SELULITIS
Disusun Oleh :
Agun Fauji
P1337420214014
1. Pengertian Selulitis
Selulitis berasal dari kata cellule yaitu susunan tingkat sel, dan kata itis yaitu
peradangan, yang berarti adanya peradangan yang ternyata pada suatu tingkatan sel.
Pengertian lain dari selulitis adalah suatu kelainan kulit berupa infiltrat yang difus di daerah
subkutan dengan tanda tanda radang akut. Selulitis merupakan inflamasi jaringan
subkutan dimana proses inflamasi yang umumnya dianggap sebagai penyebab adalah
bakteri S.aureus dan atau Streptococcus (Muttaqin,2008). Selulitis adalah infeksi bakteri
yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner dan Suddarth, 2002).
Selulitis adalah peradangan menjalar dan akut pada kulit dan terutama mengenai
jaringan subkutan yang lebih dalam. Paling sering penyebabnya adalah Streptococcus dan
Staphylococcus aureus.(Dewi, 2007)
Istilah selulitis digunakan suatu penyebaran oedematus dari inflamasi akut pada
permukaan jaringan lunak dan bersifat difus (Neville, 2004). Selulitis dapat terjadi pada
semua tempat dimana terdapat jaringan lunak dan jaringan ikat longgar, terutama pada
muka dan leher, karena biasanya pertahanan terhadap infeksi pada daerah tersebut kurang
sempurna
Jadi selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam yang disebabkan oleh
bakteri Stapilokokus
aureus, Strepkokus
grup
A danStreptokokus
2. Klasifikasi Selulitis
piogenes.
Dengan
Ludwigs Angina
Selulitis Kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena
terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada
pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang
adekuat atau tanpa drainase.
tetapi
Pseudophlegmon.
3.Etiologi
bila
hanya
mengenai
satu
sisi/
unilateral
disebut
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus aureus
dan Streptokokus beta hemolitikusgrup A sedangkan penyebab selulitis pada anak adalah
Haemophilus
influenzatipe
(Hib),
Streptokokus
beta
hemolitikusgrup
A,
dan
obat
dan
alkohol.
Mengurangi
sistem
immun
sehingga
Meningkatnya
Sirkulasi darah
menurun
Abrasi kulit
Immunodeficiency
Infeksi jamur kulit
Membuka celah
Diabetes Mellitus
Pembengkakan
Peningkatan kadar
gula darah
Luka Terbuka
Lymphedema
Kulit terluka
Sirkulasi darah
pada ekstremitas
Risiko terluka
POE bakteri
Kurangnya
paparan informasi
Selulitis
Interitas jaringan
tidak utuh
Kerusakan
Interitas jaringan
Mekanisme
Kalor
Dolor
Rubor
Tumor
Fungsiolesa
Proses fagositosis
Akselerasi/
Deakselerasi saraf
jaringan sekitar
luka
Hipotermi
Hiperplasia
jaringan ikat
Intoleransi
jaringan/ organ
Odem jaringan
Intoleransi
Hipertermi
Gangguan rasa
nyaman
Nyeri akut
Eritema lokal
Gangguan Citra
Penekanan
Gangguan rasa
nyaman
5. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua bentuk
ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran
perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan
demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai
limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal
(flegmon, nekrosis atau gangren).
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan
malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema), color
(hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas
tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat
ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik. Ditemukan pembesaran kelenjar
getah bening regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi biasanya
ditemukan leukositosis.
Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala prodormal berupa:
malaise
anoreksia;
demam, menggigil
cepat, sebelum
streptococcus,
limfadenitis,
endokarditis
bakterial
subakut).
Kerusakan
7. Penatalaksanaan Medis
7.1Pada pengobatan umum kasus selulitis, faktor hygiene perorangan dan lingkungan harus
diperhatikan.
7.2 Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan selulitis
7.2.1 Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a. Penisilin G prokain
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan
obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besr perlu
dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi karena
tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering terjadi syok
anafilaktik.
b. Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-100
mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c. Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan. Juga cepat
absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma lebih
tinggi.
d. Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin.
Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anakanak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
7.2.2 Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu
dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-60
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai
20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma
disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping yang disebut di
kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar
tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar,
efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian per oral tidak terlalu dihambat oleh adanya
makanan dalam lambung.
7.2.3 Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan
linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering memberi rasa tak
enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4
dosis.
7.2.4 Sefalosporin
Pada selulitis yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan
tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk kuman
positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV.Contohya sefadroksil dari generasi I dengan
dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan
dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
7.3 Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan selulitis. Obat
topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi
resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin.
Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram. Neomisin, yang di negeri barat
dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol
tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut
digunakan sebagai salap atau krim.
Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus
1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yang dilarutkan 10 x. yang terakhir ini
lebih efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol
mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.
Pada kasus yang berat, dengan kematian jaringan 30 % (necrotizing fasciitis) serta memiliki
gangguan medis lainnya, hal yang harus dilakukan adalah operasi pengangkatan pada
jaringan yang mati ditambah terapi antibiotik secara infuse, pengangkatan kulit, jaringan,
dan otot dalam jumlah yang banyak, dan dalam beberapa kasus, tangan atau kaki yang
terkena harus diamputasi.
7.4 Penatalaksanaan Keperawatan
a. Untuk mengurangi edema dan nyeri, direkomendasikan untuk elevasi / meninggikan
dan mengistirahatkan ekstremitas yang mengalami keluhan.
b. Perlu dipertimbangkan hospitalisasi untuk monitoring ketat dan pemberian antibiotik
intravena pada kasus yang berat, pada bayi, pasien usia lanjut, dan pasien dengan
imunokompromis.
c. Pada kondisi yang sangat parah dengan nekrosis luas disertai supurasi, perlu
dipertimbangkan dilakukan debridement insisi dan drainase secara bedah.
d. Memberikan edukasi kepada penderita yaitu diberikan informasi mengenai
perawatan kulit dan higiene kulit yang benar, misalnya mandi teratur, minimal 2 kali
sehari, jika terdapat luka hindari kontaminasi dengan kotoran.
8. Komplikasi
Bakteremia
Nanah atau local Abscess
Superinfeksi oleh bakteri gram negative
Lymphangitis
Trombophlebitis
Ellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%.
Identitas
Menyerang sering pada lingkungan yang kurang bersih
Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil
dan malaise
b. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap
penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
c. Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah,
terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar
Jantung : Denyut jantung meningkat
Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
Integumen :
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang
kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti
kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa
ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan
(bula), yang bisa pecah.
hasil
:pasien
menampakkan
ketenangan,
ekspresi
muka
rileks
posisi
sesering
mungkin,
pertahankan
garis
tubuh
untuk
pemahaman
perkembangan
normal
Intervensi:
a. Monitor suhu sesering mungkin
DAFTAR PUSTAKA
SAKIT
TERHADAP
UMUM
BEBERAPA
PUSAT
DR.
SOERADJI
ANTIBIOTIK (Doctoral
TIRTONEGORO
dissertation,
KLATEN
Univerversitas
Muhammadiyah Surakarta).
Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.2008. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Doenges.2000.
Rencana
asuhan
keperawatan;
pedoman
untuk
perencanaan
Ariff.
2008. Asuhan
Keperawatan
Klien
Dengan
Gangguan
Sistem
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
EGC : Jakarta
Swartz MN. 2004. Cellulitis. New England Journal of Medicine. 350:904-12