Indonesia dahalu berdiri banyak kerajaan-kerajaan bercorak Islam. Hal ini tentunya kemudian menjadi dari bagian sejarah Indonesia. Materi
mengenai perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia masuk dalam kurikulum pembelajarana yang ada di SMP kelas VII. Oleh karena itu,
di perlukan media yang menarik guna menarik perhatian siswa dalam menunjang pembelajaran salah satunya adalah film animasi.
Fino dan Tito duduk dibangku SMP kelas 7. Mereka berdua ingin mencari tahu tentang kerajaan islam di indonesia dengan cara mengunjungi
museum digital yang adi di Yogyakarta.
Kerajaan kerajaan yang masuk dalam film animasi ini yaitu Kerajaan Perlak, Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan, Demak, Kerajaan Mataram,
Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banjarmasin, Kerajaan Ternate Tidore, Kerajaaan Malaka. Film ini menceritakan sejarah singkat kerajaan- kerajaan
islam yang ada di Indonesia mulai dari Tata letak kerajaan, peninggalan prasasti, Sultan / Pemimpin Kerajaan.
SCRIPT
Film Animasi Alin N. U
Scene
Visual
Audio
Keterangan
OPENING
(introducing)
Nama: ALin Nadira Ulfah
Jurusan:
Fakultas:
Sound Efek
Judul Film
Animasi Fino dan tito
Pendapat
para
ahli
yang
pernah
mengemukakan
masalah
Musik
Dubbing
Penjelasan sejarah
masuknya islam di
indonesia
- Globe muter
- Peta Indonesia
-
Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak
Pada akhir abad ke-12, di pantai timur Sumatera terdapat
negara Islam bernama Perak. Nama itu kemudian dijadikan
Peurlelak, didirikan oleh para pedagang asing dari Mesir, Maroko,
Persi dan Gujarat yang menetap disitu sejak abad ke -12. Pendirinya
adalah orang Arab keturunan suku Quraisy. Pedagang Arab itu
Kerajaan Demak
Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram
Menurut buku Marwati D.P dan Nugroho N (2009: 55) Mataram
merupakan daerah yang subur, terletak antara Kali Opak dan Kali Praga
yang mengalir ke Samudra Hindia dan memberikan kemungkinan
pertumbuhan dan perkembangan pusat kerajaan Mataram. Di tempat
inilah Ki
Senapaati Mataram berhasil merebut kerajaan tua Jepara baru pada 1599,
pada akhir hidupnya. Pada dasawarsa terakhir abd ke 16, raja merdeka
yang pertama di Mataram berhasil menguasai daerah-daerah terpenting di
Jawa Tengah, baik di pedalaman maupun sepanjang pantai utara. Dalam
buku Abdul Hadi dkk (hlm 37), Panembahan Senaapati Mataram juga
memperluas kekuasaannya ke daerah-daerah di Jawa bagian Timur dan
Barat.
Masih dalam buku Abdul Hadi dkk (hlm 38-39) setelah wafat
Panembahan Senapati digantikan oleh Mas Jolang, pura dari selir yang
berasal dari Pati. Pangeran Jolang memerintah dari tahun 1601 hingga
1613, ia menyempurnakan pembangunan Kotagede. Pangeran Jolang
meninggal di tempat perburuan (krapyak) pada tahun 1613. Penggantinya
ialah cucu Panembahan Senopati yaitu Pangeran Jatmiko atau Raden Mas
Rangsang dan setelah menjadi sultan Mataram ia dikenal dengan Sultan
Agung Senopati ing Alogo.
Dalam Marwati D.P dan Nugroho N (2009: 57), pada masa
pemerintahan Sultan Agung Senaapati ing Alaga beberapa daerah yang
semula sudah berada di bawah Mataram mulai melepaskan dirinya,
akibatnya, Sultan Agung melakukan penyerangan-penyerangan terhadap
Surabaya, Pati, Giri, dan Blambangan. Selain melewati pertempuranpertempuran, dalam menaklukan kembali daerah-daerah dan penyerangan
besar-besaran mengepung Batavia dilakukan melaluidaratan dan lautan.
Sultan Agung Mataram sakit dan wfat di keraton Kota Gede pada
tahun 1645 dan kemudian dimakamkan di Imogiri. Penggantinya adalah
putranya yang bernama Amangkurat atau lebih dikenal dengan
Amangkurat I. Sunan Amangkurat I lebih dekat dengan VOC dari pada
rakyatnya. Ia juga dikenal dengan perbuatan tercela. Kedekatan Mataram
dengan dengan VOC menyebabkan makin banyaknya tindakan
mencampuri politik Kerajaan Mataram. Banyaknya pemberontaka karena
ketidaksukaan terhadap Amangkurat I menyebabkan Amangkurat I
menyingkir dan menuju Cirebon untuk meminta bantuan VOC. Akan
tetapi sesampainya di wanayasa ia jatuh sakit dan meninggal pada 10 Juli
1677, ia masih sempat mengangkat Pangeran Adipati Anom sebagai
Kerajaan Cirebon
Penjelasan Marwati D.P dan Nugroho N (2009: 59), Kedatangan Tome
Pires (1512-1515) sekitar tahun 1513, diberitakan di Cirebon sudah
termasuk ke daerah Jawa di bawah kekuasaan kerajaan Demaak. Pires
mengatakan bahwa Islam sudah hadir di Cirebon 40 tahun sebelum
keahdiran Pires, artinya dapat diperkirakan sekitar tahun 1470-1475 M.
Dalam naskah Purwaka Tjaruban Nagari karya Pangeran Arya Cerbon
tahun 1720 M, dikatakan bahwa kehadiran Syarif Hidayatullah di Cirebon
tahun 1470 M adalah mengajarkan agama Islam di Gunung Sembung,
kemudian ia menikah dengan Pakungwati putri uaknyadan pada tahun
1479
menggantikan
mertuanya
sebagai
penguasa
Cirebon,
lalu
atau Panembahan Ratu. Tentang dia amat sedikit yang diketahui. Raja-raja
Mataram sejak semula mempunyai hubungan yang cukup baik dengan
penguasa setempat di sebelah barat Sungai Bogowonto. Penguasa bagian
barat, Raja Cirebon agaknya tidak memberikan perlawanan dan mengakui
penguasaan mataram.
Kerajaan
Tidore
Ternate
dan
Kasultanan Goa-Tallo
Kasultanan Goa-Tallo
Secara resmi keduaraja dari Goa dan Tallo memeluk agama Islam pada 22
September 1605. Sejak resmi menjadi kerajaan bercorak Islam pada tahun
1605, Kesultanan Goa meluaskan kekuasaan politiknya agar kerajaan lain
juga memeluk Islam dan tunduk pada Kesultanan Goa-Tallo. Kerajaankerajaan di sekitar Goal-Tallo dapat ditaklukan karena agama baru, yaitu
Islam. Keadaan ini membawa Kesultanan Goa-Tallo pada kekuasaan
dengan cepat dan pasti dari sebelumnya (Abdul Hadi dkk, hlm 49).
Meskipun kerajaan Goa-Tallo sudah Islam, akan tetapi raja-raja Goa
masih melukiskan hubungan baik dengan orang Portugis yang membawa
agama Kristen-Katolik. Contohnya masa Sultan Goa Muhammad Said (14
juni 1639-16 November 1653), bahkan masa putranya Sultan Hasanuddin
(16 November 1639-29 Agustus 1669). Hubungan erat antara orang
Portugis dengan Goa disebabkan ancaman VOC Belanda yang hendaknya
memnonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.
Dalam sejarah kerajaan Goa perlu dicatat sejarah perjuangan Sultan
Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatannya terhadap upaya
penjajah politik dan ekonomi kompeni (VOC) Belanda. Permusuhan
antara kerajaan Goa dan VOC tidak ada hentinya. Pada tahun 1634 VOC
memblokade kerajaan Goa tetapi tidak berhasil. Peristiwa peperangan dari
waktu ke waktu berjalan terus dan baru berdamai antara tahun 16371638, namun perjanjian damai itu tidak kekal.
Perang antara keraajaan Goa dan VOC tidak dapat dielakan lagi
menjelang akhir tahun 1653 dan memang terjadi perang besar-besaraan
lagi menjelang akhir tahun 1653 dan memang terjadi perang besarbesaran tahun 1654-1655 di mana-mana. Sultan Goa di bawah pimpinan
Sultan Hasanuddin tidak gentar dengan pengerahan tentara dan
armadanya
menghadapi
kekuatan
VOC.
Dimana
mana
terjadi
Kasultanan
(Banjarmasin)
Banjar
Kerajaan Malaka
Pendiri kerajaan Malaka adalah Parameswara, seorang pangeran
Majapahir dari Blambangan yang melarikan diri karena Blambangan
diserbu oleh Majapahit kemudian menetap di Malaka beserta para
pengikutnya yang saat itu malaka masih merupakan desa kecil. Letak
Malaka yang strategis dapat dibangun kota pelabuhan yang sangat baik.
Pada abad ke-15 dan ke-16 Malaka telah berkembang menjadi pusat
perdagangan internasional (Slamet Muljana, 2009: 144)
Berdasarkan Slamet Muljana (2009: 147-151) agama Islam yang datang
di Malaka dan kemudian berkembang sampai di Kepulauan Indonesia
tidaklah langsung dari Arab dan oleh pedagang-pedagang Islam bangsa
Persia dan Gujarat dari India. Pedagang-pedagang Peersia dan Gujarat
yang berhubungan langsung dengan pedagang-pedagang arab. Bandar
Malaka sebagai pusat perdagangan sekaligus sebagai pusat penyebaran
islam di Asia Tenggara. Pengembangan Islam antar bangsa di Kota