Anda di halaman 1dari 10

SKENARIO 2 BLOK 22

PERGAULAN BEBAS
TUTOR 12 A
Pergaulan Bebas
Pengertian Pergaulan Bebas Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk
manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain,
dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan
juga adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh
dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM.
Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama,
norma budaya, serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan bebas namun
teratur atau terbatasi aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan
menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini. Pergaulan bebas sering dikonotasikan dengan sesuatu yang
negatif seperti seks bebas, narkoba, kehidupan malam, dan lain-lain. Memang istilah ini diadaptasi
dari budaya barat dimana orang bebas untuk melakukan hal-hal diatas tanpa takut menyalahi normanorma yang ada dalam masyarakat. Berbeda dengan budaya timur yang menganggap semua itu adalah
hal tabu sehingga sering kali kita mendengar ungkapan jauhi pergaulan bebas.Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.Batasan usia
remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO (badan PBB untuk
kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi program
pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia
10 sampai 19 tahun dan belum kawin.Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun. Dampak Pergaulan
Bebas Dampak dari pergaulan bebas akan menimbulkan perilaku-perilaku yang negatif, yang antara
lain; negatif minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain yang dapat
menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS. Melakukan hubungan seks secara bebas merupakan
akibat pertama dari pergaulan bebas yang merupakan lingkaran setan yang tidak ada putusnya dengan
berbagai akibat di berbagai bidang antara lain di bidang sosial, agama dan kesehatan. Yayah
Khisbiyah (1994), misalnya, mengutip pelbagai hasil penelitian yg menunjukkan intensitas angka
kehamilan remaja di luar nikah. Lembaga konseling remaja, Sahabat Remaja, menemukan dari
pelbagai kasus yg mereka tangani pada tahun 1990 dijumpai ada 80 remaja usia 14-24 tahun yg hamil
sebelum nikah. Penelitian di Manado yg dilaporkan oleh Warouw mengambil 663 sampel secara acak
dari 3.106 orang meminta induksi haid ditemukan sebanyak 472 responden yg belum menikah
(71,3%) mengalami kehamilan yg tidak dikehendaki (unwanted pregnancy). Dari jumlah tersebut, 291
responden (28,8%) berusia 14-19 tahun, 345 responden (52%) berusia 20-24 tahun. Pakar seks juga
specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke
tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen
pada tahun 1980-an, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke,
dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya,
Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja
yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen. Berdasarkan penelitian di
berbagai kota besar di Indoneerdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20
hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas
tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja
secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius.

PENYEBAB DAN DAMPAK PERGAULAN BEBAS


Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome
(HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja,salah satu penyebabnya akibat pergaulan
bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang
belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Di kota dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di kelas II, 155
orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual.
Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di
Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia
remaja.
Demikian
pula
masalah
remaja
terhadap
penyalahgunaan
narkoba
semakin
memprihatinkan.Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005 tercatat
623orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14 tahun
satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia
40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.
Semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup banyak
permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu mengembangan
model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor) sebaya
menjadi sangat penting.
Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model pemberdayaan
masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta individu memberikan solusi
kepada teman sebaya yang mengalami masalah kesehatan reproduksi.
Pelatihan Managemen tersebut diikuti 24 peserta utusan dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali
berlangsung selama empat hari.
Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar aborsi dilegalkan,
dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi karena tiap tahunnya peningkatan
kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan pemberitaan dimedia massa atau TV setiap
tayangan pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika hal ini di legalkan sebgaimana yang terjadi di negaranegara Barat akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya dan adat bangsa. Berarti telah hilang
nilai-nilai moral serta normayang telah lama mendarah daging dalam masyarakat. Jika hal ini dilegal
kan akan mendorong terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan tanggung jawab
kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Legalisasi aborsi bukan sekedar masalah-masalah kesehatan
reproduksi lokal Indonesia, tapi sudah termasuksalah satu pemaksaan gaya hidup kapitalis sekuler
yang dipropagandakan PBB melalui ICDP (International Conference on Development and Population)
tahun 1994 di Kairo Mesir.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ; penderitaan kehilangan harga
diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%), ingin
bunuh diri (28%), terjerat obat-obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati hubungan seksual
(59%).

Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja sebelum
waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah). Abortus terbagi dua;
Pertama, Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi secara tidak sengaja. penyebabnya, kandungan
lemah, kurangnya daya tahan tubuh akibat aktivitas yang berlebihan, pola makan yang salah dan
keracunan.
Kedua, Abortus provocatus yaitu aborsi yang disengaja. Disengaja maksudnya adalah bahwa seorang
wanita hamil sengaja menggugurkan kandungan/ janinnya baik dengan sendiri atau dengan
bantuanorang lain karena tidak menginginkan kehadiran janin tersebut.
Risiko Aborsi
Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun keselamatan
hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan aborsi ia tidak
merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang .
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang
kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Resiko kesehatan terhadap
wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan
psikologis.
Dalam buku Facts of Life yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd; Risiko kesehatan dan keselamatan
fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi
adalah ;
- Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
- Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
- Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
- Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
- Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
- Kanker payudara (karena ketidakseimbangan
- Kanker indung telur (Ovarian Cancer).

hormon

estrogen

pada

wanita),

- Kanker leher rahim (Cervical Cancer).


- Kanker hati (Liver Cancer).
- Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
- Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy).
- Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
- Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap

keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post-Abortion
Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological
Reactions Reported After Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion Review.
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian khusus dari
orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan
memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan; jika
mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala risikonya yakni hamil dan penyakit
kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan,
pengarahan sex kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang
belum tentu kebenaran akan hal sex tersebut.
Apakah Pergaulan Bebas?
1
2
3
4

Narkoba
Diskotik & Minuman Keras
Seks bebas
Aborsi

Narkoba
Menurut laporan United Nations Office Drugs and Crime pada tahun 2009:

149- 272 juta penduduk dunia usia 15-64 tahun yang


menyalahgunakan obat setidaknya satu kali dalam 1 tahun terakhir.
Ganja merupakan zat yang paling banyak digunakan di seluruh
dunia 125 - 203 juta penduduk dunia dengan prevalensi 2,8%4,5% (UNODC, 2011).

Berdasarkan hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama


dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI):

NAPZA pada tahun 2009 1,99% dari penduduk Indonesia berumur


10-59 tahun.
NAPZA pada tahun 2010 2,21%.

# Jika tidak dilakukan upaya penanggulangan diproyeksikan kenaikan


penyalahgunaan NAPZA pada tahun 2015 dengan prevalensi 2,8% atau
setara dengan 5,1 juta orang (BNN, 2011).

Berdasarkan data Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)


cabang DKI Jaya sekitar 2 juta orang pengguna NAPZA di Indonesia:

mayoritas pengguna berumur 20-25 tahun dan pengguna adalah


pria dengan proporsi 90%.
Usia pertama kali menggunakan NAPZA rata-rata 19 tahun.

Kota-kota besar seperti Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya,


Denpasar menjadi daerah tujuan pasar narkotika Internasional
Target utama pasar narkotika adalah remaja (BKKBN, 2002).

2 Diskotik dan Minuman Keras


Di indonesia, sekitar 20% pasien rawat jalan ketergantungan terhadap alkohol
pertahunnya.

20%-50% pernah ke diskoti dan beraaitan dengan konsumsi alkohol,


tanpa masuk rehabilitasi/ kasus ketergantungan.
Usia konsumsi paling tinggi 20 tahun 35 tahun.
Laki-laki > wanita
Ras kulit putih > ras kulit hitam
Diperkirakan > 85 % penduduk di AS pernah menkomsumsi alkohol
sekurang-kurangnya satu kali dalam seumur hidupnya.
51 % dari semua orang dewasa di AS merupakan pengguna alkohol
yang cukup rutin hingga sekarang ini.
Penyalahgunaan alkohol lebih umum terjadi di masyarakat yang
berpendapatan rendah dan kurangnya pendidikan.
Sekurang-kurangnya terdapat 200.000 kematian yang berhubungan
dengan alkohol tiap tahunnya.
Penyebab kematian yang sering adalah bunuh diri, kanker, penyakit
jantung dan penyakit hati.

Seks Bebas
BKKBN, M Masri Muadz, hasil survei oleh di 33 provinsi di Indonesia pada
2008.

63% remaja SMP dan SMA di Indonesia pernah berhubungan seks.


21% aborsi.
17% kelahiran anak diluar nikah per/tahun.
Bersadarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI),

separuh remaja perempuan lajang yang tinggal di Jakarta, Bogor,


Tangerang dan Bekasi kehilangan keperawanan dan melakukan
hubungan seks pranikah.
Di Sulawesi utara hasil penelitian pada 2007,
20 % remaja terutama di kalangan pelajar telah melakukan
hubungan seks sebelum menikah. Rentang usia remaja 13-18
tahun.
Hasil terbanyak Yogyakarta.
Bedasarkan data Kementerian Kesehatan, pada 2010 di Indonesia:

21.770 kasus AIDS positif


47.157 kasus HIV positif dengan persentase pengidap usia 20-29
tahun 48,1 %
usia 30-39 tahun 30,9%
Kasus penularan HIV/AIDS terbanyak kalangan heteroseksual 49,3 %
dan IDU atau jarum suntik 40,4%.

Aborsi
KKBN memperkirakan Jumlah kasus aborsi di Indonesia ternyata sangat
tinggi 2,5 juta pertahun.

Hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan


3% karena membahayakan nyawa calon ibu
3% karena janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh serius.
Sedangkan 93% kasus aborsi adalah karena alasan-alasan sifatnya untuk
kepentingan diri sendiri
Tenaga kesehatan (70%), dukun (84%).
Menurut penelitian WHO 20%-60% dilakukan secara sengaja.
43 kasus/100 kelahiran hidup, sensus penduduk tahun 2000 terdapat
53.783.717 perempuan usia 15-49 tahun
37 kasus/1.000 perempuan usia 15-49 tahun, berdasarkan Crude Birth
Rate (CBR) sebesar 23/1.000 kelahiran hidup (Utomo, 2001).
Sebuah studi yang dilakukan di beberapa fasilitas kesehatan di Indonesia
mengestimasikan 25-60% kejadian aborsi adalah aborsi disengaja (induced
abortion) (WHO, 1998).

Pencegahan Pergaulan Bebas


Dewasa ini, pergaulan bebas semakin meraja lela dengan dibuktikan banyaknya remaja yang menikah
di usia belia, kehamilan diluar nikah dan meningkatnya penyakit kelamin seperti HIV AIDS dan lain
sebagainya. Untuk itu perlu adanya gebrakan yang spektakuler dari pemerintah untuk menanggulangi
hal-hal tersebut, bukan hanya diserahkan pada guru sekolah, karena guru juga memiliki keterbatasan
dalam hal tersebut. Namun, tidak ada salahnya apabila kita mencoba sedini mungkin untuk mencegah
pergaulan bebas itu dengan melakukan hal-hal berikut:

Menanamkan nilai-nilai agama, moral dan etika


antara lain : pendidikan agama, moral dan etika dalam keluarga, kerjasama guru, orang tua dan tokoh
masyarakat. Pendidikan yang diberikan hendaknya tidak hanya kemampuan intelektual, tetapi juga
mengembangkan kemauan emosional agar dapat mengembangkan rasa percaya diri, mengembangkan
ketrampilan mengambil keputusan yang baik dan tepat, mengembangkan rasa harga diri,
mengembangkan ketrampilan berkomunikasi, yang mampu mengatakan tidak tanpa beban dan
tanpa mengikuti orang lain.

Pendidikan dan penyuluhan seksual:


Pada waktu ini cara-cara pendidikan seksual didasari oleh dua pandangan dan pendekatan yang sangat
berbeda, yaitu : (a) pendekatan psikoanalitik, yang hanya mengakui bahwa perkembangan psikoseksual ditentukan oleh pembawaan yang untuk sebagian besar sifatnya autonom. (b) pendekatan
sosiologik, yang mengakui adanya pengaruh dari lingkungan. Yang mempunyai banyak pengikutnya

adalah pandangan pendekatan yang kedua. Pendidikan seksual sebaiknya sudah dimulai sedini
mungkin, dalam masa kanak-kanak dengan peranan utama dipegang oleh para orangtua dan para
guru. Bagi para remaja penyuluhan seksual sudah dapat dimulai di sekolah lanjutan, baik oleh dokter
maupun oleh guru, yang kedua-duanya sudah memiliki pengetahuan tentang seksologi modern.
Penyuluhan yang salah dapat berakibat negatif. Para orangtua tentunya dapat pula memegang peranan
dalam hal ini.

Penyuluhan pada remaja :


Dalam penyuluhan pada remaja perlu dibahas secara singkat anatomi dan fisiologi alat kelamin, serta
fisiologi hubungan seksual. Juga variasi dan penyimpangannya yang masih dianggap dalam batasbatas normal perlu dikemukakan. Semua itu dilakukan dengan latar belakang norma-norma yang
berlaku, termasuk agama dan pandangan masyarakat.
Kalau gebrakan sederhana ini dimulai dari keluarga, maka persoalan seks bebas dan pergaulan bebas
dapat diminimalisir sekecil mungkin, karena keluarga adalah dasar pertama untuk menanamkan nilainilai kehidupan.

Evidence-Based Program

Evidence Based Medicine adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah
terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita.
Untuk membantu proses pengambilan keputusan klinik, baik untuk kepentingan pencegahan, diagnosi
s, terapetik maupun rehabilitatif yangdidasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini yang terpercaya dan
dapat dipertanggungjawabkan.

Penanggulangan Hamil di Luar Nikah


Dari Orangtua dan Keluarga :
- Orangtua menenangkan diri
- Orangtua sebaiknya tidak langsung menyalahkan danmenuding perbuatan anak
- Orangtua harus tetap menjaga kondisi psikologis anaknya
- Menikahkan kedua remaja ini bukan solusi satu-satunya untuk menghindarkan aib.
Jikapernikahan ini terjadi atas keinginan anak untukmempertanggungjawabkan perbuatan dan atas kesadarannyasendiri,
mungkin saja tidak jadi masalah. Sayangnya, sebagianbesar pernikahan ini terjadi karena adanya paksaan dari
pihakkeluarga. Padahal, pernikahan terpaksa ini bisa membuat anak jauh lebih depresi lagi.

Faktor faktor pergaulan bebas remaja


Faktor internal:
1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi.
Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas
peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang
tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitupun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri
untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
1. Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota
keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti
terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi
anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baikKenakalan remaja di era modern ini sudah
melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba,
Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri
lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Dan saya pun pernah melihat dengan mata
kepala saya sendiri ketika sebuah anak kelas satu SMA di kompelks saya, ditangkap/diciduk POLISI
akibat menjadi seorang bandar gele, atau yang lebih kita kenal dengan ganja.
Hal ini semua bisa terjadi karena adanya faktor-faktor kenakalan remaja berikut:
- kurangnya kasih sayang orang tua.
- kurangnya pengawasan dari orang tua.
- pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.
- peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif.
- tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.
- dasar-dasar agama yang kurang
- tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya
- kebasan yang berlebihan
- masalah yang dipendam

SUDUT PANDANG AGAMA MENGENAI PERGAULAN BEBAS

1.Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana bebas
yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah
pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa

2. Faktor agama dan iman.


Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Tanpa agama hidup
mereka akan kacau, karena mereka tidak mempunyai pandangan hidup. Agama dan keimanan
juga dapat membentuk kepribadian individu. Dengan agama individu dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang tidak. Tetapi pada remaja yang ikut kedalam pergaulan bebas
ini biasanya tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak

3. Pandangan Islam
Islam telah mengatur bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis. Hal ini telah tercantum
dalam surat An-Nur ayat 30-31. Telah dijelaskan bahwa hendaknya kita menjaga pandangan
mata dalam bergaul. Lalu bagaiamana hal yang terjadi dalam pergaulan bebas? Tentunya
banyak hal yang bertolak belakang dengan aturan-aturan yang telah Allah tetapkan dalam
etika pergaulan. Karena dalam pergaulan bebas itu tidak dapat menjamin kesucian seseorang

4. Pandangan Kristen
Alkitab mengajarkan bahwa sebagai remaja Kristen, tubuh kita adalah bait Allah yang
hidup. Paulus amat memperhatikan perbuatan dan tingkah laku orang Kristen. Ia
berkata kepada orang-orang Kristen di Korintus demikian: Tidak tahukah kamu
bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? (1Kor.
3:16). Kemudian ia berkata lebih lanjut: Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah
bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu. . . ? (1Kor. 6:19).

5. Pandangan Budha

Apabila dalam pengembaraanmu engkau tak dapat menemukan seorang sahabat


yang berkelakuan baik, pandai dan bijaksana, maka hendaknya ikutilah dia yang
akan membawa kebahagiaan dan kesadaran bagi dirimu yang akan menghindarkan
dirimu dari kesukaran dan mara bahaya (Dhammapada 328)

6. Pandangan hindu
Apabila dalam pengembaraanmu engkau tak dapat menemukan seorang sahabat
yang berkelakuan baik, pandai dan bijaksana, maka hendaknya ikutilah dia yang
akan membawa kebahagiaan dan kesadaran bagi dirimu yang akan menghindarkan
dirimu dari kesukaran dan mara bahaya (Dhammapada 328)

Anda mungkin juga menyukai