Anda di halaman 1dari 31

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendidikan Kesehatan


2.1.1. Pengertian
Pendidikan

kesehatan

adalah

kegiatan

pendidikan

yang

dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,


sehingga masyarakat/keluarga tidak saja sadar, tahu dan mengerti,
tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan (Anwar dalam Effendy, 2012).
Menurut Departemen Kesehatan dalam Effendy (2012) Pendidikan
kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,
dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat. Tahu bagaimana caranya dan
melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun
secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu.
Menurut Machfoedz & Suryani (2009) Pendidikan adalah
pertemuan empat mata antara klien dan penyuluh yang berisi usaha
yang laras, unik dan manusiawi yang dilakukan dalam suasana
keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.
Menurut Natawijaya (1987) dalam Machfoedz & Suryani (2009)
Pendidikan merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian
terpadu dari bimbingan. Pendidikan dapat diartikan sebagai hubungan

timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (yaitu
penyuluh) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalahmasalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
Menurut Notoatmodjo (2007) Promosi kesehatan sebagai
bagian atau cabang dari ilmu kesehatan, juga mempunyai dua sisi,
yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi
promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program
kesehatan

lain. Artinya

pemberantasan

penyakit,

setiap

program

perbaikan

gizi

kesehatan,
masyarakat,

misalnya
sanitasi

lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan,


dan sebagainya, perlu ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan
(di Indonesia sering disebut Pendidikan kesehatan).
2.1.2.

Tujuan Pendidikan Kesehatan


Menurut Machfoedz & Suryani (2009) Tujuan Pendidikan

kesehatan yang paling pokok adalah sebagai berikut:


1

Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat


dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan
sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal.


Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik,
mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian.

Menurut WHO tujuan Pendidikan kesehatan adalah untuk merubah


perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang

2.1.3.

kesehatan.
Sasaran Pendidikan Kesehatan
Menurut Effendy (2012) Sasaran Pendidikan kesehatan adalah

sebagai berikut:
1

Individu
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan
yang dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, klinik
bersalin, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan

(Effendy, 2012).
Keluarga
Keluarga binaan yang mempunyai masalah kesehatan dan
keperawatan yang tergolong dalam keluarga-keluarga resiko tinggi,
diantaranya adalah:
a Anggota keluarga yang menderita penyakit menular
b Keluarga-keluarga dengan sosial ekonomi dan pendidikan yang

rendah
Keluarga-keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang

buruk
Keluarga-keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang

banyak diluar kemampuan kapasitas keluarga (Effendy, 2012).


Kelompok
Kelompok-kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam
Pendidikan kesehatan adalah:
a Kelompok ibu hamil
b Kelompok ibu-ibu yang memiliki anak balita
c Kelompok pasangan usia subur dengan resiko tinggi kebidanan
d Kelompok-kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah
kesehatan diantaranya adalah kelompok usia lanjut, kelompok

wanita tunasusila, kelompok anak remaja yang terlibat dalam


e

penyalahgunaan narkoba
Kelompok-kelompok masyarakat yang ada di berbagai institusi
pelayanan kesehatan seperti masyarkat sekolah, pekerja-pekerja

dalam perusahaan (Effendy, 2012).


Masyarakat
Masyarakat yang menjadi sasaran dalam Pendidikan kesehatan
adalah:
a Masyarakat binaan puskesmas
b Masyarakat nelayan
c Masyarakat pedesaan
d Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, posyandu yang diberikan Pendidikan kesehatan
secara massal
Masyarakat luas yang terkena masalah kesehatan seperti wabah

2.1.4.

DHF, muntah berak dan sebagainya (Effendy, 2012).


Hasil Yang Diharapkan
Menurut Effendy (2012) Hasil yang diharapkan dalam

Pendidikan kesehatan adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku


dari individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat untuk dapat
menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
2.1.5.

Tempat Penyelenggaraan
Menurut Effendy (2012) Penyelenggaraan Pendidikan

kesehatan dapat dilakukan di berbagai tempat, diantaranya adalah:


1

Di dalam institusi pelayanan


Dapat dilakukan di rumah sakit, rumah bersalin, klinik dan
sebagainya, yang dapat diberikan secara langsung kepada individu

maupun kelompok mengenai penyakit, perawatan, pencegahan


penyakit dan sebagainya. Tetapi dapat juga diberikan secara tidak
langsung misalnya melalui poster, gambar-gambar, flantfelt dan
sebagainya.
2

Di masyarakat
Pendidikan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan melalui
pendekatan edukatif terhadap keluarga dan masyarakat binaan
secara menyeluruh dan terorganisasi sesuai dengan masalah
kesehatan dan keperawatan yang di hadapi oleh masyarakat. Agar
Pendidikan kesehatan di masyarakat dapat mencapai hasil yang
diharapkan diperlukan perencanaan yang matang dan terarah sesuai
dengan

tujuan

program

Pendidikan

kesehatan

masyarakat

berdasarkan kebutuhan kesehatan masyarakat setempat. Pendidikan


kesehatan di masyarakat biasanya berkaitan dengan pembinaan
wilayah binaan puskesmas atau oleh karena kejadian yang luar
biasa seperti wabah dan lain sebagainya.
2.1.6.

Ruang Lingkup
Menurut Effendy (2012) Ruang lingkup Pendidikan

kesehatan meliputi 3 aspek yaitu:


1

Sasaran Pendidikan Kesehatan


Sasaran Pendidikan kesehatan adalah individu, kelompok dan
masyarakat yang dijadikan subjek dan objek perubahan perilaku,
sehingga

di

harapkan

dapat

memahami,

menghayati

dan

mengaplikasikan cara-cara hidup sehat dan kehidupan sehari-

harinya. Banyak faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran


dalam keberhasilan Pendidikan kesehatan, diantaranya adalah:
a Tingkat pendidikan
b Tingkat sosial ekonomi
c Adat istiadat
d Kepercayaan masyarakat
e Ketersediaan waktu dari masyarakat.
Materi/Pesan
Menurut Effendy (2012) Materi atau pesan yang akan di

sampaikan kepada masyarakat hendaknya di sesuaikan dengan


kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Sehingga materi yang di sampaikan
dapat di rasakan langsung manfaatnya. Materi yang di sampaikan
a.

sebaiknya:
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam

b.

bahasa kesehariannya
Materi yang disampaikan tidak perlu sulit untuk dimengerti oleh

c.

sasaran
Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga
untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian

d.

sasaran
Materi atau pesan yang di sampaikan merupakan kebutuhan
sasaran dalam masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka
hadapi.

Metode
Menurut Effendy (2012) Metode yang dipakai dalam Pendidikan
kesehatan hendaknya

metode yang dapat mengembangkan

komunikasi dua arah antara yang memberikan Pendidikan terhadap


sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap

pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami,


diantaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi,
bermain peran dan sebagainya.
Dari banyak metode yang dipergunakan dalam Pendidikan kesehatan
masyarakat, dapat dikelompokkan dalam dua macam metode yaitu:
a Metode didaktik
Menurut Effendy (2012) Dalam metode didaktik yang aktif adalah
orang yang melakukan Pendidikan kesehatan, sedangkan sasaran
bersifat pasif dan tidak di berikan kesempatan untuk ikut serta
mengemukakan

pendapatnya

atau

mengajukan

pertanyaan-

pertanyaan apapun. Dan proses Pendidikan yang terjadi bersifat


satu arah (one way method), yang termasuk dalam metode ini
adalah:
1 Secara langsung
a Ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan
menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan
kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi
tentang kesehatan. Adapun Ciri-ciri metode ceramah umum
teresebut adalah: ada sekelompok sasaran yang telah
dipersiapkan, ada ide, pengertian dan pesan tentang kesehatan
yang disampaikan, tidak adanya kesempatan bertanya bagi
sasaran, bila ada jumlahnya sangat terbatas, mempergunakan
alat peraga untuk mempermudah pengertian. Keuntungan:
banyak orang yang dapat mendengarkan atau memperoleh
pengetahuan di bidang kesehatan, dapat diterima oleh sasaran
yang tidak dapat membaca, mudah dilaksanakan, mudah

mempersiapkannya, mudah mengorganisasi. Kerugian: tidak


memberikan kesempatan kepada sasaran untuk berpartisipasi
secara aktif (sasaran bersifat pasif), cepat membosankan bila
ceramahnya kurang menarik, pesan yang disampaikan mudah
dilupakan, diberikan hanya satu kali saja, sering timbul
pengertian lain bila sasaran kurang memperhatikan (Effendy,
2012) .
b Menurut Effendy (2012)

Adapun langkah-langkah

pelaksanaan ceramah adalah sebagai berikut:


1 Perkenalan diri
2 Menjelaskan tujuan ceramah
3 Menjelaskan pokok permasalahan yang akan di bahas
4 Menyampaikan materi ceramah dengan suara yang
5

jelas dan bahasa yang mudah dimengerti


Pandangan penceramah dalam menyampaikan materi

6
7

merata keseluruh sasaran


Bila bisa selingi dengan humor
Gunakan alat peraga untuk memudahkan pengertian

pendengar dan bawakan ceramah secara santai


Berikan kesempatan kepada sasaran untuk bertanya

terhadap hal-hal yang kurang jelas


Jawablah pertanyaan-pertanyaan sasaran dengan jelas

dan meyakinkan
10 Sebelum mengakhiri ceramah hendaknya penceramah
menyimpulkan hasil ceramahya
11 Bila ada bahan bacaan hendaknya di bagikan setelah
ceramah selesai.
Secara tidak langsung
a Poster
b Media cetak (majalah, buletin, surat kabar)
c Media elektronik (radio, televisi)
Metode sokratik

Menurut Effendy (2012) Pada metode sasaran yang diberikan


kesempatan mengemukakan pendapat, sehingga mereka ikut aktif
dalam proses belajar-mengajar, dengan demikian terbinalah
komunikasi dua arah antara yang menyampaikan pesan di satu
pihak dengan yang menerima pesan dilain pihak (two way method).
Yang termasuk dalam metode adalah:
1 Langsung
a Diskusi
Diskusi kelompok adalah pembicaraan yang di rencanakan
dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan
diantara 5-20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin
b

diskusi yang telah di tunjuk (Effendy, 2012).


Curah pendapat
Curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah di
mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan
pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-masing
peserta, dan evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan

kemudian (Effendy, 2012).


Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu

cara

untuk

menunjukkan

pengertian, ide, dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah


di persiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana
cara

melaksanakan

suatu

tindakan,

adegan

dengan

menggunakan alat peraga. Metode ini di gunakan terhadap


kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya (Effendy,
2012).
d

Simulasi

10

Bermain peran (role play)


Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam
kehidupan manusia dengan tanpa di adakan latihan,
dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk di pakai sebagai

f
g

bahan pemikiran oleh kelompok (Effendy, 2012).


Sisiodrama
Simposium adalah serangkaian ceramah yang di berikan oleh
2-5 orang dengan topik yang berlainan tetapi saling

berhubungan erat.
Seminar adalah suatu cara dimana sekelompok orang
berkumpul untuk membahas suatu masalah di bawah
bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya (Effendy,

2012).
Studi kasus
Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang
sedetailnya, yang memungkinkan kelompok menganalisa

masalah itu (Effendy, 2012).


2 Tidak langsung
a Pendidikan kesehatan melalui telepon
b Satelit komunikasi
2.1.7.

Alat peraga
Menurut Effendy (2012) Alat peraga (audio visual aid) adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari


pengirim pesan (penyuluh) ke penerima pesan (sasaran) sehingga
dapat menerangkan pikiran, perasaan, perhatian dan minat sasaran
sedemikian rupa sehingga terjadi pemahaman, pengertian dan
penghayatan dari apa yang di terangkan. Adapun tujuannya adalah
sebagai alat bantu dalam Pendidikan kesehatan, untuk menimbulkan

11

perhatian

terhadap

suatu

masalah

yang

di

jelaskan,

untuk

mengingatkan suatu pesan/informasi, untuk menjelaskan suatu faktafakta, prosedur dan tindakan, membuat suatu penyajian materi
ceramah lebih sistematis.
Kegunaan alat peraga:
1 dapat menumbuhkan minat terhadap kelompok sasaran
2 membantu kelompok sasaran untuk mengerti lebih baik
3 membantu kelompok sasaran untuk mengingat lebih baik
4 membantu kelompok sasaran untuk meneruskan apa yang di
5

peroleh kepada orang lain


membantu kelompok sasaran untuk menambah atau membina sikap

baru
membantu kelompok sasaran untuk melaksanakan apa yang telah di

7
8
9

pelajari
dapat membantu hambatan bahasa
dapat mencapai sasaran lebih baik
membantu kelompok sasaran untuk belajar lebih banyak dan lebih
cepat (Effendy, 2012).

Manfaat bagi penyuluh:


1
2

Memiliki bahan nyata yang ingin disampaikan


Menambah kepercayaan diri dalam memberikan Pendidikan

3
4

kesehatan
Menghindari kejenuhan dalam memberikan Pendidikan kesehatan
Mengurangi kejenuhan bagi pihak-pihak yang disuluh sehingga

secara leluasa penyuluh bisa menentukan variasi cara penyampaian


Sebagai alat yang dapat menuntun dalam penyampaian materi
Pendidikan (Effendy, 2012).

Manfaat bagi sasaran:


1

Dapat melihat nyata inti materi yang ingin di sampaikan sehingga

lebih mudah untuk di cerna


Menghindari kejenuhan dan kebosanan

12

3
4

Mudah mengingat pesan yang di sampaikan penyuluh


Mempermudah pengertian sasaran dalam menangkap makna materi
yang di sampaikan (Effendy, 2012).

Menurut Effendy (2012) Ciri-ciri alat peraga adalah sebagai berikut:


1

Merupakan suatu alat yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan

dapat diamati melalui pancaindera


Tekanan utamanya terletak pada benda atau hal-hal yang dapat

3
4

dilihat dan didengar


Digunakan dalam rangka hubungan komunikasi dalam penceramah
Merupakan media pendidikan yang dapat digunakan dalam

Pendidikan kesehatan masyarakat


Sebagai alat teknis yang erat kaitannya dengan metode Pendidikan
yang diberikan.

Menurut Effendy (2012) Macam-macam alat peraga adalah sebagai


berikut:
1

Papan pengumuman
Papan pengumuman yang berukuran biasa yang dapat di pasang di
puskesmas, rumah sakit, balai desa atau kantor kecamatan untuk
menempelkan informasi kesehatan, biasanya berukuran 90X129

2
3

cm.
Over Head Projector (OHP)
Kertas plip chart dan penangganya
Adalah beberapa chart yang telah disusun secara berurutan dan
berisi tulisan dengan gambar-gambar yang telah disatukan dengan
ikatan atau ring spiral pada bagian pinggir sisi atas. Biasanya
jumlah chart lebih dari 12 lembar, berukuran poster lebih besar atau
lebih kecil. Dan biasanya memakai kertas tebal.

13

Poster
Poster adalah pesan yang singkat dalam bentuk gambar, dengan
tujuan untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok agar tertarik

pada objek materi yang diinformasikan (Effendy, 2012).


Flash card
Adalah beberapa kertas/kartu dengan ukuran kira-kira 25X30 cm
yang berisi suatu masalah atau program tertentu. Biasanya tulisan
terletak dibalik gambar yang ada pada gambar depan (Effendy,

6
7

2012).
Model
Leaflet
Selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah
khususnya untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu (Effendy,

8
9
10
11
2.1.8.

2012).
Film
Slide projector
Video film
Bahan-bahan asli: bahan makanan, sayuran, oralit dan sebagainya.
Langkah Pendidikan Kesehatan
Menurut Effendy (2012) Adapun beberapa langkah yang harus

ditempuh dalam melaksanakan Pendidikan kesehatan masyarakat,


yaitu sebagai berikut:
1
2
3

Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat


Menetapkan masalah kesehatan masyarakat
Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu untuk di tangani

melalui Pendidikan kesehatan masyarakat


4 Menyusun perencanaan Pendidikan
a Menetapkan tujuan
b Penentuan sasaran
c Menyusun materi/isi Pendidikan
d Memilih metode yang tepat
e Menentukan jenis alat peraga yang akan di gunakan
f Penentuan kriteria evaluasi
5 Pelaksanaan Pendidikan

14

6
7
2.1.9.

Penilaian hasil Pendidikan


Tindak lanjut dari Pendidikan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan
Menurut Effendy (2012) Banyak faktor yang mempengaruhi

keberhasilan suatu Pendidikan kesehatan masyarakat, apakah itu dari


penyuluh, sasaran atau dalam proses Pendidikan itu sendiri akan
dijelaskan sebagai berikut:
Faktor penyuluh:
1
2
3
4

Kurang persiapan
Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan
Penampilan kurang meyakinkan sasaran
Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran

5
6

karena terlalu banyak menggunakan istilah-istilah asing


Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar
Penyampaian materi Pendidikan terlalu monoton

sehingga

membosankan
Faktor sasaran:
1

Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan

yang disampaikan
Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu
memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan, karena lebih

memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih mendesak


Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit
untuk mengubah misalnya, makan ikan dapat menimbulkan

cacingan, makan telur dapat menimbulkan cacingan


Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin
terjadi perubahan perilaku. Misalnya masyarakat yang tinggal di
daerah tandus yang sulit air akan sangat sukar untuk memberikan

15

Pendidikan tentang higiene sanitasi dan perseorangan (Effendy,


2012).
Faktor proses dalam Pendidikan:
1

Waktu Pendidikan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan

sasaran
Tempat Pendidikan dilakukan dekat tempat keramaian sehingga

mengganggu proses Pendidikan kesehatan yang dilakukan


Jumlah sasaran yang mendengar Pendidikan terlalu banyak
sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam memberikan

Pendidikan
Alat peraga dalam memberikan Pendidikan kurang ditunjang oleh

alat peraga yang dapat mempermudah pemahaman sasaran


Metode yang dipergunakan kurang tepat sehingga membosankan

sasaran untuk mendengarkan Pendidikan yang disampaikan


Bahasa yang dipergunakan sulit dimengerti oleh sasaran, karena

tidak menggunakan bahasa keseharian sasaran (Effendy, 2012).


2.2. Pengetahuan
2.2.1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan

manusia

diperoleh

melalui

mata

dan

telinga

(Notoatmodjo, 2003).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) dalam Budiman
& Riyanto (2013) Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui
berkaitan dengan proses pembelajaran. Sedangkan dalam Wikipedia

16

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau


disadari oleh seseorang. Plato menyatakan Pengetahuan sebagai
kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid) (justified true belief).
2.2.2.

Jenis Pengetahuan
Menurut Budiman & Riyanto (2013) Pemahaman masyarakat

mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan sangat beraneka


ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis
pengetahuan diantaranya sebagai berikut:
1

Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam
dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang
tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan
prinsip. Pengetahuan seseorang biasanya sulit untuk di transfer ke
orang lain baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implisit
seringkali berisi kebiasaan dan budaya bahkan tidak di sadari.
Contoh sederhana: seseorang mengetahui tentang bahaya merokok

bagi kesehatan, namun ternyata dia merokok.


Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan

yang

telah

didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam


wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam
tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Contoh sederhana: seseorang yang telah mengetahui bahaya
2.2.3.

merokok bagi kesehatan dan tidak merokok.


Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

17

Menurut Bloom (1956) dalam Notoatmodjo (2010) bahwa


pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu:
a

Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara

benar

tentang

objek

yang

diketahui

dan

dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar


c

Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.

Analisis (analysis)

18

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau


suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e

Sintesis (syntetis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau

menghubungkan

bagian-bagian

dalam

suatu

bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu


kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
f

Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2.4.

Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :


a

Pengalaman
Sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga merupakan
kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia, dan
informasi yang akan memberikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri

19

maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat


memperluas pengetahuan seseorang.
b

Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa
adanya

pembuktian

terlebih

dahulu.

Keyakinan

ini

bias

mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya


positif maupun negatif.
d

Fasilitas
Fasilitasfasilitas

sebagai

sumber

informasi

yang

dapat

mempengaruhi pengetahuann seseorang, misalnya radio, televisi,


majalah, koran, dan buku.
e

Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka
dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas
fasilitas sumber informasi.

20

Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang
terhadap sesuatu.

2.2.5.

Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain
diatas (Notoatmodjo, 2003).
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan
determinan perilaku dari analisis faktor faktor yang mempengaruhi
perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan,
antara lain teori Lawrence Green, (Green, dalam Notoatmodjo,2003)
mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non
behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau
dibentuk dari 3 faktor, yaitu:
a

faktor faktor pengaruh (predisposing factor) yang terwujud dalam


pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai nilai

faktorfaktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam


lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas
atau saranasarana kesehatan

21

faktorfaktor penguat ( reinforcing factor) yang terwujud dalam


sikap dan perilaku petugas kesehatan.
Menurut Skinner dalam Budiman & Riyanto (2013) Bila

seseorang mampu menjawab mengenai materi tertentu baik secara


lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang tersebut mengetahui
bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan tersebut
dinamakan pengetahuan. Pengukuran bobot pengetahuan seseorang
ditetapkan menurut hal-hal sebagai berikut:
1
2
3

Bobot I: tahap tahu dan pemahaman


Bobot II: tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis
Bobot III: tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari
subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus
di

perhatikan

rumusan

kalimat

pertanyaan

menurut

tahapan

pengetahuan. Menurut Wawan & Dewi (2011) berikut hasil presentase


untuk pengukuran pengetahuan:
1 Pengetahuan baik: hasil presentase 76%-100%
2 Pengetahuan cukup: hasil presentase 56%-75%
3 Pengetahuan kurang: hasil presentase <56%.
2.2.6.

Cara memperoleh pengetahuan


Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmojo

(2003) dalam Wawan & Dewi (2011) adalah sebagai berikut:


1 Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

22

dilakukan

dengan

menggunakan

kemungkinan

dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak


berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah
b

tersebut dapat dipecahkan.


Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang menerima yang
dikemukan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji
terlebih

dahulu

atau

membuktikan

kebenarannya

baik

berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.


Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang

pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.


Cara modern dalam meperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer atau
disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan
oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh
Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan

penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.


2.3 Demam Berdarah Dengue (DBD)
2.3.1 Defenisi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Soegijanto,2006).

23

Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit dengue yang


disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk Aedes
aegypti (Wydiastuti,2005).
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit yang
disebakan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
2.3.2

Aedes aegypti dan Aedes albopictus.


Faktor-faktor yang berperan dalam penularan penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD)
1. Faktor penjamu (Target Penyakit)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada seseorang
dapat disebabkan oleh virus dengue termasuk genus Flavivirus dan
family flaviviridae, yang berukuran kecil (50nm),dan mengandung
RNA berantai tunggal.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat menyerang
segala usia, anak-anak lebih rentan tertular penyakit yang
berpotensi mematikan ini, anak-anak cenderung lebih rentan
dibandingkan kelompok usia lain, salah satunya adalah karena
faktor imunitas (kekebalan tubuh) yang relatif lebih rendah
dibandingkan orang dewasa. Di Indonesia, penderita demam
berdarah dengue terbanyak yakni pada kelompok usia 5-11 tahun.
Secara keseluruhan penyakit ini tidak memandang perbedaan jenis
kelamin penderita, akan tetapi angka kematian lebih banyak terjadi
pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.
2. Faktor lingkungan
Nyamuk Aedes aegypti sangat suka dan berkembang biak
pada genangan air bersih yang tidak berkontak langsung dengan

24

tanah. Kolerasi antara penurunan suhu dan turunnya hujan menjadi


faktor penting dalam peningkatan laju penularan penyakit demam
berdarah dengue. Penurunan suhu meningkatkan ketahanan hidup
nyamuk Aedes dewasa, bahkan dapat mempengaruhi pola makan
dan reproduksi nyamuk serta kepadatan populasinya. Oleh karena
itu, kesadaran masyarakat untuk membersihkan lingkungan,
mengubur

sisa-sisa

barang

bekas,

serta

menutup

tempat

penampungan air bersih menjadi salah satu upaya yang efektif


dalam menekan laju penularan penyakit demam berdarah dengue.
3. Faktor vektor demam berdarah dengue
Nyamuk Aedes aegypti bersifat diural, yaitu aktif pada pagi
dan siang hari. Penularan penyakit demam berdarah dengue dapat
dilakukan oleh nyamuk Aedes aegypti betina yang merupakan
vektor penyakit demam berdarah dengue yang paling efektif dan
utama karena sifatnya sangat senang tinggal berdekatan dengan
menusia serta nyamuk Aedes aegypti lebih senang mengisap darah
manusia dari pada hewan. Hal itu dilakukan untuk memperoleh
asupan protein prostaglandin yang diperlukan untuk bertelur. Selain
Aedes aegypti, ada pula nyamuk Aedes albopictus,Aedes
polynesiensis, dan Aedes scutellaris yang dapat berperan sebagai
vector
2.3.3

demam

berdarah

dengue,

tetapi

kurang

efektif

(Ginanjar,2008).
Etiologi
Virus dengue dari family Flavividae dan genus Flavivirus adalah
virus yang berukuran kecil (50nm) yang mengandung RNA berantai

25

tunggal. Genome virus dengue berukuran panjang sekitar 11.000


pasangan basa, dan terdiri dari tiga gen protein struktural yang
mengodekan nukleokapsid atau protein inti, satu protein terikat
membrane (M). Satu protein penyelubung (envelope,E) dan tujuh gen
protein nonstruktural (NS). Virus ini mempunyai empat serotype yang
kemudian dinyatakan sebagai : DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4
2.3.4

(Wydiastuti,2005).
Klasifikasi
Demam Berdarah Dengue diklasifikasikan menjadi empat
tingkat menurut berat ringannya penyakit.
Derajat I

: Demam disertai gejala non spesifik : mual, muntah, nyeri


pada ulu hati pusing,nyeri pada tulang dan otot, serta
terdapat manifestasiperdarahan yang ditujukan melalui
uji turniqen positif akan mendapat bintik-bintik merah.

Derajat II : Selain manifestasi yang dialami tingkat I, perdarahan


spontan juga terjadi biasanya dalam bentuk perdarahan
kulit atau perdarahan lain.
Derajat III : Kegagalan sirkulasi ditandai dengan deyut nadi lemah
dan cepat, penurunan tekanan darah (20mmHg atau
kurang), atau hipotensi yang disertai dengan kulit lembab
dan dingin, serta perasaan gelisah.
Derajat IV : Syok yang sangat berat dengan tekanan darah dan deyut
nadi yang tidak terdeteksi (Wydiastuti, 2005).
2.3.5

Siklus penularan

26

Nyamuk Aedes aegypti biasanya akan terinfeksi virus dengue


saat mengisap darah dari penderita yang berada pada fase demam
(viremik) akut. Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8-10 hari,
kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus disebarkan
ketika nyamuk yang infektif mengigit dan menginjeksikan air liur
keluka gigitan pada orang lain. Setelah masa inkubasi pada tubuh
manusia selama 3-14 hari (rata-rata 4-6hari) sering kali terjadi awitan
mendadak penyakit ini yang ditandai dengan demam, sakit kepala,
myalgia, hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta gejala
2.3.6

nonspesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit.


Faktor-faktor yang menyebkan seseorang dapat tertular demam
berdarah dengue
1. Faktor internal
Faktor internal meliputi ketahanan tubuh atau stamina seseorang.
Tubuh memiliki daya tahan cukup kuat dan infeksi, baik yang
disebabkan olah bakteri, parasite atau virus seperti oenyakit demam
berdarah dengue.
2. Faktor eksternal
Merupakan faktor dari luar tubuh manusia. Faktor ini tidak mudah
dikontrol karena melibatkan lingkungan dan perilaku orang-orang

disekitar (Satari,2004).
2.3.7 Tanda dan Gejala
1. Mendadak terserang demam dan panas yang sangat tinggi (antara
390-400 C) selama 2-5 hari.
2. Perdarahan/bintik-bintik merah pada kulit.
3. Keluhan pada saluran pernapasan seperti : batuk dan pilek.
4. Keluhan pada saluran cerna seperti : sakit pada waktu menelan.

27

5. Keluhan pada bagian tubuh yang lain seperti : nyeri/sakit kepala,


nyeri tulang dan otot, nyeri pada persendian terutama bagian lengan
dan kaki, nyeri pada daerah ulu hati, dan seluruh tubuh pegal-pegal.
6. Adanya pembesaran hati, limfa, dan kelenjar getah bening yang
akan kembali normal pada masa penyembuhan.
7. Pada keadaan yang berat, penderita akan jatuh pada keadaan
renjatan/syok, yang dikenal dengan tanda-tanda sebagai berikut :
8. Kulit teraba lembab dan dingin.
9. Tekanan darah menurun, nadi berdetak cepat dan lemah.
10. Nyeri perut hebat.
11. Terjadi perdarahan dari mulut, hidung, maupun anus yang terlihat
seperti tinja berwarna hitam.
12. Lemah, mengantuk, terjadi penurunan kesadaran.
13. Perasaan selalu gelisah.
14. Tampak kebiru-biruan pada daerah sekitar mulut, hidung, dan
ujung-ujung jari.
15. Tidak buang air kecil selama 4-6 hari.
2.3.8 Pencegahan
Upaya-upaya yang dilakukan dalam pencegahan demam
berdarah dengue, yang pada saat sekarang telah diprogramkan
pemerintah, yaitu : dengan tindakan melakukan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN), yang sering kita dengar dengan sebutan 3M, yakni :
menutup dan menguras tempat penampungan air bersih, mengubur
barang-barang bekas (seperti : ban bekas, kantong plastic, dan barang
bekas lainnya), dan membersihkan tempat yang berpotensi bagi
perkembangbiakan nyamuk didaerah yang endemik dan sporadik.
Program pengendalian penyakit dengue dibeberapa wilayah
umumnya tidak terlalu berhasil, terutama karena program tersebut
hampir

bergantung

sepenuhnya

pengasapan

insektisida

untuk

pengendalian populasi nyamuk dewasa. Akan tetapi, pengasapan

28

wilayah memerlukan tindakan khusus yang sering kali tidak


dijalankan karena kebanyakan Negara menganggapnya sebagai
tindakan yang memakan biaya yang banyak.
Agar kiranya program pengendalian vektor DF/DHF dapat
membawa hasil yang memuaskan, penting kiranya berfokus pada
penuruna sumber larva dan kerja sama dengan sektor non-kesehatan
lain, misalnya lembaga non-pemerintahan, kelompok masyarakat, dan
lembaga pemerintahan setempat.
Oleh karena itu, ada beberapa metode yang dianggap tepat
dalam pengendalian populasi nyamuk tersebut antara lain :
1. Manajemen lingkungan
Metode lingkungan untuk pengendalian populasi Aedes aegypti dan
Aedes albopictus dan untuk mengurangi kontak antara manusia dan
vektor , penurunan sumber perkembangbiakan nyamuk, manajemen
limbah, pengubahan tempat perkembangbiakan buatan manusia,
dan perbaikan desain rumah.
2. Pengendalian diri
Metode ini mengandung beberapa alat dan bahan yang diperlukan
yaitu :
a. Pakaian pelindung
b. Tikat,obat nyamuk bakar, dan aerosol
c. Penolak serangga
d. Intektisida untuk kelambu dan gorden
3. Pengendalian biologis
Di Asia Tenggara, penggunaan preparat

biologis

untuk

mengendalikan populasi nyamuk vektor penyakit dengue terutama


pada tahap larvanya yaitu :
a. Ikan, sudah banyak dimanfaatkan untuk memekan dan
mengendalikan nyamuk Aedes aegypti dikumpilan air banyak
atau dikonteiner air yang besar.

29

b. Bakteri. Ada dua jenis bakteri penghasil endotoksin, Bt.H-14


dan Bs adalah yang efektif mengendalikan nyamuk vektor
dengue.
c. Siklopoids. Peran pemangsa oleh sejenis udang Copepod
crustacean, yang digunakan untuk mangendalikan nyamuk
vektor.
d. Perangkap

telur

autosidal

(perangkap

telur

pembunuh)

diterapkan untuk mengendalikan nyamuk Aedes aegypti.


4. Pengendalian kimiawi
a. Pemberian larvasida kimiawi atau pengendalian lokal
nyamuk.
b. Butiran pasir temefos 1 %, diberikan pada wadah penampungan
air sebanyak 1 ppm.
c. Pengaturan pertumbuhan

serangga,

digunakan

untuk

mengganggu perkembangan tahap imatur nyamuk.


d. Pengasapan fogging.
e. Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air.

2.4 Keluarga
2.4.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau dua orang lebih yang hidup bersama
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman,1998
dalam Suprajitno,2004).
Keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki dan perempuan yang sudah sendirian dengan atau

30

tanpa anak, baik anaknya sendiri maupun adopsi dan tinggal dalam
2.4.2

sebuah rumah tangga (Sayekti,1994 dalam Suprajitno,2004).


Tipe Keluarga
Secara tradional keluarga dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Keluarga inti (Nuklear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya ataau
adopsi maupun keduanya.
2. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (seperti :
kakek-nenek, paman-bibi).
Dengan berkembangnya peran individu, serta meningkatnya rasa
individualism,pengelompokan tipe keluarga berkembang menjadi :
1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga yang
baru terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan
pasangannya.
2. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang
terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian
atau ditinggal pasangannya.
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage
mother).
4. Orang dewasa yang ditinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone).
5. Keluarga anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital
heterosexual cohabiting family).
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama
( gay and lesbian family).

2.4.3

Tugas Keluarga Dibidang kesehatan

31

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai


tugas dibidang kesehatan kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga (Suprajitno,2004).

Anda mungkin juga menyukai