif teleskop memfokuskan cahaya pada bukaan celah
Lensa pengumpul: membuat cahaya menjadi berkas sinar-sinar yang sejajar.
Prisma : memecah setiap sinar cahaya yang sejajar dengan membelokkan gelombanggelombang dengan panjang atau warna yang berbeda dengan jumlah yang berbeda
(violet yang paling banyak dibelokkan, merah yang paling sedikit dibelokkan)
Lensa kamera : membentuk gambar pada plat foto
Gambar 3.13 Gambaran skematis yang menggambarkan pergeseran garis spektral
(efek Doppler). Spektrum bintang menunjukkan garis penyerapan bergerak ke arah
merah (pergeseran merah). Jumlah pergeseran agak dilebih-lebihkan untuk tujuan
ilustrasi (spektrum bintang mewakili sebuah negatif foto)
Pertama-tama kita memfoto spektrum sebuah bintang dengan menggabungkan
sebuah spektrograf pada sebuah teleskop. Spektrograf adalah sebuah alat yang

memecah cahaya bintang menjadi warna-warna komponennya atau spektrum (lihat


Gambar 3.12). Pada spektrogram ini kita mendapati garis-garis gelap atau hitam, atau
celah, yang menggambarkan tempat-tempat pada spektrum bintang di mana cahaya
telah diserap oleh unsur-unsur kimia tertentu di atmosfir. Garis ini disebut dengan
garis penyerapan. (lihat halaman 123).
Karena tiap garisnya menggambarkan sebuah gelombang dengan panjang
tertentu, jika spektrumnya bergeser karena efek Doppler, garisnya juga harus bergeser
dengan jumlah yang sama. Dengan mengukur pergeseran ini dengan mikroskop, yang
dibandingkan dengan garis laboratorium yang diam, kita dapat memperoleh
perubahan jumlah panjang gelombang (warna) (lihat Gambar 3.13). Kemudian kita
aplikasikan rums rasio, yang umumnya ditulis dengan *:
v

Di mana
=

Adalah huruf Yunani lambda yang digunakan untuk menunjukkan panjang


gelombang

= adalah huruf Yunani delta yang berarti perubahan dalam


v adalah kecepatan radial objek
c adalah simbol yang digunakan secara internasional untuk kecepatan cahaya
Perhatikan bahwa v pada rumus tersebut disebut kecepatan radial karena
kita mengukur kecepatan (lebih tepatnya, komponen kecepatan) pada arah radial dan
bukan kecepatan yang segaris dengan pandangan kita. (Betapapun cepatnya sebuah
bintang bergerak di sepanjang garis pandangan kita, tidak ada efek Doppler biasa
yang dihasilkan kecuali jika bintang tersebut juga bergerak ke arah kita atau menjauhi
kita **)
Jika sebuah bintang bergerak ke arah kita, gelombang cahaya menjadi lebih
pendek (sama seperti gelombang suara menjadi lebih pendek pada contoh kereta api
di atas). Sehingga, perubahan panjang gelombang atau pergeserannya mengarah ke
arah biru-violet pada spektrum. Jika bintangnya menjauh, panjang gelombang
memanjang sehimgga pergerakannya mengarah ke arah merah pada spektrum. Kita
bisa mengatakan kalau pada kasus ini spektrumnya telah berubah merah; inilah asal
dari istilah pergeseran merah yang terkenal itu (lihat Gambar 4)
* Lihat Lampiran 2 untuk penurunan rumus ini
** Ada fenomena yang disebut dengan efek Doppler transvers (yang penting pada
teori relativitas), yang dapat dideteksi pada cahaya dari atom-atom yang bergerak
sepanjang garis pandangan kita dengan kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya.
Gambar 3.14 Hubungan Kecepatan radial dan jarak berdasarkan kluster galaksi
Meskipun kita memakai suara untuk mengilustrasikan efek Doppler karena
suara adalah gerak gelombang, suara bukanlah bagian dari spektrum elektromagnetik.
Suara adalah gerak gelombang di udara (atau pada medium yang lain), sementara
radiasi seluruh spektrum elektromagnetik dapat dibayangkan sebagai gerak

gelombang pada ruang kosong. Suara dan gelombang cahaya juga berbeda di mana
cahaya bergerak hampir sejuta kali lebih cepat dari suara. Itulah mengapa kita melihat
kilat dan mendengar radio statis lama sebelum kita mendengar gemuruh guntur.
Pada awal abad keduapuluh, efek Doppler telah digunakan dalam menentukan
kecepatan bintang pada galaksi kita. Pada tahun 1913 V.M. Slipher mulai
mendapatkan kecepatan radial benda yang saat itu masih berupa bercak-bercak
samar yang tidak teridentifikasi. Untuk yang terang dia memperoleh nilai positif
maupun negatif (menurut konvensi, kecepatan radial positif diperoleh dari sebuah
objek yang menjauh, sementara nilai negatif diperoleh dari objek yang mendekat).
Saat Slipher mengobservasi galaksi yang lebih redup, dia menemukan bahwa
spektranya menunjukkan pergeseran merah yang lebih besar sehingga kecepatan
radialnya menjadi lebih besar dan bernilai positif.
Gambar 3.15
Hubungan kecepatan-jarak. Hubungan antara pergeseran merah dan jarak untuk
galaksi-galaksi yang jauh (foto dari Observatori Hale)
Pergeseran merah ditunjukkan dengan kecepatan, cd /
Panah menunjukkan pergeseran dari garis kalsium H dan K.
Satu tahun cahaya sama dengan 6 trilyun mil atau 6 x 1012 mil.
Tak lama setelah itu, Hubble di Mount Wilson dengan menggunakan teleskop
yang lebih canggih mengambil alih studinya. Dia menemukan bahwa pada umumnya
galaksi yang lebih redup pergeseran merahnya semakin besar sehingga diduga
menjauh semakin cepat dari kita. Jika diasumsikan galaksi yang lebih redup jaraknya
lebih jauh dari galaksi yang lebih terang, hal ini membawa ke kesimpulan yang
mengejutkan bahwa semakin jauh galaksi, semakin cepat galaksi itu menjauh dari kita
(lihat Gambar 3.14).
Para astronom sekarang dapat memperoleh spektrum dari galaksi-galaksi jauh
yang sangat redup yang pergeseran merahnya menunjukkan bahwa galaksi-galaksi itu
menjauh dari kita dengan kecepatan lebih dari sepertiga kecepatan cahaya. Jadi kita
dihadapkan dengan konsep yang sama sekali baru tentang alam semesta-konsep yang
oleh para astronom 100 tahun lalu tidak akan bisa dipahami-konsep alam semesta
yang memuai. (lihat Gambar 3.15)

Anda mungkin juga menyukai