Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Osteosarkoma adalah penyakit kuno yang masih belum lengkap (sulit) dipahami. Istilah
"sarcoma" diperkenalkan oleh ahli bedah Inggris John Abernathy pada 1804 dan ini berasal dari
akar Yunani yang berarti "gemuk/pembesaran." Pada 1805, ahli bedah Perancis Alexis Boyer
(ahli bedah pribadi untuk Napoleon) pertama menggunakan istilah "osteosarcoma." Boyer
menyadari bahwa osteosarkoma adalah berbeda dari entitas lainnya lesions tulang, seperti
osteochondromas (exostoses).
Bukti lebih lanjut mengenai pemikiran dan investigasi mengenai penyakit ini ditemukan oleh
pertengahan 1800an. Peltier mencatat pada tahun 1847, Baron yang menunjukkan kepada
Guillaume Dupuytren pengetahuan tentang patologik secara garis besar Tampilan osteosarkoma
ketika dia menulis berikut:
"Osteosarkoma, yang benar adalah pemerosotan dari kanker tulang, manifesnya sendiri
dalam bentuk putih kemerah-merahan atau massa, lardaceous dalam tahap dari penyakit; tetapi
tampak di lain waktu, poin dari kelemahan, masalah cerebriform, extravasating darah, dan
berwarna putih atau cairan dari viscid konsistensi dalam interior."
Osteosarkoma harus dibedakan dengan kondrosarkoma dan fibrosarkoma, di mana juga
terjadi pada tulang. Ostesarkoma memiliki sifat khas berupa, perjalanan klinisnya yang agresif
dan mempuyai prognosis yang jelek.
Osteosarcoma sangat langka di kalangan anak-anak (0,5 juta per kasus per tahun pada anakanak < 5 tahun). Namun, insiden yang terus meningkat dengan umur, semakin meningkat secara
dramatis di masa remaja, sesuai dengan pertumbuhan remaja yang cepat.
Dari data yang ada, disebutkan bahwa di Amerika Serikat, akibat osteosarkoma adalah 400
kasus per tahun (4,8 juta per penduduk <20 tahun). keseluruhan 5 tahun untuk menilai
kelangsungan hidup pasien didiagnosis antara 1974 dan 1994 adalah 63% (59% untuk laki-laki,
70% untuk perempuan). Insiden ini sedikit lebih tinggi pada kulit hitam daripada kulit putih.
Osteosarkoma adalah kematian bentuk kanker musculoskeletal yang paling sering
menyebabkan pasien mati dari penyakit metastatik berkenaan dengan paru-paru. Kebanyakan
1

osteosarkoma muncul sebagai kurungan lesions yang cepat berkembang dalam bidang tulang
panjang. Ada 3 daerah-daerah terpencil adalah tulang paha, yang proximal tulang kering, dan
proximal humerus, tetapi hampir setiap tulang dapat terpengaruh.
Tidak semua osteosarkoma timbul dalam kurungan sama, karena beberapa bagian dapat
menjadi nyata dalam jangka waktu sekitar 6 bulan (sinkronis osteosarcoma), atau beberapa
bagian dapat dicatat selama lebih dari 6 bulan (metachronous osteosarcoma). Hal itu tersebut
adalah jelas multifocal osteosarcoma langka, tetapi ketika terjadi, ia cenderung pada pasien muda
kurang dari 10 tahun.
Kasus-kasus klasik atau primer yang meliputi 75% osteosarkoma. Osteosarkoma dapat pula
timbul secara sekunder pada tulang yang menjadi tempat kelainan yang sudah ada terlebih
dahulu. Dalam kategori ini, kelainan yang paling sering mempengaruhinya yaitu penyakit Paget.
Osteosarkoma yang merupakan penyulit dan penyakit Paget, sering muncul pada tulangtulang pipih yang memiliki lesi pagetik; terjadi pada usia diatas 50 tahun dan sangat agresif.
Hanya beberapa penderita dapat bertahan hidup lebih dari 2 tahun.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari penyakit ca. Tulang ?
2. Apa etiologi dan faktor predisposisi dari ca. Tulang ?
3. Bagaimana patofisiologi dari ca. Tulang ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari ca. Tulang ?
5. Bagaimana WOC dari ca. Tulang ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada penyakit ca. Tulang ?
7. Bagaiman penatalaksanaan keperawatan dan medika mentosa dari penyakit ca. Tulang?
8. Apa saja data fokus yang perlu dikaji pada penyakit ca. Tulang ?
9. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada penyakit ca. Tulang ?
10. Apa saja NOC, NIC dan rasional dari intervensi ca. Tulang ?
11. Apa saja istilah- istilah atau kata sulit pada ca. Tulang ?
C. Tujuan penulisan
Tujuan umum :
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dan asuahan keperawatan pada ca. Tulang
Tujuan khusus :
- Memahami definisi ca. Tulang
- Memahami etiologi ca. Tulang
- Memahami patofisiologi ca. Tulang
- Menjelaskan manifestasi klinis dari ca. Tulang
- Menjelaskan WOC dari ca tulang
- Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada penyakit ca. Tulang
- Menjelaskan penatalaksanaan keperawatn dan medika mentosa dari penyakit ca tulang
- Memahami diagnosa keperawatan dari penyakit ca. Tulang
- Memahami NOC, NIC dan rasional dari intervensi ca. Tulang
- Menjelaskan istilah-istilah dari makalah ca. Tulang
D. Sistematika penulisan
Makalah disusun dengan urutan sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan (Latar belakang, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan), Bab 2
(Tinjauan Teoritis), Bab 3 Penutup (kesimpulan dan saran) serta daftar pustaka.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Ca.Tulang
Meskipun kebanyakan orang mungkin berpikir tulang adalah keras atau bagian "mati,"
namun, tulang adalah bagian yang kompleks, jaringan hidup. Seperti semua jaringan lain dari
tubuh, ia mengandung sel hidup. Itu adalah sarcoma yang menyerang bagian tulang. Sarcoma
adalah tumor ganas (kanker) yang punya potensi menyebar. Osteosarkoma bukan penyakit
turunan. Gen memang ikut berperan. Tapi, porsinya hanya 3 persen.
3

Osteosarkoma merupakan penyakit yang sel kankernya (ganas) ditemukan di tulang. Ini
adalah yang paling umum dari jenis kanker tulang. Osteosarkoma paling sering terjadi di remaja
dan dewasa muda. Kanker ini sebagian besar menyerang remaja pria yg sering mengkonsumsi
obat penambah tinggi badan. anak laki-laki yang memiliki tinggi diatas rata-rata memiliki
potensi yang lebih besar untuk itu. Pada anak-anak dan remaja, tumor paling sering muncul di
sekitar tulang lutut. Gejala-gejala dan kesempatan untuk pemulihan pada anak-anak dan remaja
yang muncul akan tampak sama.
Setelah osteosarkoma telah pertama ditemukan, tes lain dapat dilakukan untuk mengetahui
apakah kanker sel telah menyebar ke bagian tubuh yang lain. Hal ini disebut pementasan. Saat
ini, tidak ada sistem untuk pementasan osteosarkoma. Tetapi, kebanyakan pasien dikelompokkan
tergantung pada apakah kanker hanya ditemukan di satu bagian tubuh (diterjemahkan penyakit)
atau apakah kanker telah menyebar dari satu bagian tubuh lain (metastatic penyakit) sehingga
akan berpengaruh terhadapa rawatan penyakit. Berikut ini adalah kelompok yang digunakan
untuk osteosarkoma:
-

Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker berasal.

Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal ke bagian tubuh yang
lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar ke
tulang lain. Tentang satu di lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah
metastasized pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor
muncul dalam 2 atau lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.

Metastatic penyakit di diagnosa


Penyakit Metastatic adalah kanker yang telah menyebar dari tempat di mana ia mulai
bagian tubuh yang lain. Bila kanker telah menyebar ke paru-paru, masa adalah lebih baik
jika kanker adalah satu-satunya di paru-paru dan di tempat-tempat lebih sedikit di paruparu. Untuk kanker yang telah menyebar ke tulang, ramalannya adalah lebih baik jika
tumor adalah semua tulang yang sama.

Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah
dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali atau mungkin
4

datang kembali di bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paruparu. Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah
perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi langka.
B. Etiologi Ca.Tulang
Etiologi osteosarkoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai macam faktor
predisposisi sebagai penyebab osteosarkoma. Adapun faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan osteosarkoma antara lain:
1. Trauma
Osteosarkoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya
trauma. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama karena
tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan osteosarkoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga
diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarkoma ini. Salah satu contoh adalah radium.
Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang aneurismal, fibrous
displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan osteosarkoma. Ada dugaan bahwa
penggunaan thorium untuk penderita tuberkulosis mengakibatkan 14 dari 53 pasien
berkembang menjadi osteosarkoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberkulosis mengakibatkan 14
dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarkoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarkoma baru dilakukan pada
hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan onkogenik virus pada osteosarkoma
manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti
virus pada sel osteosarkoma dalam kultur jaringan.
Bahan kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran
tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarkoma selama masa pubertas. Hal ini
5

menunjukkan bahwa hormon seks penting walaupun belum jelas bagaimana hormon dapat
mempengaruhi perkembanagan osteosarkoma.
C. Patofisiologi Ca.Tulang
Osteosarkoma paling sering terjadi pada rongga medular daerah metafisis tulang panjang.
Ujung bawah femar, bagian atas tibia, dan bagian atas humerus adalah tempat yang paling sering
terkena. Osteosarkoma jarang terjadi di periosteum (osteosarkoma periosteal) atau pada
permukaan luar (osteosarkoma parosteal).
Secara makrokopis, osteosarkoma tampak sebagai massa lunak dengan daerah nekrosis dan
pendarahan. Dapat ditemukan pembentukan tulang dan kartilago. Tulang yang terkena membesar
akibat adanya tumor, yang dapat menginfitrasi rongga medulla dan jaringan lunak di luar tulang.
Secara radiologist, osteosarkoma tampak sebagai lesi-lesi destruktif irregular. Derajat kalsifikasi
menentukan radioopasitas.
Osteosarkoma merupakan neoplasma agresif yang menginfitrasi secara luas. Metastasis
hematogen, paling sering pada paru, terjadi secara dini. Jarang terjadi metastasis limfatik dan
tumor pada kelenjar limfe.
Secara mikrokopis, osteosarkoma tersusun dari osteoblas ganas disertai anaplasia dan laju
mitonik yang tinggi. Berdasarkan derajat anaplasia, osteosarkoma diklasifikasikan menjadi
derajat I-III; pasien tumor derajat I memiliki daya tahan hidup lebih lama
Osteoid dalam jumlah yang bervariasi dihasilkan oleh sel-sel tumor dan dapat mengalami
kalsifikasi (tumor tulang). Adanya osteoid pada tumor tulang ganas menegakkan diagnosis
osteosarkoma. Pembentukan kartilago juga sering terjadi dan dapat luas (osteosarkoma
kondroblastik). Pada beberapa kasus, dapat terlihat banyak sel raksasa. Pada kasus lain, ruang
vascular kavernosa mendominasi gambaran histologik (osteosarkoma teleangiektatik).
D. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda biasanya dapat terjadi seminggu atau sebulan sebelum pasien didiagnosa.
Gejala umum:
-

Adanya rasa sakit, ketika beraktifitas


6

Penderita osteosarkoma akan merasakan nyeri pada tulangnya pada saat malam hari.

Penderita osteosarkoma sering jatuh

Bengkak, tergantung besar dan lokasi lesi

Faktor herediter

Gejala sistemik:
-

Demam

Berkeringat pada malam hari (biasanya terjadi pada penderita tuberculosis yang
menggunakan thorium sebagai obat )

Pemeriksaan secara fisik biasanya dilakukan untuk mengetahui tumor primer antara lain:
- Palpasi, adanya massa yang lunak dan panas.
- Adanya pergerakan
- Respiratori, auskultasi yang tidak normal
E. WOC
Terlampir
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto X-ray
Gambaran klasik menunjukkan reaksi periosteal, gambaran litik dan sklerotik pada
tulang, formasi matrix osteoid di bawah periosteum dengan gambaran khas Codmans
triangle ,sunburst , dan moth eaten.
2. MRI
Berguna untuk mengetahui ekstensi tumor, keterlibatan jaringan lunak sekitar (pembuluh
darah, saraf, sendi), serta mencari adanya skip lessions. Skip lession terjadi < 5% pada
osteosarcoma.
3. Foto x-ray thorax/ CT scan
Menyingkirkan adanya metastasis di paru.
4. Bone scan(+) atau PET CT ( optional )
Menyingkirkan adanya metastasis di tulang. Biopsi (biopsi Aspirasi Jarum halus
(BAJH/FNAB), core biopsy).
5. Pemeriksaan laboratorium darah (LDH / ALP )
Untuk mengevaluasi status keadaan umum dan persiapan terapi.
6. Penilaian skor huvos untuk evaluasi histologik respons kemoterapi neoadjuvant pre
operasi.
Penilaian ini dilakukan secara semikuantitatif dengan membandingkan luasnya area
nekrosis terhadap sisa tumor yang riabel :
- Grade 1 : sedikit atau tidak ada nekrosis (0 - 50%)
- Grade 2 : nekrosis >50 - <90 %
- Grade 3 : nekrosis 90 - 99 %
- Grade 4 : nekrosis 100 %
7

G. Penatalaksanaan Keperawatan Dan Medikamentosa Pada Ca Tulang


Penatalaksanaan medis :
Terapi pada osteosarkoma meliputi terapi pembedahan ( limb -sparing surgery atau
amputasi), kemoterapi dan radioterapi yang diberikan konkuren ataupun sekuensial sesuai
indikasi.
1. Pembedahan
Terapi pembedahan merupakan terapi utama pada osteosarkoma yang masih dapat
dioperasi, dengan prinsip pembedahan reseksi enbloc komplit dengan preservasi organ
semaksimal mungkin.Kontraindikasi untuk preservasi organ adalah bila ada keterlibatan
pembuluh darah ataupun struktur saraf, fraktur patologis, adanya hematoma besar terkait
tindakan biopsi.
Limb sparing surgery dilakukan pada high grade osteosarcoma dan respon baik
terhadap kemoterapi (sel viable < 10 % dan margin jaringan - ), serta tepi bebas tumor.
Setelah limb sparing surgery maka kemoterapi dilanjutkan sebanyak 2 siklus. Jika
setelah 3 bulan dievaluasi terjadi relaps maka dilakukan amputasi. Amputasi juga
dilakukan pada osteosarcom yang letaknya secara anatomik tidak menguntungkan dan
tidak dapat dilakukan limb sparing dengan margin yang bersih.
Sementara untuk osteosarkoma dengan derajat keganasan tinggi, secara protokol
diberikan kemoterapi neoajuvan terlebih dahulu, lalu di evaluasi/ restaging. Jika setelah
neo ajuvan ukuran mengecil dan menjadi resectable maka dilanjutkan dengan terapi
pembedahan (wide excision ). Terapi setelah pembedahan terbagi menjadi dua tergantung
ada tidaknya margin jaringan setelah operasi. Sedangkan pembedahan dengan margin (+)
yang memberikan respon buruk maka pertimbangkan mengganti kemoterapi dan juga
terapi tambahan secara lokal ( surgical resection ).
Pada pasien dengan margin jaringan (-) dilanjutkan dengan kemoterapi, 2 siklus.
Pada osteosarcoma derajat keganansan tinggi yang setelah restaging tetap unresectable
maka langsung lakukan radioterapi dan kemoterapi tanpa pembedahan terlebih dahulu.
Pada pasien osteosarcoma yang sudah bermetastasis maka penatalaksanaan nya terbagi
juga menjadi dua yaitu resectable dan unresectable. Pada yang resectable ( pulmonary,
visceral, atau skeletal metastasis) maka terapi untuk tumor primer nya sama dengan
penatalaksanaan osteosarcoma derajat keganasan tinggi dan didukung dengan kemoterapi
dan juga metastasectomy .

Sedangkan pada yang unresectable penatalaksanaan yang dilakukan adalah


kemoterapi, radioterapi, dan megevaluasi ulang tumor primer untuk mengontrol tumor
secara lokal, paliatif treatment.
2. Kemoterapi
Kemoterapi pada osteosarkoma :
First line therapy (primary/neoadjuvan/adjuvanttherapy or metastatic disease ) :
- Cisplatin and doxorubicin
- MAP ( High-dosemethotrexate, cisplatin, and doxorubicin )
- Doxorubicin, cisplatin, ifosfamide , and high dose methotrexate
- Ifosfamide, cisplatin, and epirubicin
Second line therapy ( relapsed/ refractory or metastatic disease )
-

Docetaxel and gemcitabine


Cyclophosphamide and etoposide
Gemcitabine
Ifosfamide and etoposide
Ifosfamide, carboplatin, and etoposide
High dose methotrexate, etoposide, and ifosfamide

Jadwal kontrol pasien dilakukan tiap 3 bulan pada tahun pertama dan kedua terapi, tiap 4
bulan pada tahun ke 3 , tiap 6 bulan pada tahun ke 4 dan 5, dan follow up pada tahun berikutnya
dilakukan setahun sekali. Jika terjadi relaps maka dilakukan kemoterapi dan / atau reseksi jika
memungkinkan, targeted terapi ( mTOR inhibitor, sorafenib ), stem cell transplatasi (HDT/SCT),
atau terapi suportif .
Jika setelah itu pasien memberikan respons yang baik maka lakukan kontrol sesuai
jadwal. Jika setelah kemoterapi dan reseksi ulang terjadi relaps atau penyakit menjadi progresif
maka terdapat beberapa pilihan penanganan yaitu: reseksi paliatif (jika memungkinkan),
kemoterapi second line, radioterapi paliatif ( radium 223, Samarium-1 , 153Sm-EDTMP).
Dengan pendekatan tersebut, 60-70% pasien dapat memiliki kesintasan hidup jangka panjang.
Apabila sudah bermetastasis ke paru, tetapi terisolasi di paru saja, maka didapatkan nilai 35-40%
untuk angka kesintasan hidup. Localized disease.
Penatalaksanaan keperawatan :
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi,
dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
9

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan
dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau
rohaniawan.
3. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan
teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral
dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
4. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi,

program

terapi,

dan

teknik

perawatan

luka

di

rumah.

(Smeltzer. 2001)

10

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
- Identits klien
(nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, status marietal, pekerjaan,
-

pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnose medis )


Identitas penanggung jawab (nama, umur,

jenis

kelamin,

pekerjaan,

pendidikan,status, agama, hubungan dengan klien ).


2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
Adalah alasan utama yang menyebabkan dibawanya klien ke rumah sakit.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan
yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui
mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu perlu dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah
dialami sebelumnya yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan proses
keperawatan.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah penyakit yang dialami oleh klien saat ini ada
hubungannya dengan penyakit herediter.
3. Pola aktivitas sehari hari
a. Aktivitas /Istirahat
11

1. kelemahan dan atau keletihan.


2. Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
3. Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.
4. Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi.
b. Sirkulasi
1. Palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebih.
2. Perubahan pada TD.
c. Integritas Ego
1. Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres
(misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religious/spiritual).
2. Masalah tentang perubahan dan penampilan, misalny : alopesia, lesi, cacat,
pembedahan.
3. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan.
d. Eliminasi
Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi.
Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria, sering berkemih.
e. Makanan/Cairan
1. Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan bahan
pengawet).
2. Anoreksia, mual/muntah.
3. Intoleransi makanan.
4. Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa
otot.
f. Neurosensori
Tidak ada nyeri yang bervariasi, misalnya : kenyamanan ringan sampai nyeri berat
(dihubungkan dengan proses penyakit).
g. Pernafasan
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok),
pemajanan asbes.
h. Keamanan
1. Pemajana pada kimia toksik, karsinogen.
2. Pemajanan matahari lama/berlebihan.
i. Seksualitas
1. Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasaan.
2. Nuligravida lebih besar dariusia 30 tahun.
12

3. Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, dan herpes genital.
j. Interaksi Social
1. Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.
2. Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau
bantuan). Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
4. Observasi dan Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik, kurang, atau lemah.
b. Tanda tanda vital ( TD,Suhu,Nadi,Pernafasan )
c. Pemeriksaan fisik
1. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena
2. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
3. Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit
- Mungkin hebat atau dangkal
- Sering hilang dengan posisi flexi
- Anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu
menahan objek berat.
4. Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe
regional.
Tanda dan gejala
-

Rasa sakit (nyeri),


Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah
pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).
Pembengkakan
Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang

terbatas (Gale. 1999: 245).


Keterbatasan gerak
Fraktur patologik.
Menurunnya berat badan
Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta distensi

pembuluh darah maupun pelebaran vena.


Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun

dan malaise (Smeltzer. 2001: 2347).


B. Data Fokus
No

Data
Etiologi
1. DS : Pasien mengatakan Osteosarkoma
kulitnya

memerah

Masalah
Resiko infeksi

sejak
13

kemarin sore
DO :
2

Kulit pasien merah


Leukosit meningkat

DS : pasien mengatakan Mual

dan

muntah

bahwa akhir-akhir ini sering kemoterapi

akibat Nutrisi kurang dari


kebutuhan

muntah dan mual


DO:
-

Keletihan
Berkeringat dimalam

hari
Anorexia
DS : pasien menagatakan Terapi radiasi X-Ray

Kerusakan integritas

letih terhadap kemoterapi

kulit

yang sering ia jalani


DO:
-

Kulit kemerahan
Kelembaban
pada

kulit berkurang
Perubahan
pada

warna kulit
Rambut rontok
DS : pasien mengatakan Proses pembedahan
-

Gangguan citra tubuh

bahwa ia merasa kurang


percaya diri setelah proses
pembedahan
DO:

5.

BB turun
Pasien

murung
Kehilangan

terlihat
alat

gerak
- Mobilisasi terbatas
DS : Pasien mengatakan Terapi pembedahan

Hambatan mobilitas

malas

fisik

untuk

melakukan

14

sesuatu
DO:
6.

pasien

beraktivitas
DS: Pasien

jarang

mengatakan Nyeri tulang rawan

sering merasakan nyeri pada

Gangguan

rasa

nyaman

daerah bahu
DO:`- Ansietas
-

Pasien sulit tidur

C. Diagnosa
1. Resiko infeksi b.d osteosarkoma
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah akibat terapi
3. Kerusakan integritas kulit b.d terapi radiasi x-ray
4. Gangguan citra tubuh b.d proses pembedahan
5. Hambatan mobilitas fisik b.d terapi pembedahan
6. Gangguan rasa nyaman b.d nyeri tulang rawan
D. Perencanaan
DX 1: Resiko infeksi
Resiko

NOC

NIC

Rasional

infeksi

Imunne status
Knowledge:infeksi

Infection

control
Risk control

infeksi

control:Kontrol

pasien

yang

berat

badan

Dorong

20%

dibawah

masukan nutrisi

berat

badan

yang cukup

normal

atau

yang

anemia

atau

yang

malnutrisi, lebih
rentan terhadap
infeksi

dan

dapat
15

memerlukan
diet khusus.

Berikan
tekhnik

antibiotik

bila

mencegah

perlu(proteksi

perkembangan

terhadap

mikroorganisme

infeksi)

patogen.

Monitoring

penurunan

Hb

tanda

dan

dan peningkatan

gejala

infeksi

jumlah leukosit

sistemik

teknik antibiotik

dan

dari

normal

lokal
monitor hitung

membuktikan

granulosit

tanda infeksi.

adanya

tanda-

WBC
monitor
kerentanan
terhadap
infeksi

Untuk
menghindari

kuman

pertahankan

mikroorganisme

tekhnik asepsis
pada

penyebab

pasien

penyakit

yang beresiko

Menghindari
16

akumulasi

berikan

cairan

perawatan pada

berlebihan

kulit area yang

dalam jaringan

di

epidema

inspeksi
dan

kulit

menandakan

membran

mukosa

tanda-tanda ini
infeksi luka

thd

kemerahan,pan
as dan drainase

untuk
mengetahui

inspeksi

apakah

kondisi

mengalami

luka/insisi
bedah

luka

infeksi
.Untuk
mempercepat

penyembuhan

instrukiskan
pasien

untuk

minum
antibiotik
sesuai resep

Menunjukkan
kemampuan

ajarkan pasien

untuk mencegah

dan

resiko infeksi

keluarga

cara
mengetahui
tanda infeksi

Cepat di tangani
dan

laporkan

terhindar

dari infeksi

kecurigaan
17

terhadap
infeksi

DX 2: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah akibat terapi
Nutrisi
dari

kurang NOC

NIC

RASIONAL

kebutuhan

tubuh
Nutritional
status
Nutritional

Nutrition management
jumlah
kalori

dilakukan

dibutuhkan

status : nutrien
intake
Weight control

untuk

pasien
Monitoring
jumlah

mengetahui
status

nutrisi

sehingga dapat

kalori

menentukan
intervensi yang

adanya
peningkatan BB

dengan

diberikan

Berikan
informasi

tujuan
BB ideal sesuai

tentang

dengan TB
Mampu

nutrisi

kebutuhan

kebutuhan

memotivasi
pasien

Kaji

nutrisi
Tidak ada tanda-

kemampuan

tanda malnutrisi
Menunjukkan

mendapatkan

peningkatan
fungsi

pasien

Informasi yang
diberikan dapat

mengindentifika
si

nutrisi

pasien

dan kandungan

Kriteria hasil :

sesuai

Pengkajian
penting

dan nutrisi yang

status : food and


fluid intake
Nutritional

meningkatkan
kebutuhan

untuk

nutrisi
dibutuhkan

untuk

nutrisi

yang

Untuk
18

pengecapan dari Nutrion monitoring


menelan
Tidak
terjadi
penurunan

batasan

batasan

normal
Monitoring

normal

adanya

apabila

penurunan BB
Monitoring tipe

mengalami

dan

an BB dalam

pasien

dalam

BB

yang berarti

BB

mempertahank

karema

penurunan

jumlah

sebesar

aktivitas
Monitoring kulit
kering

terserang
infeksi

peubahan

turgor kulit
Monitoring

20%

pasien mudah

dan

pigmentasi
Monitoring

BB

kekeringan,ramb
ut

kusam,dan

mudah

DX 3: Kerusakan integritas kulit


Kerusakan

NOC

NIC

Rasional

integritas kulit

Pressure

tissue

integrity: skin management


and

mucous

anjurkan

tekanan

dari

membranes
hemodylaisis

pasien

baju,

menggunaka

membiarkan

akses

luka

pasien

yang longgar

terbuka

terhadap udara
meningkatkan
19

proses
penyembuhan
dan
menurunkan
resiko infeksi

mobilisasi

resiko infeksi

pasien (ubah

dan

posisi pasien

dekubitus

)setiap 2 jam

terjadi

sekali

pasien

menurunkan
mecegah
pada

Membantu

monitor kulit

mengidentifika

akan adanya

si

kemerahan

yang

tindakan
tepat

untuk
memberikan
kenyamanan.

monitor
aktivitas dan
mobilisasi

pasien

.pasien dengan
gangguan rasa
nyaman

monitor

cenderung

status nutrisi

risih

pasien

Nutrisi

dapat

meningkatkan
daya

tahan
20

tubuh

dan

mengganti
jaringan yang
rusak

dan

mempercepat
proses
penyembuhan.
DX 4 : Gangguan citra tubuh
Gangguan

NOC

NIC

RASIONAL

Noc

Body image enhancement

citra tubuh

Body image
Self esteem

- Kaji secara verbal dan nonverbal

dalam

respon klien terhadap tubuhny

memastikan

Kriteria hasil
Body

Membantu

masalah untuk
image - Monitor

positif
Mampu

frekuensi

mengkritik

memulai

dirinya

tentang
mengindentifikas - Jelaskan
pengbobatan,perawatan,kemaju
i
kekuatan

proses
pemecahan
-

an dan prognesis penyakit


personal
Mendiskripsikan - Dorong klien mengungkapkan
perasaannya
secara
faktual
perubahan fungsi

masalah
Membantu
dalam
pemecahan

tubuh
Mempertahankan

masalah
Membantu
dalam
memecahkan

interaksi sosial

masalah
-

Membantu
dalam
-memecahkan
masalah

dan
21

membina
hubungan
saling percaya
antara perawat
pasien

dan

keluarga

DX 5 : Hambatan mobilitas fisik b.d terapi pembedahan


Hambatan

NOC

NIC

RASIONAL

mobilitas fisik b.d


terapi pembedahan
Joint movement : -

Monitoring

active
Mobility level
Self care : ADL
Transfer

sign

apakah

sebelum/sesudah

perubahan

pada

latihan dan lihat

vital

pada

respon pasien saat

pasien

performance
Kriteria hasil :
Klien

meningkat

tentang
ambulasi

peningkatan

kegiatan mobilitas
Memverbalisasikan
perasaan

dalam

meningkatkan
kekuatan

dan

kemampuan

rencana

dengan kebutuhan
Bantu klien untuk
menggunakan
saat

berjalan

dan

mencegah

terjadi
sign

Membantu dalam

masalah
Membantu pasien
terhindar

dari

resiko cidera
Meningkatkan
aliran

tongkat

Latih pasien dalam


alat

Untuk mengetahui

memecahkan

sesuai

tejadinya cidera

berpindah
Memperagakan
penggunaan

latihan
Konsultasikan
denganterapi fisik

dalam aktivas fisik


Mengerti
tujuan
dari

vital -

otot

darah
dan

ke

tulang

untuk
meningkatkan
tonus

otot,

mempertahankan
mobilitas

sendi,
22

bantu

untuk

mencegah

mobilisasi

kontraktur/atropi

( walker )

dan reapsorbsi Ca
yang

tidak

digunakan
-

Memberikan
dukungan
melatih

dan
ADL

pasien,membantu
pasien

terhindar

dari resiko cidera

DX 6 : Gangguan rasa nyaman


Gangguan

rasa NOC

NIC

RASIONAL

nyaman

Anxiety reduction
Ansiety
Fear level
(penurunan
rasa
Sleep deprivation
cemas)
Comfort,readines
Gunakan
for enchaced
pendekatan

Peningkatan
rasa nyaman

yang
menyenangka

n
Jelaskan
semua
prosedur dan

Mampu
mengontrol
kecemasan

apa yang di
rasakan
selama
23

prosedur

Pahami
perspektif
pasien

Mengurangi
kecemasan

terhadap

pasien

situasi stress

dan

meningkata
nkan

Lakukan
back/neck rub

rasa

nyaman
Agar pasien
relaks

Dorong
keluarga

Support

untuk

sosial

dan

menemani

mengurangi

pasien

kecemasan
pasien

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
24

Osteosarkoma adalah kematian bentuk kanker musculoskeletal yang paling sering


menyebabkan pasien mati dari penyakit metastatik berkenaan dengan paru-paru. Kebanyakan
osteosarkoma muncul sebagai kurungan lesions yang cepat berkembang dalam bidang tulang
panjang. Ada 3 daerah-daerah terpencil adalah tulang paha, yang proximal tulang kering, dan
proximal humerus, tetapi hampir setiap tulang dapat terpengaruh.
Tidak semua osteosarkoma timbul dalam kurungan sama, karena beberapa bagian dapat
menjadi nyata dalam jangka waktu sekitar 6 bulan (sinkronis osteosarcoma), atau beberapa
bagian dapat dicatat selama lebih dari 6 bulan (metachronous osteosarcoma). Hal itu tersebut
adalah jelas multifocal osteosarcoma langka, tetapi ketika terjadi, ia cenderung pada pasien muda
kurang dari 10 tahun.
B. Saran
Setelah penulis menjabarkan mengenai kasus osteosarkoma, diharapkan memberi suatu
pencerahan dan tambahan ilmu pengetahuan mengenai kasus ini. Namun, dalam uraiannya,
penulis sadar bahwa masih banyak hal yang dirasa kurang dan oleh karenanya penulis
mengharapkan suatu masukan dan saran untuk kebaikan mendatang dalam segala bidang,
terutama kasus osteosarkoma ini. Penelusuran lebih jauh dan dalam lagi mengenai
perkembangan kasus osteosarkoma ini merupakan jalan terbaik untuk mendapat informasi yang
lebih relevan disamping makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. EGC : Jakarta
Doenges E. Marilynn, dkk.1969.Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

25

Huda amin, dkk. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA
NIC NOC edisi revisi jilid 2. Yogyakarta : MediAction
Price, Sylvia A., dkk. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 4.
Jakarta : EGC
http://en.wikipedia.org/wiki/Osteosarcoma. Diakses tanggal 7 maret 2016 pukul 15.00

26

Anda mungkin juga menyukai