Anda di halaman 1dari 56

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 1 / 56
: 2/ Juli

ANALISA SISTEM NODAL


1. TUJUAN
Mendapatkan laju produksi optimum dari sumur minyak dengan melakukan evaluasi secara lengkap
seluruh sistem produksi sumur.
2. METODE DAN PERSYARATAN
2. 1 METODE
Menggunakan metode grafis berdasarkan pressure traverse aliran fluida dua fasa dalam pipa
tegak.
2. 2 PERSYARATAN
1. Tersedia kurva IPR terbaru atau kurva IPR peramalan.
2. Tersedia grafik-grafik Pressure traverse yang sesuai dengan kondisi lapangan atau dari pustaka.
3. Sumur tegak dan pipa salur datar.
3. LANGKAH KERJA
3.1 MENENTUKAN TEKANAN "UPSTREAM" ATAU "DOWNSTREAM" ALIRAN FLUIDA
DALAM PIPA SECARA GRAFIS
l. Siapkan data penunjang:
Panjang pipa (D)
Diameter pipa (dt)
Laju produksi
Kadar air (KA)
Perbandingan gas-cairan (GLR)
Tekanan "upstream" atau "downstream" (P)
2. Berdasarkan qL, KA, dan diameter pipa, pilih grafik pressure traverse yang sesuai.
3. Pilih garis gradien tekanan aliran yang sesuai dengan GLR. Seringkali garis tekanan alir pada
harga GLR tersebut tidak tersedia sehingga perlu interpolasi.
4. Tekanan "downstream" ditentukan sebagai berikut:

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 2 / 56
: 2/ Juli

a. Plot tekanan "upstream" di sumbu tekanan pada grafik pressure traverse.


b. Dari titik tekanan "upstream" tarik garis tegak ke bawah sampai memotong garis gradien
aliran di langkah 3.
c. Dari perpotongan tersebut buat garis mendatar ke kiri sampai memotong sumbu panjang
(untuk pipa datar) atau kedalaman (untuk pipa tegak). Baca harga panjang/kedalaman
tersebut dan harga ini disebut panjang/kedalaman ekivalen tekanan upstream.
d. Hitung panjang/kedalaman ekivalen tekanan "downstream", yaitu:
e. Plot panjang/kedalaman ekivalen tekanan "downstream" pada sumbu panjang/kedalaman.
f. Mulai dari titik langkah e, buat garis datar ke kanan sampai memotong garis gradien aliran di
langkah 3.
g. Dari Titik potong tersebut buat garis tegak ke atas,sampai memotong sumbu tekanan. Titik
potong ini adalah tekanan "downstream".
5. Tekanan "upstream" ditentukan sebagai berikut:
a. Plot tekanan "downstream" di sumbu tekanan pada grafik pressure traverse.
b. Dari titik tekanan "downstream" tarik garik tegak ke bawah sampai memotong garis gradien
aliran di langkah 3.
c. Dari perpotongan tersebut buat garis mendatar ke kiri sampai memotong sumbu panjang
(untuk pipa datar) atau kedalaman (untuk pipa tegak). Baca panjang/kedalaman tersebut dan
harga ini disebut panjang/kedalaman ekivalen tekanan downstream.
d. Hitung panjang /Kedalaman ekivalen tekanan "upstream", yaitu:

PanJ ang/kedalaman
Panjang pipa atau

ekivalen Tekanan downstream kedalaman sumur


e. Plot panjang/kedalaman ekivalen tekanan "upstream" pada sumbu panjang/kedalaman.
f. Mulai dari titik langkah e, buat garis datar ke kanan sampai memotong garis gradien aliran
dilangkah 3.
g. Dari Titik potong tersebut buat garis tegak ke atas, sampai memotong sumbu tekanan. Titik
potong ini adalah tekanan upstream.
3.2 ANALISA NODAL BILA TITIK NODAL DI DASAR SUMUR
1. Siapkan data penunjang yaitu:
Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 3 / 56
: 2/ Juli

Kedalaman sumur (D)


Panjang pipa salur (L)
Diameter tubing (dt)
Diameter pipa salur (dp)
Kadar air (KA)
Perbandingan gas-cairan (GLR)
Tekanan Separator (Psep)
Kurva IPR.
2. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju
produksi pada sumbu datar.
3. Berdasarkan uji tekanan dan produksi terbaru atau berdasarkan peramalan kurva IPR (Lihat
TR.02.01.1) plot kurva IPR pada kertas grafik di langkah 2.
4. Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu harga laju produksi pada grafik
pressure traverse baik untuk aliran horizontal maupun untuk aliran vertikal.
5. Berdasarkan pada qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traverse untuk aliran horizontal.
6. Pilih garis gradien aliran berdasarkan perbandingan gas-cairan (GLR). Seringkali perlu dilakukan
interpolasi apabila garis-garis aliran untuk GLR yang diketahui tidak tercantum.
7. Berdasarkan garis gradien aliran pada pressure traverse tersebut, tentukan Tekanan kepala sumur,
Pwh (Tekanan upstream) dari Psep (Tekanan downstream). Lihat butir 3.1 langkah 5. Catat harga
Pwh yang diperoleh.
8. Dari harga qt, dt, dan KA pilih grafik pressure traverse untuk aliran vertikal.
9. Pilih garis gradien aliran untuk GLR yang diketahui. Apabila garis gradien aliran untuk harga GLR
tersebut tidak tercantum, lakukan interpolasi.
10. Gunakan harga Pwh di langkah 7.(Pwh = Tekanan downstream) untuk menentukan Tekanan alir
dasar sumur (Pwf = Tekanan upstream). Lihat butir 3.1 langkah 5. Catat harga Pwf yang diperoleh.
11. Ulangi langkah 4 sampai dengan 10 untuk harga laju produksi yang lain. Dengan demikian akan
diperoleh variasi harga qt terhadap Pwf.
12. Plot qt terhadap Pwf pada kertas grafik yang memuat kurva IPR (langkah 3). Kurva yang terbentuk
disebut kurva tubing intake.
13. Berdasarkan letak kurva tubing intake terhadap kurva IPR terdapat tiga kemungkinan yaitu:
Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 4 / 56
: 2/ Juli

(a) Kurva tubing intake di atas kurva IPR sehingga tidak dapat ditentukan titik potongnya. Hal ini
berarti bahwa sumur tersebut mati untuk sistem pipa produksi yang digunakan.
(b) Kurva tubing intake tidak memotong kurva IPR, tetapi perpanjangan kurva tubing intake dapat
memotong kurva IPR. Apabila hal ini ditemui, ulangi langkah 4 sampai dengan 10 untuk
harga laju produksi lain yang dapat menyambung kurva pipa intake sehingga akan memotong
kurva IPR seperti pada keadaan di (c) berikut ini. Disarankan untuk tidak melakukan
ekstrapolasi, kecuali apabila laju produksi yang diperlukan tidak tersedia di pressure traverse.
(c) Kurva tubing intake memotong kurva IPR dan perpotongan tersebut memberikan laju produksi
qt. Hal ini berarti bahwa untuk sistem rangkaian tubing di dalam sumur dan pipa salur di
permukaan, sumur dapat berproduksi sebesar qt.
14. Dengan membuat variasi ukuran tubing dan pipa salur, maka dapat diperoleh kondisi optimum.
3.3 ANALISA NODAL BILA TITIK NODAL DI KEPALA SUMUR
1. Siapkan data penunjang, yaitu:
Kedalaman sumur (D)
Panjang pipa salur (L)
Diameter tubing (dt)
Diameter pipa salur (dp)
Kadar air (KA)
Perbandingan gas-cairan (GLR)
Tekanan separator (Psep)
Kurva IPR
2. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem sumbu dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju
produksi pada sumbu datar.
3. Ambil laju produksi tertentu, (qt) yang sesuai dengan salah satu harga laju produksi pada grafik
pressure traverse untuk aliran horizontal,
4. Berdasarkan harga qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traverse aliran horizontal.
5. Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila garis gradien aliran untuk harga
GLR tersebut tidak tercantum, lakukan interpolasi.

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 5 / 56
: 2/ Juli

6. Dari Psep (tekanan downstream) tentukan tekanan kepala sumur Pwh (tekanan upstream) dengan
menggunakan garis gradien alir di langkah 5, Lihat langkah 5 butir 3.1. Catat harga Pwh yang
diperoleh.
7. Ulangi langkah 3 sampai dengan 6 untuk berbagai harga laju produksi yang lain. Dengan
demikian diperoleh variasi harga qt terhadap Pwh.
8. Plot qt terhadap Pwh pada kertas grafik di langkah 2. Kurva yang terbentuk disebut kurva pipa
salur.
9. Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu harga laju produksi pada grafik
pressure traverse untuk aliran vertikal.
10. Berdasarkan harga qt, dt, dan KA pilih grafik pressure traverse aliran vertikal.
11. Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila garis gradien aliran untuk harga
GLR tersebut tidak tersedia, lakukan interpolasi.
12. Berdasarkan kurva IPR yang diperoleh dari uji tekanan dan produksi terbaru atau menurut
peramalan IPR, hitung tekanan alir dasar sumur (Pwf), pada harga qt di langkah 10.
13. Dari harga Pwf (tekanan upstream) tentukan tekanan kepala sumur,Pwh (tekanan downstream)
dengan menggunakan garis gradien aliran di langkah 11. Lihat langkah 4 pada butir 3. 1. Catat
harga Pwh yang diperoleh.
14. Ulangi langkah 9 sampai dengan 13 untuk berbagai harga laju produksi yang lain. Dengan
demikian akan diperoleh variasi harga qt terhadap Pwh.
15. Plot qt terhadap Pwh dari langkah 14 pada kertas grafik di langkah 2. Kurva yang diperoleh disebut
kurva tubing.
16. Apabila kurva tubing memotong kurva pipa salur, maka sumur akan terproduksi dengan laju
produksi (qt) yang ditentukan dari titik perpotongan tersebut.
Apabila kurva tubing tidak memotong kurva pipa salur, maka sumur tidak dapat berproduksi
untuk sistem rangkaian pipa tersebut.
Apabila kurva tubing dan kurva pipa salur tidak berpotongan tetapi perpanjangan kedua kurva
tersebut memberikan kemungkinan untuk berpotongan, maka ulangi langkah 3 sampai dengan
15 untuk laju produksi yang lain, sehingga kurva tubing dan kurva pipa salur dapat
diperpanjang, dan kemudian tentukan titik potongnya. Titik potong ini memberikan laju

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 6 / 56
: 2/ Juli

produksi yang diperoleh. Tidak dibenarkan melakukan ekstrapolasi, kecuali apabila laju
produksi tidak tersedia di grafik pressure traverse.
17. Dengan membuat kurva tubing dan kurva pipa salur untuk berbagai ukuran tubing dan ukuran
pipa salur, maka dipilih pasangan ukuran tubing dan pipa salur yang dapat menghasilkan laju
produksi optimum.
3.4 ANALISA NODAL BILA TITIK NODAL DI SEPARATOR
1. Siapkan data penunjang, yaitu:
Kedalaman sumur (D)
Panjang pipa salur (L)
Diameter tubing (dt)
Kadar air (KA)
Perbandingan gas-cairan (GLR)
Tekanan separator (Psep)
Kurva IPR.
2.

Pada kertas grafik kartesian buat sistem sumbu dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju
produksi pada sumbu datar

3.

Plot kurva IPR pada kertas grafik di langkah 2.

4.

Anggap laju produksi (qt) yang sesuai dengan salah satu harga laju produksi pada grafik pressure
traverse untuk aliran horizontal dan vertikal.

5.

Pilih grafik pressure traverse aliran vertikal sesuai dengan qt, dt, dan KA. Apabila KA tidak
sesuai dengan KA yang tersedia pada grafik, pilih grafik pressure traverse dengan KA yang
terdekat.

6.

Pilih kurva gradien Tekanan aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila untuk harga GLR
tersebut tldak tersedia kurva gradien alirannya, lakukan interpolasi.

7.

Berdasarkan kurva IPR di langkah 3, baca harga tekanan alir dasar sumur, Pwf pada qt.

8.

Gunakan grafik pressure traverse (langkah 5) dan kurva gradien aliran (langkah 6) untuk
menentukan tekanan kepala sumur Pwh (Tekanan downstream) berdasarkan Pwf (Tekanan
"upstream"). Lihat butir 3. 1, langkah 5.

9.

Catat harga Pwh yang diperoleh.

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 7 / 56
: 2/ Juli

10. Pilih grafik pressure traverse aliran horizontal yang sesuai dengan qt. dp dan KA. Apabila KA
tidak sesuai dengan KA yang tersedia pada grafik, pilih grafik pressure traverse dengan harga
KA yang terdekat.
11. Pilih kurva gradien aliran yang sesuai dengan GLR yang diketahui. Apabila untuk harga GLR
tersebut tidak tersedia kurva gradien alirannya, lakukan interpolasi.
12. Gunakan grafik pressure traverse (langkah 10) dan kurva gradien aliran (langkah 11) untuk
menentukan tekanan masuk di separator, (Pins) berdasarkan harga Pwh dari langkah 9.
13. Catat harga Pins dan qt.
14. Ulangi langkah 4 sampai dengan 13 untuk berbagai harga laju produksi. Dengan demikian akan
diperoleh hubungan antara Pins terhadap q
15. Plot harga Pins terhadap qt pada kertas grafik di langkah 2 .
16. Plot Psep pada sumbu tekanan dan dari titik ini tarik garis datar ke kanan sampai memotong kurva
yang diperoleh dari langkah 15.
17. Perpotongan tersebut menunjukkan laju produksi yang akan diperoleh.
3.5 ANALISA NODAL PADA SUMUR GRAVEL PACK
1. Siapkan data penunjang, yaitu:
Kedalaman sumur (D)
Panjang pipa salur (L)
Diameter tubing (dt)
Diameter pipa salur (dp)
Kadar air (KA)
Perbandingan gas-cairan (GLR)
Tekanan separator (Psep)
Kurva IPR
2. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem sumbu dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju produksi
pada sumbu datar.
3. Plot tubing intake dengan melakukan seperti pada butir 3.2 langkah 4 langkah 12.
4. Dengan mengasumsikan berbagai harga laju produksi qt, baca harga Pwf dari kurva IPR dan Pwf dari
Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 8 / 56
: 2/ Juli

tubing intake. Tentukan perbedaan tekanan (P = Pwf(IPR) - Pwf(TI)) antara tubing intake dan IPR dari
hasil langkah 4. Kemudian plot antara P dan qt (Gambar 12).
5. Dengan menggunakan persamaan yang sesuai (sumur minyak atau gas) tentukan P yang terjadi
akibat gravel pack untuk berbagai harga qt, plot dalam grafik yang sama dari hasil langkah 4
(Gambar 15). Perpotongan tersebut menunjukkan laju produksi yang akan diperoleh.
6. Lakukan evaluasi untuk harga SPF (shoot per foot) lainnya untuk mendapatkan kombinasi yang
optimum (Gambar 16).
Analisa nodal bisa juga dilakukan dengan menambahkan P akibat gravel pack dalam kurva IPR
sehingga didapat seperti pada Gambar 17 atau dengan cara ditambahkan pada tubing intake seperti
pada Gambar 18.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Brown, K. E. dan Lea, James. F: "Nodal Systems Ahalysis of Oil and Gas Wells", JPT, Oct. 1985.
SPE of AIME.
2. Brown K. E.: "The Technology of Artificial Lift Methods", Vol. 4 Pen-well Pub. Co., Tulsa, OK.
5. DAFTAR SIMBOL
A

= luas total aliran, ft2, (A = luas 1 perforasi shot density interval perforasi)

Bo

= faktor volume formasi, rb/stb

= kedalaman sumur, ft

dp

= diameter pipa salur, in

dt

= diameter tubing, in

GLR

= perbandingan gas-cairan, SCF/STB

kG

= permeabilitas gravel, md

kp

= permeabilitas daerah terkompaksi, md

KA

= kadar air, %

= panjang pipa salur, ft

Lp

= panjang lubang perforasi, ft (lihat Tabel 4.44)

Pwf

= tekanan alir sumur, psi,

Pwfs

= tekanan dasar sumur di sandface, psi,

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

Pins

= Tekanan masuk di separator, psi

Psep

= Tekanan separator, psi

Pwh

= Tekanan kepala sumur, psi qt = laju produksi, STB/hari

= laju alir per perforasi, Mcfd,

QT

= laju produksi yang diperoleh berdasarkan analisa sistem nodal, STB/hari

= temperatur, oR (oF+460)

= gas kompressibilitas

rp

= radius lubang perforasi, ft

rc

= radius daerah terkompaksi, ft ( rc = rp + 0.5 / 12 )

= viskositas minyak, cp

= viskositas gas, cp

= densitas minyak, lb/ft3

= koefisien turbulensi, ft-1,

= densitas minyak, lb/ft3

Manajemen Produksi Hulu

: 9 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 10 / 56
: 2/ Juli

6. LAMPIRAN
6. 1. LATAR BELAKANG
6. l. l Analisa Sistim Nodal Untuk Sumur Minyak
Analisa sistem nodal merupakan suatu cara pendekatan untuk optimisasi produksi sumur minyak
dan gas, dengan cara mengevaluasi secara menyeluruh sistem produksi sumur. Secara lengkap
tujuan analisa nodal untuk suatu sumur yang mempunyai indeks produktivitas (IPR) dan sistem
rangkaian tubing di dalam sumur serta pipa salur di permukaan tertentu adalah sebagai berikut:
1. Menentukan laju produksi yang dapat diperoleh secara sembur alam.
2. Menentukan kapan sumur mati,
3. Menentukan saat yang baik untuk mengubah sumur sembur alam menjadi sumur sembur
buatan.
4. Optimisasi laju produksi.
5. Memeriksa setiap komponen dalam sistem sumur produksi untuk menentukan adanya
hambatan aliran.
Analisa nodal di suatu sumur dapat dilakukan pada 3 titik nodal yaitu:
Titik nodal di dasar sumur
Titik nodal di kepala sumur
Titik nodal di separator

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 11 / 56
: 2/ Juli

6.1.2. Analisa Nodal Bila Titik Nodal Di Dasar Sumur


Jika dasar sumur digunakan sebagai Titik nodal, maka perhitungan dimulai dari separator ke
kepala sumur dan dilanjutkan ke dasar sumur. Dari Gambar l terlihat bahwa dasar sumur
merupakan pertemuan antara dua komponen yaitu:
1. Komponen sistem rangkaian pipa keselurunan,
2. Komponen kemampuan sumur untuk berproduksi, (IPR). Kedua komponen tersebut
dinyatakan secara grafis dalam diagram tekanan-laju produksi, seperti tertera pada pada
Gambar 2. Perpotongan kedua grafik tersebut memberikan laju produksi yang sesuai dengan
kedua komponen tersebut di atas.
Analisa nodal dengan titik nodal di dasar sumur ini terutama digunakan untuk meramalkan
penurunan produksi sebagai akibat perubahan IPR di kemudian hari untuk sistem rangkaian pipa
keselurunan yang tetap.
6.1.3. Analisa Nodal Bila Titik Nodal Di Kepala Sumur
Gambar 3 menunjukkan arah perhitungan apabila kepala sumur digunakan sebagai titik nodal.
Dua Komponen yang ditemukan dalam hal ini adalah :
1. Komponen Separator dan Pipa Salur.
2. Komponen Reservoir dan Tubing.
Secara grafis pada diagram tekanan-laju produksi Gambar 4 diperlukan perubahan laju produksi
terhadap tekanan kepala sumur. Perpotongan kedua grafik tersebut menunjukkan laju produksi
yang akan diperoleh sesuai dengan IPR dan ukuran tubing tertentu serta tekanan separator dan
ukuran pipa salur yang digunakan.
Titik nodal di kepala sumur ini digunakan untuk melihat pengaruh ukuran pipa salur dan tubing
terhadap laju produksi yang diperoleh, Dengan membuat kurva pipa salur dan kurva tubing
untuk beberapa ukuran (lihat Gambar 5), maka dapat dipilih kombinasi ukuran pipa salur dan
tubing yang terbaik.

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 12 / 56
: 2/ Juli

6.1.4. Analisa Nodal Bila Titik Nodal Di Separator


Gambar 6 menunjukkan arah perhitungan jika separator digunakan sebagai titik nodal.
Komponen reservoir dan sistem pipa di dalam sumur dan di permukaan ditentukan dengan harga
tekanan separator yang direncanakan, yang secara grafis ditunjukkan pada diagram laju
produksi-tekanan pada Gambar 7. Cara ini digunakan untuk melihat dengan mudah pengaruh
tekanan separator terhadap laju produksi yang akan diperoleh.
6.1.5. Analisa Nodal Analisa Nodal Pada Sumur Gravel Pack
Setelah menentukan bahwa gravel pack harus berhasil untuk menanggulangi terproduksinya
pasir dan fluida dapat mengalir melalui gravel tersebut, kita akan mengevaluasi efisiensi gravel
pack. Gambar 12 memperlihatkan skematik gravel pack.
Gambar 12 memperlihatkan bagian-bagian yang dilalui fluida dari formasi sampai ke liner.
Setelah fluida melewati formasi sekitar lubang sumur, kemudian untuk masuk ke screen dan
liner, fluida harus melewati lubang perforasi, melewati gravel dan kemudian melewati screen
dengan diperforasi atau slotted liner. Untuk mengevaluasi dengan nodal sistem, harus dihitung
pressure loss karena hambatan di bagian tersebut, dengan menggunakan persamaan yang dapat
menghitung pressure loss dengan kondisi open atau cased hole.
Berikut persamaan menghitung pressure drop dengan menggunakan persamaan Jones, Blount
dan Glaze.
Untuk sumur minyak:
Pwfs Pwf = P = aq 2 + bq

P =

9.08 10 13 Bo2 o L
A

dimana:

a=
b=

9.08 10 13 Bo2 o L
A2

o Bo L
1.127 10 13 k G A

Manajemen Produksi Hulu

q2 +

o Bo L
1.127 10 13 k G A

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

q = laju alir, b/d,


Pwf = tekanan alir sumur, psi,
Pwfs = tekanan dasar sumur di sandface, psi,

= koefisien turbulensi, ft-1, untuk gravel adalah


1.47 10 7

kG

0.55

Bo = faktor volume formasi, rb/stb

o = densitas minyak, lb/ft3


L = panjang bagian aliran linear, ft
A = luas total aliran, ft2, (A = luas 1 perforasi shot density interval perforasi)
kG = permeabilitas gravel, md
Untuk sumur gas
2

Pwfs Pwf = aq 2 + bq
Pwfs Pwf =

1.247 10 10 g TZL
A2

q2 +

8.93 10 3 g TZL
kG A

dimana:

a=
b=

1.247 10 10 g TZL
A2
8.93 10 3 g TZL
kG A

q = laju alir, Mcfd,


Pwf = tekanan alir sumur, psi,
Pwfs = tekanan dasar sumur di sandface, psi,

= koefisien turbulensi, ft-1, untuk gravel adalah

1.47 10 7
kG

0.55

g = densitas minyak, lb/ft3


T = temperatur, oR (oF+460)

Manajemen Produksi Hulu

: 13 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 14 / 56
: 2/ Juli

Z = gas kompressibilitas
L = panjang bagian aliran linear, ft
A = luas total aliran, ft2, (A = luas 1 perforasi shot density interval perforasi)
kG = permeabilitas gravel, md
6.1.6 Analisa Nodal Untuk Sumur Perforasi
Telah diketahui bahwa terjadi kompaksi, yaitu kerusakan formasi disekitar lubang perforasi pada
saat dilakukan perforasi. Hal ini berbeda pada gravel pack, dimana formasinya adalah
unconsolidated sehingga yang perlu diperhatikan adalah luas permukaan aliran. Sedangkan untuk
formasi ketat, selain diatas yaitu panjang perforasi, juga diperhatikan panjang lubang perforasi
Keduanya mempengaruhi aliran ke lubang sumur. Gambar 24 adalah contoh perforasi.
Gambar 25 memperlihatkan perforasi yang dapat dianalogikan sebagai miniatur lubang sumur. Dan
diasumsikan bahwa tidak ada kerusakan formasi disekitar lubang sumur. Beberapa asumsi lainnya
adalah:
1. Permeabilitas daerah yang terkompaksi adalah
a. 10% dari permeabilitas formasi jika diperforasi secara overbalance
b. 40% dari permeabilitas formasi jika diperforasi secara underbalance
2. Tebal daerah yang terkompaksi adalah 1/2 in
3. Untuk sumur dengan diameter kecil, Pwfs konstan sampai diujung daerah yang terkompaksi
4. Dapat digunakan persamaan Jones, Blount dan Glaze untuk menghitung kehilangan tekanan
akibat perforasi
Persamaan pressure drop untuk perforasi
Sumur Minyak:

Pwfs Pwf = P = aq 2 + bq

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

2.30 10 14 B 2 1 1
o o

r p rc q 2 + o Bo ln rc / r p
P =
2
7.08 10 3 L p k p

Lp

) q

dimana:

1 1
2.30 10 14 Bo2 o
rp rc

a=
2
Lp
b=

o Bo ln (rc / r p )
7.08 10 3 L p k p

= laju alir/perforasi, b/d,

Pwf

= tekanan alir sumur, psi,

Pwfs

= tekanan dasar sumur di sandface, psi,

= koefisien turbulensi, ft-1, untuk gravel adalah =

Bo

= faktor volume formasi, rb/stb

= densitas minyak, lb/ft3

= viskositas minyak, cp

Lp

= panjang lubang perforasi, ft (lihat Tabel 4.44)

kp

= permeabilitas daerah terkompaksi, md


= 0.1 k jika diperforasi overbalance
= 0.4 k jika diperforasi underbalance

rp

= radius lubang perforasi, ft

rc

= radius daerah terkompaksi, ft ( rc = rp + 0.5 / 12 )

Sumur Gas
2

Pwfs Pwf = aq 2 + bq

Manajemen Produksi Hulu

2.33 1010
1.201
kp

: 15 / 56
: 2/ Juli

Pwfs Pwf

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

3.16 10 12 TZ 1
g
r p rc

=
2

Lp

q 2 + 1.424 10 g TZ ln( rc / r p ) q

k p Lp

dimana:
1
3.16 10 12 g TZ
r p rc

a=
2
Lp
b=

1.424 10 3 g TZ ln( rc / r p )
k p Lp

= laju alir per perforasi, Mcfd,

Pwf

= tekanan alir sumur, psi,

Pwfs

= tekanan dasar sumur di sandface, psi,

= koefisien turbulensi, ft-1, =

= densitas minyak, lb/ft3

= temperatur, oR (oF+460)

= gas kompressibilitas

rp

= radius lubang perforasi, ft

rc

= radius daerah terkompaksi, ft ( rc = rp + 0.5 / 12 )

Lp

= panjang lubang perforasi, ft (lihat Tabel 4.44)

= viskositas gas, cp

kp

= permeabilitas daerah terkompaksi, md

2.33 1010
kp

1.201

= 0.1 k jika diperforasi overbalance


= 0.4 k jika diperforasi underbalance

Manajemen Produksi Hulu

: 16 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

Data perforasi
Gun Size

Casing

Perforation

Penetration*, in.

Diameter, in.

in.

avg,

avg

longest

Retrivable through tubing


1 3/8

4 1/2 csg

0.21

3.03

3.30

1 9/16

5 1/2 csg

0.24

4.70

5.48

1 11/16

4 1/2 5 1/2 csg

0.24

4.80

5.50

4 1/2 5 1/2 csg

0.32

6.50

8.15

Manajemen Produksi Hulu

: 17 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

2 1/8

2 7/8 tbg - 4 1/2 csg

0.33

7.20

8.15

2 5/8

4 1/2 csg

0.36

10.36

10.36

: 18 / 56
: 2/ Juli

Expandable through tubing


1 1/8

4 1/2 csg

0.19

3.15

3.15

1 1/4

2 3/8 csg

0.30

3.91

3.91

0.30

5.10

5.35

1 3/8
1 11/16

2 7/8 tbg - 5 1/2 csg

0.34

6.00

8.19

2 1/16

5 1/2 - 7 csg

0.42

8.20

8.6

2 1/8

2 7/8 tbg - 5 1/2 csg

0.39

7.70

8.6

Retrivable casing gun


2 3/4

4 1/2 csg

0.38

10.55

10.5

2 7/8

4 1/2 csg

0.37

10.36

10.6

3 1/8

4 1/2 csg

0.42

8.60

11.1

3 3/8

4 1/2 csg

0.36

9.10

10.8

3 5/8

4 1/2 & 5 1/2 csg

0.39

8.90

12.8

5 1/2 - 9 5/8 csg

0.51

10.60

13.5

6 3/4 - 9 5/8 csg

0.73

12.33

13.6

Langkah kerja untuk evaluasi perforasi dengan analisa nodal sama seperti pada analisa nodal untuk
gravel pack

6. 2. CONTOH SOAL
6.2.1 Contoh Soal Menghitung Tekanan "Downstream" untuk Aliran Fluida dalam Pipa Secara Grafis.
Diketahui :
Diameter tubing

= 2in

Panjang tubing

= 400Oft

Laju aliran total

= 200bbl/hari

Kadar air

= 0%

Perbandingan gas cairan

= 200 scf/stb

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 19 / 56
: 2/ Juli

Apabila tekanan dasar sumur (upstream), Pwf = 1720 psi


Tentukan tekanan di kepala sumur (downstream), Pwh.
Perhitungan:
1. Berdasarkan q = 200 bbl/hari, KA = 0%. dan dt = 2"
Pilih grafik pressure traverse.Seperti ditunjukkan pada Gambar 7.
2. Pilih garis gradien aliran untuk GLR = 200 SCF/STB
3. Plot Pwf pada sumbu tekanan grafik Gambar 7
4. Buat garis tegak ke bawah sampai memotong garis GLR = 200 SCF/STB
5. Dari titik potong tersebut buat garis mendatar ke kiri sampai memotong sumbu ke dalam,
yaitu pada kedalaman = 7700 ft. Jadi kedalaman ekivalen Pwf = 7700 ft.
6. Kedalaman ekivalen Pwh = (7700-5900) = 1800 ft
7. Plot kedalaman 1800 ft pada sumbu kedalaman.
8. Buat garis mendatar ke kanan mulai dari titik kedalaman 1800 ft tersebut, sampai memotong
garis gradien tekanan aliran untuk GLR = 800 SCF/STB.
9. Dari titik potong tersebut buat garis tegak ke atas sampai memotong sumbu tekanan, yaitu
Pwh = 200 psi
10. Tekanan kepala sumur = 200 psi
6.2.2 Contoh Soal Menghitung Tekanan "Upstream" untuk Aliran Fluida dalam Pipa Secara Grafis
Diketahui:
Diameter Pipa Salur

= 2, 5"

Panjang Pipa Salur

= 15000 ft

Laju aliran total

= 600 bbl/hari

Perbandingan gas cairan

= 1000 SCF/STB

Apabila tekanan separator (downstream) = 100 psi


Tentukan tekanan di kepala sumur (upstream)
Perhitungan:
1. Berdasarkan q = 600 bbl/hari
Diameter pipa = 2.5"
Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 20 / 56
: 2/ Juli

Pilih grafik pressure traverse untuk aliran horizontal seperti pada Gambar 6.
2. Plot tekanan separator = 100 psi pada sumbu tekanan.
3. Buat garis tegak ke bawah dari titik di langkah 2, sampai memotong garis gradien aliran untuk
GLR = 100 SCF/STB.
4. Dari titik potong tersebut buat garis datar ke kiri sampai memotong sumbu panjang, yaitu =
1200 ft. Panjang ekivalen Psep adalah 1200 ft
5. Hitung panjang ekivalen Pwh yaitu: 15000 + 1200 = 15200 ft
5. Plot panjang ekivalen 15200 ft pada sumbu panjang
7. Buat garis datar ke kanan sampai memotong garis gradien aliran untuk GLR = 1000 SCF/STB
8. Dari titik potong tersebut buat garis tegak ke atas, sampai memotong sumbu tekanan, yaitu 340
psi.
9. Tekanan kepala sumur, (upstream) = 340 psi
6.2.3 Contoh Soal Analisa Nodal dengan Titik Nodal di Dasar Sumur.
Diketahui:
Panjang pipa salur

= 3000 ft

Diameter pipa salur

= 2 in

Kedalaman sumur

= 5000 ft

Diameter tubing

= 23/6"

Kadar Air

= 0%

Perbandingan gas cairan

= 400 SCF/bbl

Tekanan statik

= 2200 psi

Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan dasar sumur sebagal titik Nodal.
Perhitungan:
1. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju
produksi pada sumbu datar. Lihat Gambar 9.
2. Berdasarkan PI = 1.0 dan Ps = 2200 psi, hitung Pwf pada berbagai anggapan harga q, yaitu
sebagai berikut:
Pwf = Ps

q
PI

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 21 / 56
: 2/ Juli

Untuk q = 200 bbl/hari


Pwf = 2200

200
, psi
1

Untuk laju produksi yang lain di peroleh hasil seperti pada tabel berikut:
q anggapan

Pwf

200

2000

400

1800

600

1600

800

1400

1000

1200

1500

700

3. Buat kurva IPR dengan memplot q vs Pwf dari tabel di langkah 2


4. Gunakan langkah kerja 3.1, untuk menentukan tekanan kepala sumur pada aliran mendatar.
Hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
q anggapan

Psep

Pwf

200

100

115

400

100

140

600

100

180

800

100

230

1000

100

275

1500

100

420

Catatan: Gunakan grafik pressure traverse aliran mendatar untuk diameter pipa = 2" GLR = 400
SCF/STB dan pada q anggapan.
5. Tentukan tekanan alir dasar sumur, berdasarkan tekanan kepala sumur dengan menggunakan
langkah kerja 3.1. Gunakan grafik pressure traverse aliran tegak untuk diameter tubing 2 3/6",
GLR = 400 SCF/STB, KA = 0 dan q anggapan. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut:

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

q anggapan

Pwh

Pwf

200

115

750

400

140

880

600

180

1030

800

230

1225

1000

275

1370

1500

420

1840

: 22 / 56
: 2/ Juli

6. Plot q terhadap Pwf dari langkah 5, pada kertas grafik di Gambar 9. Kurva ini disebut kurva
tubing intake.
7. Perpotongan antara kurva IPR dengan kurva tubing intake, menghasilkan laju produksi
sebesar 900 bbl/hari
8. Laju produksi yang diperoleh = 900 bbl/hari.
6.2.4 Analisa Nodal dengan Titik Nodal di kepala Sumur
Diketahui: sama seperti contoh soal 6. 2. 3
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan
kepala sumur sebagai titik nodal.
Perhitungan:
1. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat dengan tekanan sebagai sumbu tegak dan
laju produksi sebagai sumbu datar.
2. Berdasarkan perhitungan di contoh soal 6. 2. 3 butir 4, diperoleh hasil sebagai berikut:

Manajemen Produksi Hulu

q anggapan

Psep

Pwh

200

100

115

400

100

140

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

600

100

180

800

100

230

1000

100

275

1500

100

420

: 23 / 56
: 2/ Juli

3. Plot antara q terhadap Pwf pada Gambar 10.


4. Berdasarkan perhitungan di contoh soal 6. 2. 3 butir 2 telah diperoleh harga Pwf untuk berbagai
laju produksi anggapan. Dengan menggunakan grafik pressure traverse untuk aliran tegak,
tentukan Pwh pada masing-masing q, dan di peroleh hasil sebagai berikut:
q anggapan

Pwf

Pwh

200

2000

610

400

1800

540

600

1600

450

800

1400

330

1000

1200

180

1500

700

5. Plot antara q terhadap Pwh pada Gambar 10


6. Perpotongan antara kurva di langkah 3 dan 5 memberikan laju produksi yang diperoleh
7. Laju produksi yang diperoleh = 900 bbl/hari
6. 2. 5 Contoh Soal Analisa Nodal dengan Titik Nodal di Separator
Diketahui: Sama seperti contoh soal 6. 2. 3
Tentukan laju produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan separator sebagai titik
nodal.
Perhitungan:
1. Buat sistem koordinat pada kertas grafik kartesian dengan tekanan sebagai sumbu tegak dan
laju produksi sebagai sumbu datar, seperti pada Gambar 11.

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 24 / 56
: 2/ Juli

2. Dari perhitungan contoh soal 6.2.4 langkah 4, telah diperoleh hubungan q terhadap Pwh untuk
perhitungan yang diawali dari dasar sumur, yaitu sebagai berikut:
q anggapan

Pwf

Pwh

200

2000

610

400

1800

540

600

1600

450

800

1400

330

1000

1200

180

3. Berdasarkan Pwh di langkah 2, tentukan tekanan di separator, untuk beberapa anggapan laju
produksi, dengan menggunakan langkah kerja 3. 1 (Pwh = Tekanan upstream. Tekanan pada
separator, Pins sebagai tekanan downstream). Hasil pernitungan adalah sebagai berikut:
q anggapan

Pwh

Pins

200

610

595

400

540

525

600

450

410

800

330

255

1000

180

4. Plot q terhadap Pins seperti pada Gambar 11.


5. Pada gambar 11, plot tekanan separator = 100 psi pada sumbu tekanan. Kemudian buat garis
datar ke kanan sampai memotong kurva di langkah 4. Perpotongan ini menunjukkan laju
produksi yang diperoleh, yaitu: q = 900 bbl/hari.
6.2.6 Contoh Soal Analisa Nodal Di Sumur Gravel Pack
Tekanan kepala sumur (Pwh) = 280 psi
Tekanan reservoir (Pr) = 3500 psi

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 25 / 56
: 2/ Juli

Kedalaman sumur = 8000 ft


Jari-jari pengurasan (re) = 1500 ft
Permeabilitas minyak (ko) = 170 md
Tebal lapisan (h) = 25 ft
Ketebalan perforasi (hp) = 15 ft
Diameter tubing = 4 in
Densitas minyak = 35 oAPI ( = 43.9 lbm/ft3) (semua minyak)
Specific gravity gas (g) = 0.65
Gas oil ratio (GOR) = 600 scf/bbl
Densitas perforasi = 4 SPF
Diemeter perforasi = 0.51 in
Diamater lubang sumur = 12 1/4 in (rw = 0.51 ft)
Ukuran casing = 9 5/8 in
Diameter luar screen = 5 1/2 in
Ukuran gravel = 40 60 (kG = 45000 md)
Tekanan gelembung reservoir (Pb) = 2830 psi
Faktor volume formasi minyak (Bo) = 1.33
Viskositas minyak (o) = 0.54 cp
Penyelesaian :
1. Membuat kurva IPR dengan menggunakan persamaan Darcy

qo =
J=

7.08 10 3 ko h( Pr Pb )
o Bo (ln[re / rw ] 3 / 4 + S )

7.08 10 3 k o h
7.08 10 3 (170)(25)
=
= 5.789
o Bo (ln[re / rw ] 3 / 4 + S ) (0.54)(1.33)(ln[1500 / 0.51] 3 / 4 + 0)

jadi
qb = J ( Pr Pb ) = 5.789(3500 2830) = 3879 b/d

qmax = qb +

JPb
= 12983 b/d
1.8

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 26 / 56
: 2/ Juli

Hasil perhitungan IPR sebagai berikut


q,

Pwfs,

b/d

psi

5691

2500

8059

2000

9972

1500

11430

1000

12434

500

Plot antara q dan Pwfs seperti pada Gambar 19


2. Hitung tubing untake untuk 4 1/2 in OD tubing dengan tekanan wellhead sebesar 280 psi
dari pressure treverse. Hasil perhitungan tekanan dasar sumur dari tubing intake adalah
sebagai berikut
q,

Pwf

b/d

psi

4000

1640

6000

1860

8000

2120

Plot data diatas pada grafik yang sama (Gambar 19) ditunjukkan pada Gambar 20.
Perpotongan antara kurva tubing intake dan IPR sebesar 7500 b/d jika pressure drop
komplesi adalah 0 psi.
3. Hitung beda tekanan antara tekanan di sandface (Pwfs) dan tekanan di dasar sumur (kaki
tubing), Pwf. Hasil perhitungan untuk berbagai harga laju produksi diperlihatkan pada
Gambar 21
4. Hitung beda tekanan (P) pada gravel pack untuk 4 SPF dan diameter perforasi 0.51 in,
Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 27 / 56
: 2/ Juli

dengan persamaan:

1.47 10 7
kG

0.55

1.47 10 7
= 4.056 10 4
45000 0.55

L = (hole size OD screen)/2 = (12.25-5.5)/2 =3.375 in = 0.281 ft

A = SPF hp ( d perf ) 2 = (4)(15)(3.14)(0.51/((2)(12)))2 = 0.085 ft2


kemudian
a=

b=

9.08 10 13 Bo2 o L
A

o Bo L
1.127 10

13

kG A

9.08 10 13 (4.056 10 4 )(1.33) 2 (43.9)(0.281)


(0.085)

= 1.11 10 4

(0.54)(1.33)(0.281)
= 0.0468
1.127 10 13 (45000)(0.085)

P = 1.11 10 4 q 2 + 0.0468q

Hasil untuk berbagai harga q adalah sebagai berikut:


q,

P,

b/d

psi

200

14

500

51

1500

320

2000

538

3000

1139

4000

1953

6000

4277

8000

10000

Hasil plot antara P dan q yang digabungkan dengan hasil langkah 3 seperti pada Gambar 22.
5. Untuk mengevaluasi untuk berbagai harga SPF (8, 12 dan 16 SPF pada ketebalan

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 28 / 56
: 2/ Juli

perforasi) diperlihatkan pada tabel berikut

8 SPF

12 SPF

16 SPF

A = 0.17 ft

A = 0.255ft

A = 0.34 ft2

a = 2.7710-5

a = 1.23310-5

a =6.93810-6

b = 0.0234

b = 0.0156

b = 0.0117

q, b/d

P, psi

P, psi

P, psi

200

500

19

11

1500

97

51

33

2000

158

82

51

3000

320

158

98

4000

538

260

158

6000

1139

538

320

8000

1953

914

538

10000

3009

1389

811

12000

4277

1963

1139

Hasil plot untuk berbagai harga SPF diperlihatkan pada Gambar 4.96. Perpotongan antara kurva
P sistem dengan P dari gravel pack memberikan suatu harga laju produksi dengan harga P
tertentu. Kita bisa tetapkan bahwa antara 200 500 psi atau tergantung dengan pengalaman di
lapangan. Dalam contoh diatas, untuk hasil dari perforasi 4 spf memberikan hasil yang tidak
bagus. Tetapi dengan densitas perforasi sebanyak 16 spf memberikan hasil 6500 b/d dan beda
tekanan sebesar 380 psi.

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

6.2.7 Contoh Soal Analisa Nodal Di Sumur Perforasi


Permeabilitas formasi, k

= 5 md

Tekanan reservoir, Pr

= 3500 psi

Radius pengurasan, re

= 1500 ft

Ketebalan formasi, h

= 25 ft

Densitas minyak

= 35 oAPI

SG gas, g

= 0.65

Temperatur, T

= 190 oF

Perbandingan gas minya, GOR = 600 scf/bbl


Tekanan kepala sumur, Pwh

= 200 psi

Kedalaman sumur

= 6000 ft

Tekanan gelembung, Pb

= 2830 psi

Faktor volume formasi, Bo

= 1.33

Viskositas minyak, o

= 0.54 cp

Jari-jari lubang sumur, rw

= 0.36 ft

Densitas perforasi

= 2 SPF

Panjang perforasi, hp

= 15 ft

Ukuran sumur

= 8.750 in

Ukuran casing 5 1/2 in


Ukuran tubing 2 3/8 in
Diperforasi dengan overbalance memakai 4 in casing gun (ukuran lubang 0.51 in)
Penyelesaian
1. Membuat kurva IPR
J = 0.162 b/d/psi (diatas Pb)
qb = 109 b/d
qmax = 364 b/d
Plot antara q terhadap Pwfs (Gambar 26)

Manajemen Produksi Hulu

: 29 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 30 / 56
: 2/ Juli

2. Hitung tubing intake untuk 2 3/8 in OD tubing dengan tekanan wellhead sebesar 200 psi dari
pressure traverse. Plot data diatas pada grafik yang sama (Gambar 26) ditunjukkan pada
Gambar 27.
3. Hitung beda tekanan antara tekanan di sandface dan tekanan di dasar sumur (kaki tubing).
Hasil perhitungan untuk berbagai harga laju produksi diperlihatkan pada Gambar 28
4. Hitung beda tekanan (P) pada gravel pack untuk 2 SPF dan diameter perforasi 0.51 in,
dengan persamaan:
kc = 0.1(5) = 0.5 md
Panjang lubang perforasi = 10.6 in = 0.883 ft
rp = (0.51)/(212) = 0.021 ft
rc = 0.021 +0.5/12 = 0.063ft

2.33 1010
= 5.36 1010
0.51.201

1
1
2.30 10 14 Bo2 o
r p rc

a=
2
Lp
=
b=

(2.30 10 14 )(5.36 1010 )(1.33) 2 (43.9)(1 / 0.021 1 / 0.063)


= 3.89
0.833 2

o Bo ln (rc / r p )
3

7.08 10 L p k p

(0.54)(1.33) ln (0.063 / 0.021)


= 252.42
7.08 10 3 (0.883)(0.5)

5. Untuk mengevaluasi untuk berbagai harga SPF (over dan under balance) diperlihatkan pada
tabel berikut
SPF
2

Manajemen Produksi Hulu

Kondisi perforasi
Overbalance

q, b/d
175

P, psi
1600

Underbalance

285

600

Overbalance

240

1040

Overbalance

285

600

Underbalance

320

180

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 31 / 56
: 2/ Juli

Sumur tersebut harus diperforasi dengan underbalance, karena 2 spf underbalance memberikan hasil
yang hampir sama dengan 8 spf overbalance. Dengan 8 spf underbalance memberikan hasil 320 b/d
dimana mendekati hasil maksimum 364 b/d.
6.3 GAMBAR YANG DIGUNAKAN

GAMBAR 1 ARAH PERHITUNGAN ANALISA NODAL DENGAN


DASAR SUMUR SEBAGAI TITIK NODAL

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 2. PLOT KURVA IPR DAN KURVA TUBING INTAKE

Manajemen Produksi Hulu

: 32 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 3 ARAH PERHITUNGAN ANALISA NODAL DENGAN

Manajemen Produksi Hulu

: 33 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

KEPALA SUMUR SEBAGAI TITIK NODAL

GAMBAR 4 PLOT KURVA TUBING DAN KURVA PIPA SALUR

Manajemen Produksi Hulu

: 34 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 5 ARAH PERHITUNGAN ANALISA NODAL SEPARATOR


SEBAGAI TITIK NODAL

Manajemen Produksi Hulu

: 35 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 6 DIAGRAM TEKANAN LAJU PRODUKSI


UNTUK SELURUH RANGKAIAN PIPA

Manajemen Produksi Hulu

: 36 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

Manajemen Produksi Hulu

: 37 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 38 / 56
: 2/ Juli

GAMBAR 7 GRAFIK PRESSURE TRAVERSE PENENTUAN KE


DALAM EKIVALEN - Pwf

GAMBAR 8 GRAFIK PRESSURE PENENTUAN PANJANG EKIVALEN - Pwh

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 39 / 56
: 2/ Juli

GAMBAR 9 ANALISA NODAL DENGAN DASAR SUMUR SEBAGAI TITIK NODAL

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 40 / 56
: 2/ Juli

GAMBAR 10 ANALISA NODAL DENGAN KEPALA SUMUR SEBAGAI TITIK NODAL

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 41 / 56
: 2/ Juli

GAMBAR 11 ANALISA NODAL DENGAN SEPARATOR SEBAGAI TITIK NODAL

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 12 SKEMATIK GRAVEL PACK

Manajemen Produksi Hulu

: 42 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 13 PERHITUNGAN P

Manajemen Produksi Hulu

: 43 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 44 / 56
: 2/ Juli

GAMBAR 14 BAGAN ALIRAN DARI FORMASI GRAVEL PACK LUBANG SUMUR

GAMBAR 15 PENGGAMBARAN P AKIBAT GRAVEL PACK

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 16 EVALUASI TERHADAP BEBERAPA SPF

GAMBAR 17 SOLUSI ANALISA GRAVEL PACK PENAMBAHAN P


DALAM PERHITUNGAN IPR

Manajemen Produksi Hulu

: 45 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 18 SOLUSI ANALISA GRAVEL PACK PENAMBAHAN P


DALAM TUBING INTAKE

Manajemen Produksi Hulu

: 46 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 19 PLOT KURVA IPR

GAMBAR 20 PLOT KURVA TUBING INTAKE

Manajemen Produksi Hulu

: 47 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 21 MENGUBAH KE DALAM P

Manajemen Produksi Hulu

: 48 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 22 PLOT P AKIBAT GRAVEL PACK

Manajemen Produksi Hulu

: 49 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 23 PLOT P UNTUK BERBAGAI HARGA SPF

Manajemen Produksi Hulu

: 50 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 24 CONTOH SKEMATIK PERFORASI

Manajemen Produksi Hulu

: 51 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 25 LUBANG PERFORASI YANG DIPUTAR 90 O

Manajemen Produksi Hulu

: 52 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

GAMBAR 26 KURVA IPR

GAMBAR 27 PLOT KURVA TUBING INTAKE DAN IPR

Manajemen Produksi Hulu

: 53 / 56
: 2/ Juli

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 54 / 56
: 2/ Juli

GAMBAR 28 MENGUBAH GRAFIK IPR DAN TUBING INTAKE MENJADI P

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 55 / 56
: 2/ Juli

GAMBAR 29 PLOT ANTARA P DAN RATE UNTUK 2 SPF OVERBALANCE

Manajemen Produksi Hulu

TEKNIK PRODUKSI

NO : TP.02.02

: ANALISA SISTEM NODAL


JUDUL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal

Halaman
Revisi/Thn
2003

: 56 / 56
: 2/ Juli

GAMBAR 30 EVALUASI PERFORASI UNTUK BERBAGAI HARGA SPF

Manajemen Produksi Hulu

Anda mungkin juga menyukai