Anda di halaman 1dari 21

Hukuman

Konsekuensi yang memperlemah perilaku disebut hukuman. Perhatikan bahwa pada


definisi hukuman ada sesuatu yang sama dengan definisi penguatan perilaku: jika
suatu konsekuensi yang tampaknya tidak menyenangkan tidak mengurangi frekuensi
dari perilaku yang mengakibatkan konsekuensi itu, maka konsekuensi itu bukanlah
sebuah hukuman. Misalnya, ada murid yang suka disuruh pergi ke kantor kepala
sekolah atau ke aula sekolah, karena hal tersebut membebaskannya dari ruang kelas,
yang mereka lihat sebagai suatu situasi yang tidak menyenangkan (Driscoll, 2000;
Kauffman et. al, 2002; Martella et. al., 2003). Ada murid yang suka diomeli, karena
hal itu membuat mereka memperoleh perhatian guru dan mungkin meningkatkan
statusnya di antara teman sebayanya. Sama seperti penguat perilaku, efektifitas
sebuah hukuman tidak bisa diasumsikan tapi harus didemonstrasikan. Hukuman dapat
mempunyai dua bentuk utama.
Presentation Punishment
Presentation Punishment adalah penggunaan konsekuensi yang tidak menyenangkan,
atau aversive stimuli, seperti saat seorang murid diomeli.
Removal Punishment
Removal Punishment adalah peniadaan konsekuensi-konsekuensi yang
menyenangkan. Contohnya adalah hilangnya suatu keistimewaan, harus tinggal saat
istirahat, atau harus tinggal setelah pulang sekolah. Salah satu bentuk removal
punishment yang sering digunakan di ruang kelas adalah disetrap, di mana seorang
siswa yang berbuat nakal harus duduk di sudut kelas atau di aula untuk beberapa
menit (lihat Nelson & Carr, 2000). Guru sering menggunakan setrap jika mereka
yakin bahwa perhatian dari murid-murid lain bisa memperkuat perilaku tidak baik
tersebut; setrap mencabut efek buruk dari penguat perilaku ini. Penggunaan setrap
sebagai konsekuensi suatu kenakalan pada umumnya dapat mengurangi kenakalan
tersebut (Constenbader & Reading Brown, 1995).
Hukuman
Konsekuensi yang tidak menyenangkan yang digunakan untuk memperlemah perilaku
Presentation punishment
Sebuah aversive stimuli yang diberikan akibat sebuah perilaku, yang digunakan untuk
mengurangi peluang perilaku tersebut terjadi lagi
Aversive stimulus
Sebuah konsekuensi yang tidak menyenangkan yang coba dihindari oleh seseorang
atau ingin terlepas dari konsekuensi tersebut
Removal Punishment
Peniadaan suatu konsekuensi menyenangkan yang memperkuat suatu perilaku, yang
ditujukan untuk mengurangi peluang perilaku tersebut terjadi lagi

Setrap

Prosedur membawa seorang murid keluar dari situasi di mana ada penguatan suatu
perilaku yang tidak baik.
Misalnya, White dan Bailey (1990) mengevaluasi penggunaan konsekuensi duduk dan
perhatikan untuk pelajaran pendidikan fisik. Anak-anak yang melakukan kenakalan
diberitahu kesalahan apa yang mereka lakukan dan diberi sebuah jam pasir yang diset
waktu 3 menit dan diminta untuk duduk dan memperhatikan jam itu sampai pasirnya
habis. Program ini pertama dicoba pada suatu pelajaran alternatif untuk murid murid
kelas empat dan lima yang mempunyai masalah kenakalan yang serius. Gambar 5.2
merangkum penemuan ini. Setelah batas sampai 343 perilaku yang mengganggu
dalam waktu 10 menit diamati, sebuah program pengecekan perilaku diuji cobakan, di
mana guru menilai masing-masing perilaku anak dan membawa anak yang nakal ke
kantor guru atau mencabut waktu istirahat mereka. Hal ini mengurangi kenakalan tapi
tidak menghilangkannya. Akan tetapi, saat prosedur duduk dan perhatikan
diperkenalkan, kenakalan tersebut pada umumnya menghilang. Metode duduk dan
perhatikan yang sama digunakan pada pelajaran pendidikan fisik kelas empat reguler,
dan hasilnya pun sama.
Gambar 5.2
Mengurangi Perilaku yang Mengganggu dengan Duduk dan Perhatikan
Banyaknya perilaku yang mengganggu per periode pengamatan 10 menit
Masalah kapan dan bagaimana cara menghukum adalah suatu sumber kontroversi
yang sangat besar di antara para ahli teori pembelajaran perilaku. Ada yang
mengklaim bahwa efek hukuman, terutama presentation punishment (aversif), hanya
bersifat sementara, bahwa hukuman menyebabkan agresi, dan menyebabkan individu
menghindari keadaan di mana hukuman tersebut digunakan (Kazdin, 2001;
Miltenberg, 2001; Weinstein, 1999). Bahkan ahli teori pembelajaran perilaku yang
memang mendukung penggunaan hukuman pun setuju bahwa hal tersebut sebaiknya
digunakan hanya jika penguatan perilaku yang baik telah dicobakan dan gagal; bahwa
jika hukuman itu diperlukan, hukuman itu harus dalam bentuk yang sehalus mungkin;
dan bahwa hukuman sebaiknya selalu digunakan sebagai bagian dari suatu
perencanaan yang hati-hati, yang bersifat konsisten dan tidak disebabkan karena
frustasi. Hukuman fisik di sekolah-sekolah (seperti memukul pantat) di sebagian
tempat adalah ilegal (Evans & Richardson, 1995) dan secara universal ditentang oleh
para ahli teori pembelajaran perilaku menurut dasar etika maupun ilmiah. (lihat
Kazdin, 2001; Mallot et. al., 2000)
Kesegeraan Konsekuensi
Salah satu prinsip penting teori pembelajaran perilaku adalah bahwa konsekuensi
yang waktu pemberiannya dekat dengan saat perilaku itu dilakukan dapat
mempengaruhi perilaku lebih besar daripada konsekuensi yang ditunda setelah
perilaku tersebut dilakukan. Jika kita menunggu beberapa menit untuk memberi
makanan pada seekor tikus pada sebuah kotak Skinner setelah tikus itu menekan
tuasnya, tikus tersebut akan perlu waktu yang lama untuk mempelajari hubungan
antara menekan tuas dan makanan, karena saat makanannya datang, tikusnya mungkin
melakukan hal lain selain menekan tuas. Suatu penguat perilaku kecil yang segera
diberikan umumnya memiliki efek yang lebih besar daripada suatu penguat perilaku

besar yang diberikan nanti (Kulik & Kulik, 1988). Konsep ini menjelaskan banyak
tentang perilaku manusia. Konsep tersebut misalnya menunjukkan mengapa orang
sulit berhenti merokok atau makan berlebih. Meskipun manfaat berhenti merokok atau
berat badan turun itu penting dan banyak diketahui, sedikit penguatan perilaku tapi
segera muncul dari hanya satu batang rokok atau satu buah donat saja seringkali
melebihi efek secara perilaku dari penguat perilaku yang lebih besar tapi tertunda. Di
ruang kelas prinsip kesegeraan konsekuensi juga sangat penting. Terutama untuk
siswa yang lebih muda, pujian untuk suatu keberhasilan yang diberikan dengan segera
dapat menjadi suatu penguat perilaku yang lebih kuat daripada nilai bagus yang
diberikan agak lama setelahnya. Mendekati siswa yang melakukan kenakalan,
menyentuh pundaknya, atau membuat suatu isyarat tubuh (misalnya, jari di bibir
untuk menyuruh diam) mungkin jauh lebih efektif dari memarahi atau memberikan
peringatan di akhir pelajaran (Jones & Jones, 2004; Kauffman et al., 2002).
Umpan balik yang segera mempunyai dua tujuan. Pertama, hal tersebut
membuat adanya hubungan yang jelas antara perilaku dan konsekuensi. Kedua, hal
tersebut meningkatkan nilai informasi dari umpan balik tersebut. Pada prakteknya,
hanya sedikit guru kelas yang dapat memberikan umpan balik individual dengan
segera pada semua muridnya. Akan tetapi, hasil yang sama dapat diperoleh dengan
memberikan jawaban kepada murid segera setelah mereka menyelesaikan
pekerjaannya. Dalam menangani kenakalan, guru dapat menerapkan prinsip
kesegeraan konsekuensi dengan merespon dengan segera dan secara positif saat murid
berperilaku baik yang pada dasarnya, menangkap mereka saat berbuat baik!
Pembentukan
Kesegeraan penguatan perilaku merupakan hal penting dalam pengajaran, tapi sama
pentingnya adalah keputusan tentang perilaku apa yang harus diperkuat. Apakah
seorang guru TK sebaiknya menunda penguatan perilaku sampai seorang anak bisa
mengeja semua huruf? Tentu tidak. Lebih baik jika kita memuji anak saat mereka bisa
mengenal satu huruf, kemudian setelah mengenal beberapa lagi, dan akhirnya setelah
mempelajari semua 26 huruf. Apakah seorang guru musik sebaiknya menunda
penguatan perilaku sampai seorang murid berusia muda dapat memainkan sebuah
lagu dengan piano dengan sempurna? Ataukah guru tersebut sebaiknya memuji saat
dia berhasil mempelajari setengah bagian pertamanya? Sebagian besar murid
membutuhkan penguatan perilaku sepanjang pembelajarannya. Saat guru memandu
murid menuju sebuah tujuan dengan memperkuat langkah-langkah untuk menuju
keberhasilan, mereka menggunakan teknik yang disebut pembentukan.
Pembentukan
Pengajaran suatu ketrampilan atau perilaku baru melalui penguatan langkah-langkah
kecil menuju suatu tujuan yang diinginkan.

Refleksi Pribadi
Memodifikasi Perilaku
Vanessa adalah seorang anak kesayangan teman saya yang berusia 8 tahun. Ibunya
mencoba mengajarkan dia untuk merapikan kamarnya. Vanessa biasanya

meninggalkan mainan-mainan dan pakaiannya berserakan di lantai kamarnya. Ibunya


pun mengomeli dia untuk merapikan barang-barangnya, dengan mengancam akan
memberikan mainan-mainannya ke anak yang miskin, dan kadang-kadang tidak
membolehkannya melihat acara TV kesukaannya sebelum dia membersihkan
kamarnya. Strategi ini tidak ada yang berhasil dengan baik atau untuk waktu yang
lama. Lalu pada suatu hari, ibu Vanessa mempelajari tentang modifikasi perilaku pada
kuliahnya tentang psikologi pendidikan dan dia memutuskan untuk mencoba
menggunakannya agar anaknya mau merapikan kamarnya. Dia membuat suatu grafik,
menunjukkannya pada Vanessa, dan menjelaskan bahwa setiap malam selama
seminggu mereka akan mencatat banyaknya barang-barang di lantai kamarnya untuk
menetapkan suatu batas dasar. Setelah itu, Vanessa akan mendapat satu stiker di grafik
itu bila satu hari tidak ada barang di lantai kamarnya. Pada minggu pertama itu, yang
merupakan batas dasarnya, tidak ada lagi barang-barang di lantai kamar Vanessa!
Hanya dengan membuat grafik perilakunya dengan suatu tujuan yang jelas sudah
merupakan umpan balik yang cukup untuk membuat Vanessa mau merapikan baju dan
mainannya. Setelah itu, kamar Vanessa adalah kamar yang paling bersih di rumah itu.
Anak-anak adalah makhluk yang berpikir dan merasa yang tidak hanya
merespon pada hadiah dan hukuman, dan kita harus siap sebagai orang tua dan guru
untuk belajar dari mereka tentang apa yang berarti bagi mereka, bukan hanya apa
yang memperkuat perilaku mereka.
Refleksikan Ini. Menurut Anda mengapa strategi pembuatan grafik ini begitu efektif
untuk Vanessa? Jelaskan saat Anda menggunakan strategi modifikasi perilaku untuk
merubah sesuatu pada diri Anda. Apakah itu berhasil? Bagaimana perbedaan strategi
modifikasi perilaku untuk anak sekolah dasar dengan strategi untuk anak SMP atau
SMA?
Istilah pembentukan digunakan pada teori pembelajaran perilaku untuk mengacu pada
pengajaran ketrampilan atau perilaku baru dengan memperkuat si pembelajar untuk
mendekati perilaku akhir yang diinginkan (Bigge & Shermis, 2004; Driscoll, 2000).
Misalnya, untuk mengajari anak-anak untuk mengikat tali sepatu mereka, kita tidak
hanya sekedar menunjukkan bagaimana caranya lalu menunggu untuk memperkuat
mereka sampai mereka melakukannya sendiri. Tapi, kita seharusnya pertama-tama
memperkuat mereka saat mereka dapat membuat ikatan pertama, lalu saat mereka
dapat membuat simpai pertama, dan seterusnya, sampai mereka bisa melakukan
seluruhnya. Dengan cara ini kita akan membentuk perilaku anak dengan memperkuat
semua langkah-langkah yang membawanya ke tujuan akhir.
Pembentukan adalah alat yang penting dalam instruksi di kelas. Misalnya kita
ingin murid untuk bisa menulis paragraf dengan sebuah kalimat topik, tiga kalimat
pendukung, dan sebuah kalimat kesimpulan. Tugas ini mempunyai banyak bagian:
mampu mengenali dan membuat kalimat topik, kalimat pendukung, dan kalimat
kesimpulan, mampu menulis kalimat lengkap dengan kapitalisasi, tanda baca dan tata
bahasa yang benar, dan kemampuan untuk mengeja. Jika seorang guru mengajarkan
pelajaran untuk semua kemampuan ini, menyuruh murid untuk menulis paragrafnya,
lalu menilainya berdasarkan isi, tata bahasa, tanda baca dan pengejaan, sebagian besar
murid akan gagal dan kemungkinan akan belajar sedikit dari latihan ini.
Sebaliknya, si guru bisa mengajar ketrampilan ini secara bertahap, perlahanlahan untuk membentuk ketrampilan akhir. Murid bisa diajari bagaimana menulis
kalimat topik pertama, lalu menulis kalimat pendukung, kemudian kalimat
kesimpulan. Pada awalnya, mereka mungkin dinilai untuk isi paragrafnya. Lalu,

penguatan perilaku bisa ditingkatkan untuk mencakup tata bahasa dan tanda baca.
Terakhir, pengejaan bisa ditambah sebagai kriteria keberhasilan. Pada tiap tahap,
murid akan berpeluang bagus untuk dapat diperkuat perilakunya, karena kriteria
penguatan perilaku dalam jangkauan mereka. Prinsipnya di sini adalah bahwa murid
harus diperkuat untuk perilaku yang berada dalam kapasitas kemampuan mereka saat
ini tapi juga harus mengembangkan mereka ke arah ketrampilan-ketrampilan baru.
Dalam mengajari anak-anak ketrampilan fisik atau ketrampilan akademis baru, guru
dan pelatih mulai dengan dasar-dasar dan mengembangkannya dari situ. Teknik apa
yang dapat mereka gunakan untuk membentuk perilaku anak-anak?
Kepunahan
Menurut definisi, penguat memperkuat perilaku. Tapi apa yang terjadi jika penguat
dihilangkan? Secepatnya perilaku akan melemah, dan pada akhirnya hilang. Proses ini
disebut kepunahan perilaku yang pernah dipelajari.
Kepunahan jarang merupakan proses yang mulus. Saat penguat dihilangkan,
individu mungkin meningkatkan tingkat perilakunya untuk sementara. Misalnya,
bayangkan sebuah pintu yang Anda gunakan sebagai jalan pintas ke suatu tempat di
kampus yang sering Anda kunjungi. Bayangkan bahwa suatu hari pintu itu tidak mau
terbuka. Anda mungkin akan mendorong pintu itu sebentar, menggoyang-goyangkan
pintunya, memutar pegangannya ke dua arah, bahkan mungkin akan menendang
pintunya. Anda pasti akan merasa frustasi dan marah. Akan tetapi, sesaat setelah itu
Anda akan menyadari bahwa pintu itu terkunci dan Anda pun pergi. Jika pintu itu
terkunci terus (tanpa Anda mengetahuinya), mungkin Anda akan mencobanya lagi
beberapa kali sampai beberapa hari berikutnya, lalu mungkin sebulan sekali; lalu
Anda pun akhirnya akan menyerah.
Perilaku Anda saat dihadapkan pada pintu yang terkunci adalah sebuah pola
kepunahan klasik. Perilaku akan semakin intensif saat penguat pertama kali
dihilangkan, lalu dengan cepat melemah sampai perilaku itu hilang. Akan tetapi,
perilaku tersebut bisa kembali setelah beberapa waktu kemudian. Misalnya, Anda
mungkin akan mencoba pintu itu lagi setahun kemudian untuk melihat apakah pintu
itu masih terkunci. Jika ya, mungkin Anda akan membiakannya untuk waktu yang
lebih lama lagi, tapi mungkin tidak selamanya.
Karakteristik semburan kepunahan, yaitu peningkatan tingkat perilaku pada
tahap awal kepunahan, memiliki konsekuensi yang penting untuk manajemen ruang
kelas. Misalnya, bayangkan jika Anda memutuskan untuk menghilangkan kebiasaan
anak yang tidak baik yaitu menjawab pertanyaan dengan berteriak (tanpa mengangkat
tangan terlebih dahulu) dengan mengabaikannya sampai dia mengangkat tangannya
pelan-pelan. Pertama-tama, mengabaikan anak itu akan meningkatkan perilakunya
yang berteriak menjawab pertanyaan, suatu semburan kepunahan yang klasik. Anda
mungkin akan salah menyimpulkan bahwa mengabaikannya tidak berhasil, meski
sebenarnya terus mengabaikan perilaku menjawab pertanyaan dengan berteriak adalah
strategi yang benar jika Anda teruskan. (Kauffman et al., 2002; Martella et al., 2003).
Yang lebih buruk adalah jika Anda mungkin akhirnya memutuskan menyerah dan
menerima jawabannya setelah tiga atau empat kali dia menjawab pertanyaan dengan
berteriak. Hal ini akan mengajari anak itu pesan yang paling buruk: bahwa berteriak
itu akhirnya akan berhasil jika terus menerus dilakukan. Hal ini mungkin akan
membuat meningkatnya perilaku yang sebenarnya ingin Anda kurangi, karena si anak
belajar bahwa kalau pertama-tama kamu tidak berhasil, coba, coba lagi. (OLeary,

1995). Ini adalah kasus pada bagian yang disajikan pada awal bab ini. Nona Esteban
pertama-tama mengabaikan teriakan Rebecca, maka Rebecca pun berteriak semakin
keras. Dia pun menunjuk Rebecca, dan secara tidak sengaja mengkomunikasikan
padanya bahwa hanya teriakan yang keras dan terus meneruslah yang diperkuat.
Kepunahan suatu perilaku yang sebelumnya dipelajari dapat dipercepat jika
suatu stimulus atau isyarat menginformasikan pada si individu bahwa perilaku yang
pernah diperkuat tidak akan diperkuat lagi. Pada kasus pintu yang terkunci, sebuah
tanda yang berbunyi, Pintu terkunci permanen-pakai jalan masuk lain, akan
mengurangi banyaknya Anda mencoba pintu itu sebelum Anda menyerah. Berteriak
akan berkurang lebih cepat lagi jika guru berkata pada kelas, Saya tak akan
merespon siapapun kecuali yang diam dan yang mengangkat tangannya, dan
mengabaikan semua usaha lain untuk memperoleh perhatiannya.
Jadwal Penguatan
Efek penguatan pada perilaku tergantung pada banyak faktor, satu yang paling penting
adalah jadwal penguatan (lihat Kazdin, 2001; Miltenberger, 2001). Istilah ini mengacu
pada frekuensi pemberian penguat, lama selang waktu antara peluang untuk
penguatan dan prediktabilitas penguatan.
Fixed Ratio (FR) Salah satu jadwal penguatan yang umum adalah jadwal Rasio Tetap
/ Fixed-Ratio (FR), di mana suatu penguat diberikan setelah beberapa kali perilaku
dengan jumlah tetap. Misalnya, seorang guru berkata, Setelah kamu bisa
menyelesaikan sepuluh pertanyaan, kau boleh keluar. Tanpa melihat lamanya waktu
yang dibutuhkan, murid diperkuat setelah mereka menyelesaikan 10 pertanyaan. Ini
adalah contoh dari jadwal FR10 (10 perilaku untuk 1 penguat) Salah satu bentuk
jadwal rasio tetap adalah jadwal di mana setiap perilaku diperkuat. Ini disebut
penguatan terus menerus (CRF) atu FRI. Meletakkan uang di mesin soda adalah
(biasanya) contoh dari penguatan terus menerus, karena satu perilaku (memasukkan
koin) menghasilkan satu penguatan (sebotol soda). Memberikan jawaban yang benar
di kelas biasanya juga merupakan penguatan terus menerus. Siswa memberikan
jawaban yang bagus, dan si guru menjawab, Benar! Jawaban yang bagus.
Salah satu proses penting dalam instruksi adalah secara bertahap
meningkatkan rasio penguatan. Pada awal serangkaian urutan pelajaran, mungkin
perlu untuk memperkuat murid untuk setiap jawaban yang benar, seperti pada sebuah
pertanyaan matematika. Akan tetapi, hal ini akan tidak efisien secara jangka panjang.
Segera setelah siswa mampu menjawab permasalahan matematika dengan benar, kita
bisa memperkuat untuk setiap 5 pertanyaan (FR5), setiap 10 pertanyaan (FR10) dan
seterusnya. Memperkecil jadwal penguatan dengan cara ini membuat siswa mampu
bekerja secara independen tanpa penguatan dan membuat perilaku ini lebih tahan
terhadap kepunahan. Pada akhirnya, siswa bisa diperintah untuk melakukan
keseluruhan proyek sendiri, tanpa menerima penguatan sebelum proyeknya selesai.
Sebagai orang dewasa, kita kadang melakukan suatu pekerjaan yang membutuhkan
tahunan untuk bisa selesai dan tahunan untuk bisa menghasilkan hasil yang diinginkan
(Menulis buku tentang psikologi pendidikan juga merupakan pekerjaan semacam ini!)
Semburan kepunahan
Peningkatan tingkat perilaku di tahap awal kepunahan
Jadwal penguatan

Frekuensi dan prediktabilitas penguatan


Jadwal Rasio Tetap (FR)
Jadwal penguatan di mana perilaku yang diinginkan diberi penghargaan setelah
beberapa kali perilaku dengan jumlah tetap
Jadwal rasio tetap ini efektif dalam memotivasi individu untuk melakukan suatu
pekerjaan yang banyak terutama jika rasio tetap dimulai dengan penguatan terus
menerus (FRI), agar individu melakukan pekerjaannya dan lalu berpindah ke
penguatan dengan persyaratan yang lebih tinggi. Salah satu sebab mengapa syarat
penguatan yang lebih tinggi dapat menghasilkan tingkat perilaku yang lebih tinggi
daripada persyaratan yang rendah adalah karena penguatan yang terlalu sering dapat
membuat nilai penguatan itu semakin berkurang. Murid yang mendapat pujian untuk
setiap pertanyaan matematika segera akan bosan mendapat pujian, dan penguat akan
kehilangan nilainya.
Variable Ratio (VR) Jadwal Rasio Variabel (VR) adalah jadwal di mana banyaknya
perilaku yang dibutuhkan unuk penguatan tidak dapat diprediksi, meski akan pasti
bahwa perilaku itu pada akhirnya akan diperkuat. Misalnya, sebuah mesin judi slot
adalah suatu penguat dengan rasio variabel. Mungkin kita bisa menang setelah satu
tarikan satu kali dan setelah 200 kali lagi, tapi kita tidak bisa memperdiksi tarikan
mana yang menang. Di ruang kelas jadwal rasio variabel ada saat murid mengangkat
tangannya untuk menjawab pertanyaan. Mereka tidak akan pernah tahu kapan mereka
akan diperkuat dengan memberikan jawaban yag benar, tapi mereka mungkin akan
dipanggil 1 kali dalam 30 di sebuah kelas berisi 30 murid. Ini disebut jadwal VR30,
karena secara rata-rata 30 perilaku diperlukan untuk satu penguat. Jadwal rasio
variabel cenderung menghasilkan tingkat perilaku yang tinggi dan stabil. Bahkan,
semua permainan judi melibatkan jadwal CR, sehingga secara harafiah dapat
membuat kecanduan untuk bermain. Dengan cara yang sama, pengecekan pekerjaan
siswa secara acak dan sering dapat membantu untuk membuat murid ingin melakukan
tugasnya dengan mantap dan hati-hati.
Jadwal rasio variabel sangat tahan terhadap kepunahan. Bahkan setelah
perilaku tidak lagi diperkuat, orang tidak akan berhenti melakukannya untuk waktu
yang lama. Ini karena mereka telah belajar bahwa dibutuhkan usaha yang banyak
untuk dihargai, dan mereka akan terus melakukannya dengan keyakinan yang keliru
bahwa usaha selanjutnya mungkin akan membuatnya berhasil.
Fixed Interval (FI) Pada jadwal interval tetap, penguatan hanya ada periode waktu
tertentu. Ujian akhir adalah contoh klasik dari jadwal interval tetap. Jadwal interval
tetap menciptkan suatu pola perilaku yang menarik. Individu mungkin akan
melakukannya sedikit sekali sampai sebelum penguatannya ada, lalu melakukan
banyak usaha pada saat waktu penguatnya semakin dekat. Pola ini dapat ditunjukkan
dengan tikus dan merpati pada jadwal interval tetap, tapi akan lebih kentara lagi pada
siswa yang menghafal sampai menit terakhir sebelum ujian atau murid yang menulis
buku laporan bulanannya pada malam sebelum laporan tersebut dikumpulkan.
Karakteristik jadwal interval tetap ini menunjukkan bahwa kuis-kuis pendek yang
sering dilakukan mungkin lebih baik daripada ujian-ujian besar yang tidak sering di
dalam mendorong siswa untuk melakukan usaha terbaiknya setiap waktu daripada
belajar semalaman sebelum ujian (Crooks, 1988)

Variabel Interval (VI) Pada jadwal interval variabel, penguatan tersedia pada suatu
waktu tapi tidak pada waktu yang lain, dan kita tidak bisa tahu kapan sebuah perilaku
akan diperkuat. Contoh dari ini adalah seorang guru yang melakukan pengecekan
langsung pada siswa yang mengerjakan tugasnya di kelas. Siswa akan diperkuat
bahwa jika mereka bekerja dengan baik pada waktu tertentu maka guru akan
menghampiri mereka. Karena mereka tidak bisa memprediksi kapan guru akan
memeriksa mereka, siswa akan melakukan pekerjaan dengan bagus setiap waktu.
Orang mungkin mematuhi peraturan lalu lintas karena hormat akan hukum dan karena
tanggung jawab sebagai warga, tapi akan juga membantu bila polisi secara acak
memeriksa kepatuhan pengemudi kendaraan akan hukum. Polisi bisa bersembunyi di
jembatan layang atau di belakang bukit sehingga mereka bisa mendapat sampel acak
dari perilaku pengemudi. Jika mereka selalu kelihatan, maka mereka akan memberi
tanda agar mengemudi dengan hati-hati, sehingga kebutuhan untuk mengemudi
dengan hati-hati pada waktu yang lain akan berkurang.
Jadwal Rasio Variabel (VR)
Jadwal penguatan di mana perilaku yang diinginkan diberi penghargaan setelah
beberapa kali perilaku dengan jumlah yang tidak bisa diprediksi.
Jadwal interval tetap
Jadwal penguatan di mana perilaku yang diinginkan diberi penghargaan setelah
beberapa waktu dengan lama yang konstan
Jadwal interval variabel
Jadwal penguatan di mana perilaku yang diinginkan diberi penghargaan setelah
beberapa waktu dengan lama yang tidak bisa diprediksi.
Dilema Mengajar Permasalahan untuk Dipelajari
Menangani Permasalahan Perilaku
Sam, seorang anak laki-laki yang banyak bicara dan mempunyai kepribadian yang
riang, baru saja masuk kelas TK Angela Hairston di Sekolah Dasar Elliot. Sam punya
sejarah medis yang rumit sejak kelahirannya, yang memuncak setahun lalu saat ia
harus operasi punggung untuk menyembuhkan skoliosis tulang belakangnya, dan
diikuti dengan harus memakai gips seluruh tubuh sampai beberapa bulan lamanya.
Tahun lalu, setelah operasi, Sam ada di kelas prasekolah Diana Braddock di SD Elliot,
di mana setelah permulaan yang buruk, dia memperoleh kemajuan akademis dan
sosial yang bagus. Akan tetapi, sekarang setelah dua minggu sekolah, Angela takut
kalau Sam belum cukup dewasa untuk masuk di taman kanak-kanak. Dia menemui
Diana Braddock dan ibu Sam, Janet, untuk mendiskusikan kekhawatirannya.
Angela: terima kasih atas waktu Anda berdua untuk bertemu dengan saya sore ini.
Saya khawatir dengan Sam karena dia mulai menunjukkan perilaku yang sama seperti
ia tunjukkan saat ia mulai prasekolah denganmu, Diana.
Diana: Sam jelas menunjukkan kecemasan akibat terpisah dengan orang tua saat dia
mulai prasekolah. Saya ingat kemarahan yang ia lampiaskan saat Janet mengantarnya
ke sekolah. Dia lalu mengeluh kalau dia merasa sakit, mulai menangis dan bahkan
membuat dirinya sendiri muntah supaya dia bisa pulang.

Janet : Sam jadi sangat tergantung padaku saat dia menjalani operasi punggungnya
dan saat dia digips tubuhnya. Tapi Diana dan aku telah memikirkan cara yang
tampaknya membantu Sam untuk melupakan masalahnya tahun lalu.
Angela: Tampaknya Sam sedang mengalami apa yang disebut psikologi dengan
semburan kepunahan dari perilaku itu setelah sekarang dia mulai taman kanak-kanak.
Kemarin saya sudah kehabisan akal, Janet, saat saya harus meneleponmu untuk yang
kedua kalinya minggu ini agar kau menjemputnya karena dia mengalami tantrum
selama 30 menit dan membuat dirinya sendiri muntah. Diana, beritahu aku lagi
bagaimana kau dapat membantu Sam tahun lalu.
Diana: Tentu, Janet dan aku membicarakan tentang ketergantungan Sam yang besar
pada orang dewasa dan bagaimana hal itu dapat berpengaruh secara negatif pada
kemajuan akademisnya. Kita juga membicarakan perlunya dia mengembangkan
dengan lebih baik ketrampilan bersosialisasi dengan teman-teman sekelasnya
sehingga dia tidak selalu harus menjadi pusat perhatian.
Janet: Aku memberitahu Diana bagaimana menurutku ayahku memperkuat
ketergantungan Sam. Setiap aku menjemput Sam dari prasekolah karena dia sakit,
aku harus membawanya ke tempat kerja denganku. Aku bekerja untuk ayahku, yang
punya bisnis kecil di kota ini. Sam biasanya duduk di tempat penerimaan tamu
sementara aku bekerja, dan para pelanggan biasanya akan memberinya perhatian yang
lebih padanya, karena Sam pasti akan menunjukkan daya tariknya.
Diana: Janet dan aku memutuskan bahwa setiap Sam meninggalkan sekolah karena
sakit, Janet akan meminta ayahnya dan para pelanggan untuk tidak memberikan
perhatian sama sekali pada Sam. Sebaliknya, dia akan menyuruh Sam untuk
beristirahat di ruang samping sampai dia bisa membawanya pulang dan menyuruhnya
tidur.
Janet: Sam sakit beberapa kali lagi, tapi setelah dia menyadari kalau Ayah, para
pelanggan, dan aku juga, tidak akan memberi dia perhatian sama sekali di toko, dia
tidak berpura-pura sakit lagi.
Diana: Smentara, di sekolah, aku menjadikan Sam dan salah satu teman sekelasnya
sebagai Pembantu Pencatat Kehadiran yang membawakan laporan absen ke
sekretaris sekolah tiap harinya. Aku merotasi teman Sam sehingga dia bisa
membentuk hubungan satu lawan satu dengan beberapa teman kelasnya. Dan kelas
tingkat tiga Ny. Thompson mengembangkan suatu sistem pertemanan untuk
membantu Sam berinteraksi dengan guru-guru dan anak-anak dengan cara-cara yang
lebih pantas.
Janet: Saat musim dingin, Sam sudah berteman dengan beberapa anak di kelasnya.
Diana: dan semuanya senang bersama dia karena dia tidak menuntut untuk menjadi
pusat perhatian lagi.
Angela: Aku sangat terbantu dengan mendengar tentang semua yang kalian lakukan
untuk Sam tahun lalu. Tampaknya kau telah melakukan semua hal yang benar untuk

membuatnya melupakan kecemasannya karena terpisah dengan orang tua dan agar
dapat berkawan baik dengan sebayanya. Aku kira, aku akan coba lagi saja teknik yang
sama unuk membantu dia beradaptasi dengan taman kanak-kanak. Janet, kuharap kau
mendukungku untuk hal ini.
Janet: Oh ya Ny. Roberts, aku benar-benar ingin agar Sam menjalani tahun yang baik
di taman kanak-kanak.
Pertanyaan untuk Refleksi
1. Apa Anda pikir Ny. Roberts benar dengan mengatakan bahwa Sam
menunjukkan semburan kepunahan dengan cara sama seperti bagaimaan ia
berperilaku di taman kanak-kanak? Mengapa atau mengapa tidak?
2. Seberapa efektif menurut Anda untuk mengulangi cara Diana untuk
menghilangkan perilaku Sam di prasekolah untuk dipakai di taman kanakkanak?
3. Jika Anda Ny. Roberts, apa saja, jika ada, yang Anda lakukan untuk
memperkuat tingkah laku Sam saat tingkah lakunya semakin baik? Jenis
jadwal penguatan apa yang Anda pakai?
Seperti jadwal rasio variabel, jadwal interval variabel sangat efektif untuk
mempertahankan tingkat perilaku yang tinggi dan sangat tahan terhadap kepunahan.
Misalnya, seorang guru mempunyai kebijakan agar murid menyerahkan lembar
kerjanya setiap hari. Daripada memeriksa setiap lembar kerja, guru mengambil tiga
lembar kerja secara acak memberi murid-murid itu nilai tambahan jika lembar
kerjanya dikerjakan dengan baik. Jadwal interval variabel ini mungkin akan
memotivasi murid untuk mengerjakan lembar kerjanya dengan hati-hati. Jika si guru
secara diam-diam berhenti mengecek di pertengahan sampai akhir tahun, murid tidak
akan mengetahuinya, karena mereka berpikir kalau lembar mereka kebetulan bukan
yang diperiksa dan bukan berpikir kalau penguatan tidak dilakukan lagi pada
siapapun.
Tabel 5.2 mendefinisikan dan memberikan contoh tambahan jadwal
penguatan.
Jadwal Penguatan
Pola-pola respon tertentu selama penguatan dan kepunahan memberikan ciri-ciri pada
masing-masing empat jenis jadwal ini.
Jadwal

Definisi

Rasio tetap

Banyaknya
perilaku diperlukan
dalam jumlah
konstan untuk
penguatan

Rasio Variabel

Banyaknya
perilaku diperlukan
dalam jumlah yang
variabel untuk
penguatan

Pola Respon
Selama Penguatan
Selama Kepunahan
Tingkat respon
Jatuhnya tingkat
yang stabil;
respon setelah
berhenti sementara sejumlah respon
setelah penguatan
yang diperlukan
berlalu tanpa
penguatan
Stabil, tingkat
Tingkat respon
respon tinggi
tetap tinggi, lalu
jatuh

Interval tetap

Jangka waktu yang


konstan berlalu
sebelum penguatan
tersedia

Interval variabel

Jangka waktu yang


variabel berlalu
sebelum penguatan
tersedia

Tingkat yang tidak


sama, dengan
akselerasi yang
cepat pada akhir
tiap interval
Stabil, tingkat
respon tinggi

Tingkat respon
jatuh dengan cepat
setelah selang
waktu berlalu tanpa
penguatan
Penurunan tingkat
respon yang lambat

Pemeliharaan
Prinsip kepunahan berpegang pada bahwa saat penguatan untuk perilaku yang
sebelumnya dipelajari ditarik, perilakunya pun menghilang. Apa ini berarti bahwa
guru harus memperkuat perilaku murid dalam jangka waktu yang tak menentu karena
kalau tidak perilaku itu akan hilang?
Sebenarnya tidak perlu. Untuk tikus di kotak Skinner, penarikan penguatan
untuk penekanan tuas pasti akan menyebabkan kepunahan penekanan tuas. Akan
tetapi, manusia hidup di dunia yang jauh lebih kompleks yang penuh dengan penguat
alami untuk sebagian besar ketrampilan dan perilaku yang kita pelajari di sekolah.
Misalnya, setelah bisa membaca, murid akan mempunyai ketrampilan yang membuka
pintu semua dunia bahasa tertulis, sebuah dunia yang bersifat sangat memperkuat bagi
kebanyakan murid. Setelah titik tertentu, penguatan untuk membaca tidak diperlukan
lagi, karena kandungan dari bahan bacaan itu sendiri mempertahankan perilaku
tersebut. Dengan cara yang sama, murid yang berperilaku tidak baik mungkin perlu
penguatan yang hati-hati dan sistematis untuk melakukan tugas sekolah. Akan tetapi,
setelah beberapa waktu, mereka akan mengetahui bahwa mengerjakan tugas sekolah
berpengaruh pada nilai, pada penerimaan orang tua, pada kemampuan untuk
memahami apa yang diajarkan di kelas, dan pada pengetahuan. Penguat alami untuk
melakukan tugas sekolah ini selalu tersedia, tapi murid tidak dapat mengalaminya
sampai tugas sekolah mereka semakin baik melalui cara-cara yang lebih sistematis.
Pemeliharaan
Pengelanjutan (perilaku)
Pemeliharaan perilaku yang semacam ini juga terjadi pada perilaku yang tidak
perlu untuk diperkuat karena secara intrinsik perilaku semacam itu bersifat
memperkuat, yang dengan kata lain bahwa melakukan perilaku ini akan membawa
kesenangan sendiri. Misalnya, banyak anak suka menggambar, memecahkan masalah,
atau belajar tentang sesuatu hal meskipun mereka tidak pernah diperkuat untuk
melakukannya. Banyak dari kita yang bahkan menyelesaikan buku teka teki silang
atau kegiatan pemecahan masalah lainnya, meskipun setelah menyelesaikannya, tidak
ada yang akan memeriksa pekerjaan kita.
Konsep ketahanan terhadap kepunahan, yang didiskusikan sebelumnya (di
bagian jadwal penguatan), sangat penting untuk pemahaman pemeliharaan perilaku
yang dipelajari. Seperti yang dikemukakan, saat perilaku baru diperkenalkan,
penguatan untuk respon yang benar harus sering dilakukan dan dapat diprediksi. Akan
tetapi, setelah perilaku itu sudah ditetapkan, penguatan untuk respon yang benar harus
semakin jarang dilakukan dan semakin tidak bisa diprediksi. Alasannya adalah bahwa

jadwal penguatan variabel dan jadwal penguatan yang membutuhkan banyak perilaku
sebelum penguatan diberikan adalah jauh lebih tahan terhadap kepunahan daripada
jadwal tetap dan jadwal yang mudah. Misalnya, jika seorang guru memuji seorang
murid setiap saat murid bisa menyelesaikan suatu permasalahan matematika, tapi
kemudian berhenti memuji, murid bisa berhenti mengerjakan tugas matematika.
Sebaliknya, jika guru secara bertahap meningkatkan jumlah pertanyaan matematika
yang harus dikerjakan untuk bisa mendapat pujian dan memuji si murid pada selang
waktu yang acak (jadwal penguat variabel), maka murid kemungkinan besar akan
terus mau mengerjakan pertanyaan matematika untuk waktu yang lama dengan sedikit
atau tanpa penguat dari guru.
Peran Pendahulu
Kita telah melihat bahwa konsekuesi perilaku sangat mempengaruhi perilaku. Tapi
bukan hanya apa yang mengikuti perilaku yang mempunyai pengaruh. Stimuli yang
mendahului perilaku juga berperan penting (Kazdin, 2001).
Tanda, Stimuli Pendahulu, kejadian yang mendahului perilaku, juga disebut dengan
tanda, karena memberitahu kita perilaku apa yang akan diperkuat dan/atau perilaku
apa yang akan dihukum. Tanda bisa dalam banyak bentuk dan memberi kita petunjuk
tentang kapan kita harus merubah perilaku kita dan kapan tidak. Misalnya, pada
pelajaran matematika, biasanya guru akan memperkuat murid yang sedang
mengerjakan tugasnya. Akan tetapi, setelah guru mengumumkan bahwa pelajaran
matematika telah selesai dan waktunya makan siang, konsekuensinya berubah.
Kemampuan untuk berperilaku sedemikian rupa saat ada stimulus waktunya
pelajaran matematika dan dengan cara lain saat ada stimulus lain waktunya makan
siang, disebut dengan diskriminasi stimulus.
Stimuli pendahulu
Kejadian yang mendahului perilaku
Tanda
Isyarat tentang perilaku apa yang akan diperkuat atau dihukum
Diskriminasi
Persepsi dan respon terhadap perbedaan stimuli
Diskriminasi
Kapan waktu yang tepat untuk meminta kenaikan gaji pada boss Anda? Saat
perusahaan sedang berjalan bagus, boss kelihatan gembira, dan Anda baru saja
melakukan sesuatu yang sangat bagus! Atau saat perusahaan baru saja mendapat
laporan pendapatan yang buruk, si boss sedang melotot, dan Anda baru saja membuat
kesalahan fatal? Jelas kalau situasi pertama akan lebih mendatangkan keberhasilan.
Anda tahu ini karena Anda telah belajar memisah antara waktu yang baik dan buruk
untuk meminta bos melakukan sesuatu untuk Anda. Diskriminasi adalah penggunaan
tanda, isyarat, atau informasi untuk mengetahui kapan perilaku akan diperkuat.
Kondisi keuangan perusahaan, suasana hati si boss, dan kinerja terakhir Anda adalah
stimuli diskriminatif yang berkaitan dengan peluang bahwa permintaan Anda untuk
naik gaji akan berhasil. Agar murid dapat mempelajari diskriminasi, mereka harus
mempunyai umpan balik pada kebenaran atau ketidakbenaran dari respon mereka.

Studi tentang pembelajaran diskriminasi umumnya menemukan bahwa murid perlu


mengetahui kapan respon mereka salah maupun benar.
Belajar pada dasarnya adalah bagaimana menguasai diskriminasi yang
semakin kompleks. Misalnya, semua huruf, angka dan kata dan simbol matematika
adalah stimuli diskriminatif. Seorang anak kecil belajar mendiskriminasi antara huruf
b dan d. Murid yang lebih tua mempelajari perbedaan antara kata efektif dan efisien.
Seorang mahasiswa pendidikan psikologi belajar mendiskriminasi penguatan negatif
dengan hukuman. Seorang guru belajar membedakan isyarat wajah dan verbal yang
menunjukkan murid sudah bosan atau tidak tertarik dengan pelajaran.
Generalisasi
Jika murid belajar untuk tetap duduk di kursinya dan mengerjakan tugasnya
dengan teliti di pelajaran matematika, apakah perilakunya juga akan membaik di
kelas sains? Jika siswa dapat menyelesaikan pengurangan 7 apel dengan 3 apel,
bisakah mereka melakukan pengurangan 7 jeruk dengan 3 jeruk? Jika siswa dapat
menafsirkan simbolisme yang digunakan oleh Shakespeare, bisakah mereka
menafsirkan simbolisme yang digunakan dalam cerita rakyat Afrika? Ini semua adalah
pertanyaan tentang generalisasi, atau pengalihan perilaku yang dipelajari pada suatu
kondisi tertentu ke situasi yang lain. Generalisasi tidak dapat diterima begitu saja.
Biasanya, ketika sebuah program manajemen kelas berhasil diperkenalkan dalam
suatu pengaturan tertentu, perilaku siswa tidak secara otomatis membaik pada
pengaturan lainnya. Sebaliknya, murid belajar untuk membedakan pengaturanpengaturan yang ada. Bahkan anak-anak kecil bisa mempelajari apa yang dibolehkan
dan apa yang dilarang di taman kanak-kanak, di rumah, dan di rumah temantemannya yang beraneka ragam. Perilaku mereka mungkin sangat berbeda dalam
setiap pengaturan, sesuai dengan aturan dan ekspektasi yang berbeda.
Agar generalisasi bisa terjadi, biasanya generalisasi harus direncanakan.
Sebuah program manajemen kelas yang sukses digunakan di kelas IPS dapat
ditransfer ke kelas bahasa Inggris untuk memastikan generalisasi untuk pengaturan
itu. Siswa mungkin perlu mempelajari penggunaan simbolisme dari penulis-penulis
dalam banyak kebudayaan sebelum mereka mendapatkan ketrampilan untuk
menafsirkan simbolisme secara umum.
Jelas bahwa generalisasi paling mungkin terjadi pada sekumpulan pengaturan
yang sama atau pada konsep yang serupa. Sebuah perilaku baru lebih besar
kemungkinnya untuk tergeneralisasi dari kelas membaca ke kelas ilmu sosial daripada
dari pengaturan saat jam istirahat atau pengaturan di rumah. Namun, pada pengaturan
yang paling mirip sekalipun, generalisasi mungkin tidak akan terjadi. Misalnya,
banyak siswa dapat menunjukkan kepintarannya dalam mengeja atau dalam mekanik
bahasa tapi kemudian gagal untuk menerapkan pengetahuan ini untuk pengaturan
yang mereka lakukan sendiri. Guru tidak boleh berasumsi bahwa karena siswa dapat
melakukan sesuatu di bawah suatu keadaan tertentu, mereka juga bisa melakukannya
pada keadaan yang berbeda.
Teknik untuk Meningkatkan Generalisasi Schloss dan Smith (1998) menjelaskan
11 teknik untuk meningkatkan peluang suatu perilaku dipelajari dalam suatu
pengaturan, seperti pada kelas tertentu, akan tergeneralisasi ke pengaturan lainnya,
seperti pada kelas lain atau yang lebih penting yaitu pada penerapannya di kehidupan
nyata (lihat juga Martella et al, 2003.). Beberapa strategi ini melibatkan mengajar
dengan cara yang sedemikian rupa sehingga membuat generalisasi lebih mudah.
Misalnya, pelajaran aritmatika yang melibatkan uang mungkin akan lebih mudah

ditransfer ke kehidupan nyata jika menggunakan uang koin dan uang kertas
sungguhan atau imitasi daripada hanya dengan memecahkan masalah di atas kertas.
Strategi mengajar lain yang diketahui dapat berpengaruh terhadap generalisasi adalah
yang menggunakan banyak contoh dari berbagai konteks. Misalnya, siswa
kemungkinan besar dapat mentransfer konsep penawaran dan permintaan ke bidangbidang baru jika mereka mempelajari contoh-contoh yang berkaitan dengan harga
bahan makanan, harga sumber daya alam, nilai barang koleksi (seperti kartu bisbol),
dan upah untuk ketrampilan yang umum dan langka daripada hanya belajar tentang
harga barang secara grosir. Sebuah strategi yang jelas dapat meningkatkan
generalisasi adalah "on-the-job training": mengajarkan suatu ketrampilan tertentu
pada lingkungan di mana ketrampilan itu benar-benar digunakan, atau pada simulasi
dari lingkungan semacam itu.
Generalisasi
Membawa perilaku, ketrampilan atau konsep dari suatu pengaturan atau penugasan
ke pengaturan atau penugasan lainnya
Setelah instruksi awal diberikan, ada banyak cara untuk meningkatkan generalisasi.
Salah satunya adalah dengan mengulang instruksi dalam berbagai pengaturan.
Misalnya, setelah mengajarkan pada siswa menggunakan strategi mengerjakan tes
pada matematika, seperti "lewati soal yang sulit dan kembali mencoba menjawabnya
setelah berhasil menjawab soal-soal yang mudah," seorang guru bisa memberikan
kesempatan pada siswa untuk menggunakan strategi yang sama pada tes IPA, tes tata
bahasa, dan tes kesehatan. Teknik pasca mengajar lainnya adalah membantu siswa
membuat hubungan antara keterampilan baru dan penguat alami yang ada di
lingkungan sehingga mereka dapat mempertahankan keterampilan itu. Misalnya
ketika anak belajar membaca, mereka dapat diberikan tugas di rumah secara rutin
untuk membaca buku atau majalah yang sangat mereka minati, sekalipun bahan-bahan
bacaan tersebut bukanlah "literatur yang baik." Awalnya, kemampuan membaca baru
dapat dipertahankan lebih baik dengan membaca buku komik dibandingkan membaca
sastra klasik, karena bagi sebagian anak buku-buku komik itu dapat menghubungkan
keterampilan baru mereka pada kesenangan membaca lebih cepat, yang membuat
generalisasi ke pengaturan di luar sekolah lebih mungkin untuk terjadi. Terakhir,
seorang guru dapat meningkatkan generalisasi dengan secara langsung memperkuat
generalisasi-misalnya, dengan memuji seorang siswa yang menghubungkan ide baru
pada konteks yang berbeda atau menggunakan suatu keterampilan pada penerapan
baru.
BAGAIMANA TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL BERPENGARUH PADA
PEMAHAMAN KITA TENTANG PEMBELAJARAN MANUSIA
Teori pembelajaran sosial merupakan perkembangan lebih jauh dari tradisi teori
pembelajaran perilaku. Dikembangkan oleh Albert Bandura, teori pembelajaran sosial
menerima sebagian besar prinsip-prinsip teori perilaku tetapi jauh lebih berfokus pada
pada pengaruh tanda pada perilaku dan pada proses mental internal, menekankan efek
pemikiran pada tindakan dan efek tindakan pada pemikiran (Bandura , 1986).
Teori pembelajaran sosial

Teori pembelajaran yang menekankan tidak hanya pada penguatan tapi juga pada efek
tanda atau isyarat pada pikiran dan efek pikiran pada tindakan
Pemodelan
Peniruan perilaku orang lain
Pembelajaran secara pengamatan
Mempelajari melalui pengamatan dan menirukan orang lain
Bandura: Pemodelan dan Pembelajaran Secara Pengamatan
Bandura mencatat bahwa penekanan Skinnerian pada efek konsekuensi perilaku
sangat mengabaikan fenomena pemodelan-peniruan perilaku orang lain -dan peniruan
pengalaman orang lain -belajar dari keberhasilan atau kegagalan orang lain. Dia
merasa bahwa banyak pembelajaran manusia tidak dibentuk oleh konsekuensinya
tetapi lebih efisien dipelajari secara langsung dari sebuah model (Bandura, 1986;
Schunk, 2000). Para guru pendidikan fisik mendemonstrasikan meloncat-loncat, dan
siswa akan meniru. Bandura menyebut ini pembelajaran tanpa mencoba, karena siswa
tidak harus melalui suatu proses pembentukan untuk dapat menghasilkan kembali
respon yang benar dengan segera.
Analisis Bandura (1986) tentang pembelajaran secara pengamatan melibatkan
empat tahap: fase perhatian, retensi, reproduksi, dan motivasi.
1. Fase perhatian: Fase pertama dalam pembelajaran secara pengamatan adalah
dengan memperhatikan suatu model. Secara umum, siswa memperhatikan contoh
teladan orang-orang yang atraktif, sukses, menarik, dan populer. Inilah sebabnya
mengapa begitu banyak siswa yang meniru gaya rambut, pakaian, dan tingkah laku
dari bintang-bintang pop. Di dalam kelas guru mendapatkan perhatian siswa dengan
memberikan isyarat yang jelas dan menarik, dengan menggunakan sesuatu yang baru
atau suatu kejutan, dan dengan memotivasi siswa.
2. Fase retensi: Setelah guru mendapat perhatian dari siswa, sekarang saatnya untuk
memodelkan perilaku yang mereka inginkan untuk ditiru siswa dan kemudian
memberikan siswa kesempatan untuk mempraktekkan atau melatihnya. Sebagai
contoh, seorang guru mungkin menunjukkan bagaimana menulis huruf A. Kemudian
siswa akan meniru contoh guru dengan mencoba untuk menulis A sendiri.
3. Reproduksi: Selama fase reproduksi, siswa mencoba untuk mencocokkan perilaku
mereka dengan model. Di dalam kelas penilaian pembelajaran siswa terjadi selama
fase ini. Misalnya, setelah melihat contoh huruf A dan berlatih menulisnya beberapa
kali, dapatkah siswa menulis huruf A sehingga terlihat seperti contoh dari guru?
4. Fase motivasi: Tahap akhir dalam proses pembelajaran secara pengamatan adalah
motivasi. Siswa akan meniru model karena mereka yakin bahwa hal tersebut akan
meningkatkan peluang mereka sendiri untuk diperkuat. Di dalam kelas fase motivasi
pembelajaran secara pengamatan seringkali menggunakan pujian atau memberikan
nilai untuk menulis sesuai dengan contoh dari guru. Siswa memperhatikan model,
melatihnya, dan menghasilkan kemnbali model itu karena mereka telah belajar bahwa

inilah yang disukai guru dan mereka ingin menyenangkan guru. Ketika anak bisa
menulis huruf A yang bisa dibaca, guru mengatakan, "Kerja yang bagus!"
Pembelajaran dari Orang Lain
Meskipun pembelajaran secara pengamatan sebagian besar dimotivasi oleh harapan
bahwa dengan meniru model secara benar akan menyebabkan penguatan, penting
juga untuk dicatat bahwa orang belajar dengan melihat orang lain diperkuat atau
dihukum karena melakukan perilaku tertentu (Bandura, 1986). Inilah sebabnya
mengapa distributor majalah selalu menyertakan para pemenang yang bahagia dalam
iklan mereka untuk mendorong orang agar mengikuti kontes promosinya. Kita
mungkin sadar bahwa peluang kita untuk menang adalah satu dari beberapa juta, tapi
melihat orang lain diperkuat sekali membuat kita ingin meniru perilaku mengikuti
kontes itu.
Guru kelas menggunakan prinsip pembelajaran dari orang lain setiap waktu.
Ketika salah satu siswa bermain-main, guru seringkali memisahkan anak yang
mengerjakan tugasnya dengan baik dan memperkuat mereka karena berbuat baik.
Murid yang berperilaku tidak baik melihat bahwa mengerjakan tugas akan diperkuat
dan (diharapkan) mereka akan kembali mengerjakan. Teknik ini secara sistematis
dipelajari oleh broden, Hall, Dunlap, dan Clark (1970). Dua anak murid kelas dua
yang nakal, Edwin dan Greg, duduk bersandingan. Setelah beberapa waktu tertentu,
guru mulai memperhatikan dan memuji Edwin setiap kali ia memperhatikan dan
mengerjakan tugas kelasnya. Perilaku Edwin membaik di bawah kondisi ini. Akan
tetapi, yang menarik bahwa perilaku Greg juga membaik, walaupun tidak ada
penguatan khusus yang ditujukan padanya karena berperilaku yang benar.
Tampaknya, Greg belajar dari pengalaman Edwin. Dalam kasus Nona Esteban dan
Rebecca di pembukaan bab ini, siswa lain melihat Rebecca mendapatkan perhatian
Nona Esteban dengan meneriakkan jawaban, sehingga mereka meniru perilaku
Rebecca itu.
Salah satu eksperimen klasik dalam teori pembelajaran sosial adalah studi
yang dilakukan oleh Bandura (1965). Anak-anak ditunjukkan satu dari tiga film. Pada
ketiganya, ada orang dewasa memberikan model perilaku yang agresif. Pada salah
satu film model itu dihukum berat. Di film kedua model itu dipuji dan diberi hadiah.
Pada film yang ketiga model tersebut tidak diberi konsekuensi apa-apa. Setelah
melihat salah satu dari film itu, anak-anak diamati saat sedang bermain dengan
mainan. Anak-anak yang melihat model dihukum melakukan tindakan agresif yang
lebih sedikit saat bermain dibanding dengan anak-anak yang telah melihat model
dihargai atau tidak diberi konsekuensi apa-apa.
Pembelajaran dari Orang Lain
Belajar melalui pengamatan terhadap konsekuensi dari perilaku orang lain
Teori dalam Praktek
Pembelajaran secara Pengamatan
Apakah Anda pernah mencoba mengajarkan seseorang untuk mengikat tali
sepatunya? Coba bayangkan untuk menjelaskan tugas ini pada seseorang tanpa
menggunakan model atau dengan contoh! Tugas yang begitu sederhana ini, yang
banyak dari kita yang menganggapnya remeh, bisa menjadi suatu tahap penting untuk
anak TK. Belajar untuk mengikat tali sepatu kami memang merupakan contoh utama
tentang bagaimana cara kerja pembelajaran secara pengamatan.

Memperoleh keterampilan baru dengan mengamati perilaku orang lain


merupakan bagian yang biasa dari kehidupan sehari-hari. Dalam banyak situasi anakanak melihat orang lain berbicara dan bertindak, dan mereka menyaksikan
konsekuensi dari kegiatan tersebut juga. Pengamatan tersebut memberikan model
yang mengajarkan anak-anak tentang strategi yang digunakan pada suatu waktu dan
tempat tertentu.
Meskipun fokus utama penelitian pada pembelajaran secara pengamatan
adalah pada perilaku yang spesifik, penelitian juga menunjukkan bahwa sikap juga
dapat diperoleh melalui pengamatan (Miller, 1993). Guru dan orang tua sama-sama
berkepentingan dengan model yang ditiru oleh anak-anak. Nilai dari model ini
melampaui kemampuan spesifik yang mereka miliki dan meliputi sikap yang mereka
gambarkan. Di dalam kelas guru harus yakin dalam memberikan contoh standar
perilaku yang konsisten dengan ekspektasi yang ia harapkan untuk para siswa.
Misalnya, jika disiplin waktu dan kesopanan adalah karakteristik guru yang ingin
dikembangkan pada siswa, maka guru harus dengan pasti menunjukkan sifat-sifat
tersebut.
Dalam kelompok belajar kooperatif, keberhasilan kelompok tergantung pada
model yang ada di kelompok itu. Teman sebaya memiliki pengaruh yang kuat pada
perilaku individu. Misalnya, jika guru menempatkan siswa pada kelompok
matematika, mungkin menempatkan siswa yang memiliki motivasi tinggi untuk
belajar dalam kelompok itu sama pentingnya juga dengan menempatkan siswa yang
memiliki ketrampilan matematika yang baik. Sikap dan perilaku yang menyertai
motivasi tinggi akan ditiru oleh sesama siswa.
Pembelajaran Mandiri
Konsep lain yang penting dalam teori pembelajaran sosial adalah pengaturan diri
sendiri (Boekaerts, Pintrich, & Zeidner, 2000; Schunk & Pajares, 2004, Zimmerman,
2000). Bandura (1997) berhipotesis bahwa orang mengamati perilaku mereka sendiri,
menilainya dengan standar mereka sendiri, dan memperkuat atau menghukum mereka
sendiri. Kita semua pernah merasa bahwa kita telah melakukan sesuatu dengan baik
dan secara mental menepuk punggung kita sendiri karena merasa berhasil, terlepas
dari apa yang orang lain katakan. Dengan cara yang sama, kita semua tahu saat di
mana kita melakukan sesuatu dengan kurang baik sesuai yang kita bisa. Untuk
membuat penilaian ini, kita harus memiliki ekspektasi untuk kinerja kita sendiri.
Seorang siswa mungkin akan senang untuk mendapatkan 90 persen jawaban yang
benar pada ujian, sementara yang lain mungkin akan agak kecewa.
Siswa dapat diajarkan untuk menggunakan strategi pengaturan diri sendiri, dan
mereka dapat diingatkan untuk melakukannya dalam berbagai konteks, sehingga
pengaturan diri sendiri itu menjadi kebiasaan. Misalnya siswa dapat diminta untuk
menetapkan tujuan terhadap lama belajar yang mereka harapkan untuk setiap
malamnya dan mencatat apakah mereka telah mencapai tujuan mereka atau tidak.
Anak-anak yang mempelajari fakta perkalian mungkin diminta untuk mengukur
seberapa cepat dan akurat mereka dapat menyelesaikan tes perkalian sebanyak 50 soal
lalu mencoba untuk mengalahkan rekor mereka sendiri. Siswa dapat diminta diminta
untuk menilai esai mereka sendiri dalam hal isi, mekanika dan pengaturan bahasa, dan
melihat apakah mereka dapat menyamai rating yang diberikan oleh guru. Masingmasing strategi ini membuat siswa dapat mengendalikan tujuan mereka sendiri dalam
belajar, dan masing-masing siswa kemungkinan akan menyusun suatu strategi umum

untuk pengaturan dan pencapaian tujuan pribadi dan standar pribadi (Sehunk &
Zimmerman, 2003).
Untuk setiap keterampilan apapun, keterampilan belajar mandiri kemungkinan
akan terbatas pada suatu situasi atau konteks kecuali jika dapat diterapkan dalam
banyak konteks. Misalnya, anak yang belajar untuk mengatur tujuan belajar mereka
sendiri saat belajar sendiri mungkin akan mentransfer ketrampilan ini pada situasi saat
mereka belajar dalam kelompok atau saat ada guru (Schunk & Pajares, 2004,
Zimmerman, 2000), meskipun mereka dengan cepat dapat belajar untuk membuat
generalisasi itu jika mereka diajarkan atau diingatkan untuk melakukannya. Anakanak juga mungkin tidak dapat mentransfer strategi belajar sendiri dari bahasa Inggris
ke matematika, atau bahkan dari perhitungan ke pemecahan masalah (Boekaerts,
1995). Untuk alasan ini, siswa perlu banyak kesempatan untuk menggunakan strategi
penetapan tujuan dan evaluasi diri sendiri dalam berbagai konteks, untuk memantau
dan merayakan kemajuan mereka, dan untuk memahami bagaimana, kapan, dan
mengapa mereka harus mengatur diri mereka.
Model Belajar Sendiri dari Meichenbaum
Siswa dapat diajarkan untuk memantau dan mengatur perilaku mereka sendiri.
Strategi belajar sendiri semacam ini sering disebut modifikasi perilaku kognitif
(Harris, Graham, & Pressley, 2001; Manning & Payne, 1996). Misalnya,
Meichenbaum (1977) mengembangkan strategi dimana siswa dilatih untuk berkata
kepada diri sendiri, "Apa masalah saya? Apa rencana saya? Apakah saya
menggunakan rencana saya? Bagaimana hasil kerja saya?" Strategi ini juga telah
digunakan untuk mengurangi perilaku nakal dari siswa di berbagai tingkat kelas
(Martella et al, 2003;. Workman & Katz, 1995). Manning (1988) mengajarkan pada
siswa murid kelas tiga yang nakal beberapa perkataan untuk diri sendiri untuk
membantu mereka mengingat perilaku yang benar dan untuk memperkuat perilaku itu
untuk diri mereka sendiri. Sebagai satu contoh, untuk perilaku mengacungkan tangan
yang benar, siswa diajarkan untuk mengatakan kepada diri sendiri saat mengacungkan
tangan mereka, "Jika aku meneriakkan jawabannya, anak lain akan terganggu. Aku
akan mengacungkan tangan saya dan menunggu giliran saya. Ini baik untuk aku .
Lihat kan, aku bisa menunggu "(Manning, 1988, p. 197)!. Strategi serupa telah
berhasil diterapkan untuk membantu siswa memantau prestasi mereka sendiri.
Sebagai contoh, anak yang kurang pintar membaca diajarkan untuk bertanya pada diri
sendiri pertanyaan-pertanyaan ketika mereka membaca dan diajarkan untuk
meringkas paragraf untuk memastikan mereka telah memahami bacaan itu(Bornstein,
1985).
Langkah-langkah yang digunakan dalam instruksi diri sendiri dijelaskan oleh
Meichenbaum (1977) sebagai berikut:
1. Seorang model dewasa melakukan suatu pekerjaan sambil berbicara dengan diri
mereka sendiri keras-keras (pemodelan kognitif).
2. Anak melakukan pekerjaan yang sama di bawah arahan instruksi model
(membimbing secara eksternal dan terbuka).
3. Anak melakukan tugas sambil menginstruksi diri mereka sendiri keras-keras
(memandu diri secara terbuka).
4. Anak membisikkan instruksi pada diri sendiri saat dia mengerjakan tugasnya
(panduan diri yang terbuka tapi semakin memudar).

5. Anak melakukan tugas sambil membimbing kinerjanya melalui berbicara sendiri


(instruksi diri secara diam-diam). (Hal. 32)
Modifikasi perilaku kognitif
Prosedur yang didasari baik oleh prinsip perilaku maupun kognitif untuk mengubah
perilaku seseorang dengan cara berbicara atau menginstruksikan pada diri sendiri
Perhatikan kesamaan antara strategi pembelajaran sendiri dari Meichenbaum
dengan pendekatan Vygotskian tentang instruksi pendukung yang dijelaskan dalam
Bab 2. Kedua pendekatan ini menekankan pemodelan pada berbicara dengan diri
sendiri dan secara bertahap beralih dari perilaku yang dikendalikan guru menjadi
dikendalikan oleh siswa sendiri, dengan siswa berbicara sendiri untuk memerintah diri
mereka sendiri dalam mengerjakan tugas mereka. Mendorong pembelajaran mandiri
adalah cara untuk mengajar siswa untuk berpikir tentang pemikiran mereka sendiri.
Strategi pembelajaran mandiri tidak hanya dapat meningkatkan kinerja tugas yang
diajarkan pada siswa, tetapi juga dapat digeneralisasi untuk tugas lain (Harris,
Graham, & Pressley, 2001, Schunk & Zimmerman, 2003).
Salah satu contoh cara membantu anak-anak terlibat dalam pembelajaran
mandiri adalah dengan menyediakan siswa, saat sedang mengerjakan tugas yang lama
atau rumit, dengan suatu form yang memantau kemajuan mereka. Sebagai contoh,
guru dapat memberi tugas pada siswa untuk menulis laporan tentang kehidupan
Martin Luther King Jr. Siswa dapat diberikan sebuah daftar pantauan diri seperti
berikut:
FORM PENYELESAIAN TUGAS
Mencari bahan tentang Martin Luther King Jr. Di perpustakaan
Membaca dan mencatat bahan
Menulis rancangan laporan pertama
Memeriksa kandungan isi laporan
Mengecek mekanika penulisan laporan
Ejaan
Tata bahasa
Tanda Baca
Menyusun laporan akhir yang diketik atau ditulis dengan rapi
Ide di balik formulir ini adalah bahwa memecah tugas-tugas yang kompleks
menjadi tugas-tugas yang lebih kecil mendorong siswa merasa bahwa mereka
membuat kemajuan menuju suatu tujuan yang lebih besar. Mengecek setiap langkah
membuat mereka dapat memberi tepukan mental di punggung mereka sendiri yang
memperkuat upaya mereka (Manning & Payne, 1996). Setelah melihat banyaknya
macam form seperti ini, siswa dapat diminta untuk membuatnya sendiri, untuk belajar
bagaimana untuk memetakan kemajuan mereka sendiri untuk suatu tujuan. Dengan
cara yang sama, Trammel, Schloss, dan Alper (1994) mendapati bahwa menyuruh
anak dengan ketidakmampuan belajar untuk mencatat dan membuat grafik
penyelesaian tugas rumah mereka secara signifikan meningkatkan jumlah pekerjaan
rumah yang mereka lakukan (lihat juga Martella, Marchand-Martella, & Cleanthous,
2001). Sebuah review dari Robinson, Robinson, dan Katayama (1999) menemukan
bahwa strategi modifikasi perilaku kognitif dapat memiliki dampak yang cukup besar,

terutama pada mengurangi perilaku hiperaktif, impulsif, dan agresif (Binder, Dixon,
& Ghezi, 2000.). Sejumlah studi yang direview mendapati bahwa efek ini tahan lama.
Penguatan Diri, Drabman, Spitalnik, dan O'Leary (1973) merancang dan
mengevaluasi
suatu prosedur klasik untuk mengajar siswa mengatur perilaku mereka sendiri.
Mereka meminta guru untuk menilai perilaku siswa setiap harinya dan memperkuat
siswa jika mereka memperoleh nilai tinggi. Kemudian mereka mengubah
programnya: Mereka meminta murid untuk menebak nilai yang diberikan guru pada
mereka. Siswa diperkuat untuk menebak dengan benar. Akhirnya, penguatan secara
bertahap dihapus. Perilaku siswa meningkat di bawah penguatan dan kondisi
menebak, dan tetap pada tingkat yang lebih baik lama setelah program ini berakhir.
Penulisnya menjelaskan bahwa siswa yang
diajarkan untuk mencocokkan dengan nilai guru akan mengembangkan standar
mereka sendiri untuk perilaku yang sesuai dan memperkuat diri mereka sendiri untuk
memenuhi standar tersebut.
Informasi tentang perilaku seseorang sering ditemukan dapat mengubah
perilaku
(Rosenbaum & Drabman, 1982), bahkan ketika informasi itu diberikan oleh mereka
sendiri. Sebagai contoh, para peneliti dapat meningkatkan perilaku pengerjaan tugas
dengan menyuruh anak menandai setiap beberapa menit apakah telah belajar di
beberapa menit terakhir (Maag, Rutherford, & DiGangi, 1992;. Webber et al, 1993).
Bila digabungkan dengan penguatan mandiri, pengamatan mandiri biasanya memiliki
efek yang penting pada perilaku siswa (Jenson et al, 1988.). Banyak dari kita
menggunakan prinsip ini dalam belajar, berkata kepada diri kita sendiri bahwa kita
tidak akan istirahat untuk makan siang sampai kita telah selesai membaca sejumlah
bahan bacaan tertentu.
Siswa yang merasa percaya diri dalam kemampuan mereka untuk
menggunakan
perilaku metakognitif dan perilaku memotivasi diri cenderung mempunyai efikasi diri
yang tinggi keyakinan bahwa usaha kita sendiri (bukan karena keberuntungan atau
dari usaha orang lain atau dari faktor eksternal atau faktor yang tak terkendali lainnya)
menentukan keberhasilan atau kegagalan seseorang. Keyakinan efikasi diri mungkin
adalah faktor yang paling penting (setelah kemampuan) dalam menentukan
keberhasilan siswa di sekolah (Bandura, 1997;Schunk & Zimmerman, 2003).
Kelebihan dan Keterbatasan Teori Pembelajaran Perilaku
Prinsip-prinsip dasar dari teori pembelajaran perilaku adalah merupakan prinsip yang
sudah mapan seperti prinsip lain pada psikologi dan telah didemonstrasikan dalam
banyak kondisi yang berbeda. Prinsip-prinsip ini berguna untuk menjelaskan banyak
hal tentang perilaku manusia, bahkan lebih berguna untuk mengubah perilaku.
Akan tetapi penting untuk diketahuibahwa teori-teori pembelajaran perilaku
terbatas jangkauannya. Dengan pengecualian teori pembelajaran sosial, teori
pembelajaran perilaku berfokus hampir secara eksklusif pada perilaku yang dapat
diamati. Ini adalah salah satu sebab mengapa begitu banyak contoh yang disajikan
dalam bab ini melibatkan manajemen perilaku (lihat Driscoll, 2000). Proses belajar
yang kurang dapat terlihat, seperti pembentukan konsep, belajar dari bacaan,
pemecahan masalah, dan berpikir, sulit diamati secara langsung sehingga masih
sedikit dipelajari oleh teori pembelajaran perilaku. Proses ini lebih cenderung masuk

dalam ranah pembelajaran kognitif. Teori pembelajaran sosial, yang merupakan


pengembangan langsung
teori pembelajaran perilaku, membantu untuk menjembatani kesenjangan antara
perspektif perilaku dan kognitif.
Teori pembelajaran perilaku dan kognitif sering dianggap sebagai modelmodel yang saling bersaing dan bertentangan. Memang ada area tertentu di mana
teori-teori ini menempati posisi yang berlawanan. Namun, akan lebih akurat untuk
melihat keduanya sebagai teori yang saling melengkapi dan bukan saling menyaingi,
karena keduanya mengatasi masalah yang berbeda (Ihzdin, 200 1; Miltenberger,2001).

Anda mungkin juga menyukai