Anda di halaman 1dari 25

PROGRAM SAIIG

KOTA TEBING TINGGI


TAHAP 2
BOGOR, 6 NOVEMBER 2019

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG


Kota Tebing Tinggi
DESKRIPSI UMUM
KOTA TEBING TINGGI

Memiliki Luas 38,438 Km² (38,438 Ha)

Terdiri atas 5 Kecamatan dan 35 Kelurahan.

Populasi Kota Tebing Tinggi pada Tahun 2016:


158,902 jiwa
(Sumber : Tebing Tinggi dalam Angka, 2017)
Batas-Batas :
1. Utara : PTPN III Kebun Rambutan
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
Serdang
2. TimurBedagai
: PT. Socfindo Kebun Tanah Besih
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
Serdang Bedagai : PTPN III Kebun Pabatu Kecamatan
3. Selatan
Tebing Tinggi
4. Barat : Kabupaten Serdang
PTPN III Kebun Bedagai
Bandar Bejambu
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
Serdang Bedagai
SAIIG
Program Hibah Australia-
Indonesia untuk Pembangunan
Infrastruktur Sanitasi
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
PROGRAM
 Sanitasi adalah Kebutuhan Dasar Setiap Manusia.
 Sanitasi adalah Urusan Dasar yang ditangani bersama
oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
 Sistem Individu E1 (satu) rumah yang menampung
buangan air limbah rumah tangga.
 Mempercepat pencapaian pembangunan akses di bidang
Air Limbah yang aman bagi masyarakat.
 Membantu dan mendorong pemda dalam perencanaan
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur air limbah
domestic sesuai standar yang telah ditetapkan
Pemerintah Pusat.

Program Hibah Australia-Indonesia


untuk Pembangunan Sanitasi Tahap II
TARGET CAPAIAN PROGRAM SAIIG DI
KOTA TEBING TINGGI
 Jumlah Sambungan Rumah (SR) dalam SPPH (Surat
Perjanjian Penerusan Hibah) Kota Tebing Tinggi
Tahun 2019 adalah 300 SR.
 Harga satuan SR : @Rp. 6.000.000,-
 Jumlah SR sesuai dengan DED: Rp. 6.000.000,- /SR
 Harga SR sesuai kontrak : Rp. 6.000.000,- /SR
 JumlahTarget Optimis untuk pemasangan adalah
sebesar 136 SR.
 Target Penyerapan Hibah : 136/300 = 45,3%

Program Hibah Australia-Indonesia


untuk Pembangunan Sanitasi Tahap II
KENDALA PELAKSANAAN
 Perbedaanrealisasi dengan target SPPH disebabkan
anggaran berjumlah 800 juta rupiah dengan jumlah
SR sebanyak 300.
 Hasil
Penelusuran/Survei di Lapangan
memperlihatkan hanya 136 SR yang mau untuk
mengikuti program.

Program Hibah Australia-Indonesia


untuk Pembangunan Sanitasi Tahap II
DASAR HUKUM DAN PERATURAN BATAS WILAYAH

1. UU NO.39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA


2. UU NO. 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL
3. UU NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
4. PP NO. 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DAERAH
5. PP NO. 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA PADA TINGKAT KETELITIAN PETA
SKALA 1:50.000
6. PERPRES NO. 59 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
7. PERMENDAGRI NO.141 TAHUN 2017 TENTANG PENEGASAN BATAS DAERAH
PERMENDAGRI NO.141 TAHUN
2017 TENTANG PENEGASAN BATAS
DAERAH
DITETAPKAN MENTERI DALAM NEGERI UNTUK MENCIPTAKAN KEJELASAN DAN
KEPASTIAN HUKUM WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH SECARA
PASTI, SISTEMATIS DAN TERKOORDINASI.
BATAS WILAYAH KOTA/KABUPATEN

Batas Daerah di Darat

Batas Daerah di Laut


PEMBENTUKAN TIM PENEGASAN BATAS DAERAH
Dalam rangka penegasan batas daerah dibentuk Tim Penegasan
Batas Daerah
yang selanjutnya disebut Tim PBD yang terdiri atas :
Tim Penegasan Batas Daerah Pusat yang selanjutnya disebut Tim PBD Pusa
adalah
Tim yang dibentuk oleh Menteri Dalam Negeri.
Tim Penegasan Batas Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut Tim
PBD Provinsi adalah Tim yang dibentuk oleh Gubernur.

Tim Penegasan Batas Daerah Kabupaten/Kota yang selanjutnya


disebut Tim PBD Kabupaten/Kota adalah Tim yang dibentuk oleh
Bupati/Wali Kota.
PENEGASAN BATAS DAERAH BERPEDOMAN
PADA DOKUMEN PENEGASAN BATAS.
• Dokumen Penegasan Batas meliputi:

a. Undang-Undang mengenai Pembentukan Daerah


dan Peta Lampirannya;

b. Peraturan perundang-undangan selain


sebagaimana dimaksud dalam huruf a
terkait dengan batas daerah;

c. Peta rupa bumi indonesia;


SAMBUNGAN
d. Peta topografi angkatan darat, Peta badan pertanahan
nasional, peta minutes dan peta-peta lain yang secara
teknis dapat digunakan sebagai acuan penegasan batas;

e. Citra/foto hasil penginderaan jauh (remote sensing);

f. Kesepakatan tentang batas daerah yang pernah dibuat


pemerintah daerah yang berbatasan; dan

g. Dokumen lain yang berkaitan dengan batas wilayah


administrasi yang disepakati para pihak.
PRINSIP PENEGASAN BATAS DAERAH
DI DARAT

Penegasan batas daerah dapat dilakukan dengan dua cara,


yaitu:

a) Kartometrik adalah penelusuran/penarikan garis batas


pada peta kerja dan pengukuran/penghitungan posisi titik,
jarak serta luas cakupan wilayah dengan menggunakan
peta dasar dan peta-peta lain sebagai pelengkap.

b) Survei lapangan adalah kegiatan penentuan titik-titik


koordinat batas daerah melalui pengecekan di lapangan
berdasarkan peta dasar dan peta lain sebagai pelengkap.
SECARA GARIS BESAR,
PENEGASAN BATAS DAERAH
TERDIRI DARI 4 (EMPAT)
KEGIATAN YAITU:
A. PENYIAPAN DOKUMEN
B. PELACAKAN BATAS
C. PENGUKURAN DAN PENENTUAN POSISI
BATAS
D. PEMBUATAN PETA BATAS
LAMPIRAN TEKNIS
PEMASANGAN PILAR ATAS
PILAR TIPE B (BATAS ANTAR
KOTA/KABUPATEN)
LAMPIRAN BERITA ACARA
LAMPIRAN
BERITA ACARA
PELACAKAN BATAS
DAERAH SECARA
KARTOMETRIK
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai