Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui nyamuk terutama Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis diantaranya
kepulauan Indonesia hingga bagian utara Australia (MedlinePlus, 2013). Demam
berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk
ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes , misalnya Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak
ditemukan meyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah
menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. (depkes,2014).
DBD disebabkan oleh Arbovirus (Arthropodborn Virus) melalui gigitan nyamuk
Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty). Tanda dan gejala penyakit DBD adalah :
meningkatnya suhu tubuh, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri, sesak nafas, batuk,
epistaksis, nafsu makan menurun, mual, muntah, petekie, ekimosis, purpura, perdarahan
gusi, hematemesis, hematuria masif, melena dan syok.
Pada tahun 2014 jumlah penderita DBD Di Indonesia yang dilaporkan sebanyak
100.347 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 907 orang (IR/Angka kesakitan= 39,8
per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian= 0,9%). (Kementerian Kesehatan RI,
2014). Provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi tahun 2014 yaitu Bali sebesar
204,22, Kalimantan Timur sebesar 135,46, dan Kalimantan Utara sebesar 128,51 per
100.000 penduduk.
Seperti diketahui bahwa selama 2007 terjadi sebanyak 321 kasus DBD dan 11
orang diantaranya tak tertolong. (Dinkes KUKAR)
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah anak di Indonesia usia 0-17
tahun mencapai 81 juta jiwa lebih (34,26%) dari total penduduk (Badan Pusat Statistik,
2011). Anak selain sebagai tumpuan dan masa depan bangsa juga termasuk kelompok
yang rentan terhadap berbagai masalah kesehatan.
Setiap tahun sekitar 1,5 juta anak usia sekolah dirawat di rumah sakit karena
cedera, penyakit kronik, penyakit kongenital, jantung maupun infeksi (Potter & Perry,
2005; Mathews, 2011). Tingginya tingkat morbiditas semakin men-dorong tingginya

rawat inap anak di rumah sakit. Anak-anak yang datang ke unit gawat darurat, hampir
90% dilakukan pemasangan infus (Farion, et al., 2008).
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit terpenting dari suatu rumah sakit
yang berfungsi sebagai gerbang terdepan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan.
Kasus pasien yang datang di IGD tidak hanya pasien dewasa namun juga pasien anak.
Di IGD Erasmus MC-Sophia Childrens Hospital, Rotterdam angka kunjungan pasien
anak mencapai 9.000 jiwa per tahun dan di IGD Haga Hospital Juliana Childrens
Hospital, The Hague, angka kunjungan pasien anak mencapai 15.000 jiwa per tahun
(Veen et al., 2008). Di Indonesia, belum ada data spesifik tentang angka kunjungan
pasien anak di IGD, baik rumah sakit swasta maupun rumah sakit pemerintah.
Fenomena yang ada bahwa kebanyakan pasien anak datang di IGD disertai
dengan beberapa penyakit antara lain diare, demam berdarah dan dehidrasi berat.
Kondisi ini menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh
sehingga anak membutuhkan tindakan pemasangan infus untuk memberikan cairan
pengganti dari cairan tubuhnya yang hilang. Di IGD, perawat merupakan tenaga
kesehatan yang berperan utama dalam pemasangan infus . Seringkali perawat dihadapkan
pada kondisi sulit ketika melakukan pemasangan infus pada anak, apalagi anak rewel,
menangis, tidak kooperatif, dan juga respon keluarga yang cenderung histeris.
Perawat terkadang gagal dalam menemukan pembuluh darah vena sehingga anak
harus ditusuk beberapa kali dengan lokasi yang berbeda (Mediani et al., 2008). Padahal
prosedur tersebut menyebabkan rasa nyeri, respon menangis, menjerit, dan ketakutan
serta dampak negatif hospitalisasi pada anak.
Untuk meminimalisir dampak negatif hospitalisasi, perawat sebagai petugas
kesehatan harus mampu mengembangkan suatu modalitas keperawatan. Salah satu
modalitas keperawatan yang dapat diaplikasikan dan dikembangkan di IGD adalah
cryotherapeutic. Cryotherapeutic merupakan terapi dingin yang mampu menurunkan rasa
nyeri secara topikal analgetik pada pediatrik ketika prosedur pemasangan kateter
intravena. Salah satu cryotherapeutic yang terbukti efektif sebagai topikal analgesik pada
pediatrik adalah topikal ice pack (Richman et al., 2009). Topikal ice pack mempunyai
ketersediaan yang mudah dijangkau dan tergolong murah. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa pemberian topikal ice pack sebagai topikal analgesi kterbukti

mampu menurunkan nyeri pada pasien pediatrik ketika prosedur pemasangan kateter
intravena (Yoon et al., 2007; Movahedi et al., 2006).
Hasil dari data sementara yang didapatkan jumlah pasien yang menderita
penyakit hipertensi dari catatan medis ruang IGD Rumah Sakit Abdul Wahab
Sjahranie dari bulan Mei hingga bulan Juli tercatat ada 126 pasien hipertensi.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan masih banyaknya kunjungan
pasien dengan penyakit hipertensi, penulis tertarik untuk membuat Karya Ilmiah
Akhir Ners dengan mengangkat tentang Analisa Praktik Klinik Keperawatan Pada
Pasien Hipertensi Dengan Terapi slow stroke back massage Di Ruang instalasi
Gawat Darurat RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Untuk itu, pentingnya
pelaksanaan asuhan keperawatan pada penderita hipertensi baik itu dengan
pengobatan serta perawatan yang baik maka diharapkan dapat mencegah
terjadinya komplikasi lebih lanjut.
B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk
melaksanakan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah
akhir ners dengan judul Analisa Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien DHF Dengan
Cryotherapeutic mengggunakan ice pack terhadap penurunan nyeri pemasangan infus
pada usia sekolah Di Ruang instalasi Gawat Darurat RSUD Aji Muhammad Parikesit
Tenggarong
C Tujuan Penelitian
1 Tujuan Umum
Penulisan Karya Ilmiah Akhir-Ners (KIA-N) ini bertujuan untuk melakukan analisa
terhadap kasus kelolaan dengan penggunaan ice pack pada pasien DHF di Ruang
instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Aji Muhammad Parikesit Tenggarong
2

Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan karya ilmiah ini agar penulis mampu:
a Menganalisa masalah keperawatan dengan konsep teori terkait penyakit DHF
b Menganalisa intervensi inovasi terapi ice pack pada pasien kelolaan dengan
c

diagnosa Penyakit DHF


Memberikan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan terkait dengan

Penyakit DHF
D Manfaat Penelitian

Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana kepustakaan dan referensi
tentang DHF terhadap penurunan nyeri pemasangan infus dan sebagai bahan

bacaan diperpustakaan Stikes Muhammadiyah Samarinda


Bagi Profesi
Hasil penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan peran serta perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien hipertensi khususnya dalam menerapkan

tindakan ice pack untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Bagi Penulis
Memperoleh wawasan serta pengetahuan tentang pengaruh ice pack massage, beserta
masalah DHF dan konsep perawatannya sehingga dapat dijadikan sumber ilmu dan
wawasan oleh penulis.

Anda mungkin juga menyukai