Anda di halaman 1dari 20

Tumor Ganas Laring

BAB I
PENDAHULUAN

Tumor ganas laring atau kanker laring bukanlah hal yang jarang
ditemukan di bidang THT. Sebagai gambaran, di RSCM menempati urutan ketiga
setelah karsinoma nasofaring, tumor ganas hidung dan sinus paranasal. Tumor
Ganas laring lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan, dengan
perbandingan 11 : 1. Terbanyak pada usia 56-69 tahun.1,2
Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan
beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu :
rokok, alkohol, sinar radioaktif, polusi udara, radiasi leher dan asbestosis.1,2
Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring masih belum
memuaskan, hal ini disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai
sehingga dijumpai bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam
keadaan yang sudah berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang
memuaskan. Yang terpenting pada penanggulangan tumor ganas laring ialah
diagnosa dini.1,2
Secara umum, penatalaksanaan tumor ganas laring adalah dengan
pembedahan, radiasi, sitostatika ataupun kombinasi daripadanya, tergantung
stadium penyakit dan keadaan umum penderita.1
Oleh karena pada umumnya kebanyakan pasien datang dalam tahap yang
sudah lanjut, dan untuk mengetahaui bagaimana peran dari kedokteran radiologi
dalam

membantu

mendiagnosa

penyakit

ini,

maka

penulis

mengangkatkan sebuah makalah dengan judul karsinoma laring.2

berusaha

Tumor Ganas Laring


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Laring
Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang
rawan yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan
ekstrinsik serta dilapisi oleh mukosa.2,3,4,6
Tulang dan tulang rawan laring yaitu : 2,3,4,6
1. Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf "U", mudah diraba pads leher
bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus di bagian
belakang dan prosesus brevis bagian depan. Permukaan bagian atas tulang
ini melekat pads otot-otot lidah, mandibula dan tengkorak.
2. Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari
dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah
belakang.
3. Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan merupakan
tulang rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi tulang rawan krikoid
melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di bagian
belakang melekat otot krikoaritenoid posterior.

Gambar 2. a. Penampang Anterior Laring dari Leher. b,c.Anatomi Kerangka


Laring3

Tumor Ganas Laring


Otot-otot laring terdiri dari 2 golongan besar, yaitu : 2,3,4,6
1. Otot-Otot ekstrinsik :
Otot elevator : M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digrastikus dan M.
Stilohioid
Otot depressor : M. Omohioid, M. Sternohioid dan M. Tirohioid
2. Otot-Otot Intrinsik :
Otot Adduktor dan Abduktor : M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid oblique dan
transversum
Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis : M. Tiroaritenoid, M.
Vokalis, M. Krikotiroid
Otot yang mengatur pintu masuk laring : M. Ariepiglotik, M. Tiroepiglotik.

Tumor Ganas Laring


2.2. Epidemiologi
Kekerapan tumor ganas laring di beberapa tempat di dunia ini berbedabeda. Di Amerika Serikat pada tahun 1973 1976 dilaporkan 8,5 kasus karsinoma
laring per 100.000 penduduk laki-laki dan 1.3 kasus karsinoma laring per 100.000
penduduk perempuan. Pada akhir-akhir ini tercatat insiden tumor ganas laring
pada wanita meningkat. Ini dihubungkan dengan meningkatnya jumlah wanita
yang merokok.1,2
Di RSUP H. Adam Malik Medan, Februari 1995 Juni 2003 dijumpai 97
kasus karsinoma laring dengan perbandingan laki dan perempuan 8 : 1. Usia
penderita berkisar antara 30 sampai 79 tahun. Dari Februari 1995 Februari 2000,
28 orang diantaranya telah dilakukan operasi laringektomi total .2

2.3. Etiologi
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan
beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu
rokok, alkohol, sinar radio aktif, polusi udara, radiasi leher dan asbestosis. Ada
peningkatan resiko terjadinya tumor ganas laring pada pekerja-pekerja yang
terpapar dengan debu kayu.1,2,3,4,5,6,7,11
2.4. Histopatologi
Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 98% dari semua tumor ganas
laring, dengan derajat difrensiasi yang berbeda-beda. Karsinoma Sel Skuamosa
dibagi dalam 3 tingkat difrensiasi a. difrensiasi baik ( Grade 1 ), b. difrensiasi
sedang ( Grade 2 ), c. difrensiasi buruk ( Grade 3 ). Kebanyakan tumor ganas pita
suara cenderung berdifrensiasi baik. Lesi yang mengenai hipofaring, sinus
piriformis dan plica ariepiglotika kurang berdifrensiasi. Jenis lain yang jarang kita
jumpai adalah karsinoma anaplastik, pseudosarkoma, adenokarsinoma dan
kondrosarkoma. 1, 2,11

Tumor Ganas Laring


Karsinoma Verukosa
Adalah satu tumor yang secara histologic kelihatannya jinak, akan tetapi
klinis ganas. Insidennya 1 2% dari seluruh tumor ganas laring, lebih banyak
mengenai pria dari wanita dengan perbandingan 3 : 1. Tumor tumbuh lambat
tetapi dapat membesar sehingga, dapat menimbulkan kerusakan lokal yang luas.
Tidak terjadi metastase regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi,
radioterapi tidak efektif dan merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat
baik.1,2,11
Adenokarsinoma
Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering dari kelenjar
mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari glottis. Sering bermetastase
ke paru-paru, clan hepar. two years survival rate-nya sangat rendah. Terapi yang
dianjurkan adalah reseksi radikal dengan diseksi kelenjar limfe regional dan
radiasi pasca operasi.1,2,3,11
Kondrosarkoma
Adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%, tiroid
20% dan aritenoid 10%. Sering pada laki-laki 40 60 tahun. Terapi yang
dianjurkan adalah laringektomi total.1,2,3,11
2.5. Karsinogenesis
Tumor ganas pada aerodigestive terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa
(95%) dan terutama disebabkan oleh karsinogen eksogen. Pelaku utamanya adalah
tembakau yang berisi hidrokarbon aromatic polisiklik, senyawa N-nitroso dan
amina aromatic sebagai mutagen utamanya. Penggunaan alcohol yaitu meminum
juga memiliki makna kausal. Sejumlah agen industry (jelaga, tar, nikel panas)
telah diidentifikasi sebagai zat karsinogenik. Asbes juga dilaporkan dapat sebagai
penyebab penyakit.3
Karsinogenesis di saluran aerodigestive atas adalah digambarkan dalam
beberapa proses. Agen eksogen tersebut akan menyebabkan cedera epitel yang
5

Tumor Ganas Laring


membangkitkan respon epitel terdiri dari hyperregeneration (hiperplasia) dan atau
hiperkeratosis. Dengan paparan terus-menerus agen berbahaya, maka akan
mengakibatkan terjadinya displasia dari sel epitel, kemudian menyebar dan
akhirnya berkembang menjadi karsinoma in situ. Sekali ini telah terjadi, regresi
lesi tidak bisa lagi terjadi. Pada langkah berikutnya, lesi insitu menembus
membran basal, menjadi kanker invasif dengan potensi metastasis. Perubahan
beberapa epitel atau bahkan keganasan terjadi secara bersamaan atau berurutan di
lokasi yang berbeda dalam saluran aerodigestive atas (tumor sinkron atau
metachronous) dapat terjadi hingga 205 pasien. Kita bisa menjelaskan hal ini
dengan mencatat bahwa semua mukosa disaluran aerodigestive atas telah terkena
karsinogen eksogen. Untuk alasan ini, pasien dengan keganasan saluran bagian
atas aerodigestive harus menjalani pemeriksaan endoskopi komprehensif dari
daerah ini pada saat diagnosis dan pada interval reguler setelah akhir pengobatan.3

Tumor Ganas Laring

2.6. Klasifikasi
7

Tumor Ganas Laring


Berdasarkan Union International Centre le Cancer (U1CC 1982, klasifikasi
dan stadium tumor ganas laring terbagi atas :1,2,3,4,5,6,7,11
1. Supraglotis
Terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglottis sampai batas atas glotis
termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.
Glotis

2.

Mengenai pita suara asli. Batas inferior glotis adalah 10 mm di bawah tepi
bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot-otot intrinsik pita
suara. Batas superior adalah ventrikel laring. Oleh karena itu, tumor glotis
dapat mengenai satu atau kedua pita suara, dapat meluas ke subglotis
sejauh 10 mm, dan dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau
prosesus vokalis kartilago arytenoid.
Subglotis

3.

Tumbuh lebih dari 10 mm dibawah tepi bebas pita suara asli sampai batas
inferior krikoid.

Gambar 6. Kanker Laring, a. supraglotis, b. Glotis, c. Subglotis7

Klasifikasi Tumor Ganas Laring (AJC dan UICC 1988 ) 1,2,3,4,5,6,7,11

Tumor Ganas Laring


1. Tumor primer (T)
Supra glotis :
T is

tumor insitu

T0

tidak jelas adanya tumor primer 1

T1

tumor terbatas di supra glotis dengan pergerakan normal

T1A

tumor

terbatas

pada

permukaan

laring

epiglotis,

plika

ariepiglotika, ventrikel atau pita suara palsu satu sisi.


Tlb

tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga ventrikel atau


pita suara palsu

T2

tumor telah meluas ke glotis tanpa fiksasi

T3

tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan / atau adanya


infiltrasi ke dalam.

T4

tumor dengan penyebaran langsung sampai ke luar laring.

Glotis
T is

tumor insitu

T0

tak jelas adanya tumor primer

T1

tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior dan


posterior) dengan pergerakan normal

Tla

tumor terbatas pada satu pita suara asli

T lb

tumor mengenai kedua pita suara

T2

tumor terbatas di laring dengan perluasan daerah supra glotis


maupun subglotis dengan pergerakan pita suara normal atau.
terganggu.

T3

tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau ke dua pita
suara

T4

Sub glotis

tumor dengan perluasan ke luar laring

Tumor Ganas Laring


T is

tumor insitu

T0

tak jelas adanya tumor primer

T1

tumor terbatas pada subgIotis

Tla

tumor terbatas pada satu sisi

TIb

tumor telah mengenai kedua sisi

T2

tumor terbatas di laring dengan perluasan pada satu atau kedua


pits suara asli dengan pergerakan normal atau terganggu

T3

tumor terbatas pada laring dengan fiksasi satu atau kedua pica
suara

T4

tumor dengan kerusakan tulang rawan dan/atau meluas keluar


laring.

Gambar 7. Kanker Laring

10

Tumor Ganas Laring

2. Pembesaran kelenjar getah bening leher (N)


Nx

kelenjar tidak dapat dinilai

N0

secara klinis tidak ada kelenjar.

N1

klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter < 3 cm

N2

klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter >3 <6 cm


atau klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter
< 6 cm

N 2a

klinis terdapat satu kelenjar homolateral dengan diameter > 3 cm < 6 cm.

N 2b

klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter < 6


cm

N3

kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral atau kontra


lateral

N 3a

klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter > 6 cm

N 3b

klinis terdapat kelenjar bilateral

N 3c

klinis hanya terdapat kelenjar kontra lateral

3. Metastase jauh (M)


MO
11

tidak ada metastase jauh

Tumor Ganas Laring


Ml

terdapat metastase jauh

4. Stadium
Stadium I : T1 NO MO
Stadium II : T2 NO MO
Stadium III : T3 NO MO ; T1, T2, T3, Nl, MO
Stadium IV : T4, NO, MO ; Setiap T, N2, MO, setiap T, setiap N , M1

2.7. Gejala Dan Tanda


Gejala dan tanda yang sering dijumpai adalah :1,3,11
1. Suara serak
Suara serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala
paling dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi
laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glottis, besar pita suara,
ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara.
Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan
oleh ketidakteraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glottis,
terserangnya otot otot vokalis, sendi dan ligament krikoaritenoid, dan kadang
kadang menyerang syaraf Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak
maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara
menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa.
Kadang kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas, atau paralisis
komplit.
Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor.
Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini clan
menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika
ventrikularis, atau di batas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. Pada
tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak
timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif,
seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok. Tumor
12

Tumor Ganas Laring


hipofaring jarang jarang menimbulkan serak, kecuali tumornya eksentif. Fiksasi
dan nyeri menimbulkan suara bergumam ( hot potato voice ).
2.

Sesak nafas dan stridor


Dyspnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan

nafas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebakan oleh gangguan
jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau secret, maupun oleh
fiksasi pica suara. Pada tumor supraglotis atau transglotis terdapat kedua gejala
tersebut. Sumbatan yang ter adi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh
pasien. Pada umumnya dyspnea dan stridor adalah tanda prognosis yang kurang
baik.
2. Rasa nyeri di tenggorok
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang
tajam.
3.

Disfagia
Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotis, hipofaring dan

sinus piriformis. Keluhan ini merupakabn keluhan yang paling sering pada tumor
ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan atau odinofagi menandakan adanya
tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
4.

Batuk dan haemoptisis


Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glottis, biasanya timbul dengan

tertekannya hipofaring disertai secret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptitis


sering terjadi pada tumor glottis dan tumor supraglotis.
Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, hemoptysis
dan penurunan berat badan yang menandakan perluasan tumor ke luar laring atau
metastasis jauh.
Pembesaran kelenjar getah bening leher dapat dipertimbangkan sebagai
metastasis tumor ganas yang menunjukkan tumor pads stadium lanjut.

13

Tumor Ganas Laring


Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi
supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.
2.8. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan : 1,2,3,11
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan THT-KL rutin
3. Laringoskopi
4. Radiologi foto polos leher dan dada
5. Pemeriksaan radiologi khusus : politomografi, CT-Scan, MRI
6. Pemeriksaan hispatologi dari biopsi laring sebagai diagnosa pasti

Anamnesis
Simptom dari lesi di glotis, subglotis dan supraglotis akan bervariasi dan
dijelaskan tepat di bawah kepala. Pada kelompok usia memiliki persisten, akan
meningkatkan keluhan suara serak suara selama 3 minggu hares. Hares dilakukan
pemeriksaan laring untuk menentukan kanker.7,11
Pemeriksaan Leher
Hal ini dilakukan untuk menemukan extralaryngeal penyebaran penyakit,
dan metastasis nodal. Pertumbuhan dari commissure anterior dan wilayah
subglotis menyebar melalui membran cricothyroid dan dapat menghasilkan
sebuah pembengkakan di garis tengah. Mereka mungkin menyerang tulang rawan
tiroid dan menyebabkan perichondritis ketika tulang rawan akan lembut pada
palpasi. Kelenjar tiroid dan otot tali jugs dapat menyerang. Periksa apakah
metastasis ke kelenjar getah bening, ukuran dan jumlah. Apakah mobile atau
fixed, unilateral, bilateral atau kontralateral.'11
Laringoskopi tidak langsung7,11
1. Penampilan Lesi.
14

Tumor Ganas Laring


Penampilan lesi akan bervariasi tergantung asal lesi
a. Lesi epiglotis suprachnoid biasanya exophytic, Sementara infrahyoid
epiglotis ulseratif.
b. Lesi vocal cord mungkin muncul sebagai nodul, ulkus dan penebalan.
c. Lesi commissure anterior mungkin muncul sebagai jaringan granulasi
d. Lesi daerah subglotis muncul sebagai mengangkat submukosa nodul,
kebanyakan melibatkan pertengahan anterior.
2. Mobilitas Vokal Cord
Penurunan atau fiksasi dari vokal cord menunjukkan infiltrasi lebih dalam
otot thyroarytenoid, cricoarytenoid bergabung atau invasi nerves laring yang
berulang merupakan tanda penting.
3. Tingkat penyakit
Penyebaran penyakit vallecula, basis lidah, foss piriformis harus
diperhatikan.
Laringoskopi Langsung7 ,11
Hal ini dilakukan untuk melihat bidang laring yang tersembunyi dan
luasnya penyakit. Daerah tersembunyi dari laring epiglotis termasuk infrahyoid,
anterior commissure, subglotis dan ventrikel, yang mungkin tidak jelas terlihat
dengan pemeriksaan cermin sehingga penting untuk pemeriksaan laringoskopi
langsung.
Radiography7,11
1.

Foto Dada.
Pemeriksaan

ini

penting

untuk

keadaan

penyakit

paru-paru

(misalnya, tuberkulosis), metastasis ke paru atau mediastinum node.


2.

Jaringan lunak tampilan lateral leher.


Luas lesi dari epiglottis, lipatan aryepiglotis, arytenoids dan keterlibatan
ruang preepiglottic dapat ditemukan. Penghancuran thyroid kartilago dapat
dilihat.

3.

Laryngograms Kontras.
15

Tumor Ganas Laring


Warnanya radio-opak, dionosil adalah tertanam di laring. Laryngograms
dapat melihat luasnya tumor. Penyelidikan ini sekarang telah digantikan oleh
CT scan.
CT Scan
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk menemukan tingkat tumor, invasi
pra-epiglotis atau ruang paraepiglotis, perusakan tulang rawan dan keterlibatan
getah bening.7,11
Mikrolaringoskopi
Untuk lesi kecil vokal cord, laringoskopi dilakukan di bawah mikroskop
untuk lebih memvisualisasikan lesi dan mengambil spesimen biopsi lebih akurat
tanpa merusak cordnya.7,11
Supravital Pewarnaan dan Biopsi
Toluidine blue diterapkan pada lesi laring dan kemudian dicuci dengan

garam dan diperiksa di bawah mikroskop. Karsinoma insitu dan karsinoma


superfisial mengambil pewarna sementara leukoplakia tidak. Dengan demikian,
hal ini membantu untuk memilih area untuk biopsi di patch leukoplakic. 7
2.8. Penatalaksanaan
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu
pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi daripadanya. Tergantung
pasda stadium penyakit dan keadaan umum pasien. I,2,11
Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan
radiasi, stadium 2 dan 3 dikirim untuk dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan
operasi dengan rekonstruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim untuk
mendapatkan radiasi. 1,2,11
Pembedahan
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari : 1,2,3,4,5,6,7,9,11
1. Laringektomi

16

Tumor Ganas Laring


a. Laringektomi parsial
Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang
tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium 11.
b. Laringektomi total
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas
(epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea.
2. Diseksi Leher Radikal
Tidak dilakukan pads tumor glotis stadium dini (TI T2) karena
kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor
supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan
metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher.
Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh. 1,2,3,4,5,6,7,9,11
Radioterapi
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1
dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan
cars ini adalah laring tidak ceders sehingga suara masih dapat dipertahankan.
Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 7000 rad.7
Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura,
Som, Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk
memperoleh kerusakan maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat
disembuhkan pads jaringan yang melapisinya. Wang dan Schulz memberikan
4500-5000F rad selama 4-6 minggu diikuti dengan laringektomi total. 1,2,3,4,5,6,7,9,11

Kemoterapi
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun
paliative. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80-120 mg/m2 dan 5 FU 800
17

Tumor Ganas Laring


-1000 mg/m 2 . I , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 9, 11

Rehabilitasi
Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa
tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik.
rehabilitasi mencakup : "Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan
Social Rehabilitation ".7,11
2.9. Prognosis
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan
kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma
laring stadium 190 98% stadium 1175 85%, stadium 11160 70% dan
stadium IV 40 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan
menurunkan angka kejadian 5 tahun sebesar 50%.7,11

BAB III
KESIMPULAN

18

Tumor Ganas Laring


Karsinoma laring adalah salah satu keganasan Kepala dan leher yang
Bering ditemukan. Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun
didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan
laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radioaktif, polusi udara radiasi leher dan
asbestosis.
Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring masih belum memuaskan,
hal ini disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga,
dijumpai bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan
yang sudah berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan.
Yang terpenting pada penanggulangan tumor ganas laring ialah diagnosa dini.
Secara umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah dengan
pembedahan, radiasi, sitostatika ataupun kombinasi daripadanya, tergantung
stadium penyakit dan keadaan umum penderita.

DAFTAR PUSTAKA

19

Tumor Ganas Laring


1. Hermani B. Tumor Laring. Dalam Soepardi EA,dkk, penyunting. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher.
Edisi ke-6. Jakarta:FKUI. 2007. Hal : 194-98.
2. Haryuna S. H, Tumor Ganas Laring. Bagian Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3461/1/tht-siti
%20hajar.pdf
3. Probst R, Grevers G, Ito H: Embriology, Anatomi, and Physiology of the
Larynx

and

Trachea.

Malignant

Laryngeal

Tumor.

In

Basic

Otorhinolaryngology. New York : Thieme. 2006. Page : 337-345, 370-376


1. Snow JB, Ballenger JJ. Chapter 47 Anatomy and Physiology of the Laring.
Chapter

54

Neoplasm

of

the

Laryx

and

Laryngopharynx.

In

Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 16th Edition. Spanyol : BC


Decker. 2003. Page :1090-1108, 1255-1274
4. lqbal

N.

Laryngeal

Carcinoma.

2011.

Available

from

http://emedicine.medscape.com/875436-overview
5. Boies A. Anatomi dan Fisiologi Laring. Karsinoma laring. Dalam Boies
Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC. 1997. Hal : 264-271, 446-447
6. Dhingra PL. Chapter 60 Cancer Larynx. In Disease of Ear, Nose and
Throat. New York : Elsevier. 2007. Page : 283-288
7. Hawke M, Bingham B, Stanunberger H, Benjamin B. The Laring. In
Diagnostic Handbook of Otorhinolaryngology.
8. http://www.cancer.gov/cancertopics/Tdq/treatment/laryngeal/Healthprofes
sioual/pagel /AllPages/Print

9. Sofyan F. Embriologi, Anatomi, Fisiologi Laring. 2011. Available from


http://www. repository. usu. ac. Id

10. Jacob JB, Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Jilid
1. Penerbit : Binarupa Aksara. Jakarta;1994

20

Anda mungkin juga menyukai