Eki Skripsi PDF 1
Eki Skripsi PDF 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekarang banyak obat-obatan yang dibuat secara sintetik, tetapi
tak boleh kita abaikan arti tumbuhan sebagai penghasil bahan yang
berkhasiat obat. Kalau kita meninjau banyaknya tumbuhan yang dipakai
dalam obat tradisional oleh mereka yang tak mengenal ilmu pengobatan
modern, maka rasanya tinggal dilakukannya suatu penyelidikan ilmiah,
untuk memperoleh kepastian bahwa penduduk yang mempergunakan
macam-macam bahan tumbuhan itu memang beralasan, meskipun
pemakaian dari bahan-bahan tersebut tidak memakai dasar-dasar ilmiah
yang dapat dipertanggungjawabkan (Gembong, 1994).
Alasan pemakaian obat tradisional saat ini disebabkan semakin
tingginya harga obat buatan pabrik yang tidak diimbangi dengan
kemampuan
daya
beli
masyarakat.
Namun
kenyataannya
ada
B. Rumusan Masalah
1.
2.
1. Maksud Penelitian
1) Untuk melakukan pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness) asal kota
Maros terhadap beberapa bakteri uji.
2) Untuk menentukan komponen kimia yang dapat memberikan
aktivitas
antibakteri
dari
ekstrak
etanol
daun
sambiloto
Kandungan kimia
saponin, flavanoid,
dan tanin.
Daun Sambiloto
(Andrographis
paniculata (Burm.f.)
Ness)
Identifikasi golongan
kimia aktif
Antibakteri
Ekstrak etanol
daun Sambiloto
(Andrographis
paniculata
(Burm.f.) Ness)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Umum Antimikroba
Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba
yang merugikan manusia. Dalam pembicaraan disini, yang dimaksudkan
dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang masuk kelompok parasit
(Ganiswarna, 2007).
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat
menghambat
pertumbuhan
mikroba,
dikenal
sebagai
aktivitas
Kadar
minimal
yang
diperlukan
untuk
menghambat
pengobatan
suatu
infeksi
dengan
menggunakan
3. Faktor antimikrobanya.
Efektivitas antimikroba pada pengobatan infeksi dalam klinis
tergantung pada kemampuan obat untuk membatasi atau mengurangi
mikroorganisme pada tempat infeksi. Pada kebanyakan infeksi
mekanisme pertahanan lokal dan sistemik memainkan peranan penting
dalam menurunkan efek patogenitas suatu mikroorganisme. Obat-obat
yang bersifat bakteriostatik terutama menghambat replikasi dari
mikroorganisme,
sedangkan
obat-obat
bakterisid
menyebabkan
langsung,
reaksi
alergi,
gangguan
pada
flora
normal
mikroorganisme. Pada keadaan tertentu dibutuhkan pertimbanganpertimbangan dalam penggunaannya untuk profilaktis (Djide, 2003).
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima
kelompok, yaitu (Ganiswarna, 2007) :
membutuhkan
asam
folat
untuk
kelangsungan
enzim
seperti
enzim
transpeptidase
sehingga
dapat
ini
mempengaruhi
fungsi
ribosom
pada
salah
dalam
menerjemahkan
tanda
m-RNA
dan
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Class
: Dicotuledoneae
Sub class
: Asteridae
Ordo
: Personales
Famili
: Acanthaceae
Genus
: Andrographis
Spesies
10
2. Nama Daerah
Di beberapa daerah, sambiloto dikenal dengan berbagai nama.
Masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur menyebutnya dengan
bidara, sambiroto, sandiloto, sadilata, sambilata, takilo, paitan dan
sambiloto. Di Jawa Barat disebut dengan ki oray, takila, atau ki peurat.
Di Bali lebih dikenal dengan samiroto. Masyarakat Sumatera dan
sebagian besar masyarakat Melayu menyebutnya dengan pepaitan
atau ampadu (Prapanza, 2003).
3. Deskripsi Tumbuhan
Sambiloto
adalah
sejenis
tanaman
herba
dari
famili
Acanthaceae, yang berasal dari India dan Sri Lanka. Sambiloto juga
dapat dijumpai di daerah lainnya, seperti Indonesia, Malaysia,
Thailand,
serta
beberapa
tempat
di
benua
Amerika.
Genus
11
: Firmicutes
Kelas
: Bacilli
Bangsa
: Bacillales
Suku
: Bacillaceae
Famili
: Basillaceae
12
Marga
: Bacillus
Jenis
: Enterobacteriales
Suku : Enterobacteriaceae
Marga
: Escherichia
13
: Proteobacteria
Kelas
: Gammaproteobacteria
Bangsa
: Pseudomonales
Suku
: Pseudomonaceae
Marga
: Pseudomonas
Jenis
: Firmicutes
Kelas
: Bacilli
14
Bangsa
: Bacillales
Suku
: Staphylococcaceae
Marga
: Staphylococcus
Jenis
aureus
adalah
bakteri
Gram
positif,
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma proteobacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Salmonella
15
Spesis
: Bacteria
Filum
: Proteobacteria
Class
: Gammaproteobacteria
Ordo
: Enterobacteriaceae
Genus
: Shigella
Spesies
menghasilkan
H2S
Glukosa
dan
karbohidrat
lain
16
7. Streptococcus mutans
a. Klasifikasi
Domain
: Bacteria
Phylum
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Ordo
: Lactobacillales
Famili
: Streptococcaceae
Genus
: Streptococcus
Spesies
: Bacteria
Phylum
: Protobacteria
Class
: Gammaproteobacteria
17
Ordo
: Vibrionales
Family
: Vibrionaceae
Genus
: Vibrio
Spesies
18
19
20
21
hari, terlindung dari cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu
disaring dan ampasnya dimaserasi kembali dengan cairan penyari.
Penyarian diakhiri setelah pelarut tidak berwarna lagi, lalu dipindahkan
ke dalam bejana tertutup, dibiarkan pada tempat yang tidak bercahaya,
setelah lima hari lalu endapan dipisahkan.
Cara panas
a. Soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan. Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih. Uap
penyari akan naik melalui pipa samping, kemudian diembunkan lagi
oleh pendingin tegak. Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif
dalam simplisia. Selanjutnya bila cairan penyari mencapai pipa sifon,
maka seluruh cairan akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses
sirkulasi. Demikian seterusnya sampai zat aktif yang terdapat dalam
simplisia tersari seluruhnya yang ditandai jernihnya cairan yang lewat
pada tabung sifon.
b. Refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan
cairan penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat
pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari
akan menguap, uap tersebut akan dikondensasi dengan pendingin
tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut,
22
23
F. Metode Pemisahan
Kromatografi adalah suatu tehnik pemisahan, yang pertama kali
dipakai untuk memisahkan zat warna tanaman. Meskipun demikian
pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir
kebanyakan
pemisahan-pemisahan
secara
kromatografi
sekarang
secara
kromatografi
dilakukan
dengan
24
sekarang
dengan
kromatografi
lapis
tipis
(Thin
Layer
25
yang dibuat dari pipa kaca sedemikian rupa. Proses pengembangan akan
lebih baik bila ruangan pengembangan tersebut telah jenuh dengan uap
sistem pelarut, yang dilakukan dengan cara meletakkan kertas filter pada
dinding ruangan dengan dasar kertas tersebut tercelup pada sistem
pelarutnya (Adnan, 1997; Gritter, 1991).
Visualisasi dimaksudkan untuk melihat komponen penyusun yang
sudah terpisah setelah proses pengembangan. Proses visualisasi dapat
bersifat dekstruktif dan non desstruktif. Visualisasi destruktif digunakan
untuk KLT kualitatif dan kuantitatif sedangkan non destruktif untuk KLT
preparative, kualitatif dan beberapa KLT kuantitatif. Cara-cara visualisasi
antara lain dengan menggunakan iodin, sinar ultraviolet, asam sulfat
pekat, dan perekais semprot lainnya (Adnan, 1997; Gritter, 1991).
Kelebihan dari kromatografi lapis tipis ialah keserbagunaan,
kecepatan, dan kepekaannya. Keserbagunaan KLT disebabkan oleh
kenyataan bahwa disamping selulosa, sejumlah penjerap yang berbedabeda dapat disaputkan pada pelat kaca atau penyangga lain dan
digunakan untuk kromatografi. Kecepatan KLT yang lebih besar
disebabkan oleh sifat penjerap yang lebih padat bila disaputkan pada pelat
dan merupakan keuntungan bila kita menelaah senyawa labil. Pada
beberapa pemisahan biasanya akan menguntungkan bila sifat penjerap
diubah dengan menambahkan garam anorganik (misalnya perak nitrat
untuk KLT pemerakan) dan hal ini paling baik dikerjakan ketika pelat
sedang disaput (Harborne, 1987).
26
KLT-Bioautografi
Bioautografi
adalah
suatu
metode
pendeteksian
untuk
27
Nutrient
Agar
yang
telah
diinokulasian
dengan
tepat
sampai
noda
yang
menghambat
pertumbuhan
28
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Rencana penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014
sampai dengan selesai. Dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.
B. Populasi dan Sampel
Sampel yang digunakan adalah daun Sambiloto (Andrographis
paniculata (Burm.f.) Ness) yang diperoleh langsung dari Kota Maros
Provinsi Sulawesi Selatan.
C. Metode Kerja
Jenis penelitian yang digunakan yaitu secara Eksperimental
Laboratorium.
D. Bahan dan Alat
1. Bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan adalah alkohol, agar, aquadest,
biakan murni (Bacillus subtilis, Candida albicans, Escherichia coli,
Pseudomonas aeroginosa, Staphylococcus aureus, Salmonella typhi,
Shigella dysentriae, Streptococcus mutans, Vibrio Sp), dietil eter,
DMSO (Dimetil Sulfoksida), etanol, larutan NaCl fisiologis 0,9%,
medium Glukosa Nutrient Agar (GNA), dan sampel daun Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness).
30
31
dengan
cairan
penyari
yang
baru.
Proses
penyarian
32
33
ml. Campuran tersebut dituang kedalam cawan petri dan digoyanggoyangkan agar rata dan dibiarkan memadat. Biakan mikroba uji yang
telah diencerkan diratakan dengan menggunakan metode drygalsky
(metode surface plate), kemudian cawan petri diinkubasi pada suhu
37oC selama 24 jam untuk bakteri dan suhu kamar selama 72 jam
untuk jamur (Hertiani, 2003).
7. Pemisahan Senyawa Secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness)
yang menunjukkan aktivitas yang paling tinggi ditotolkan pada lempeng
KLT ukuran 7x1 cm menggunakan pipa kapiler. Lalu dikembangkan
dengan menggunakan larutan pengembang yang sesuai di dalam
chamber. Lempeng dikeluarkan dari chamber dan diangin-anginkan
hingga cairan pengembangnya menguap. Kemudian kromatogram
yang dihasilkan diamati nodanya di bawah sinar UV pada panjang
gelombang 254 nm dan 366 nm, diberi tanda yang menghasilkan
flouresensi dan dihitung nilai Rf-nya.
8. Pengujian Secara KLT-Bioautografi
Hasil identifikasi KLT dengan larutan pengembang yang sesuai
dilanjutkan dengan cara media GNA steril sebanyak 10 ml dituang
kedalam cawan petri steril, lempeng KLT yang telah dielusi dengan
eluen yang cocok diletakkan diatas permukaan medium agar yang
telah diinokulasi dengan mikroba uji dan dibiarkan selama 60 menit
setelah itu lempeng tersebut diangkat dan dikeluarkan. Selanjutnya
34
media diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam untuk bakteri dan
pada suhu 27oC selama 72 jam untuk jamur.
9. Identifikasi Komponen Kimia
Kromatogram
disemprot
dengan
menggunakan
pereaksi
disemprot
dengan
FeCl3
sampai
tampak
bercak
35
4. Tanin
Besi (III) Klorida
Setelah
lempeng
disemprot
dengan
pereaksi
FeCl3
dan
36
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Hasil ekstraksi daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.)
Ness)
Dari hasil ekstraksi sebanyak 210 gram daun Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness) dengan metode maserasi
menggunakan etanol 96% diperoleh 17,19 gram ekstrak etanol kental.
terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil ekstraksi daun Sambiloto (Andrographis paniculata
(Burm.f.) Ness)
Sampel
Bobot (gram)
Daun sambiloto
210 gram
Ekstrak etanol
17,19 gram
Ness)
Pseudomonas
terhadap
aeroginosa,
Bacillus
subtilis,
Staphylococcus
Escherichia
aureus,
coli,
Shigella
37
Sampel
Ekstrak etanol
Bakteri uji
BS
SD
PA SA
-
ST
SM
VC
EC
Keterangan :
SM
EC
PA
BS
ST
SA
VC
SD
+
-
= Streptococcus mutans
= Escherichia coli
= Pseudomonas aeruginosa
= Bacillus subtilis
= Salmonella typhi
= Staphylococcus aureus
= Vibrio cholera
= Shigella dysentriae
= Menghambat bakteri
= Tidak menghambat
38
UV 254
UV 366
Rf
Warna
Rf
Warna
1.
0.10
Coklat
0.10
Coklat
2.
0.23
Kuning
0.23
Merah muda
3.
0.32
Kuning
0.32
Merah muda
4.
0.41
Kuning
0.41
Merah muda
5.
0.50
Kuning
0.50
Merah muda
6.
0.63
Kuning
0.63
Merah muda
daun
sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness) secara KLTBioautografi didapatkan hasil ialah terdapat 1
39
No
Bercak
Rf
Bakteri Uji
1.
0.32
Kuning
Merah muda
EC
2.
0.23
Kuning
Merah muda
SA
3.
0.10
Coklat
Coklat
SD
Keterangan :
EC
SA
SD
= Escherichia coli
= Staphylococcus aureus
= Shigella dysentriae
40
Alkaloid
a.Dragendorf-HCl
Flavonoid
a. Aluminium
klorida
Tanin
a. FeCl3
Warna Pada
Penampak Bercak
Rf
Keterangan
Merah muda
0.10
(+) alkaloid
Berpendar
0.32
(+) Flavonoid
Bercak hijau
0.23
(+) Tanin
41
B. Pembahasan
Tanaman sambiloto sudah sejak lama digunakan sebagai tanaman
obat tradisional oleh masyarakat pedesaan. Umumnya, masyarakat
menggunakan daun sambiloto untuk menurunkan panas (antipiretik),
menghilangkan panas dalam, penawar racun, menghilangkan sakit
(analgetik), dan menghilangkan bengkak. Beberapa senyawa kimia yang
terkandung dalam daun sambiloto diantaranya seperti alkaloid, flavonoid,
tanin, dan andrographolid yang merupakan senyawa yang berkhasiat
sebagai antimikroba.
Sampel daun sambiloto yang digunakan berasal dari kota Maros.
Kemudian di timbang sampel segar sebanyak 210, dikeringkan dan
diekstraksi dengan metode maserasi. Ekstrak etanol daun Sambiloto
diperoleh
sebanyak
17,19
gram.
Ekstraksi
dilakukan
dengan
subtilis,
Staphylococcus
Escherichia
aureus,
coli,
Salmonella
Pseudomonas
typhi,
Shigella
bakteri
aeroginosa,
dysentriae,
42
Streptococcus mutans, Vibrio Sp. Dasar pemilihan bakteri uji ini karena
sudah mewakili kelompok bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Perbedaan komposisi membran sel yang menyebabkan kedua bakteri ini
memberikan respon yang berbeda terhadap antibakteri tertentu.
Hasil skrining aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol
daun sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness), pada kosentrasi
1mg/ml
masing-masing
dapat
menghambat
pertumbuhan
bakteri
(Andrographis
paniculata
(Burm.f.)
Ness)
secara
KLT
366
diperoleh 6 bercak dan diperoleh nilai Rf 0.32, 0.23, dan 0.10 yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba uji Escherichia coli, Staphylococcus
aureus, dan Shigella dysentriae. Hal ini ditandai dengan adanya zona
bening pada permukaan medium.
Hasil identifikasi komponen kimia, diperoleh hasil bahwa daun
sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness) positif mengandung
komponen kimia golongan alkaloid, flavonoid, tanin. Dan komponen kimia
aktif yang memberikan aktivitas antimikroba yaitu komponen kimia
golongan alkaloid dengan menggunakan pereaksi dragendrorf-HCl,
golongan tanin dengan pereaksi FeCl3 dan golongan flavonoid dengan
menggunakan pereaksi AlCl3.
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kimia
aktif
yang
memberikan
aktivitas
antibakteri
adalah flavonoid, tanin dan alkaloid pada nilai Rf 0.32, 0.23 dan 0.10.
B. Saran
Perlu dilakukan pengujian lanjutan daun sambiloto (Andrographis
paniculata (Burm.f.) Ness) pada
bentuk sedian tertentu.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
46
LAMPIRAN
Simplisia
Sukun(Andrographis
(Artocarpus altilis)
Simplisia
daun daun
Sambiloto
paniculata
(Burm.f.) Ness)
Maserasi dengan etanol 96%
Ekstrak etanol
Residu
Diuapkan
Ekstrak etanol kental
Ekstrak aktif
Identifikasi golongan
Komponen Kimia
Analisa Data
Pembahasan
Kesimpulan
47
LAMPIRAN
48
= Staphylococcus aureus
= Streptococcus mutans
= Salmonella typhi
= Escherichia coli
= Pseudomonas aeruginosa
= Bacillus subtilis
= Vibrio cholerae
49
0.63
0.41
0.50
0.32
0.23
0.10
50
0.32
51
0.23
52
0.10
53
0.32
0.23
0.10
Gambar
10.
Foto
hasil
identifikasi
komponen
kimia
dari kromatogram ekstrak etanol daun sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness)
Keterangan :
A
B
C