Anda di halaman 1dari 25

Sebelah kanan adalah Guru Raya Ibrahim Purba Dasuha (Datu Borahim), putra Taraluan

Purba. Berpose bersama muridnya di depan Museum Simalungun, 1939. Wafat 24


Oktober 1977 di Pamatang Siantar dalam usia 103 tahun. Beberapa peninggalan beliau
yang masih tersisa, tersimpan oleh putra bungsunya, Salim Efendi Purba, dari istri
keduanya boru Saragih, di Jl Linggajati No. 10 P. Siantar

PANAK BORU RAJA RAYA

MANDIHAR

Parade Raja-raja Simalungun pada Harungguan Bolon di Pamatang Siantar, 1930. Dari
kiri ke kanan: Raja Tanoh Jawa - Sang Majadi (morga Sinaga), Partuanon Silou Kahean Tuan Gaib (morga Purba), Raja Raya - Tuan Gomok (morga Saragih Garingging), Raja
Siantar - Tuan Sawadim (morga Damanik), Raja Panei - Tuan Bosar Sumalam (morga

Purba), Raja Dolog Silou - Tuan Ragaim (morga Purba) , Raja Purba - Tuan Mogang
(morga Purba), Partuanon Bandar - Tuan Desta Bulan (morga Damanik) dan Raja
Silimakuta - Tuan Padiraja (morga Girsang)

Raja - Raja Simalungun, 1930

Ulama-Ulama di Simalungun

PRAJURIT RAJA SIMALUNGUN

Toehan Gomok disamping Rumah Bosar Pamatang Raya. Saat kunjungan De Heer
(Tuan) & Mevrouw (Nyonya) J. R. Fabricius ke Rumah Bosar (Rumah Bolon/Istana)
Pamatang Raya, 1934. Kunjungan itu disambut oleh Raja Gomok, nenek Raja Gomok,
Raja Siantar serta masyarakat tempatan. Bagi Pamatang Raya, Kunjungan ini merupakan
Silaturrahim memperkenalkan kesenian dan kebudayaan saja. Terbukti, pihak Pamatang
Raya memperkenalkan kesenian & kebudayaan Simalungun yang ada di Pamatang Raya.
Raja Gomok bahkan sempat memperkenalkan tortor Simalungun, dan beliau langsung
mempertunjukkan seni tari asli dengan manortor. Tampak dalam photo yang dikoleksi
GL. Tichelman ini, Raja Gomok tetap duduk menyambut tamu tanda ketinggian darah

kebangsawanannya. Ny. J.R Fabricius memperhatikan ensambel Gual Simalungun yang


sedang dimainkan.

Toehan Gomok

Radja Siantar

Toehan Djorlang Hataran - Tanoh Djawa

Toe(h)an Sidamanik

Raja Dolog Silou. Photo diambil pada Oktober 1939.

Makam batu untuk belulang dari Tuan Doriandjim di Nagori Dolog. 1938.

Hoofd Pangoeloe Bandar Tinggi - Pangoeloe Amat (1899-1978). Nama aslinya OK


Achmad Rasjid, seorang Melayu yang diberi morga Damanik oleh Tuan Sawadim karena
sangat memperjuangkan Simalungun dan menyatukan suku-suku yang bercokol di
wilayah itu. Ia Perintis Kemerdekaan yang mewajibkan warga di Bandartinggi memakai
bahasa pergaulan antar suku dgn memakai bahasa Simalungun dan membayar panggual
senior untuk mengajarkan kepada pemuda setempat, musik Simalungun

Pandita Djaulung Wismar Saragih Sumbayak (lahir 1888


di Sinondang/Raya meninggal dunia 7 Maret 1968). Putra dari Djalam Saragih
Sumbayak, seorang Tuhang Sarung ni Bodil di Kerajaan Raya, Ibunya Roggainim
boru Purba Sigumonrong dari kampung Raya Dolog. Pendeta Kristen Pertama di
Simalungun.

Samborit

Rumah Bolon Siantar (1914-1919)

Tu(h)an Sawadim (morga Damanik), wafat tahun 1950-an

PUANG BANDAR BORU DAMANIK. dari kiri ke kanan: Puang boru Damanik :
Solimah menikah dengan putra Raja Tanoh Jawa Sang Majadi yaitu Tuan Kaliamsyah
Sinaga, Soribunga menikah dengan Tuan Jorlang Hataran - Tuan Bisar Sinaga, Sumainim

menikah dengan Tengku Katan Deli, Tiamin menikah dengan Tuan Tiga Dolog Djintaraim Sinaga, Sortailim menikah dengan Tuan Kalianta Sinaga (orangtua dari alm.
Prof. Dr. H.T. Usul Sinaga)

Amplop tertanggal 31 Desember


1935 milik Assistent Resident Simelungun dan Karolanden serta Pematang Siantar.

Diphoto sekitar tahun 1920-1938. Patung


Pangulubalang di belakang Balai Kota Pematang Siantar.

Berkisar tahun 1900-1921. Pasar


di Kota Pematang Siantar. Tampak apik dan bersih.

Museum Simalungun-1939

Raja Siantar Tuan Sawadim


(morga Damanik) & Raja Dolog Silou Tuan Ragaim (morga Purba), 1930-an. Coba
perhatian gotong yang mereka kenakan, apakah sama dengan gotong yang kini
dipergunakan?

Gerbong pengangkut teh saat


melintasi jembatan dari Pabrik Teh Balimbingan, berkisar tahun 1921 1926.

Raja Dolog. Photo diambil


berkisar tahun 1900-1940

Makam dari salah seorang Puang


Bolon Raja Panei. Tampak sudah menggunakan bahan semen. photo diabadikan berkisar
tahun 1939.

Para Staf ADM Afdeling Simeloengoen en de Karolanden saat berkunjung ke Sipolha


(Salah satu wilayah sentrum kebangsawanan Simalungun di Tepi Danau Toba), tahun
1934 dari koleksi KITLV di Belanda. Tampak wanita berkebaya & memakai bulang
sedang memberi demban, sebah upaya memperkenalkan budaya lokal.

Para Staf ADM Afdeling Simeloengoen en de Karolanden saat berkunjung ke Sipolha


(Salah satu wilayah sentrum kebangsawanan Simalungun di Tepi Danau Toba), tahun
1934 dari koleksi KITLV di Belanda. Para Staff Administrasi tersebut diajak manortor
bersama.

Para Staf ADM Afdeling Simeloengoen en de Karolanden saat berkunjung ke Sipolha


(Salah satu wilayah sentrum kebangsawanan Simalungun di Tepi Danau Toba), tahun
1934 dari koleksi KITLV di Belanda. Dengan memakai Hiou Simalungun (kain adat

Simalungun), wakil-wakil pemerintah berkuasa saat itu, terasa tidak asing dengan alam
dan kultur tempatan.

Para Staf ADM Afdeling


Simeloengoen en de Karolanden saat berkunjung ke Sipolha (Salah satu wilayah sentrum
kebangsawanan Simalungun di Tepi Danau Toba), tahun 1934 dari koleksi KITLV di
Belanda. Tampak latar belakang rumah bolon di Sipolha.

Para Staf ADM Afdeling Simeloengoen en de Karolanden saat berkunjung ke Sipolha


(Salah satu wilayah sentrum kebangsawanan Simalungun di Tepi Danau Toba), tahun
1934 dari koleksi KITLV di Belanda. Atas nama habonaron do bona, tamu disambut dgn
ramah, namun kita tetap berdiri sama tinggi tanpa menghambakan diri.

Kediaman Raja Siantar - Tuan Sawadim Damanik. Photo diambil saat Tuan Sawadim
menerima anugrah Gouden Ster. 1935-04-06

Gapura yang dibuat di kediaman Raja Siantar - Tuan Sawadim Damanik, saat Tuan
Sawadim menerima anugrah Gouden Ster. 1935-04-06

Para hadirin saat Tuan Sawadim menerima anugrah Gouden Ster. Tampak hiasan dibuat
tanda suka cita.1935-04-06

Masyarakat ramai berkumpul, saat Rajanya - Tuan Sawadim menerima anugrah Gouden
Ster. 1935-04-06

Tuan Kama Damanik dari Pamatang Bandar, saat mengunjungi Assistent Resident G.L.
Tichelman di Pamatang Siantar. 1936-10-28

GL Tichelman menggambar Arca Spiritual dari marga Damanik. Aslinya, Arca ini terbuat
dari bahan kayu tertentu, terdapat di Pamatang Malela. 1935

Radja Israel asal Prapat. Putrinya - Jinim Sophia br Sinaga menjadi Puang Bolon Tuan
Labuhan Asmin Damanik, Jambur Na Bolag Sipolha. Radja Israel adalah orang pertama
memeluk Kristen di Prapat - tepian Danau Toba.

Duduk dari kiri ke kanan: Pandita Jaulung Wismar Saragih (Pendeta Kristen Pertama di
Simalungun), Tuhan Gomok alias Tuan Baja Raya (1881-1940) Raja Kerajaan Raya,
Dr. P. Voorhoeve (Orientalis, Peneliti berkebangsaan Belanda), Jason Saragih (Guru

Zending dari Raya Tongah, Ketua Comite Na Ra Marpodah Simalungun yang bekerja
untuk membuat Agenda Gereja, buku nyanyian "Haleluya", dan Alkitab dalam bahasa
Simalungun), berdiri memakai dasi adalah Jacoboes Sinaga (Krani Tiga Raya dari
Pematang Raya, Sekretaris / Bendahara Comite Na Ra Marpodah) serta penguruspengurus komite.
Tulisan ini dikirim pada pada Mei 10, 2009 9:18 pm dan di isikan dibawah HALIMISAN GAMBAR,
SIMALOENGOEN atawa TIMOER. Anda dapat meneruskan melihat respon dari tulisan ini melalui RSS
2.0 feed. r Anda dapat merespon, or trackback dari website anda.

Sumber:M.muhar omtatok

Anda mungkin juga menyukai