PENDAHULUAN
Rumah
Sakit
merupakan
institusi
pelayanan
kesehatan
yang
dengan
penanganan
berkas
rekam
medis
yang
meliputi
2009 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program
jaminan kesehatan sosial (MenKes RI, 2012).
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk
mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan
berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit
pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Pelaksanaan sistem
rujukan di indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu
pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, dimana dalam
pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan
saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan
tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke
tingkat pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor
pendukung (pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini akan
berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat
(DepKes RI, 2009).
Undang-undang SJSN dan BPJS mengamanatkan kepada kita semua
komunitas kesehatan untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakat. Selain itu, pemerintah
juga harus dapat menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sampai ke daerah
terpencil dan penduduk miskin (Idris, 2014).
Namun, pada pelaksanaannya jangkauan pelayanan kesehatan belum
merata,terutama di DTPK dan miskin. Sistem rujukan pasien selama ini dirasakan
masih belum dapat menjangkau pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Akibatnya, terjadi penumpukan pasien yang luar biasa di rumah sakit besar
tertentu. Oleh karena itu, harus dikembangkan sistem rujukan yang lebih baik,
yaitu dengan mengembangkan sistem rujukan regional, yang terstruktur dan
berjenjang (KemenKes RI, 2014).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. REKAM MEDIS
1. Definisi
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269
tahun 2008 tentang Rekam Medis, yang dimaksud dengan rekam medis
adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien (Depkes RI, 2013).
riwayat penyakit
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan
Pengobatan dan/atau tindakan
Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
Persetujuan tindakan bila diperlukan.
Rekam medis untuk pasien rawat inap dan one day care sekurangkurangnya memuat:
- Identitas pasien
- Tanggal dan waktu
- Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
-
riwayat penyakit
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan
riwayat penyakit
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
Diagnosis
Pengobatan dan/atau tindakan
Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan
ketentuan
perundang-undangan
b.
d.
e.
2. Sistem Penjajaran
Dokumen rekam medis yang disimpan didalam rak penyimpanan tidak
ditumpuk melainkan disusun, berdiri sejajar satu dengan yang lain.
Menurut Bambang Shofari dalam bukunya Pengantar Sistem Rekam
Kesehatan (PSRK) tahun edisi 1998 penjajaran dokumen rekam medis
ada 3 cara yaitu :
a.
3. Sistem Penomoran
Sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis yaitu tata cara
penulisan nomor yang diberikan kepada pasien yang datang berobat
sebagai bagian dari identitas pasien yang bersangkutan. Tujuannya
yaitu :
a. Sebagai petunjuk pemilik folder yang bersangkutan.
b. Sebagai pedoman dalam tata cara penyimpanan dokumen rekam
medis.
c. Sebagai petunjuk dalam pencarian dokumen rekam medis yang
telah tersimpan di filing.
4. Sistem Penyimpanan
Dokumen rekam medis berisi data individual yang bersifat rahasia,
maka setiap folder harus disimpan dan dilindungi dengan baik karena
bertujuan untuk :
a. Mempermudah dan mempercepat ditemukannya kembali dokumen
yang disimpan dalam rak filing.
b. Mempermudah mengambil dari tempat penyimpanan.
c. Melindungi dokumen rekam medis dari bahaya pencurian,
kerusakan fisik, kimiawi dan biologis.
Ditinjau dari pemusatan atau penyatuan dokumen rekam medis maka
cara penyimpanannya dibagi menjadi dua yaitu :
10
a. Sentralisasi
Sistem
penyimpanan
suatu
sistem
Assembling
11
ke
unit
yang
bertanggung
jawab.
Untuk
Coding
Koding adalah
pemberian
penetapan
kode
dengan
Indeks
12
Filing
Filing merupakan suatu ruangan di unit rekam medis yang
bertanggung
jawab
terhadap
penyimpanan
retensi
dan
B. SISTEM RUJUKAN
1. Definisi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 001
tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan kesehatan, sistem rujukan
pelayanan kesehatan ialah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara
timbal balik baik vertikal maupun horizontal. Pengertian sistem rujukan
menurut
Sistem
Kesehatan
Nasional,
merupakan
suatu
sistem
13
kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada unit yang
lebih mampu atau secara horizontal antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya (Depkes RI, 2009). Sistem rujukan juga memiliki arti suatu
sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggungjawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau
secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya) (Dinkes
NTB, 2011).
2. Ketentuan Umum
a. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
1) Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
2) Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
3) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
b. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan
dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama.
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan
spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan
sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter
gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan sub spesialistik.
e. Dalammenjalankanpelayanankesehatan, fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan
sistem rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang
tidak sesuai dengan prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh
BPJS Kesehatan.
g. Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka
BPJS Kesehatan akan melakukan recredentialing terhadap kinerja
fasilitas kesehatan tersebut dan dapat berdampak pada kelanjutan
kerjasama.
14
tingkat
16
17
mengakibatkan
18
dan tumpang-tindihnya
dan
pendaftarannya,
penyebarluasan
informasi,
dan
Pada
dasarnya
pembentukan
Tim
Koordinasi
Sistem
Rujukan
Terpadu
akan
dijalankan
oleh
staf
dari
program-program
yang
ada.
Sistem
ini
akan
perorangan
dan
rumah
tangga,
yang
kemudian
informasi
yang
diperlukan
untuk
melakukan
20
program
tertentu,
sedangkan
pemerintah
daerah
SRT
dijalankan
21
untuk
mendukung
Kabupaten/kota
yang
menjadi
pelopor
perwakilan
penerima
manfaat
informasi,
sebagai
dewan
ketenagakerjaan,
dan
22
terjadi
implementasi
program
yang
tidak
efisien,
23
4. JenisRujukan
a. Rujukan Medis
Merupakan bentuk pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk
masalah kedokteran. Tujuannya adalah untuk mengatasi problem
kesehatan, khususnya kedokteran serta memulihkan status kesehatan
pasien.
Jenis-jenis rujukan medis:
1) Rujukan Pasien, merupakan penatalaksanaan pasien dari strata
pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih
sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.
2) Rujukan Ilmu Pengetahuan, merupakan pengiriman dokter atau
tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan kesehatan
yang lebih mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya,
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
3) Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium, merupakan bahan
pengiriman bahan-bahan laboratorium dari strata pelayan kesehatan
yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu, atau sebaliknya
untuk tindak lanjut.
b. Rujukan Kesehatan
Merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk
kesehatan masyarakat. Dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan
dan ataupun mencegah penyakit yang ada di masyarakat.
Jenis-jenis rujukan kesehatan adalah :
1) Rujukan Tenaga, merupakan pengiriman dokter/tenaga kesehatan
dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata
pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi
masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya, untuk
pendidikan dan latihan.
2) Rujukan Sarana, pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis
dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata
pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi
masalah kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak
lanjut
25
diagnosis
dan
rencana
terapinya,
merupakan
26
b. Rujukan Parsial
1) Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke
pemberi pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan
diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian
perawatan pasien di Faskes tersebut.
2) Rujukan parsial dapat berupa:
a) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
atau tindakan
b) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c) Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka
penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk
(Idris, 2014).
6. Regionalisasi Sistem Rujukan
Kabupaten/ kota dibagi dalam beberapa wilayah rujukan/region,
berdasarkan hasil mapping sarpras, SDM dan kondisi geografis, setiap
wilayah mempunyai pusat rujukan.
a. Definisi
Regionalisasi sistem rujukan adalah pengaturan sistem rujukan
dengan penetapan batas wilayah administrasi daerah berdasarkan
kemampuan pelayanan medis, penunjang dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang terstuktur sesuai dengan kemampuan, kecuali dalam
kondisi emergensi (KemenKes RI,2014) .
b. Tujuan
1) Mengembangkan regionalisasi sistem rujukan bejenjang di Provinsi
dan Kabupaten/Kota.
2) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan rujukan RS.
3) Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan rujukan sampai
kedaerah terpencil dan daerah miskin.
4) Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
rujukan RS (KemenKes RI, 2014).
27
c. Manfaat
1) Pasien tidak menumpuk di RS besar tertentu.
2) Pengembangan seluruh RS di provinsi dan kabupaten/kota dapat
direncanakan secara sistematis efisien dan efektif.
3) Pelayanan rujukan dapat lebih dekat ke daerah terpencil, miskin,
dan daerah perbatasan karena pusat rujukan lebih dekat.
4) Regionalisasi rujukan dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga
kesehatan terutama pada RS Pusat Rujukan Regional (KemenKes
RI, 2014).
d. Alur sistem rujukan regional
29
BAB III
PEMBAHASAN
Syarat dokumen rekam medis dapat disimpan yaitu apabila pada lembar
formulir rekam medis telah terisi dengn lengkap dan telah dirakit sehingga
riwayat
pasien
urut
secara
kronologis.
Apabila
ditinjau
dari
sistem
penyimpanan
ini
mengurangi
terjadinya
duplikasi
data
dalam
30
diresmikan pada tahun 2014 sehingga saat ini belum ada satu dokumen rekam
medis pun yang dimusnahkan di RSUD Kota Surakarta.
RSUD Kota Surakarta adalah rumah sakit tipe C milik pemerintah Kota
Surakarta. RSUD Kota Surakarta menjadi tujuan rujukan dari PPK 1, meliputi 17
Puskesmas di wilayah Kota Surakarta. Selain itu, RSUD Kota Surakarta dapat
merujuk pasien ke rumah sakit tipe B, meliputi Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta,
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, dan Rumah Sakit Dr OEN
Surakarta.Rujukan dari RSUD Kota Surakarta ini dilakukan secara horizontal
maupun vertikal. Rujukan vetikal ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, yaitu
rumah sakit tipe B apabila pasien perlu penanganan lebih lanjut dokter spesialis
atau dokter gigi spesialis serta sub spesialis terbatas yang menggunakan
pengetahuan danteknologi kesehatan spesialistik. Sedangkan rujukan ke rumah
sakit tipe A dilakukan apabila pasien perlu penanganan lebih lanjut dokter sub
spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan
dan
regionalnya maupun pasien umum asalkan keluhan pasien sesuai dengan daftar
penyakit-penyakit yang termasuk kegawatdaruratan. Rujukan internal dari IGD
dapat dilakukan ke poli atau rawat inap RSUD Kota Surakarta. Rujukan internal
dapat juga dilakukan antar poli di RSUD Kota Surakarta maupun poli lainnya.
31
terkendala oleh
karena secara psikologis pasien yang sudah di rujuk ke rumah sakit, tidak bersedia
dikembalikan lagi ke puskesmas karena menganggap bahwa pelayanan kesehatan
primer seperti puskemas kurang baik seperti sarana penunjang diagnostik serta
terapi yang kurang memadai. Hal ini juga dapat disebabkan pihak dokter spesialis
di rumah sakit kadang tidak mau merujuk kembali.
.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. RSUD Kota Surakarta merupakan rumah sakit umum daerah C yang
dimiliki Pemerintah Kota Surakarta.
2. Sistem penyimpanan dokumen rekam medis yang dilakukan di RSUD
Kota Surakarta dilakukan dengan sistem sentralisasi.
3. Kapasitas penyimpanan ruang rekam medis di RSUD Kota Surakarta
masih belum memadai.
4. Hingga saat ini belum ada satu dokumen rekam medis pun yang
dimusnahkan di RSUD Kota Surakarta
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Asmawati AS. Diktat Kuliah Administrasi Rumah Sakit Sesi 8 tentang Rekam
Medis. Jakarta: Program Diploma III Perumahsakitan Fakultas
Kedokteran Indonesia; 2011.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009). Sistem Kesehatan Nasional.
Jakarta.
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/KEPMENKES_3742009_TTG_SKN-2009.pdf - diunduh November 2015.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006). Manual Rekam Medis.
Jakarta.
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/handle/123456789/714.pdf
diunduh Mei 2016.
Dinas Kesehatan Kota Jakarta (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55
Tahun
2013
tentang
Pekerjaan
Perekam
Medis.
http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-menterikesehatan-nomor-55-tahun-2013-tentang-pekerjaan-perekam-medis.pdf diunduh Mei 2016.
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2011. Petunjuk Teknis Sistem
Rujukan
Pelayanan
Kesehatan
Provinsi
Nusa
Tenggara
Barat.https://servicedeliveryighealth.files.wordpress.com/2011/12/buku_ruj
ukanbinder.pdf - diunduh November 2015.
Hardiani RD. Juknis Rekam Medis Kuliah Manajemen Sistem Rekam Medis
Rumah Sakit. Jakarta: Program Diploma III Perumahsakitan Fakultas
Kedokteran Indonesia; 2012.
Idris, Fachmi (2014). Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang. Jakarta:
BPJS Kesehatan.
35
36
LAMPIRAN
37
38