Kota Tebing Tinggi DESKRIPSI UMUM KOTA TEBING TINGGI
Memiliki Luas 38,438 Km² (38,438 Ha)
Terdiri atas 5 Kecamatan dan 35 Kelurahan.
Populasi Kota Tebing Tinggi pada Tahun 2016:
158,902 jiwa (Sumber : Tebing Tinggi dalam Angka, 2017) Batas-Batas : 1. Utara : PTPN III Kebun Rambutan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang 2. TimurBedagai : PT. Socfindo Kebun Tanah Besih Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai : PTPN III Kebun Pabatu Kecamatan 3. Selatan Tebing Tinggi 4. Barat : Kabupaten Serdang PTPN III Kebun Bedagai Bandar Bejambu Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai SAIIG Program Hibah Australia- Indonesia untuk Pembangunan Infrastruktur Sanitasi LATAR BELAKANG DAN TUJUAN PROGRAM Sanitasi adalah Kebutuhan Dasar Setiap Manusia. Sanitasi adalah Urusan Dasar yang ditangani bersama oleh Pemerintah Pusat dan Daerah. Sistem Individu E1 (satu) rumah yang menampung buangan air limbah rumah tangga. Mempercepat pencapaian pembangunan akses di bidang Air Limbah yang aman bagi masyarakat. Membantu dan mendorong pemda dalam perencanaan Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur air limbah domestic sesuai standar yang telah ditetapkan Pemerintah Pusat.
Program Hibah Australia-Indonesia
untuk Pembangunan Sanitasi Tahap II TARGET CAPAIAN PROGRAM SAIIG DI KOTA TEBING TINGGI Jumlah Sambungan Rumah (SR) dalam SPPH (Surat Perjanjian Penerusan Hibah) Kota Tebing Tinggi Tahun 2019 adalah 300 SR. Harga satuan SR : @Rp. 6.000.000,- Jumlah SR sesuai dengan DED: Rp. 6.000.000,- /SR Harga SR sesuai kontrak : Rp. 6.000.000,- /SR JumlahTarget Optimis untuk pemasangan adalah sebesar 136 SR. Target Penyerapan Hibah : 136/300 = 45,3%
Program Hibah Australia-Indonesia
untuk Pembangunan Sanitasi Tahap II KENDALA PELAKSANAAN Perbedaanrealisasi dengan target SPPH disebabkan anggaran berjumlah 800 juta rupiah dengan jumlah SR sebanyak 300. Hasil Penelusuran/Survei di Lapangan memperlihatkan hanya 136 SR yang mau untuk mengikuti program.
Program Hibah Australia-Indonesia
untuk Pembangunan Sanitasi Tahap II DASAR HUKUM DAN PERATURAN BATAS WILAYAH
1. UU NO.39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA
2. UU NO. 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL 3. UU NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH 4. PP NO. 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DAERAH 5. PP NO. 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA PADA TINGKAT KETELITIAN PETA SKALA 1:50.000 6. PERPRES NO. 59 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 7. PERMENDAGRI NO.141 TAHUN 2017 TENTANG PENEGASAN BATAS DAERAH PERMENDAGRI NO.141 TAHUN 2017 TENTANG PENEGASAN BATAS DAERAH DITETAPKAN MENTERI DALAM NEGERI UNTUK MENCIPTAKAN KEJELASAN DAN KEPASTIAN HUKUM WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH SECARA PASTI, SISTEMATIS DAN TERKOORDINASI. BATAS WILAYAH KOTA/KABUPATEN
Batas Daerah di Darat
Batas Daerah di Laut
PEMBENTUKAN TIM PENEGASAN BATAS DAERAH Dalam rangka penegasan batas daerah dibentuk Tim Penegasan Batas Daerah yang selanjutnya disebut Tim PBD yang terdiri atas : Tim Penegasan Batas Daerah Pusat yang selanjutnya disebut Tim PBD Pusa adalah Tim yang dibentuk oleh Menteri Dalam Negeri. Tim Penegasan Batas Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut Tim PBD Provinsi adalah Tim yang dibentuk oleh Gubernur.
Tim Penegasan Batas Daerah Kabupaten/Kota yang selanjutnya
disebut Tim PBD Kabupaten/Kota adalah Tim yang dibentuk oleh Bupati/Wali Kota. PENEGASAN BATAS DAERAH BERPEDOMAN PADA DOKUMEN PENEGASAN BATAS. • Dokumen Penegasan Batas meliputi:
a. Undang-Undang mengenai Pembentukan Daerah
dan Peta Lampirannya;
b. Peraturan perundang-undangan selain
sebagaimana dimaksud dalam huruf a terkait dengan batas daerah;
c. Peta rupa bumi indonesia;
SAMBUNGAN d. Peta topografi angkatan darat, Peta badan pertanahan nasional, peta minutes dan peta-peta lain yang secara teknis dapat digunakan sebagai acuan penegasan batas;
e. Citra/foto hasil penginderaan jauh (remote sensing);
f. Kesepakatan tentang batas daerah yang pernah dibuat
pemerintah daerah yang berbatasan; dan
g. Dokumen lain yang berkaitan dengan batas wilayah
administrasi yang disepakati para pihak. PRINSIP PENEGASAN BATAS DAERAH DI DARAT
Penegasan batas daerah dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
a) Kartometrik adalah penelusuran/penarikan garis batas
pada peta kerja dan pengukuran/penghitungan posisi titik, jarak serta luas cakupan wilayah dengan menggunakan peta dasar dan peta-peta lain sebagai pelengkap.
b) Survei lapangan adalah kegiatan penentuan titik-titik
koordinat batas daerah melalui pengecekan di lapangan berdasarkan peta dasar dan peta lain sebagai pelengkap. SECARA GARIS BESAR, PENEGASAN BATAS DAERAH TERDIRI DARI 4 (EMPAT) KEGIATAN YAITU: A. PENYIAPAN DOKUMEN B. PELACAKAN BATAS C. PENGUKURAN DAN PENENTUAN POSISI BATAS D. PEMBUATAN PETA BATAS LAMPIRAN TEKNIS PEMASANGAN PILAR ATAS PILAR TIPE B (BATAS ANTAR KOTA/KABUPATEN) LAMPIRAN BERITA ACARA LAMPIRAN BERITA ACARA PELACAKAN BATAS DAERAH SECARA KARTOMETRIK TERIMA KASIH