NO : TP.02.02
JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 1 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 2 / 56
: 2/ Juli
PanJ ang/kedalaman
Panjang pipa atau
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 3 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 4 / 56
: 2/ Juli
(a) Kurva tubing intake di atas kurva IPR sehingga tidak dapat ditentukan titik potongnya. Hal ini
berarti bahwa sumur tersebut mati untuk sistem pipa produksi yang digunakan.
(b) Kurva tubing intake tidak memotong kurva IPR, tetapi perpanjangan kurva tubing intake dapat
memotong kurva IPR. Apabila hal ini ditemui, ulangi langkah 4 sampai dengan 10 untuk
harga laju produksi lain yang dapat menyambung kurva pipa intake sehingga akan memotong
kurva IPR seperti pada keadaan di (c) berikut ini. Disarankan untuk tidak melakukan
ekstrapolasi, kecuali apabila laju produksi yang diperlukan tidak tersedia di pressure traverse.
(c) Kurva tubing intake memotong kurva IPR dan perpotongan tersebut memberikan laju produksi
qt. Hal ini berarti bahwa untuk sistem rangkaian tubing di dalam sumur dan pipa salur di
permukaan, sumur dapat berproduksi sebesar qt.
14. Dengan membuat variasi ukuran tubing dan pipa salur, maka dapat diperoleh kondisi optimum.
3.3 ANALISA NODAL BILA TITIK NODAL DI KEPALA SUMUR
1. Siapkan data penunjang, yaitu:
Kedalaman sumur (D)
Panjang pipa salur (L)
Diameter tubing (dt)
Diameter pipa salur (dp)
Kadar air (KA)
Perbandingan gas-cairan (GLR)
Tekanan separator (Psep)
Kurva IPR
2. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem sumbu dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju
produksi pada sumbu datar.
3. Ambil laju produksi tertentu, (qt) yang sesuai dengan salah satu harga laju produksi pada grafik
pressure traverse untuk aliran horizontal,
4. Berdasarkan harga qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traverse aliran horizontal.
5. Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila garis gradien aliran untuk harga
GLR tersebut tidak tercantum, lakukan interpolasi.
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 5 / 56
: 2/ Juli
6. Dari Psep (tekanan downstream) tentukan tekanan kepala sumur Pwh (tekanan upstream) dengan
menggunakan garis gradien alir di langkah 5, Lihat langkah 5 butir 3.1. Catat harga Pwh yang
diperoleh.
7. Ulangi langkah 3 sampai dengan 6 untuk berbagai harga laju produksi yang lain. Dengan
demikian diperoleh variasi harga qt terhadap Pwh.
8. Plot qt terhadap Pwh pada kertas grafik di langkah 2. Kurva yang terbentuk disebut kurva pipa
salur.
9. Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu harga laju produksi pada grafik
pressure traverse untuk aliran vertikal.
10. Berdasarkan harga qt, dt, dan KA pilih grafik pressure traverse aliran vertikal.
11. Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila garis gradien aliran untuk harga
GLR tersebut tidak tersedia, lakukan interpolasi.
12. Berdasarkan kurva IPR yang diperoleh dari uji tekanan dan produksi terbaru atau menurut
peramalan IPR, hitung tekanan alir dasar sumur (Pwf), pada harga qt di langkah 10.
13. Dari harga Pwf (tekanan upstream) tentukan tekanan kepala sumur,Pwh (tekanan downstream)
dengan menggunakan garis gradien aliran di langkah 11. Lihat langkah 4 pada butir 3. 1. Catat
harga Pwh yang diperoleh.
14. Ulangi langkah 9 sampai dengan 13 untuk berbagai harga laju produksi yang lain. Dengan
demikian akan diperoleh variasi harga qt terhadap Pwh.
15. Plot qt terhadap Pwh dari langkah 14 pada kertas grafik di langkah 2. Kurva yang diperoleh disebut
kurva tubing.
16. Apabila kurva tubing memotong kurva pipa salur, maka sumur akan terproduksi dengan laju
produksi (qt) yang ditentukan dari titik perpotongan tersebut.
Apabila kurva tubing tidak memotong kurva pipa salur, maka sumur tidak dapat berproduksi
untuk sistem rangkaian pipa tersebut.
Apabila kurva tubing dan kurva pipa salur tidak berpotongan tetapi perpanjangan kedua kurva
tersebut memberikan kemungkinan untuk berpotongan, maka ulangi langkah 3 sampai dengan
15 untuk laju produksi yang lain, sehingga kurva tubing dan kurva pipa salur dapat
diperpanjang, dan kemudian tentukan titik potongnya. Titik potong ini memberikan laju
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 6 / 56
: 2/ Juli
produksi yang diperoleh. Tidak dibenarkan melakukan ekstrapolasi, kecuali apabila laju
produksi tidak tersedia di grafik pressure traverse.
17. Dengan membuat kurva tubing dan kurva pipa salur untuk berbagai ukuran tubing dan ukuran
pipa salur, maka dipilih pasangan ukuran tubing dan pipa salur yang dapat menghasilkan laju
produksi optimum.
3.4 ANALISA NODAL BILA TITIK NODAL DI SEPARATOR
1. Siapkan data penunjang, yaitu:
Kedalaman sumur (D)
Panjang pipa salur (L)
Diameter tubing (dt)
Kadar air (KA)
Perbandingan gas-cairan (GLR)
Tekanan separator (Psep)
Kurva IPR.
2.
Pada kertas grafik kartesian buat sistem sumbu dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju
produksi pada sumbu datar
3.
4.
Anggap laju produksi (qt) yang sesuai dengan salah satu harga laju produksi pada grafik pressure
traverse untuk aliran horizontal dan vertikal.
5.
Pilih grafik pressure traverse aliran vertikal sesuai dengan qt, dt, dan KA. Apabila KA tidak
sesuai dengan KA yang tersedia pada grafik, pilih grafik pressure traverse dengan KA yang
terdekat.
6.
Pilih kurva gradien Tekanan aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila untuk harga GLR
tersebut tldak tersedia kurva gradien alirannya, lakukan interpolasi.
7.
Berdasarkan kurva IPR di langkah 3, baca harga tekanan alir dasar sumur, Pwf pada qt.
8.
Gunakan grafik pressure traverse (langkah 5) dan kurva gradien aliran (langkah 6) untuk
menentukan tekanan kepala sumur Pwh (Tekanan downstream) berdasarkan Pwf (Tekanan
"upstream"). Lihat butir 3. 1, langkah 5.
9.
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 7 / 56
: 2/ Juli
10. Pilih grafik pressure traverse aliran horizontal yang sesuai dengan qt. dp dan KA. Apabila KA
tidak sesuai dengan KA yang tersedia pada grafik, pilih grafik pressure traverse dengan harga
KA yang terdekat.
11. Pilih kurva gradien aliran yang sesuai dengan GLR yang diketahui. Apabila untuk harga GLR
tersebut tidak tersedia kurva gradien alirannya, lakukan interpolasi.
12. Gunakan grafik pressure traverse (langkah 10) dan kurva gradien aliran (langkah 11) untuk
menentukan tekanan masuk di separator, (Pins) berdasarkan harga Pwh dari langkah 9.
13. Catat harga Pins dan qt.
14. Ulangi langkah 4 sampai dengan 13 untuk berbagai harga laju produksi. Dengan demikian akan
diperoleh hubungan antara Pins terhadap q
15. Plot harga Pins terhadap qt pada kertas grafik di langkah 2 .
16. Plot Psep pada sumbu tekanan dan dari titik ini tarik garis datar ke kanan sampai memotong kurva
yang diperoleh dari langkah 15.
17. Perpotongan tersebut menunjukkan laju produksi yang akan diperoleh.
3.5 ANALISA NODAL PADA SUMUR GRAVEL PACK
1. Siapkan data penunjang, yaitu:
Kedalaman sumur (D)
Panjang pipa salur (L)
Diameter tubing (dt)
Diameter pipa salur (dp)
Kadar air (KA)
Perbandingan gas-cairan (GLR)
Tekanan separator (Psep)
Kurva IPR
2. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem sumbu dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju produksi
pada sumbu datar.
3. Plot tubing intake dengan melakukan seperti pada butir 3.2 langkah 4 langkah 12.
4. Dengan mengasumsikan berbagai harga laju produksi qt, baca harga Pwf dari kurva IPR dan Pwf dari
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 8 / 56
: 2/ Juli
tubing intake. Tentukan perbedaan tekanan (P = Pwf(IPR) - Pwf(TI)) antara tubing intake dan IPR dari
hasil langkah 4. Kemudian plot antara P dan qt (Gambar 12).
5. Dengan menggunakan persamaan yang sesuai (sumur minyak atau gas) tentukan P yang terjadi
akibat gravel pack untuk berbagai harga qt, plot dalam grafik yang sama dari hasil langkah 4
(Gambar 15). Perpotongan tersebut menunjukkan laju produksi yang akan diperoleh.
6. Lakukan evaluasi untuk harga SPF (shoot per foot) lainnya untuk mendapatkan kombinasi yang
optimum (Gambar 16).
Analisa nodal bisa juga dilakukan dengan menambahkan P akibat gravel pack dalam kurva IPR
sehingga didapat seperti pada Gambar 17 atau dengan cara ditambahkan pada tubing intake seperti
pada Gambar 18.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Brown, K. E. dan Lea, James. F: "Nodal Systems Ahalysis of Oil and Gas Wells", JPT, Oct. 1985.
SPE of AIME.
2. Brown K. E.: "The Technology of Artificial Lift Methods", Vol. 4 Pen-well Pub. Co., Tulsa, OK.
5. DAFTAR SIMBOL
A
= luas total aliran, ft2, (A = luas 1 perforasi shot density interval perforasi)
Bo
= kedalaman sumur, ft
dp
dt
= diameter tubing, in
GLR
kG
= permeabilitas gravel, md
kp
KA
= kadar air, %
Lp
Pwf
Pwfs
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
JUDUL
: ANALISA SISTEM NODAL
SUB JUDUL : Analisa Sistem Nodal
Halaman
Revisi/Thn
2003
Pins
Psep
Pwh
QT
= temperatur, oR (oF+460)
= gas kompressibilitas
rp
rc
= viskositas minyak, cp
= viskositas gas, cp
: 9 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 10 / 56
: 2/ Juli
6. LAMPIRAN
6. 1. LATAR BELAKANG
6. l. l Analisa Sistim Nodal Untuk Sumur Minyak
Analisa sistem nodal merupakan suatu cara pendekatan untuk optimisasi produksi sumur minyak
dan gas, dengan cara mengevaluasi secara menyeluruh sistem produksi sumur. Secara lengkap
tujuan analisa nodal untuk suatu sumur yang mempunyai indeks produktivitas (IPR) dan sistem
rangkaian tubing di dalam sumur serta pipa salur di permukaan tertentu adalah sebagai berikut:
1. Menentukan laju produksi yang dapat diperoleh secara sembur alam.
2. Menentukan kapan sumur mati,
3. Menentukan saat yang baik untuk mengubah sumur sembur alam menjadi sumur sembur
buatan.
4. Optimisasi laju produksi.
5. Memeriksa setiap komponen dalam sistem sumur produksi untuk menentukan adanya
hambatan aliran.
Analisa nodal di suatu sumur dapat dilakukan pada 3 titik nodal yaitu:
Titik nodal di dasar sumur
Titik nodal di kepala sumur
Titik nodal di separator
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 11 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 12 / 56
: 2/ Juli
P =
9.08 10 13 Bo2 o L
A
dimana:
a=
b=
9.08 10 13 Bo2 o L
A2
o Bo L
1.127 10 13 k G A
q2 +
o Bo L
1.127 10 13 k G A
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
kG
0.55
Pwfs Pwf = aq 2 + bq
Pwfs Pwf =
1.247 10 10 g TZL
A2
q2 +
8.93 10 3 g TZL
kG A
dimana:
a=
b=
1.247 10 10 g TZL
A2
8.93 10 3 g TZL
kG A
1.47 10 7
kG
0.55
: 13 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 14 / 56
: 2/ Juli
Z = gas kompressibilitas
L = panjang bagian aliran linear, ft
A = luas total aliran, ft2, (A = luas 1 perforasi shot density interval perforasi)
kG = permeabilitas gravel, md
6.1.6 Analisa Nodal Untuk Sumur Perforasi
Telah diketahui bahwa terjadi kompaksi, yaitu kerusakan formasi disekitar lubang perforasi pada
saat dilakukan perforasi. Hal ini berbeda pada gravel pack, dimana formasinya adalah
unconsolidated sehingga yang perlu diperhatikan adalah luas permukaan aliran. Sedangkan untuk
formasi ketat, selain diatas yaitu panjang perforasi, juga diperhatikan panjang lubang perforasi
Keduanya mempengaruhi aliran ke lubang sumur. Gambar 24 adalah contoh perforasi.
Gambar 25 memperlihatkan perforasi yang dapat dianalogikan sebagai miniatur lubang sumur. Dan
diasumsikan bahwa tidak ada kerusakan formasi disekitar lubang sumur. Beberapa asumsi lainnya
adalah:
1. Permeabilitas daerah yang terkompaksi adalah
a. 10% dari permeabilitas formasi jika diperforasi secara overbalance
b. 40% dari permeabilitas formasi jika diperforasi secara underbalance
2. Tebal daerah yang terkompaksi adalah 1/2 in
3. Untuk sumur dengan diameter kecil, Pwfs konstan sampai diujung daerah yang terkompaksi
4. Dapat digunakan persamaan Jones, Blount dan Glaze untuk menghitung kehilangan tekanan
akibat perforasi
Persamaan pressure drop untuk perforasi
Sumur Minyak:
Pwfs Pwf = P = aq 2 + bq
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
2.30 10 14 B 2 1 1
o o
r p rc q 2 + o Bo ln rc / r p
P =
2
7.08 10 3 L p k p
Lp
) q
dimana:
1 1
2.30 10 14 Bo2 o
rp rc
a=
2
Lp
b=
o Bo ln (rc / r p )
7.08 10 3 L p k p
Pwf
Pwfs
Bo
= viskositas minyak, cp
Lp
kp
rp
rc
Sumur Gas
2
Pwfs Pwf = aq 2 + bq
2.33 1010
1.201
kp
: 15 / 56
: 2/ Juli
Pwfs Pwf
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
3.16 10 12 TZ 1
g
r p rc
=
2
Lp
q 2 + 1.424 10 g TZ ln( rc / r p ) q
k p Lp
dimana:
1
3.16 10 12 g TZ
r p rc
a=
2
Lp
b=
1.424 10 3 g TZ ln( rc / r p )
k p Lp
Pwf
Pwfs
= temperatur, oR (oF+460)
= gas kompressibilitas
rp
rc
Lp
= viskositas gas, cp
kp
2.33 1010
kp
1.201
: 16 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
Data perforasi
Gun Size
Casing
Perforation
Penetration*, in.
Diameter, in.
in.
avg,
avg
longest
4 1/2 csg
0.21
3.03
3.30
1 9/16
5 1/2 csg
0.24
4.70
5.48
1 11/16
0.24
4.80
5.50
0.32
6.50
8.15
: 17 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
2 1/8
0.33
7.20
8.15
2 5/8
4 1/2 csg
0.36
10.36
10.36
: 18 / 56
: 2/ Juli
4 1/2 csg
0.19
3.15
3.15
1 1/4
2 3/8 csg
0.30
3.91
3.91
0.30
5.10
5.35
1 3/8
1 11/16
0.34
6.00
8.19
2 1/16
5 1/2 - 7 csg
0.42
8.20
8.6
2 1/8
0.39
7.70
8.6
4 1/2 csg
0.38
10.55
10.5
2 7/8
4 1/2 csg
0.37
10.36
10.6
3 1/8
4 1/2 csg
0.42
8.60
11.1
3 3/8
4 1/2 csg
0.36
9.10
10.8
3 5/8
0.39
8.90
12.8
0.51
10.60
13.5
0.73
12.33
13.6
Langkah kerja untuk evaluasi perforasi dengan analisa nodal sama seperti pada analisa nodal untuk
gravel pack
6. 2. CONTOH SOAL
6.2.1 Contoh Soal Menghitung Tekanan "Downstream" untuk Aliran Fluida dalam Pipa Secara Grafis.
Diketahui :
Diameter tubing
= 2in
Panjang tubing
= 400Oft
= 200bbl/hari
Kadar air
= 0%
= 200 scf/stb
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 19 / 56
: 2/ Juli
= 2, 5"
= 15000 ft
= 600 bbl/hari
= 1000 SCF/STB
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 20 / 56
: 2/ Juli
Pilih grafik pressure traverse untuk aliran horizontal seperti pada Gambar 6.
2. Plot tekanan separator = 100 psi pada sumbu tekanan.
3. Buat garis tegak ke bawah dari titik di langkah 2, sampai memotong garis gradien aliran untuk
GLR = 100 SCF/STB.
4. Dari titik potong tersebut buat garis datar ke kiri sampai memotong sumbu panjang, yaitu =
1200 ft. Panjang ekivalen Psep adalah 1200 ft
5. Hitung panjang ekivalen Pwh yaitu: 15000 + 1200 = 15200 ft
5. Plot panjang ekivalen 15200 ft pada sumbu panjang
7. Buat garis datar ke kanan sampai memotong garis gradien aliran untuk GLR = 1000 SCF/STB
8. Dari titik potong tersebut buat garis tegak ke atas, sampai memotong sumbu tekanan, yaitu 340
psi.
9. Tekanan kepala sumur, (upstream) = 340 psi
6.2.3 Contoh Soal Analisa Nodal dengan Titik Nodal di Dasar Sumur.
Diketahui:
Panjang pipa salur
= 3000 ft
= 2 in
Kedalaman sumur
= 5000 ft
Diameter tubing
= 23/6"
Kadar Air
= 0%
= 400 SCF/bbl
Tekanan statik
= 2200 psi
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan dasar sumur sebagal titik Nodal.
Perhitungan:
1. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju
produksi pada sumbu datar. Lihat Gambar 9.
2. Berdasarkan PI = 1.0 dan Ps = 2200 psi, hitung Pwf pada berbagai anggapan harga q, yaitu
sebagai berikut:
Pwf = Ps
q
PI
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 21 / 56
: 2/ Juli
200
, psi
1
Untuk laju produksi yang lain di peroleh hasil seperti pada tabel berikut:
q anggapan
Pwf
200
2000
400
1800
600
1600
800
1400
1000
1200
1500
700
Psep
Pwf
200
100
115
400
100
140
600
100
180
800
100
230
1000
100
275
1500
100
420
Catatan: Gunakan grafik pressure traverse aliran mendatar untuk diameter pipa = 2" GLR = 400
SCF/STB dan pada q anggapan.
5. Tentukan tekanan alir dasar sumur, berdasarkan tekanan kepala sumur dengan menggunakan
langkah kerja 3.1. Gunakan grafik pressure traverse aliran tegak untuk diameter tubing 2 3/6",
GLR = 400 SCF/STB, KA = 0 dan q anggapan. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
q anggapan
Pwh
Pwf
200
115
750
400
140
880
600
180
1030
800
230
1225
1000
275
1370
1500
420
1840
: 22 / 56
: 2/ Juli
6. Plot q terhadap Pwf dari langkah 5, pada kertas grafik di Gambar 9. Kurva ini disebut kurva
tubing intake.
7. Perpotongan antara kurva IPR dengan kurva tubing intake, menghasilkan laju produksi
sebesar 900 bbl/hari
8. Laju produksi yang diperoleh = 900 bbl/hari.
6.2.4 Analisa Nodal dengan Titik Nodal di kepala Sumur
Diketahui: sama seperti contoh soal 6. 2. 3
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan
kepala sumur sebagai titik nodal.
Perhitungan:
1. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat dengan tekanan sebagai sumbu tegak dan
laju produksi sebagai sumbu datar.
2. Berdasarkan perhitungan di contoh soal 6. 2. 3 butir 4, diperoleh hasil sebagai berikut:
q anggapan
Psep
Pwh
200
100
115
400
100
140
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
600
100
180
800
100
230
1000
100
275
1500
100
420
: 23 / 56
: 2/ Juli
Pwf
Pwh
200
2000
610
400
1800
540
600
1600
450
800
1400
330
1000
1200
180
1500
700
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 24 / 56
: 2/ Juli
2. Dari perhitungan contoh soal 6.2.4 langkah 4, telah diperoleh hubungan q terhadap Pwh untuk
perhitungan yang diawali dari dasar sumur, yaitu sebagai berikut:
q anggapan
Pwf
Pwh
200
2000
610
400
1800
540
600
1600
450
800
1400
330
1000
1200
180
3. Berdasarkan Pwh di langkah 2, tentukan tekanan di separator, untuk beberapa anggapan laju
produksi, dengan menggunakan langkah kerja 3. 1 (Pwh = Tekanan upstream. Tekanan pada
separator, Pins sebagai tekanan downstream). Hasil pernitungan adalah sebagai berikut:
q anggapan
Pwh
Pins
200
610
595
400
540
525
600
450
410
800
330
255
1000
180
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 25 / 56
: 2/ Juli
qo =
J=
7.08 10 3 ko h( Pr Pb )
o Bo (ln[re / rw ] 3 / 4 + S )
7.08 10 3 k o h
7.08 10 3 (170)(25)
=
= 5.789
o Bo (ln[re / rw ] 3 / 4 + S ) (0.54)(1.33)(ln[1500 / 0.51] 3 / 4 + 0)
jadi
qb = J ( Pr Pb ) = 5.789(3500 2830) = 3879 b/d
qmax = qb +
JPb
= 12983 b/d
1.8
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 26 / 56
: 2/ Juli
Pwfs,
b/d
psi
5691
2500
8059
2000
9972
1500
11430
1000
12434
500
Pwf
b/d
psi
4000
1640
6000
1860
8000
2120
Plot data diatas pada grafik yang sama (Gambar 19) ditunjukkan pada Gambar 20.
Perpotongan antara kurva tubing intake dan IPR sebesar 7500 b/d jika pressure drop
komplesi adalah 0 psi.
3. Hitung beda tekanan antara tekanan di sandface (Pwfs) dan tekanan di dasar sumur (kaki
tubing), Pwf. Hasil perhitungan untuk berbagai harga laju produksi diperlihatkan pada
Gambar 21
4. Hitung beda tekanan (P) pada gravel pack untuk 4 SPF dan diameter perforasi 0.51 in,
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 27 / 56
: 2/ Juli
dengan persamaan:
1.47 10 7
kG
0.55
1.47 10 7
= 4.056 10 4
45000 0.55
b=
9.08 10 13 Bo2 o L
A
o Bo L
1.127 10
13
kG A
= 1.11 10 4
(0.54)(1.33)(0.281)
= 0.0468
1.127 10 13 (45000)(0.085)
P = 1.11 10 4 q 2 + 0.0468q
P,
b/d
psi
200
14
500
51
1500
320
2000
538
3000
1139
4000
1953
6000
4277
8000
10000
Hasil plot antara P dan q yang digabungkan dengan hasil langkah 3 seperti pada Gambar 22.
5. Untuk mengevaluasi untuk berbagai harga SPF (8, 12 dan 16 SPF pada ketebalan
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 28 / 56
: 2/ Juli
8 SPF
12 SPF
16 SPF
A = 0.17 ft
A = 0.255ft
A = 0.34 ft2
a = 2.7710-5
a = 1.23310-5
a =6.93810-6
b = 0.0234
b = 0.0156
b = 0.0117
q, b/d
P, psi
P, psi
P, psi
200
500
19
11
1500
97
51
33
2000
158
82
51
3000
320
158
98
4000
538
260
158
6000
1139
538
320
8000
1953
914
538
10000
3009
1389
811
12000
4277
1963
1139
Hasil plot untuk berbagai harga SPF diperlihatkan pada Gambar 4.96. Perpotongan antara kurva
P sistem dengan P dari gravel pack memberikan suatu harga laju produksi dengan harga P
tertentu. Kita bisa tetapkan bahwa antara 200 500 psi atau tergantung dengan pengalaman di
lapangan. Dalam contoh diatas, untuk hasil dari perforasi 4 spf memberikan hasil yang tidak
bagus. Tetapi dengan densitas perforasi sebanyak 16 spf memberikan hasil 6500 b/d dan beda
tekanan sebesar 380 psi.
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
= 5 md
Tekanan reservoir, Pr
= 3500 psi
Radius pengurasan, re
= 1500 ft
Ketebalan formasi, h
= 25 ft
Densitas minyak
= 35 oAPI
SG gas, g
= 0.65
Temperatur, T
= 190 oF
= 200 psi
Kedalaman sumur
= 6000 ft
Tekanan gelembung, Pb
= 2830 psi
= 1.33
Viskositas minyak, o
= 0.54 cp
= 0.36 ft
Densitas perforasi
= 2 SPF
Panjang perforasi, hp
= 15 ft
Ukuran sumur
= 8.750 in
: 29 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 30 / 56
: 2/ Juli
2. Hitung tubing intake untuk 2 3/8 in OD tubing dengan tekanan wellhead sebesar 200 psi dari
pressure traverse. Plot data diatas pada grafik yang sama (Gambar 26) ditunjukkan pada
Gambar 27.
3. Hitung beda tekanan antara tekanan di sandface dan tekanan di dasar sumur (kaki tubing).
Hasil perhitungan untuk berbagai harga laju produksi diperlihatkan pada Gambar 28
4. Hitung beda tekanan (P) pada gravel pack untuk 2 SPF dan diameter perforasi 0.51 in,
dengan persamaan:
kc = 0.1(5) = 0.5 md
Panjang lubang perforasi = 10.6 in = 0.883 ft
rp = (0.51)/(212) = 0.021 ft
rc = 0.021 +0.5/12 = 0.063ft
2.33 1010
= 5.36 1010
0.51.201
1
1
2.30 10 14 Bo2 o
r p rc
a=
2
Lp
=
b=
o Bo ln (rc / r p )
3
7.08 10 L p k p
5. Untuk mengevaluasi untuk berbagai harga SPF (over dan under balance) diperlihatkan pada
tabel berikut
SPF
2
Kondisi perforasi
Overbalance
q, b/d
175
P, psi
1600
Underbalance
285
600
Overbalance
240
1040
Overbalance
285
600
Underbalance
320
180
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 31 / 56
: 2/ Juli
Sumur tersebut harus diperforasi dengan underbalance, karena 2 spf underbalance memberikan hasil
yang hampir sama dengan 8 spf overbalance. Dengan 8 spf underbalance memberikan hasil 320 b/d
dimana mendekati hasil maksimum 364 b/d.
6.3 GAMBAR YANG DIGUNAKAN
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 32 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 33 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 34 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 35 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 36 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 37 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 38 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 39 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 40 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 41 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 42 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
GAMBAR 13 PERHITUNGAN P
: 43 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 44 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 45 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 46 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 47 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 48 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 49 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 50 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 51 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 52 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 53 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 54 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 55 / 56
: 2/ Juli
TEKNIK PRODUKSI
NO : TP.02.02
Halaman
Revisi/Thn
2003
: 56 / 56
: 2/ Juli