Tutor :
dr. Aunun Rofiq, Sp.An
Kelompok G1
Previasari Zahra P.
G1A011068
M. Haris Yoga I.
G1A011069
Rizka Khairiza
G1A011070
G1A011071
JURUSAN KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepsis neonatorum merupakan istilah untuk menggambarkan respon
sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir. Perjalanan penyakit sepsis
neonatorum dapat berlangsung cepat sehinga sering tidak terpantau, tanpa
pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 48 jam (Surasmi
et al, 2003). Insidens sepsis neonatorum beragam menurut definisinya, dari 14/1000 kelahiran hidup di negara maju dengan fluktuasi yang besar sepanjang
waktu dan tempat geografis (Behrman et al, 2000). Angka kejadian sepsis
neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian utama
pada neonatus. Hal ini disebabkan karena neonatus rentan tehadap infeksi.
Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan
fagositosis dan leukosit imunitas masih rendah. Penyebab sepsis neonatorum
adalah bakteri gram positif dan gram negatif, virus infeksi, dapat masuk secara
hematogen atau infeksi ascenden (Manuaba et al, 2009).
Angka sepsis neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi dengan
berat badan lahir rendah dan bila ada faktor risiko ibu atau tanda tanda
korioamnionitis, seperti ketuban pecah lama (>18 jam), demam intrapartum ibu
(>37,5), leukositosis ibu (>18.000), pelunakan uterus dan takikardia janin
(>180 kali/menit) (Behrman et al, 2000).
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sepsis neonatorum adalah suatu bentuk penyakit yang digambarkan
dengan adanya infeksi bakteri secara sistemik pada bulan pertama kehidupan
dengan ditandai dengan hasil kultur yang positif (Bobak, 2005).
B. Etiologi dan Predisposisi
Sepsis neonatorum umumnya disebabkan oleh infeksi bakterial. Bakteri
yang tercata paling sering menyebabkan infeksi hinggasepsis diantarranya
adalah, Streptococcus Grup B, E. Coli, Staphylococcus koagulase-negatif, H.
Influenza, dan L. Monocytogenes.
C. Faktor Risiko
1. Early onset(SAPPG, 2014):
a. Kolonisasi Streptococcus Grup B pada jalan lahir
b. Ketuban pecah dini
c. Ketuban pecah terlambat
d. Kelahiran preterm
e. Infeksi traktus urinarius maternal
f. Korioamnionitis
Faktor lain yang menjadi predisposisi kejadian sepsis neonatorum onset awal
antara lain (CEC, 2013):
a. Skor APGAR bayi rendah (<6) sampai dengan 5 menit pasca kelahiran
b. Demam >38C pada ibu
c. Manajemen prenatal yang kurang baik
d. Nutrisi maternal yang kurang baik
e. Status sosial ekonomi rendah
f. Riwayat aboruts rekuren
g. BBLR
h. Partus sulit
i. Asfiksia neonatorum
j. Aspirasi mekonium
k. Anomali kongenital bayi
2. Late onset
Sepsis neonatorum onset lambat biasanya terjadi pada bayi yang
terinfeksi Staphylococcus koagulase-negatif, S. Aureus, Klebshiela,
Pseudomonas, Enterobacter, Candida, Serratia, dan bakteri anaerob. Faktor
resiko yang mendukung antara lain (SAPPG, 2014):
a. Kelahiran preterm
b. Penggunaan kateter vena sentral lebih dari 10 hari
c. Penggunaan kanula nasal atau CPAP
d. Konsumsi obat-obatan proto pump inhibitor (PPI) atau H2-receptor
blocker
contoh
darah
janin,
bahan
villi
khorion
atau
selular
sel bakteri.
Lipopolisakarida merupakan
komponen penting pada membran luar bakteri Gram negatif dan memiliki
peranan penting dalam menginduksi sepsis. Lipopolisakarida mengikat
protein spesifik dalam plasma yaitu lipoprotein binding protein (LPB).
Selanjutnya kompleks LPS-LPB ini berikatan dengan CD14, yaitu reseptor
pada membran makrofag. CD14 akan mempresentasikan LPS kepada Tolllike receptor 4 (TLR4) yaitu reseptor untuk transduksi sinyal sehingga
terjadi aktivasi makrofag (Depkes, 2007).
Bakteri Gram positif dapat menimbulkan sepsis melalui dua
mekanisme, yakni (1) dengan menghasilkan eksotoksin yang bekerja
sebagai superantigen dan (2) dengan melepaskan fragmen dinding sel
yang merangsang sel imun. Superantigen mengaktifkan sejumlah besar
sel T untuk menghasilkan sitokin proinflamasi dalam jumlah yang sangat
banyak. Bakteri Gram positif yang tidak mengeluarkan eksotoksin dapat
menginduksi syok dengan merangsang respon imun non spesifik melalui
mekanisme yang sama dengan bakteri Gram negatif. Kedua kelompok
organisme diatas, memicu kaskade sepsis yang dimulai dengan pelepasan
dan
dapat
menyebabkan
syok,
serta
pembentukan
mikrotrombi
sehingga
menyebabkan
endotel
akan
meningkatkan
jumlah
reseptor
yang mengalami cedera. Cedera pada endotel ini juga berkaitan dengan
gangguan fibrinolisis. Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah reseptor
pada permukaan sel untuk sintesis dan ekspresi molekul antitrombik.
Selain itu, inflamasi pada sel endotel akan menyebabkan vasodilatasi pada
otot polos pembuluh darah (Depkes, 2007).
yang
mempertahankan
beragam
terhadap
keseimbangan
antara
inflamasi
koagulasi
mempunyai
dan membantu
dan
fibrinolisis.
Gambar 3. Kaskade koagulasi. Disalin dengan izin dari Eli lIly dan Company
Gangguan fibrinolisis
Fibrinolisis adalah respon homeostasis tubuh terhadap aktivasi sistem
koagulasi. Penghancuran fibrin penting bagi angiogenesis (pembentukan
pembuluh darah baru), rekanalisasi pembuluh darah, dan penyembuhan luka.
Aktivator fibrinolisis [tissue-type plasminogen activator (t-PA) dan urokinasetype
plasminogen activator
(u-PA)]
untuk
product (FDP) yang mencakup D-dimer, dan sering diperiksa pada tes koagulasi
klinis. Mediator proinflamasi (TNF- dan IL-6) bekerja secara sinergis
meningkatkan kadar fibrin, sehingga menyebabkan trombosis pada pembuluh
darah kecil hingga sedang dan selanjutnya menyebabkan disfungsi multi organ.
Secara klinis, disfungsi organ dapat bermanifestasi sebagai gangguan napas,
hipotensi, gagal ginjal dan pada kasus yang berat dapat menyebabkan kematian
(Depkes, 2007).
Pada sepsis, saat aktivasi koagulasi maksimal, sistem fibrinolisis akan
tertekan. Respon akut sistem fibrinolisis adalah pelepasan aktivator plasminogen
khususnya t-PA dan u-PA dari tempat penyimpanannya dalam endotel.
Namun, aktivasi plasminogen ini dihambat oleh peningkatan PAI-1 sehingga
pembersihan fibrin menjadi tidak adekuat, dan mengakibatkan pembentukan
trombus dalam mikrovaskular.
intravascular
coagulation
(DIC)
atau
Pembekuan
kumulatif
kaskade
sepsis
menyebabkan
ketidakseimbangan
yang
lebih
dominan
terhadap
fibrinolisis,
homeostasis
Dapat
dilihat
antara
pada
Hal
ini
mekanisme prokoagulasi
dan
Gambar
fibrinolisis.
5
di
bawah
ini
F. Penegakan Diagnosis
Gambaran klinis sepsis neonatorum dikelompokkan menjadi 4 variabel, yaitu
variabel klinik, variabel hemodinamik, variabel perfusi jaringan, dan variabel
inflamasi. Kriteria diagnosis sepsis pada neonatus (Surasmi,2003)
1. Variabel Klinis
a. Suhu tubuh tidak stabil
b. Denyut nadi > 180 kali/menit atau < 100 kali/menit
c. Laju nafas > 60 kali/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen
d. Letargi
e. Intoleransi glukosa ( plasma glukosa > 10 mmol/L )
f. Intoleransi minum
2. Variabel Hemodinamik
a. TD sistolik < 50 mmHg ( bayi usia 1 hari )
b. TD sistolik < 65 mmHg ( bayi usia < 1 bulan )
3. Variabel Perfusi Jaringan
a. Pengisian kembali kapiler > 3 detik
akses
termoregulator/inkubator
segera
(SAPPG,
Antibiotik
Empirik Regimen
Intravena /IV
Usia <7 hari
Antibiotik
Usia 7 hari
Intramuskular
IM
Sepsis/
Gentamycin
Gentamycin
Gentamycin
5mg/kgBB/dosis,
5mg/kgBB/dosis,
sumber
setiap 24 jam
setiap 24 jam
setiap 24 jam
Ampicilin
Ampicilin
Ampicilin
infeksi belum
diketahui
secara pasti
setiap 6 jam
setiap 8 jam
; setiap 6 jam
(usia 7-28 hari)
Cefotaxim
Cefotaxim
50mg/kgBB/dosis 50mg/kgBB/dosis +
setiap 12 jam
setiap 8 jam
Cefotaxim
50mg/kgBB/dosis
setiap
12
jam
Acyclovir
20mg/kgBB/dosis 20mg/kgBB/dosis
setiap 8 jam
setiap 8 jam
; setiap 8 jam
(usia 7-28 hari
*Acyclovir tidak
dapat
diberikan
secara IM
Sepsis tanpa Gentamycin
Gentamycin
Gentamycin
fokus
5mg/kgBB/dosis,
5mg/kgBB/dosis,
setiap 24 jam
setiap 24 jam
setiap 24 jam
Ampicilin
Ampicilin
Ampicilin
jelas
yang 5mg/kgBB/dosis,
setiap 6 jam
setiap 8 jam
(usia <7 hari)
; setiap 6 jam
(usia 7-28 hari)
Sepis
ec Ampicilin
meningitis/
Ampicilin
Ampicilin
enncephalitis
setiap 8 jam
setiap 6 jam
setiap 8 jam
(usia <7 hari)
; setiap 6 jam
(usia 7-28 hari)
Cefotaxim
Cefotaxim
50mg/kgBB/dosis 50mg/kgBB/dosis +
setiap 12 jam
setiap 8 jam
Cefotaxim
50mg/kgBB/dosis
setiap
12
jam
Acyclovir
20mg/kgBB/dosis 20mg/kgBB/dosis
setiap 8 jam
setiap 8 jam
; setiap 8 jam
(usia 7-28 hari
*Acyclovir tidak
dapat diberikan
Sepsis
ec Gentamycin
pneumoniae
Gentamycin
Gentamycin
5mg/kgBB/dosis,
5mg/kgBB/dosis,
5mg/kgBB/dosis,
setiap 24 jam
setiap 24 jam
setiap 24 jam
Benzylpenicillin
Benzylpenicillin
Benzylpenicillin
6mg/kgBB/dosis
6mg/kgBB/dosis
6mg/kgBB/dosis
setiap 12 jam;
setiap 6 jam;
setiap
12
jam
*tambahkan
azithromycin
azithromycin
10mg/kgBB/dosis 10mg/kgBB/dosis
setiap 24 jam jika setiap 24 jam jika
curiga
infeksi curiga
Chlamydia
Sepsis
ec Gentamycin
infeksi
Chlamydia
*azithromycin
tidak
dapat
diberikan
Gentamycin
Gentamycin
UTI
5mg/kgBB/dosis,
5mg/kgBB/dosis,
5mg/kgBB/dosis,
(maternal)
setiap 24 jam
setiap 24 jam
setiap 24 jam
Ampicilin
Ampicilin
Ampicilin
setiap 6 jam
setiap 8 jam
(usia <7 hari)
; setiap 6 jam
(usia 7-28 hari)
Gentamycin
Gentamycin
Abdominal
5mg/kgBB/dosis,
5mg/kgBB/dosis,
5mg/kgBB/dosis,
(maternal)
setiap 24 jam
setiap 24 jam
setiap 24 jam
Ampicilin
Ampicilin
Ampicilin
setiap 8 jam
setiap 8 jam
(usia <7 hari)
; setiap 6 jam
(usia 7-28 hari)
Metronidazole
Metronidazole
15mg/kgBB
15mg/kgBB
loading dose;
+
Clindamycin
Lanjutkan
5mg/kgBBdosis
7,5mg/kgB/dosis
seltiap
setiap
12
jam
(diberikan 12 jam
pasca
jam
loading
dose)
Sumber: Wade, Benjamin (2011); Clinical Excellence Commission of
Children s Hospital Westmead (2013).
*pada sepsis berat akibat pneumonia, meningitis, kejang, hepatitis, ulserasi
kulit, dapat menggunakan Acyclovir atau Vancomycin
**pasien dengan gagal ginjal makan dosis dan interval terapi antibiotik
perlu disesuaikan, terutama Vancoycin, Gentamycin, dan Penicillin
III.
KESIMPULAN
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, R.E., Robert, K., Ann, M.A. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : EGC.
Bobak. 2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC.
Clinical Excellence Commiccion, 2013. Sepsis Neonatal FIRST DOSE:
Empirical Intravenous Antibiotic Guideline. Version 1.
Depkes. 2007. Penatalaksanaan Sepsis Neonatorum. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Manuaba, I.A.C., Ida, B.G.F.M., Ida, B.G..M. 2009. Buku Ajar Patologi
Obstetri. Jakarta : EGC.
South Australian Perinatal Practice Guidelines, 2014. Policy: Clinical
Guideline. SA Maternal & Neonatal Clinical Network.
Surasmi, A., Siti, H., Heni, N.K. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta :
EGC.