Anda di halaman 1dari 20

KARYA TULIS

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN-MESIN


PRODUKSI

Disusun Oleh:
APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si
NIP. 132 303 844

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008

Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008


USU e-Repository 2008

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis mengenai Manajemen Pemeliharaan
Mesin-Mesin Produksi .
Tulisan ini berisi tentang gambaran umum secara singkat mengenai sistem
manajemen dan pemeliharaan (maintenance). Penulis berharap semoga karya tulis ini
dapat me mberikan tambahan informasi dibidang manajemen pemelih
ar aan terutama
pada alat-alat produksi.
Akhirnya penulis tetap membuka diri terhadap kritik da n saran yang
membangun dengan tujuan untuk menyempurnakan karya tulis ini.

Nopember, 2008

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................iii
PENDAHULUAN ............................................................................................1
MANAJ EMEN .................................................................................................2
A. D efinisi Manajemen .................................................................... .......2
B. F ungsi Manajemen...................................................................... .......3
PEMELI HARAAN (MAINTENANCE) ............................................................5
A. D efinisi pEMELIHARAAN ........................................................ .......5
B. T ujuan pemeliharaan .................................................................. .......6
C. J enis Pemeliharaan...................................................................... .......6
D. O rganisasi Pemeliharaan ............................................................. .......9
E. T ugas dan Kegiatan Pemeliharaan ............................................... .......11
F. P rosedur Pemeliharaan ................................................................. .......12
G. Biaya Pemeliharaan ............................................................................14
H. Produktivitas dan Efisiensi Pemeliharaan ..........................................14
REFERENSI .....................................................................................................16

DAFTAR GAMBAR

No
1

Keterangan
Hubungan Antara Berbagai Bentuk Pemeliharaan

Halaman
8

PENDAHULUAN
Perkembangan peradaban manusia telah memacu peningkatan kebutuhan dan
keinginan baik dalam jumlah, variasi jenis, dan tingkat mutu. Perkembangan ini
menimbulkan tantangan untuk dapat memenuhi keinginan tersebut dengan cara
meningkatkan

kemampuan

menyediakan

dan

menghasilkannya.

Peningkatan

kemampuan penyediaan atau produksi barang merupakan usaha yang harus dilakukan
oleh perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan secara efektif dan efisien. Usaha ini
dilakukan agar dicapai tingkat keuntungan yang diharapkan demi menjamin
alam perusahaan.
mencapai
kelangsungan

tujuan

dan

sasaran

secara

efektif

ngkanlah pemikiran dan pengkajian untuk mendapatkan cara-c


D
dan efisien,
uannya adalah untuk menghasilkan keluaran yang optimal,
dikemba
ara yang lebih
sasaran secara tepat dalam waktu, jumlah, mutu, dengan bia
baik. Tuj
sehingga dapat
emanfaatkan faktor-faktor produksi. Faktor produksi yang dim
mencapai
ya yang efisien
nusia (men), bahan (material), dana (money), serta mesin
dengan m
aksud meliputi
). Kekurangan salah satu faktor produksi dapat meng
tenaga ma
dan
artinya kelancaran proses produksi dapat terhambat bila sal
peralatan
(machines
mengalami kerusakan.
ganggu
proses
produksi,
aid (1980)
dalam Fachrurrozi (2002) menyatakan bahwa
ah suatu faktor
produksi
merupakan faktor produksi yang berfungsi mengkonvers
arang setengah jadi atau barang jadi. Mesin merupakan pes
ang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip logis, rasional d

mesin-mesin

produksi

i bahan baku

menjadi b

awat

pengubah energi y

an

matematis. Kebutuhan produktivitas yang lebih tinggi serta meningkatnya keluaran


mesin pada tahun-tahun terakhir ini telah mempercepat perkembangan otomatisasi.
Hal ini pada gilirannya memperbesar kebutuhan akan fungsi pemeliharaan
(maintenance) mesin- mesin

tersebut,

selain

karena

mesin-mesin

tersebut

cenderung terus mengalami kelusuhan sehingga diperlukan reparasi atau perbaikan.


Ditinjau dari usaha pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan terhadap
fasilitas produksi, dapat dikatakan bahwa tujuan dari pemeliharaan dan perbaikan
adalah untuk mempertahankan suatu tingkat produktivitas tertentu tanpa merusak

produk akhir. Jadi, dengan adanya pemeliharaan, maka fasilitas/peralatan pabrik


diharapkan dapat beroperasi sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan
selama digunakan untuk proses produksi sebelum jangka waktu tertentu yang
direncanakan tercapai.
Perawatan atau pemeliharaan mesin tentu saja membutuhkan biaya. Biaya ini
meliputi nilai rawatan yang disimpan dan digunakan, biaya pekerja langsung, segala
macam pekerja tidak langsung, dan pekerjaan yang disubkontrakkan. Oleh sebab itu
diperlukan suatu pengaturan yang baik sehingga pelaksanaan kegiatan perawatan
diharapkan dapat membantu memaksimalkan perbedaan antara biaya variabel yang
dikeluarkan oleh pabrik dan hasil penjualan yang diperoleh dari menjual produk
sehingga keuntungan dapat tetap diperoleh. Ini merupakan fung
si

utama dari

manajemen pemeliharaan (Walley, 1987).


Walaupun telah mengetahui arti pentingnya pemeliharaan

mesin-

mesin produksi,
tetap saja banyak industri/pabrik berskala besar maupu

n kecil

yang mengabai
kannya. Ini dikarenakan industri/pabrik tersebut hanya meman

dang

dari segi biaya


danjangka pendek yang akan dikeluarkan untuk melak
waktu

ukan

kegiatan pemeliha
raan, tanpa mempertimbangkan kerugian yang mungkin d

iderita

apabila pemeliha
raan mesin tidak dilakukan. Oleh karena itu, studi manajeme

pemeliharaan
sin produksi ini perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya p

mesin-me

erhatian pabrik
dalam
me manajemen pemeliharaan mesinnya.
nerapkan
sistem

MANAJEMEN
A. Definisi Manajemen
Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada
defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Berikut ini beberapa
defenisi manajeman yang dikemukakan oleh para ahli dalam Handoko (1989).
1.

Marie Parker mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan


pekerjaan melalui orang lain.

2.

Stoner menyatakan defenisi manajemen yang lebih kompleks, yaitu


manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya


organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
3.

Luther Gillick mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu


pengetahuan (sciene) yang berusaha secara sistematis untuk memahami
mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan
membuat sistem kerja sama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa defenisi manajemen

adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan


mencapai
organisasi
dengan penyusunan
pelaksanaan personali
fungsi perencanaan
ing), tujuan-tujuan
pengorganisasian
(organizing),
(plannng), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasa
a/kepegawaian
(staffioko, 1989).

n (controlling)

(Hand
B. Fungsi

Manajemen
Menurut Manullang (2002), fungsi manajemen dapat didefenisikan sebagai

aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. B ila dilihat dari
sudut proses atau urutan pelaksanaan aktivitas tersebut, maka

fungsi-fungsi

manajemen itu dibedakan menjadi perencanaan, pengorganisasian , penyusunan,


pengarahan dan pengawasan.
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan fungsi menyusun serangkaian tindakan yang
ditent ukan sebelumnya agar tercapai tujuan-tujuan organisasi.

Perencanaan

dilakukan untuk menghindari pekerjaan rutin supaya kejadian m endadak dapat


diperkecil.
2. Organisasi (organizing)
Defenisi organisasi dapat dibedakan menjadi dua, tergantung dari sudut
pandangnya. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerja
sama untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu, sementara itu dalam arti
bagan atau struktur, organisasi merupakan gambaran secara skematis tentang
hubungan-hubungan, kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha
mencapai suatu tujuan.
3. Penyusunan (staffing)

Fungsi penyusunan (staffing) disebut juga dengan fungsi personalia,


meliputi

tugas-tugas

memperoleh

pegawai,

memajukan

pegawai,

dan

memanfaatkan pegawai. Fungsi ini adalah fungsi setiap manajer yang berhubungan
dengan para pegawai di lingkungan pimpinannya agar para pegawai terdorong
untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya untuk merealisasikan tujuan
perusahaan atau tujuan aktivitas yang dipimpinnya.
4. Pengarahan (directing)
Bila rencana pekerjaan sudah tersusun, struktur organisasi sudah ditetapkan
dan posisi atau jabatan dalam struktur organisasi tersebut sudah diisi, maka kegiatan
yang harus dilakukan pimpinan selanjutnya adalah menggerakkan bawahan,
mengkoordinasi agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat diwujudkan.
Menggerakkan bawahan inilah yang dimaksud dengan mengarah
kan (directing)
bawahan.
5. Pengawasan (controlling)
Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

menerapkan

pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perl u mengkoreksi
dengan maksud supaya pelaksanaan sesuai dengan rencana semula.
Menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (1992), fung

si pengawasan

kegiatan produksi dapat dibagi dalam:


a.

d
Supervisi, yang menjamin agar kegiatan-kegiatan dilaksanakan engan
baik.

b.

Pembandingan, berusaha mengecek apakah hasil kerja sesuaidengan yang


dikehendaki.

c.

Koreksi, berusaha untuk menghilangkan kesulitan-kesulitan/penyimpanganpenyimpangan baik pekerjaan maupun merubah rencana yang terlalu
berlebihan.
PEMELIHARAAN (MAINTENANCE)

A. Defenisi Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan fungsi yang penting dalam suatu pabrik. Sebagai
suatu usaha menggunakan fasilitas/peralatan produksi agar kontinuitas produksi
dapat terjamin dan menciptakan suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan
sesuai dengan rencana. Selain itu, fasilitas/peralatan produksi tersebut tidak

mengalami kerusakan selama dipergunakan sebelum jangka waktu tertentu yang


direncanakan tercapai.
Pemeliharaan

(maintenance),

menurut

The

American

Management

Association, Inc. (1971), adalah kegiatan rutin, pekerjaan berulang yang dilakukan
untuk menjaga kondisi fasilitas produksi agar dapat dipergunakan sesuai dengan
fungsi dan kapasitas sebenarnya secara efisien. Ini berbeda dengan perbaikan.
Pemeliharaan (maintenance) juga didefenisikan sebagai suatu kombinasi dari
berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau
memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima (BS3811, 1974 dalam
Corder, 1992).
Di Indonesia, istilah pemeliharaan itu sendiri telah dimodifikasi oleh
Kementerian Teknologi (sekarang Departemen Perdagangan dan

Industri)

pril 1970,
menjadi teroteknologi. Kata teroteknologi ini diam
pada bulan
A

bil dari

bahasa terein yang berarti merawat, memelihara, dan menjaga.

Yunani

kombinasi dari manajemen, keuangan, perekayasaan dan keg


Teroteknologi

adalah

untuk mendapatkan biayayang


siklus hidup eko
iatan pkan bagi aset fisik lain

ditera

nomis.bungan dengan spesifikasi


Hal dan rancangan untuk
ini keandalan

berhu

bangunan dan
serta ra dari pabrik, mesin-mesin, peralatan,
mampu-

peliha

sinya, pengetesan, pemeliharaan, modifikasi dan penggantian,


struktur,
dan

instala

unjuk kerja dan biaya (Corder,


dengannformasi untuk rancangan,
umpan
balik 1992

).
n Pemeliharaan
B. Tujua
Menurut

Corder

(1992),

tujuan

pemeliharaan

yang

utama

dapat

didefenisikan dengan jelas sebagai berikut:


1.

Memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat
kerja, bangunan, dan isinya).

2.

Menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi (atau


jasa) dan mendapatkan laba investasi (return of investment) maksimum yang
mungkin.

3.

Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam


kegiatan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan, unit pemad am
kebakaran dan penyelamat, dan sebagainya.

4.

Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

C. Jenis Pemeliharaan
Corder (1992) membagi kegiatan pemeliharaan ke dalam dua bentuk, yaitu
pemeliharaan terencana (planned maintenance) dan pemeliharaan tak terencana
(unplanned maintenance), dalam bentuk pemeliharaan darurat (breakdown
maintenance). Pemeliharaan terencana (planned maintenance) merupakan kegiatan
perawatan

yang

dilaksanakan

berdasarkan

perencanaan

terlebih

dahulu.

Pemeliharaan terencana ini terdiri dari pemeliharaan pencegah an (preventive


maintenance) dan pemeliharaan korektif (corrective maintenance).
C.1. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)
P reventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan p erawatan
yang
ilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusaka
d
n yang
erduga dan menentukan kondisi atau keadaan yang menyeb
tidak t
abkan fasilitas
roduksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam p
p
roses produksi.
reventive maintenance ini sangat efektif digunakan dala
P
m
asilitas produksi yang termasuk dalam critical unit. Sebua
menghadapi f
h
eralatan produksi termasuk dalam critical unit apabila ker
fasilitas atau
tau peralatan tersebut akan membahayakan kesehatan atau ke
p
usakan fasilitas
ekerja, mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan,
a
selamatan para
emacetan pada seluruh produksi, dan modal yang ditanamkan
p
menyebabkan
k

dalam

fasilitas tersebut cukup besar atau harganya mahal (Assauri, 2004).


Dalam prakteknya, preventive maintenance yang dilakukan oleh suatu
pabrik dapat dibedakan menjadi routine maintenance dan periodic maintenance.
Routine maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan
secara rutin, misalnya setiap hari, sedangkan periodic maintenance adalah kegiatan
pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara periodik atau dalam jangka
waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali, setiap bulan sekali, ataupun setiap
tahun sekali. Selain itu kegiatan periodic maintenance juga dapat dilakukan
berdasarkan lamanya jam kerja mesin sebagai jadwal kegiatan, misalnya seratus

jam sekali, dan seterusnya. Kegiatan periodic maintenance ini jauh lebih berat dari
routine maintenance (Assauri, 2004).
C.2. Pemeliharaan korektif (corrective maintenance)
Menurut

Prawirosentono

(2000),

pemeliharaan

korektif

(corrective

maintenance) adalah perawatan yang dilaksanakan karena adanya hasil produk


yang tidak sesuai dengan rencana. Kegiatan ini dimaksudkan agar
fasilitas/peralatan tersebut dapat digunakan kembali dalam operasi, sehingga
proses produksi dapat berjalan lancar kembali. Sedikit berbeda dengan
pendapat

sebelumnya,

selain

preventive

maintenance

dan

corrective

m aintenance, Patton (1983) menambahkan satu jenis pemeliharaan lagi, yaitu


p emeliharaan kemajuan (improvement maintenance), yang berfungsi untuk
me modifikasi, mendisain ulang, dan merubah mesin ataupun pesanan.
Di samping pemeliharaan terencana (planned maintenance) yang telah
dijelaskan sebelumnya, terdapat pula pemeliharaan tidak terenca na (unplanned
maintenance). Pemeliharaan tidak terencana didefenisikan sebagai pemeliharaan
karena adanya indikasi atau petunjuk bahwa adanya
yang ilakukan
d

tahap

kegiatan proses
produksi yang tiba-tiba memberikan hasil yang tidak laya

k.

Pelaksanaan
iharaan
pemel
tak terencana ini dapat berupa pemeliharaan darur

at

(emergency
enance) yaitu kegiatan perawatan mesin yang memerlukan p

maint

enanggulangan
ersifat darurat agar tidak
yang
menimbulkan kerusakan yan

g lebih
parah (Prawi
rosentono,
2000).
.

Pemeliharaan

Pemeliharaan
terencana

Pemeliharaan
pencegahan

Pemeriksaan
termasuk
penyetelan
dan pelumasan

Pemeliharaan
tak terencana

Pemeliharaan
korektif

Penggantian
komponen
minor, yaitu
pekerjaan
yang timbul
langsung dari
pemeriksaan

Reparasi
minor yang
tidak
ditemukan
waktu
pemeriksaan

Pemeliharaan
darurat

Overhaul
terencana

Lihat,
dengar,
rasakan

Pemeliharaan
waktu berjalan

Pemeliharaan
waktu berhenti

Sumber: Co

Gambar 1. Hubungan Antara Berbagai Bentuk Pemelihar

aan

rder (1992)

D. Organisasi Pemeliharaan
Menurut Taylor dalam Suharto (1991), organisasi adalah pengintegrasian
sumber-sumber, seperti persoalan teknik, kondisi alam, serta keterlibatan personal.
Untuk mendukung aktivitas produksi agar lebih berhasil dan berdaya guna, maka
keberadaan suatu organisasi perawatan mesin cukup dibutuhkan. Pada dasarnya
organisasi perawatan mesin yang baik ialah bila tetap memperhatikan problemproblem setempat dengan memperhatikan jenis operasi, kontinuitas operasi, situasi
geografis, ukuran pabrik, lingkup perawatan mesin, dan kondisi tenaga kerja.

Konsep organisasi yang baik harus didasari beberapa pemikiran. Pemikiran


yang dimaksud berupa adanya deskripsi kerja yang jelas dan tidak tumpang tindih
untuk menghindari konflik, konsistensi kekuasaan, membatasi jumlah orang dalam
kepegawaian, serta kejelasan individu yang terlibat dalam organisasi (Suharto,
1991).
D.1. Struktur Organisasi
Struktur adalah pola hubungan komponen atau bagian organisasi. Struktur
merupakan susunan subsistem dan komponen dalam ruang tiga dimensi pada
suatu waktu. Dapat dikatakan bahwa struktur organisasi itu sifatnya relatif
stabil, statis, berubah lambat, dan memerlukan waktu untuk penyesuaianpenyesuaian (Reksohadiprodjo, 1993).
Pada suatu perusahaan, struktur organisasi yang dipakai sangat dipengaruhi
oleh besar kecilnya perusahaan. Perkembangan suatu perusahaan

akan

merubahrstruktu
organisasi untuk menampung perubahan yang diperlukan ol

eh

manajemen.
Di yang diambil agar bagian pe
pangan, salah satu langkah

la

rawatangsi dengan baik dipengaruhi oleh diagram susunan


dapatorganisas

berfun

i.
gkup
g

Diagramseluruh karyawaninidalam lin


untuk dipublikasikan kepada

penting

kerjanya
tidak mengabaikan rasa tanggung jawab
serta kerja sama yan

dengan

kompak di dalam diagram tersebut,


dari sehingga
personel yang terlibat

semua

semakinsiapa seorang pegawai harus bertanggung jawab,


jelas menanyak

kepada

an haknya,
dan lain-la
in (Suharto,
1991).
Selanjutnya persentase karyawan pemeliharaan terhadap

keseluruhan

karyawan tergantung pada jenis industri dan apakah industri tersebut bersifat padat
karya atau padat modal. Dalam industri padat karya, angka ini hanyalah 2 persen,
sedangkan untuk industri padat modal jumlahnya dapat mencapai 50% (Corder,
1992).
D.2. Tipe Organisasi
Siagian (1998) memaparkan bahwa ada lima tipe organisasi yang umum
dikenal yaitu, organisasi lini, organisasi lini dan staf, organisasi fungsional,
organisasi matriks, dan kepanitiaan.

1. Organisasi lini
Pengalaman menunjukkan bahwa tipe organisasi ini digunakan untuk organisasi
yang masih kecil dengan jumlah karyawan sedikit dan produk yang dihasilkan
tidak bervariasi. Pengetahuan dan keterampilan yang dituntut dari para
anggotanya dalam rangka penyelesaian tugas pekerjaan belum spesifik serta
masih dimungkinkan hubungan langsung antara pimpinan dengan bawahannya.
2. Organisasi lini dan staf
Organisasi tipe ini sering pula dikenal dengan istilah birokrasi mesin. Tipe ini
cocok digunakan untuk organisasi besar yang memiliki jumlah karyawan banyak
dengan produk yang dihasilkan bervariasi di mana para anggota organisasi sudah
dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang spe
sialistik.

Pada

organisasi tipe lini dan staf ini telah terdapat stratifikasi dalam ubungan
atasan
h
danbawahan.
3. Organisasi fungsional
Nama lain untuk tipe ini adalah birokrasi profesional atau teknokrasi. Penyebab
timb
ulnya tipe ini adalah karena tuntutan tugas yang semakin sp

esialistik

yang
pada memerlukan tenaga pelaksana yang memahani se
gilirannya

gi

teknologikal
yelesaian pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ciri ut

pen

ama
gsional adalah kompleksitas yangorganisasi
tinggi disertai oleh standar

fun

isasi
pekerjaan
gan pola penyebaran (desentralisasi) dalam
pengambil

den

an kuatan tipe ini terletak pada tersedianya tenaga-tenaga


keputusan.

Ke

berkemampuan
nologikal tinggi dalam pelaksanaan tugas berkat pendidikan

tek

dangpelatihan
yan
telah ditempuh
dan memungkinkan mereka menampilka

kinerja
yangasal
mem
uaskan
diberi kebebasan untuk bertindak.
4. Organisasi matriks
Organisasi tipe matriks merupakan penggabungan fungsi dan produk suatu
organisasi. Keunggulan tipe ini ialah: 1) penempatan tenaga yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang spesialistik dalam suatu unit kerja, 2)
dimungkinkannya pemanfaatan bidang-bidang spesialisasi tertentu untuk
kepentingan lintas produk, 3) mudah untuk melakukan koordinasi untuk kegiatan
yang bersifat kompleks dan interdependen, dan 4) komunikasi lebih lancar.
5. Kepanitiaan atau adhokrasi.

Biasanya digunakan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan. Ciri utamanya


adalah 1) struktur panitia tidak kompleks, 2) formalisasi rendah atau bahkan
tidak ada, 3) pola pengambilan keputusan adalah desentralisasi, 4) diferensiasi
horisontal tinggi, 5) tidak terdapat diferensiasi vertikal, 6) daya tanggap yang
tinggi, dan 7) diisi oleh tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dan keterampilan
khusus.
E. Tugas dan Kegiatan Pemeliharaan
Menurut Assauri (2004), semua tugas dan kegiatan pemeliharaan dapat
digolongkan ke dalam salah satu dari lima tugas pokok, yaitu (1) inspeksi
(inspection), (2) kegiatan teknik (engineering), (3) kegiatan produksi (production),
(4) kegiatan administrasi (clerical work), dan (5) pemeliharaan bangunan (house
keeping).
1. Inspeksi (Inspection)
Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara berkala
(routine schedule check) bangunan dan peralatan pabrik sesuai d engan rencana
serta kegiatan pengecekan atau pemeriksaan terhadap peralatan yang mengalami
kerusakan dan membuat laporan hasil pengecekan dan pemeri ksaan tersebut.
Hasil laporan inspeksi harus memuat keadaan peralatan yang diinspeksi, sebab
terjadinya kerusakan (bila ada), usaha perbaikan yang telah dilaku kan, dan saran
perbaikan atau penggantian yang diperlukan. Maksud dari kegiat an inspeksi ini
adalah untuk mengetahui apakah pabrik selalu mempunyai per alatan/fasilitas
produksi yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi.
2. Kegiatan Teknik (Engineering)
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan peralatan yang baru dibeli,
pengembangan peralatan atau komponen yang perlu diganti, serta melakukan
penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut.
3. Kegiatan Produksi (Production)
Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu
memperbaiki dan mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik,
melaksanakan pekerjaan yang disarankan dalam kegiatan inspeksi dan teknik,
melaksanakan service dan pelumasan. Kegiatan produksi ini dimaksudkan agar
kegiatan produksi dalam pabrik dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana.
4. Pekerjaan Administrasi (Clerical Work)

Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan

dengan

administrasi kegiatan pemeliharaan yang menjamin adanya catatan-catatan


mengenai

kegiatan

atau

kejadian-kejadian

yang

penting

dari

bagian

pemeliharaan.
5. Pemeliharaan Bangunan (House Keeping)
Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan untuk menjaga agar
bangunan tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya.
F. Prosedur Pemeliharaan
Sebelum melakukan pemeliharaan terhadap aset atau fasilitas yang
digunakan dalam produksi, sebaiknya terlebih dahulu telah disusun rencana akan
hal-hal atau kegiatan apa saja yang akan dilakukan terhadap mesin ertentu.
Corder
t
(1992) memaparkan prosedur yang harus dilalui dalam melak ukan

kegiatan

pemeliharaan, antara lain:


1. Me nentukan apa yang akan dipelihara. Hal ini meliputi pembuata n daftar sarana,
penyusunan bahan-bahan yang menyangkut pembiayaan, karena ini merupakan
asetfisik yang memerlukan pemeliharaan dan merupakan satu- satunya alasan
yan g bisa dipertanggungjawabkan dalam meminta pengeluaran biaya.
2. Me nentukan bagaimana aset atau sarana tersebut dipelihara. M embuat jadwal
pem eliharaan bagi setiap mesin atau peralatan yang telah ditentukan. Sistem ini
dapat dimulai dengan melakukan pemeliharaan terencana bagi eberapa
mesin
b
kunci dan kemudian diikuti oleh mesin lain sampai tercapai tingkat
pemeliharaan ekonomis yang optimum.
3. Set elah mempersiapkan jadwal pemeliharaan, selanjutnya ada lah menyusun
spesifikasi pekerjaan yang dihimpun dari jadwal pemeliharaan. Spesifikasi ini
dipersiapkan terpisah untuk masing-masing kegiatan dan frekuensi pemeriksaan.
4. Membuat perencanaan mingguan. Rencana ini dibuat bersama-sama dengan
bagian produksi, biasanya dengan seksi perencanaan dan kemajuan produksi.
Pengaturan pemberhentian pabrik untuk pemeriksaan pemeliharaan pencegahan
terencana dan reparasi adalah persyaratan dasar yang mutlak.
5. Membuat dan mengisi blangko laporan pemerikasaan yang diikutkan bersama
spesifikasi perkerjaan pemeliharaan. Setelah pemeliharaan selesai, blangko ini
dikembalikan ke mandor pemeliharaan untuk diperikasa dan ditandatangan
sebelum akhirnya dikembalikan ke kantor perencana pemeriksaan.

Untuk memudahkan pelaksanaan maintenance, maka kegiatan maintenace


yang dilakukan berdasarkan pada Pemeliharaan Dengan Pesanan

(Maintenance

Work Order atau Work Order System), Sistem Daftar Pengecekan (Check List
System), dan Rencana Triwulan. Work Order System yaitu kegiatan maintenance
yang dilaksanakan berdasarkan pesanan dari bagian produksi maupun bagianbagian lain. Check List System merupakan dasar atau schedule yang telah dibuat
untuk melakukan kegiatan maintenance dengan cara pemeriksaan terhadap mesin
secara berkala. Rencana kerja kegiatan maintenance per triwulan dilaksanakan
berdasarkan pengalaman-pengalaman atau catatan-catatan sejarah mesin, yaitu
kapan suatu mesin harus dirawat atau diperbaiki (Prawirosentono, 2000).
Menurut Walley (1987), kegiatan perawatan sulit untuk

di ukur, ini

dikare
nakan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Ber
n pabrik yang
anekaragamnya keterampilan yang digunakan, dibagian-bagia
ber
beda, pekerjaannya juga tidak sama.
2. Pek
erjaannya tampak berulang.
3. Ba
ri ideal. Kerja
nyak tugas terdapat di tempat-tempat dan posisi yang jauh da
luar
urusan dengan
sering digunakan. Tugas perbaikan di tempat ini biasa ber
soal
kebisingan dan kotor.
4. Pen
n dilaksanakan
yeliaan langsung sering merupakan masalah. Banyak pekerjaa
pada
abrik, sehingga
waktu yang sama di berbagai bagian yang berbeda dalam p
pen
yeliaan pun sulit dilaksanakan.
5. Tu
.
gas cenderung mempunyai kadar pekerjaan yang tidak menentu
G. Biaya
Biasanya makin tinggi nilai pabrik, makin tinggi pula biaya perawatannya.
Pemeliharaan
Umur pabrik, keterampilan para operatornya, perlunya terus menjalankan pabrik
tersebut memiliki peranan yang besar dalam menentukan pentingnya perawatan dan
biaya yang dapat dibenarkan (Walley, 1987).
Biaya pemeliharaan preventif terdiri atas biaya-biaya yang timbul dari
kegiatan pemeriksaan dan penyesuaian peralatan, penggantian atau perbaikan
komponen-komponen, dan kehilangan waktu produksi yang diakibatkan kegiatankegiatan tersebut. Biaya pemeliharaan korektif adalah biaya-biaya yang timbul bila
peralatan rusak atau tidak dapat beroperasi, yang meliputi kehilangan waktu

produksi, biaya pelaksanaan pemeliharaan, ataupun biaya penggantian peralatan


(Handoko, 1987).
H. Produktivitas dan Efisiensi Pemeliharaan
Encyclopedia of Professional Management dalam Atmosoeprapto (2000)
menyebutkan bahwa produktivitas adalah suatu ukuran sejauh mana sumber-sumber
daya digabungkan dan dipergunakan dengan baik untuk dapat mewujudkan hasilhasil tertentu yang diinginkan. Produktivitas dapat dijabarkan sebagai hasil
penjumlahan atau merupakan fungsi dari efektivitas dan efisiensi.
Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran
dapat dicapai, sedangkan efisiensi menggambarkan bagaimana sumb

er-sumber

daya dikelo
la secara tepat dan benar. Efektivitas dan efisiensi yan

g tinggi

akan hasilkan produktivitas yang tinggi (Atmosoeprapto, 2000).


meng Dalam mencapai efektivitas pemeliharaan mesin dan se
ksi secara optimum, maka Prawirosentono (2000) memluruh fasilitas
produenance menjadi lima kegiatan pokok, yaitu: 1) pemelib agi kegiatan
maintanical maintenance), 2) pemeliharaan jaringan listri haraan mesin
(mechenance), 3) pemeliharaan instrumen (instrument maintenance) k (electrical
maintngkit listrik (electric power maintenance), 5) bengkel
pembashop).
(work

, 4) perawatan
pe meliharaan

Siagian (2002) menyatakan bahwa prinsip efisiensi secara se


derhana berarti
hindarkan segala bentuk pemborosan. Efisiensi mesin merupak

meng an aktual dan kapasitas efektif. Kapasitas efektif adalah keluaan rasio antara
keluar apat dihasilkan mesin pada kondisi nyata yang antara lain diran maksimum
yang d

pengaruhi

oleh penjadwalan produksi, perawatan mesin, faktor kualitas, dan waktu


istirahat operator. Keluaran aktual adalah laju keluaran yang benar-benar
dicapai. Laju keluaran
produk

ini

dipengaruhi

oleh

kerusakan

mesin,

adanya

cacat, dan kekurangan bahan baku (Stevenson, 1996 dalam Fachrurrozi,

2002).
Masalah efisiensi dalam manajemen pemeliharaan lebih ditekankan pada
aspek ekonomi dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi, dan alternatif
tindakan yang dipilih untuk dilaksanakan sehingga perusahaan dapat memperoleh
keuntungan. Di dalam persoalan ekonomis ini, perlu diadakan analisis perbandingan
biaya antara masing-masing alternatif tindakan yang dapat diambil (Assauri, 2004).

REFERENSI
Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Atmosoeprapto, K. 2001. Produktifitas Aktualisasi Budaya Perusahaan. PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.
Corder, A.1992. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Erlangga. Jakarta.
Fachrurrozi. 2002. Studi Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi di Industri
Pengolahan Kayu PT. Inhutani Administratur Industri Bekasi, Jawa Barat.
Bogor. Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Handoko, T. H.1989. Manajemen. Edisi Kedua. BPFE-Yogyakarta. Yo gyakarta.
Manullang, M. 2002. Dasar-Dasar Manajemen. Gadjah Mada Uni versity Press.
Yogyakarta.
Patton, J. D. 1983. Preventive Maintenance. Instrument Society Of America.
Publishers Creative Services Inc. New York.
Prawirosentono, S. 2000. Manajemen Operasi; Analisis dan Studi Kasus. Edisi Kedua.
Bumi Aksara. Jakarta.
Reksohadiprodjo, S. 1993. Manajemen Perusahaan; Suatu Pengantar. BPFEY ogyakarta. Yograkarta.
Reksohadiprodjo, S. dan I. Gitosudarmo. 1992. Manajemen Produksi. BPFEYogyakarta. Yogyakarta.
Siagian, . P. 1998. Manajemen Abad 21. Bumi Aksara. Jakarta.
Suharto. 991. Manajemen Perawatan Mesin. Rineka Cipta. Jakarta.
The

American Management
Management. Bombay.

Association,

Inc.

1971.

Modern

Maintenance

Walley, B. H. 1987. Manajemen Produksi; Pedoman Menghadapi Tantangan


Meningkatkan Produktivitas. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai