17 Venti Kusuma Dan Novilahsari
17 Venti Kusuma Dan Novilahsari
Abstrak : Salah satu yang menyebabkan Angka Kematian Ibu adalah kanker serviks.
Indonesia merupakan negara di ASEAN yang menduduki peringkat teratas untuk total
kematian kanker serviks. Data di RSUD M. Yunus Bengkulu pada tahun 2011 jumlah wanita
usia subur yang datang ke poli Kebidanan RSUD M. Yunus sebanyak 2.733 orang, yang
menderita kanker serviks sebanyak 0,65% dan yang melakukan pap smear sebanyak 0,58%.
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan pemeriksaan penunjang misalnya
pap smear . Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya merupakan
yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak
mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri (Sukaca, 2009). Tujuan penelitian ini
adalah diketahui hubungan pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan keinginan
melakukan pap smear di RSUD M. Yunus Bengkulu Tahun 2012. Desain penelitian ini
menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah
WUS yang datang ke poli sejumlah 96 orang, pengambilan sampel dengan accidental sampling. Data
yang digunakan menggunakan data primer yang diperoleh langsung dengan membagikan kuesioner.
Selanjutnya data dianalisa dengan analisa univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (74,0%) mempunyai pengetahuan kurang
tentang kanker serviks. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang kanker serviks
dengan keinginan ibu melakukan pap smear (p=0,00)
meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang pemeriksaan papsmear sebagai deteksi dini resiko kanker
cervik terutama wanita dengan faktor resiko.
terjadi sekitar 20.000 kematian ibu diseluruh wilayah Indonesia (Depkes RI, 2002). Tingginya
AKI dengan penurunan yang lambat yaitu 425 per 100.000 kelahiran hidup pada 1992 menjadi
228 pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Salah satu yang menyebabkan Angka Kematian Ibu
adalah kanker serviks (Depkes RI, 2002).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, saat ini penyakit kanker serviks
menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada
perempuan di dunia. Di seluruh dunia, kasus penyakit kanker serviks ini sudah dialami oleh
1,4 juta wanita. Seorang wanita meninggal tiap 2 menit akibat kanker serviks. Angka kematian
mencapai 270.000 kematian setiap tahunnya di dunia. Tingginya angka ini biasanya
disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kesadaran akan bahaya kanker serviks. Terdapat
lebih dari 40.000 kasus baru kanker serviks dengan kisaran angka kematian yang menembus
angka 22.000 pada wanita di Asia Tenggara (Globocan, 2002).
Indonesia merupakan negara di ASEAN yang menduduki peringkat teratas untuk total
kematian kanker serviks pada wanita dan ditambah dengan angka kasus baru sekitar 20 kasus
per hari (Globocan, 2002). Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia. Kanker serviks adalah kanker yang terjadi
pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang terletak antara rahim
(uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah
berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang
wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Sukaca, 2009).
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan pemeriksaan penunjang
misalnya pap smear. Pap smear adalah pemeriksaan epitel porsio dan endoservik uteri untuk
pemantauan adanya perubahan diporsio atau serviks pada tingkat pra ganas dan ganas. Wanita
yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya merupakan yang tinggi aktivitas
seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas
seksualnya memeriksakan diri (Sukaca, 2009).
Penelitian Andrijono (2007), tentang vaksinasi HPV merupakan pencegahan primer
kanker serviks, menunjukkan bahwa Vaksinasi HPV memberi perlindungan terhadap infeksi
HPV sebesar 89%. Menurut Notoatmodjo (2007), faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang dalam kesehatan salah satunya pengetahuan. Pengetahuan merupakan faktor penting
dalam mempengaruhi perilaku dan terbentuknya tindakan seseorang dalam memperbaiki diri
sendiri. Perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang
tidak didasarkan oleh pengetahuan. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang
kanker serviks akan melakukan tes pap smear untuk memeriksakan dirinya, sebaliknya pada
ibu yang mempunyai pengetahuan kurang akan kurang tanggap terhadap tes pap smear. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Vinar (2009) tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu
mengenai pap smear dengan praktik pemeriksaan pap smear di wilayah RW X Kelurahan
Manyaran Semarang, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan ibu mengenai pap smear dengan praktik pemeriksaan pap smear.
Data di RSUD M. Yunus Bengkulu pada tahun 2011 jumlah wanita usia subur yang
datang ke poli Kebidanan RSUD M. Yunus sebanyak 2.733 orang, yang menderita kanker
serviks sebanyak 18 orang (0,65%) dan yang melakukan pap smear sebanyak 16 orang
(0,58%). Survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 27 Februari 2012 di poli
Kebidanan RSUD M. Yunus, dari 18 orang wanita usia subur hanya 1 orang yang melakukan
pap smear, 12 orang ibu kurang mengetahui tentang kanker serviks dan pap smear, 6 orang
lainnya mengetahui tentang pap smear. Banyak alasan mereka tidak ingin pap smear salah
satunya takut jika ketahuan/stres menderita penyakit kanker serviks.
usia subur yang melakukan Pap Smear yang diperoleh dari buku register wanita usia subur di
poli kebidanan RSUD M. Yunus Bengkulu.
Hubungan antara Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Serviks dengan Keinginan Ibu
Melakukan Pap Smear
Dari 71 orang responden yang pengetahuan ibu kurang tentang kanker serviks ada 62
orang (87,3%) tidak melakukan papsmear. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p =
0,00 disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang
kanker serviks dengan keinginan ibu melakukan pap smear dengan OR = 21,81 (95% CI :
6,881-69,156), artinya responden dengan pengetahuan kurang mempunyai peluang 21 kali
untuk tidak melakukan pap smear dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan
baik.
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden (87,3%) dengan
pengetahuan kurang tentang kanker serviks. Pengetahuan ibu tentang kanker serviks
merupakan segala sesuatu yang diketahui ibu tentang kanker serviks. Pengetahuan seseorang
tidak hanya didapat dari pendidikan formal, tetapi juga non formal, misal media masa, media
elektronik, lingkungan dan pengalaman seseorang. Karena kanker serviks merupakan
karsinoma ginekologi yang terbanyak di derita, seharusnya ibu memiliki pengetahuan yang
baik tentang kanker serviks, sehingga ibu dapat melakukan tindakan untuk pencegahan
maupun pengobatan bagi ibu yang telah di diaognosis kanker serviks. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmojo, 2007). Hasil uji statistik juga menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan keinginan ibu melakukan pap smear.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Vinar (2009), menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan ibu mengenai pap smear dengan praktik pemeriksaan
pap smear. Hasil ini juga sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan
adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan informasi,
ide atau fenomena yang diperoleh sebelumnya. Pengetahuan merupakan hasil tahu, ini terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera yaitu penglihatan, penciuman, pengecapan (rasa). Bila seorang ibu
memiliki pengetahuan tentang suatu hal maka akan timbul pemikiran tentang segi positif dan
negatif menganai hal tersebut, pengetahuan ini berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
seseorang sesuai dengan pemikirannya, kalau positif akan menimbulkan sikap positif,
demikian juga sebaliknya. Demikian pula jika seorang ibu mengetahui bahwa kanker serviks
dapat menyebabkan kematian, maka ibu tersebut lebih waspada terhadap kanker serviks.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya perilaku seseorang maka perlu pendidikan kesehatan tentang kanker
serviks dan pemeriksaan pap smear secara intensif dan berkesinambungan. Hasil penelitian ini
juga ditemukan pengetahuan kurang tetapi ada yang pap smear (12,7%) dan pengetahuan baik
ada yang tidak pap smear (24%), hal ini terjadi karena banyak factor yang mempengaruhi
seseorang melakukan pap smear yaitu pendidikan, motivas, riwayat keluarga menderita
kanker.
Dari hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan
keinginan ibu melakukan pap smear di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2012, maka
dapat ditarik kesimpulan
kanker serviks dan tidak melakukan pap smear, ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan keinginan ibu melakukan pap smear.
Saran
Merekomendasikan
wawasan dan pengetahuan mahasiswa Akbid Dehasen dalam hal mengenal, mencegah dan
menindak lanjuti kejadian KPD yang kedepannya diharapkan memberi dampak terhadap
menurunnya angka kejadian kanker serviks di Propinsi Bengkulu. Bagi RSUD Dr. M. Yunus
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi Rumah Sakit terutama
bidan, bahwa masih tingginya kejadian kanker serviks, sehingga perlu ditingkatkan frekuensi
penyuluhan tentang deteksi dini pap smear terutama wanita dengan faktor resiko, Saran bagi
peneliti lain untuk lebih lanjut dapat dilakukan dengan populasi atau sampel, desain yang
berbeda selain itu dapat dilakukan variabel yang belum diteliti dan berhubungan dengan
kejadian kanker serviks antara lain pendidikan, perilaku, motivasi dan riwayat keluarga
menderita kanker