Anda di halaman 1dari 18

POLISITEMIA

POLISITEMIA
Klasifikasi dari
polisitemia:
Polisitemia
sekunder /
Polisitemia fisiologis
Polisitemia vera
(eritremia)
Polisotemia Relatif

POLISITEMIA
POLISITEMIA VERA
suatu penyakit yang tidak diketahui
penyebabnya
POLISITEMIA SEKUNDER
suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat
berkurangnya saturasi oksigen misalnya pada
kelainan jantung bawaan, penyakit paru dan lainlain, atau karena peningkatan kadar eritropoietin
misal pada tumor hati dan ginjal yang
menghasilkan eritropoietin berlebihan
POLISITEMIA RELATIF
suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat
kehilangan plasmanya misal pada luka bakar.

POLISITEMIA
SEKUNDER / FISIOLOGIS
Peningkatan jumlah SDM akibat terlalu
sedikitnya O2 dalam atmosfer atau
kegagalan pengiriman O2 ke jaringan,
misalnya pd klien DC
(Guyton, 1997)
Terjadi pada penduduk yang hidup di
ketinggian 2 km dari permukaan laut,
jumlah SDM 6-7 juta/mm3 dng kadar
hemoglobin kira-kira 1 g/dl lebih tinggi

POLISITEMIA VERA
Keadaan dimana jml SDM dpt mencapai 7-8
juta/mm3 dng hematokrit 60-7-%, viskositas
darah bisa meningkat dari 3 x vis. Air
menjadi 10 x vis. Air.
(Guyton, 1997)
Kelainan proliferatif dimana semua sel
sumsum tulang seolah telah terlepas dari
mekanisme N. Jumlah SDM, SDP, dan
trombosit dlm darah perifer meningkat.
Peningkatan konsentrasi sel darah merah
melebihi 6 juta/mm3
(Smeltzer, 2001)

POLISITEMIA VERA
Peningkatan jumlah dan
volume SDM (eritrosit)
secara bermakna 6-10
juta/ml diatas ambang
batas N dlm sirkulasi darah
tanpa memperdulikan jml
leukosit atau trombosit
(FKUI, 2001)

Etiology
Unknown
Penyimpangan gen
terjadi pada jalur
sel hemositoblastik

Clinical
manifestations
Ruddy complexion
Hepatosplenomegaly
Headache
Dizziness
Increase blood volume Fatigue with
blurred vision
Pruritus
Increase blood viscosity angina,
claudication, thrombophlebitis

PENGARUH POLISITEMIA PADA SISTEM SIRKULASI


HCT me

Viskositas darah me

Aliran darah sangat lambat


aat akan memasuki pleksus
Volume darah me Hanya 1/3 dr pasien tek.
Vena (P. vera)
Arterinya me
Meningkatkan aliran balik ke vena

Hb yg >>
Sakit kepala, pusing,
mengalami deoksigenasi
Pandangan kabur
Curah jantung jauh dr normal

Menyebabkab warna biru


pada kulit

Wajah kemerah-merahan dg
Kulit warna kebiru-biruan
(sianotik)

Angina, klaudikasio, tromboflebitis

PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah
menurunkan kekentalan darah yg tinggi
Flebotomi agar kadar hemoglobin dlm
batas normal
Obat fosforradioaktif atau kemoterapi
dapat dipakai u/ menekan fungsi sumsum
tetapi dapat meningkatkan risiko lekemia
Apabila pasien mengalami peningkatan
kadar asam urat, dapat diberikan alopurinol
Antihistamin dapat diberikan u/ menangani
gatal-gatal

PHLEBOTOMY

PENGKAJIAN
Subyektif
Keluhan haus, lemah, gatal-gatal, pusing,
pandangan kabur, nyeri pada sendi,
perdarahan (epitaksis, dan ekimosis)
Riwayat penyakit jantung, ginjal, dan paru
Riwayat cedera terutama luka bakar yang
parah

PENGKAJIAN
Obyektif
Muskoloskeletal perubahan struktur
kulit (kasar), ekimosis (ruddy complexion),
pruritus
Kardiovaskular pe BP, HR, RR,
dyspnea, tromboplebitis, aritmia
Hepatosplenomegali
Pe jml eritrosit, Ht, asam urat

NURSING DIAGNOSIS
Kelebihan cairan tubuh b/d peningkatan
jml SDM dan Hematokrit
Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan
transport O2 akibat penggumpalan
eritrosit
Nyeri b/d iskemia organ-organ tubuh dan
peningkatan asam urat darah
Gangguan integritas kulit b/d defisiensi
asam folat dan vit. B12

NURSING DIAGNOSIS
Gangguan rasa nyaman: gatal b/d
timbulnya pruritus akibat peningkatan
sensitivitas kulit
Resti injury b/d penurunan penglihatan
akibat peningkatan volume cairan tubuh
Resti terjadi emboli b/d peningkatan jml
trombosit
Resti perdarahan b/d terjadinya agregasi
trombosit

INTERVENSI
Observasi TTV terutama saat
akan dilakukan flebotomi
(pengambilan darah dari
vena)
Observasi intake-output
mencegah kelebihan cairan
Anjurkan latihan rom aktif
untuk mencegah
terbentuknya trombus
Tingkatkan support sistem
yang ada untuk
meningkatkan motivasi klien
untuk menjalankan prosedur
pengobatan

INTERVENSI
Kolaborasi pemberian analgetik bila klien
merasa nyeri (chest pain, dyspnea)
Kolaborasi pemberian alopurinol
(pencegahan terjadinya GOUT)
Kolaborasi pemberian antihistamin
(penanganan pada pruritus)
Kemoterapi dng obat fosfor radioaktif

Anda mungkin juga menyukai