Anda di halaman 1dari 14

Laporan

Praktikum Mikrobiologi

Di susun oleh :
Kelompok 6

1.

Okky Dwi Nurdiyanto

(11225348)

2.

Rohmatullah

3.

Selfi Wahyu

(11225388)

4.

Widya Fitri Yoga

(11225384)

5.

Dwi Nurma Ida

(201001017)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT


MOJOKERTO
DESEMBER 2012

Kegiatan 1

PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI MIKROBA


A. Pendahuluan
Mikroba dapat di proleh hamper di setiap tempat, missal di udara, di helaian rambut, di sela-sela
gigi, di tanah dan sebagainya. Untuk mempelajari morfologi koloni mikroba, kita perlu
menangkap dan menumbuhkan pada medium lempeng terlebih dahulu. Pada umumnya mikroba
yang tertangkap pada medium lempeng ini akan tumbuh setelah 2 x 24 jam.
B. Tujuan : untuk mempelajari morfologi koloni bakteri.
C. Alat dan Bahan
Alat
Inkubator
Loupe

Bahan
2 buah medium lempeng NA

D. Cara kerja
1. Bawalah 2 pasang cawan petri berisi medium lempeng ke tempat yang banyak di lalui orang,
lalu buka tutup cawan petri selama 15menit. Kemudian tutup kembali. Lakukan pada kedua
medium lempeng.
2. Simpan medium tersebut sebuah pada suhu kamar, dan yang lain pada suhu 37C.
3. Setelah biakan berumur 1 x 24 jam / 2 x 24 jam, lakukan pengamatan terhadap koloni
mikroba yang tumbuh pada medium lempeng tersebut.
4. Hitung jumlah koloni bakteri. Koloni bakteri ditandai dengan bentuk seperti lender,tetesan
mentega,tetesan sari buah.
5. Lakukan pengamatan macam koloni bakteri yang tumbuh.
6. Lakukan pengamatan morfologi 2 macam koloni bakteri, yang meliputi :
a. Warna koloni
b. Bentuk koloni
c. Tepi koloni
d. Elevasi
e. Kepekaan koloni
f. Mengkilat/suram
g. Diameter koloni

E. Data hasil pengamatan


Ciri

Koloni 1

Koloni 2

Morfologi koloni
a. Warna koloni
b. Bentuk koloni
c. Tepi koloni
d. Elevasi koloni
e. Mengkilat/suram
f. Diameter koloni
g. Kepekatan koloni
h. Jumlah koloni
Ciri lainnya
Asal Bakteri

Putih
Bulat
Berombak
Seperti kawah
Suram
8 mm

Kuning
Berbenang-benang
Berlekuk
Seperti tombol
Suram
8 mm

Meja lt 3-2

Meja lt 3-2

F. Pembahasan
Factor yang mempengaruhi jumlah dan macam bakteri dalam suatu tempat :

Factor abiotik :
Faktor abiotik adalah faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan yang bersifat fisika
dan kimia. Di antara faktor-faktor yang perlu di perhatikan ialah suhu, pH, tekanan
osmose, pengeringan, sinar gelombang pendek, tegangan muka dan daya oligodinamik.
1. Suhu
Masing-masing mikrobia memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu pertumbuhan
suatu mikrobia dapat di bedakan dalam suhu minimum, optimum dan maksimum.
Berdasarkan atas perbedaan suhu pertumbuhannya dapat di bedakan mikrobia yang
psikhrofil, mesofil, dan termofil. Untuk tujuan tertentu suatu mikrobia perlu di tentukan
titik kematian termal (thermal death point) dan waktu kematian termal (thermal death
time)- nya.
2. pH
Mikrobia dapat tumbuh baik pada daerah pH tertentu, misalnya untuk bakteri pada pH
6,5 7,5; khamir pada pH 4,0 4,5 sedangkan jamur dan aktinomisetes pada daerah pH
yang luas. Setiap mikrobia mempunyai pH minimum, optimum dan maksimum untuk
pertumbuhanya. Berdasarkan atas perbedaan daerah pH untuk pertumbuhanya dapat
dibedakan mikrobia yang asidofil, mesofil ( neutrofil ) dan alkalofil. Untuk menahan
perubahan dalam medium sering ditambahkan larutan bufer. pH optimum pertumbuhan
bagi kebanyakan bakteri antara 6,5 dan 7,5. Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam
keaadaan sangat masam atau sangat alkalin, bila bakteri di kuitivasi di dalam suatu
medium yang mula-mula disesuaikan pHnya misal 7 maka mungkin pH ini akan berubah
sebagai akibat adanya senyawasenyawa asam atau basa yang dihasilkan selama
pertumbuhannya. Pergesaran pH ini dapat sedemikian besar sehingga mengahambat
pertumbuhan seterusnya organisme itu. Pergeseran pH dapat dapat dicegah dengan
menggunakan larutan penyangga dalam medium, larutan penyangga adalah senyawa atau
pasangan senyawa yang dapat menahan perubahan pH.

3. Kelembaban
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85C, sedangkan
untuk jamur dan aktinomises diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80C. Kadar
air bebas didalam lautan (aw) merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air
larutan dengan tekanan uap air murni, atau 1/100 dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk
bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90 0,999 sedangkan untuk bakteri halofilik
mendekati 0,75. Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk
waktu yang lama seperti dalam bentuk spora, konidia, arthrospora, klamidospora dan
kista. Seperti halnya dalam pembekuan, proses pengeringan protoplasma, menyebabkan
kegiatan metaobolisme terhenti. Pengeringan secara perlahan-lahan menyebabkan
perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya dengan naiknya
kadar zat terlarut.
4. Tekanan osmosis
Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di dalam larutan yang hipertonis.
Karena sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisa. Didalam larutan yang hipotonis sel
mengalami plasmoptisa yang dapat di ikuti pecahnya sel. Beberapa mikrobia dapat
menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang tinggi; tergantung pada larutanya dapat
dibedakan jasad osmofil dan halofil atau halodurik. Medium yang paling cocok bagi
kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri di
tempatkan di dalam suatu larutan yang hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan
mengalami plasmolisis. Larutan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah benar
menyebabkan terjadinya plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam
air suling akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri, dengan
kata lain, bakteri dapat mengalami plasmoptisis. Berdasarkan inilah maka pembuatan
suspense bakteri dengan menggunakan air murni itu tidak kena, yang digunakan
seharusnyalah medium cair.
Jika perubahan nilai osmosis larutan medium tidak terjadi sekonyongkonyong, akan
tetapi perlahan-lahan sebagai akibat dari penguapan air, maka bakteri dapat
menyesuaikan diri, sehingga tidak terjadi plasmolisis secara mendadak.
5. Senyawa toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li, dan Pb. Walaupun pada kadar sangat
rendah akan bersifat toksis terhadap mikroorganisme karena ion-ion logam berat dapat
bereaksi dengan gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah
disebut daya ologodinamik. Anion seperti sulfat tartratklorida, nitrat dan benzoat
mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroorganisme. Karena adanya perbedaan sifat
fisiologi yang besar pada masing-masing mikroorganisme maka sifat meracun dari anion
tadi juga berbeda-beda. Sifat meracun alakali juga berbeda-beda, tergantung pada jenis
logamnya. Ada beberapa senyawa asam organik seperti asam benzoat, asetat dan sorbet
dapat digunakan sebagai zat pengawet didalam industry bahan makanan. Sifat meracun
ini bukan disebabkan karena nilai pH, tetapi merupakan akibat langsung dari molekul
asam organik tersebut terhadap gugusan didalam sel.

6. Tegangan Muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaannya akan menyerupai
membran yang elastis, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme.
Protoplasma mikroorganisme terdapat didalam sel yang dilindungi dinding sel. Dengan
adanya perubahan bahan pada tegangan muka dinding sel, akan mempengaruhi
permukaan protoplasma, yang akibatnya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perubahan bentuk morfologinya. Bakteri yang hidup didalam alat pencernaan dapat
berkembangbiak didalam medium yang mempunyai tegangan permukaan relatif rendah.
Tetapi kebanyakan lebih menyukai tegangan permukaan yang relatif tinggi.
7. Tekanan Hodrostatik dan Mekanik
Beberapa jenis mikroorganisme dapat hidup didalam samudra pasifik dengan tekanan
lebih dari 1208 kg tiap cm persegi, dan kelompok ini disebut barofilik. Selain itu tekanan
yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya beberapa reaksi kimia, sedang tekanan
diatas 7500 kg tiap cm persegi dapat menyebabkan denaturasi protein. Perubahanperubahan ini mempengaruhi proses biologi sel jasad hidup.
8. Kebasahan dan kekeringan
Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam
air. Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di sebabkan
karena kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baiklah bagi kehidupan
bakteri. Banyak bakteri menemui ajalnya, jika kena udara kering. Meningococcus, yaitu
bakteri yang menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu kurang daripada satu jam,
jika digesekkan di atas kaca obyek. Sebaliknya,spora-spora bakteri dapat bertahan
beberapa tahun dalam keadaan kering.
9. Sinar gelombang pendek
Sinar-sinar yang mempunyai panjang gelombang pendek (misalnya sinar, sinar Ultra
violet, sinar gama), mempunyai daya penetrasi yang cukup besar terhadap mikribia.
Sinar-sinar tersebut dapat menyebabkan kematian. Perubahan genetik (mutasi) atau
penghambatan pertumbuhan mikrobia. Sinar-sinar tersebut banyak digunakan di dalam
praktek sterilisasi dan pengawetan bahan makanan. Kebanyakan bakteri tidak dapat
mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat berbahaya bagi kehidupannya. Sinar
yang nampak oleh mata kita, yaitu yang bergelombang antara 390 m sampai 760 m ,
tidak begitu berbahaya; yang berbahaya ialah sinar yang lebih pendek gelombangnya,
yaitu yang bergelombang antara 240 m sampai 300 m . Lampu air rasa banyak
memancarkan sinar bergelombang pendek ini. Lebih dekat, pengaruhnya lebih buruk.
Dengan penyinaran pada jarak dekat sekali, bakteri bahkan dapat mati seketika, sedang
pada jarak yang agak jauh mungkin sekali hanya pembiakannya sajalah yang terganggu.
Spora-spora dan virus lebih dapat bertahan terhadap sinar ultra-ungu.

G. Kesimpulan

Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :
1.Organisme multiselluler
2.Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )
3.Umumnya tidak memiliki klorofil
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya
memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
6. Hidup bebas atau parasit
7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut
dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan
8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung
peptidoglikan
- Bentuk dan Ukuran Bakteri
Bentuk dan Ukuran bakteri bervariasi, ukurannya berkisar 0.4-2.0m
Bentuk Bakteri
Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia)
serta terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil.
Morfologi bakteri berbeda dengan yang lainnya karena mempunyai sifat yang berbeda
yaitu uniseluler sehingga disini terlihat bakteri sangat kecil sekali ukurannya bila
dibandingkan dengan yang lainnya, maka dari itu diperlukan perbesaran yang kuat dan
ditambah minyak imersi untuk memperjelas bentuk morfologi dari bakteri tersebut.

Kegiatan 2

PEWARNAAN BAKTERI SCARA GRAM

A. Pendahuluan
Pewarnaan secara gram merupakan salah satu prosedur yang penting dan paling banyak
digunakan dalam klasifikasi bakteri. Dengan metode ini, bakteri dapat menjadi 2 kelompok besar,
yaitu :
1. Bakteri Gram positif, yang berwarna ungu pada akhir pewarnaan
2. Bakteri Gram negatif, yang berwarna merah pada akhir pewarnaan
Karena kemampuannya membedakan suatu kelompok bakteri tertentu dari kelompok lainnya,
maka pewarnaan ini juga disebut pewarnaan diferensial.
B. Tujuan :
1. Memperoleh kemampuan pewarnaan bakteri secara gram.
2. Dapat menentukan sifat bakteri gram dari bakteri yang diperiksa.
3. Dapat menentukan bentuk sel bakteri.
C. Alat dan Bahan
Alat

1 Mikroskop
2 kaca benda
1 mangkuk pewarna
2 kawat penyangga
Pipet
Pinset
Lampu spiritus
Botol penyemprot

Bahan

Aquades steril
Piaraan murni bakteri umur 1x24 jam
L ammonium oksalat
Kertas penghisap
Korek api
Alcohol 95%
Lisol
Sabun cuci
L safranin
L iodium

D. Prosedur kerja
1. Sediakan kaca benda yang bersih, lalu lewatkan di atas api lampu spiritus.
2. Teteskan setetes aquades steril di atas kaca benda tersebut.
3. Secara aseptic ambilah inokulum bakteri yang akan diperiksa, lalu letakkan di atas tetesan
aquades, kemudian ratakan perlahan-lahan.
4. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan tersebut di atas nyala api lampu spiritus
dengan cepat.
5. Letakkan di atas kawat penyangga yang berada di atas mangkuk pewarna, lalu teteskan
larutan Ammonium Oksalat Kristal violet di atas sediaan tersebut. Tunggu 1 menit.
6. Buanglah kelebihan zat warna tersebut ke dalam mangkuk dan bilaslah sediaan dengan air
kran.
7. Teteskan larutan iodium di atas sediaan lalu tunggu 2 menit.
8. Buang kelebihan larutan iodium ke dalam mangkuk lalu bilas dengan air kran.
9. Teteskan alcohol 95% di atas sediaan, lalu biarkan 1 menit.
10. Buanglah sisa alcohol itu ke dalam mangkuk dan bilaslah sediaan dengan air kran.
11. Teteskan larutan safranin di atas sediaan, lalu biarkan selama 30 detik.
12. Buang kelebihan larutan safranin ke dalam mangkuk, lalu bilas dengan air kran.

13. Keringkan sediaan itu secara hati-hati dengan kertas penghisap, lalu periksalah di bawah
mikroskop. Jika teknik pewarnaan berhasil dengan baik, maka sel-sel bakteri yang bersifat
gram positif akan berwarna ungu, sedangkan gram positif berwarna merah.
14. Tentukan sifat gram dari sel-sel bakteri yang berasal dari masing-masing koloni yang
diperiksa.
15. Amatilah dan tentukan bentuk sel bakteri dari masing-masing koloni.
16. Hasil pengamatan di tulis dalam lembar kerja.
E. Data hasil pengamatan
No

Warna sel

Bentuk sel

Merah (Gram Negatif)

Basil (Sterptobasil)

Ungu (Gram Positif)

Kokus (Monokokus)

Mococus gram positif

Streptobasil gram negatif

F. Pembahasan
perbedaan reaksi dan hasil pewarnaan antara gram positif dan gram negatif beserta
proses kimiawi dalam proses pewarnaan gram

Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur


warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu
preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka
semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam
encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan
ciri yang khas bagi suatu spesies.
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan
struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan
menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah
difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan
perbedaan di antara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel microbe disebut teknik

pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian


dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam
pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul.
Macam-macam pewarnaan:
1. Pewarnaan negatif
- Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar belakang
- Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, seperti spirochaeta
Cara pewarnaan negatif
- Sediaan hapus teteskan emersi lihat dimikroskop
Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar
belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan
transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan
ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang
keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk
agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini
menggunakan cat nigrosin atau tinta cina.
2. Pewarnaan sedehana
- Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin)
- Tujuan hanya untuk melihat bentuk sel
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Berbagai
macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan
dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya
digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa)
sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat
alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif).
3. Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini dilakukan pada bakteri tahan asam dalam proses warna akibat Alkoholasam, dan penggunaan pembalik warna pada tahap akhir dari proses sehingga
menghasilkan warna merah.
4. Pewarnaan structural/khusus
- Untuk mewarnai struktur khusus/tertentu dari bakteri kapsul, spora, flagel dll
i)
Pewarnaan kapsul
Pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat
sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan
dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar
belakang. Yang berwana biru gelap.
ii)
Pewarnaan spora
Dinding spora relative tidak permeable, namun zat warna bias menembusnya dengan
cara memanaskan preparat.
iii) Pewarnaan flagel
Pewarnaan flagel dengan memberi suspense koloid garam asam tanat yang tidak stabil,
sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
iv) Pewarnaan nucleoid
Pewarnaan nucleoid menggunakan pewarna fuelgen yang khusus untuk DNA.
5. Pewarnaan diferensial

- menggunakan lebih dari satu macam zat warna


- Tujuan untuk membedakan antar bakteri
- Contoh: Pewarnaan Gram, Pewarnaan Bakteri Tahan Asam
Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop,
memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam
bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang
khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme
dengan sekitarnya.
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies
bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan
sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan
penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (18531938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus
dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat
tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya.
Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak
mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri
tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus
Nocardia. Bakteribakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat
lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut
relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut
tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.

G. Kesimpulan

Pewarnaan bakteri digunakan untuk memperlihatkan atau mempelajari kontras antar sel
dan latar belakangnya sehingga dapat mempertsjsm bentuk sel-sel mikroba.

Pengecatan gram termasuk pengecatan differensial yang digunakan untuk


membedakan gram positif dan gram negative.

Pada pengecatan, digunakan 4 larutan, yaitu: Kristal violet, iodine, alcohol. Dan
safranin
Bakteri yang bersifat gram positif dapat mengikat dengan kuat ungu dari krostal
violet, sedangkan bakteri yang bersifat gram negative tidak dapat mengikat warna
ungu dari Kristal violet biasa akan berwarna merah atau merah muda setelah
diamati pad mikoskop.

Klasifikasi Bakteri
1. Bakteri berbentuk kokus (bulat)
2. Bakteri berbentuk batang
3. Bakteri berbentuk lengkung
4. Bakteri yang termasuk kelompok khusus

Kegiatan 3

PEWARNAAN KAPSULA BAKTERI


A. Pendahuluan
Kebanyakan bakteri mengeluarkan lendir pada permukaan selnya, melapisi dinding sel. Jika
lapisan lendir cukup tebal dan kompak, maka disebut kapsula. Pada beberapa jenis bakteri,
adanya kapsula ini menunjukkan sifat virulen. Kapsula bakteri tidak berwarna, sehingga perlu
dilakukan pewarnaan khusus agar dapat diamati di bawah mikroskop cahaya dengan jelas.
B. Tujuan : Untuk mengetahui adanya atau tidak adanya kapsula bakteri.
C. Alat dan Bahan

Alat

Mikroskop
Kaca benda
Lampu spiritus
Mangkuk pewarna
Kawat penyangga
Jarum inokulasi berkolong
Pinset
Korek api

Bahan
Biakan bakteri
Tinta cina merk pelican
Aquades steril
Larutan Kristal violet 0,5%
Larutan CuSO, 5HO 20%
Kertas penghisap
Alcohol
Sabun cuci
Lisol
Lap

D. Cara kerja
Cara 1 : pewarnaan langsung/positif
1. Sediakan kaca benda bersih, lalu lewatkan di atas nyala api lampu spiritus.
2. Teteskan satu ose aquades steril di atas kaca benda itu.
3. Secara aseptic inokulasikan bakteri yang akan diperiksan di atas tetesan aquades itu, lalu
ratakan perlahan-lahan.
4. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan tersebut di atas nyala api spiritus dengan
cepat.
5. Teteskan larutan Kristal violet di atas sediaan. Kemudian tunggu 1 menit.
6. Jepitlah kaca benda sediaan itu dengan pinset , lalu bilas sediaan dengan larutan CuSo.
5HO.
7. Keringkan sediaan dengan menggunakan kertas penghisap dengan hati-hati agar tidak
merusak sediaan.
8. Amatih sediaan di bawah mikroskop, sel akan berwarna biru tua/ungu. Apabila di sekeliling
sel terdapat bayangan berwarna biru muda, berarti bakteri tersebut mempunyai kapsula.

E. Data hasil pembahasan


No
1
2

Jenis pewarnaan
Langsung
Tak langsung
Langsung
Tak langsung

Warna sel vegetatif

Warna kapsula

Bakteri berkapsula

Bakteri tak berkapsula

F. Pembahasan

a. fungsi kapsula bagi bakteri


Kapsul merupakan lapisan lender yang menyelubungi dinding sel. Fungsinya untuk
pertahanan diri dan cadangan makanan. Tidak semua bakteri berkapsul.
b. Hubungan antara kapsula dan virulensi bakteri
Semakain tebal kapsul maka virulensinya semakin kuat dan sebaliknya

G. Kesimpulan

Kapsul bakteri tidak dapat di cat karena sifatnya yang tidak permanen, sebab
kapsul tersebut merupakan ekskresi dari dinding sel bakteri.
Kapsul bakteri berfungsi sebagai pelindung dari pengaruh luar yang
merugikan bakteri tersebut, sebagai cadangan makanan, patogenitas (sumber
penyakit).

Daftar pustaka
1. http://idonkelor.blogspot.com/2009/03/bakteri-definisi-klasifikasistruktur.html
2. http://zaifbio.wordpress.com/category/mikrobiologi/
3. http://feni-mikrobiologi.blogspot.com/2011/01/pewarnaan-bakteri.html

4. http://rudyregobiz.wordpress.com/bakteri-gram-dan-pewarnaannya-2/
5. http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2009/09/struktur-sel-bakteri-dancara.html
6. http://dwipoenya.wordpress.com/2010/11/04/pewarnaan-kapsul/
7. http://mohamaddiontiara.multiply.com/journal/item/43?&show_
interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

Anda mungkin juga menyukai