PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Saat ini banyak ditemukan penyakit yang sifatnya degeneratif. Karena banyaknya
komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat kepada masyarakat luar negeri dan adanya
ketertarikan masyarakat terhadap gaya hidup masyarakat luar negeri sehingga banyak
bermunculan penyakit penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler dan diabetes
insipidus akibat gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit diabetes insipidus ini kemungkinan
besar akan megalami peningkatan jumlah penderitanya di masa datang akibat adanya gaya
hidup yang tidak sehat yang dilakukan oleh masyarakat saat ini.
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan produksi,
sekresi, dan fungsi dari Anti Diuretic Hormone (ADH) serta kelainan ginjal yang tidak
berespon terhadap kerja ADH fisiologis, yang ditandai dengan rasa haus yang berlebihan
(polidipsi) dan pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri). Polidipsia
dan poliuria dengan urin encer, hipernatremia, dan dehidrasi adalah keunggulan dari diabetes
insipidus. Pasien yang memiliki diabetes insipidus tidak dapat menghemat air dan dapat
menjadi sangat dehidrasi bila kekurangan air. Poliuria melebihi 5 mL / kg per jam, urin encer.
Kondisi ini menimbulkan polidipsia dan poliuria.
Jumlah pasien diabetes insipidus dalam kurun waktu 20 30 tahun kedepan akan mengalami
kenaikan jumlah penderita yang sangat signifikan. Dalam rangka mengantisipasi ledakan
jumlah penderita diabetes insipidus, maka upaya yang paling tepat adalah melakukan
pencegahan salah satunya dengan mengatur pola makan dan gaya hidup dengan yang lebih
baik. Dalam hal ini peran profesi dokter, perawat, dan ahli gizi sangat ditantang untuk
menekan jumlah penderita diabetes melitus baik yang sudah terdiagnosis maupun yang
belum. Selain itu dalam hal ini peran perawat sangat penting yaitu harus selalu mengkaji
setiap respon klinis yang ditimbulkan oleh penderita diabetes insipidus untuk menentukan
Asuhan Keperawatan yang tepat untuk penderita Diabetes Insipidus.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Diabetes insipidus ?
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Diabetus insipidus
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan Definisi dari diabetes insipidus
2. Menjelaskan etiologi dari diabetes insipidus
3. Menjelaskan patofisiologi dari diabetes insipidus
4. Menjelaskan manifestasi klinis dari diabetes insipidus
5. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dari diabetes insipidus
6. Menjelaskan penunjang dari diabetes insipidus
7. Menjelaskan penata laksanaan dari diabetes insipidus
8. Menjelaskan komplikasi dari diabetes insipidus.
9. Menjelaskan prognosis dari diabetes insipidus.
10. Menjelaskan asuhan keperawaatan dari pasien diabetes insipidus
1.4 Maanfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini bisa membantu
mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang Diabetus insipidus dan menambah wawasan
pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan kasus Diabetus insipidus..
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
2.1 Definisi
2
insipidus
adalah
suatu penyakit dengan simtoma poliuria dan polidipsia. Jenis Diabetes insipidus yang
paling sering dijumpai adalah Diabetes insipidus sentral, yang disebabkan oleh
defisiensi arginina pada hormon AVP. Jenis kedua adalah Diabetes insipidus nefrogenis
yang disebabkan oleh kurang pekanya ginjalterhadap hormon dengan sifat anti-diuretik,
seperti AVP.
Diabetes insipidus adalah pengeluaran cairan dari tubuh dalam jumlah yang
banyak yang disebabkan oleh dua hal : Gagalnya pengeluaran vasopressin .Gagalnya
ginjal terhadap rangsangan AVP.
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, penyakit ini
diakibatkan
oleh
berbagai
penyebab
yang
dapat
menganggu
mekanisme
2.2 Etiologi
Diabetes insipidus dapat terjadi sekunder akibat (akibat lanjut) trauma kepala,
tumor otak atau operasi ablasi, atau penyinaran pada kelenjar hipofisis. Kelainan ini
3
dapat pula terjadi bersama dengan infeksi system saraf pusat (meningitis, ensefalitis) atau
tumor (misalnya, kelainan metastatic, limfoma dari payudara dan paru).Penyebab
diabetes insipidus yang lainnya adalah kegagalan tubulus renal untuk bereaksi terhadap
ADH, bentuk nefrogenik dari diabetes insipidus yang berkaitan dengan keadaan
hipokalemia, hiperkalsemia dan penggunaan sejumlah obat (misalnya lithium,
demeclocyclin).
Diabetes insipidus disebabkan oleh :
Penyakit system saraf pusat (diabetes insipidus sentral) yang mengenai sintesis
atau sekresi vasopressinPenyakit ginjal (diabetes insipidus nefrogenik) kerena lenyapnya
kemampuan ginjal untuk berespons terhadap vasopressin dalam darah dengan
menghemat air,Pada kehamilan, kemungkinan peningkatan bersihan metabolic
vasopressin.
Pada diabetes insipidus sentral dan nefrogenik, urin bersifat hipotonik. Kausa
sentral tersering adalah kecelakaan trauma kepala, tumor intracranial, dan pasca bedah
intracranial. Kausa yang lebih tercantum adalah:
Diabetes insipidus sentral
Herediter, familia (autosomal dominan) didapat :
a)
Idiopatik
b)
c)
metastatic
d)
f)
g)
Penyakit autoimun
badan menurun, serta kulit dan membrane mukosa jadi kering. Karena meminum banyak
air untuk mempertahankan hidrasi tubuh, penderita akan mengeluh perut terasa penuh
dan anoreksia. Rasa haus dan BAK akan berlangsung terus pada malam hari.
2.4 Maniefestasi klinis
Poluria : Urine yang dikeluarkan setiap hari bisa sampai atau lebih dari 20L.
urine sangat encer dengan berat jenis antara 1,001-1,005 dan 50-200 mOsmol kgBB.
1. Polidipsia karena rasa haus yang berlebihan
2. Tidur terganggu karena poliuria dan nokturia.
3. Penggantian air yang tidak cukup bisa mengakibatkan : Hiperosmolalitas dan
gangguan SSP (cepat marah, disorientasi, koma, dan hipertermia)
4. Hipovolemia, hipotensi, takikardia, mukosa kering dan turgor kulit buruk.
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostis diabetes insipidus ditegakkan berdasarkan gejala klinis, laboraturium
(urinalisis fisis dan kimia serat tes deprivasi air). Untuk mendiagnosis penyebab suatu
poliuria adalah akibat diabetes insipidus, bukan karena penyakit lain, caranya adalah
dengan menjawab menanyakan pertanyaan yang dapat kita ketahui dengan anamnesa
dan pemeriksaan. Pertama mengetahui jawaban dari pasien apa penyebab poliuria
apakah karena pemasukan cairan (air) yang berlebihan dan pengeluaran yang berlebihan
juga. Bila pada anamnesa ditemukan bahwa pasien banyak minum, maka wajar apabila
poliuria itu terjadi. Kedua mengetahui penyebab puliuria ini adalah faktor renal atau
tidak. Poliuria bisa terjadi pada gagal ginjal akut periode dieresis ketika penyembuhan.
Namun, apabila poliuria ini terjadi karena penyakit gagal ginjal akut, maka aka nada
riwayat oliguria (sedikir kencing). Ketiga mengetahui bahan utama pembentuk urin pada
poliuria adalah air atau mengandung zat-zat terlarut. Pada umumnya, poliuria akibat
diabetes insipidus mengeluarkan air murni, namun tidak menutup kemungkinan
ditemukannya zat-zat terlarut. Apabila ditemukan zat-zat terlarut berupa kadar glukosa
yang tinggi atau abnormal maka dapat dicurigai bahwa poliuria tersebut akibat diabetes
mellitus yang merupakan salah satu pembeda diagnosis dari diabetes insipidus.
Jika dicurigai penyebab poliuria adalah diabetes insipidus, maka harus dilakukan
pemeriksaan untuk menunjang diagnosis untuk membedakan apakah jenis diabetes
insipidus yang dialami, karean penatalaksanaan dari dua jenis diabetes insipidus ini
berbeda. Adapun beberapa pemeriksaan pada diabetes insipidus, antara lain:
Hickey Hare atau Carter-RobbinsFluid deprivation
Apapun bentuk pemeriksaannya, prinsipnya adalah untuk mengetahui volume, berat
jenis, atau konsentrasi urin. Sedangkan untuk mengetahui jenisnya, dapat dengan
memberikan vasopressin sintetis, pada diabetes insipidus sentral akan terjadi penurunan
jumlah urin, dan pada diabetes insipidus nefrogenik tidak terjadi apa-apa.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Laboraturium: darah, urinalisis fisis dan kimia.
Jumlah urin biasanya didapatkan lebih dari 4-10 liter dan berat jenis bervariasi
dari 1,001-1,005 dengan urin yang encer. Pada keadaan normal, osmolalitas plasma
kurang dari 290 mOsml/l dan osmolalitas urin osmolalitas urin 300-450 mOsmol/l. pada
keadaan dehidrasi, berat jenis urin bisa mencapai 1,010, osmolalitas plasma lebih dari 295
mOsmol/l dan osmolalitas urin 50-150 mOsmol/l. urin pucat atau jernih dan kadar natrium
urin rendah. Pemeriksaan laboraturium menunjukkan kadar natrium yang tinggi dalam
darah. Fungsi ginjal lainnya tampak normal.
Tes deprivasi air diperlukan untuk pasien dengan diabetes insipidus dengan
defisiensi ADH parsial dan juga untuk membedakan diabetes insipidus dengan polidipsia
primer pada anak. Pemeriksaan harus dilakukan pagi hari. Hitung berat badan anak dan
periksa kadar osmolalitas plasma urin setiap 2 jam. Pada keadaan normal, osmolalitas
akan naik (<300) namun output urin akan berkurang dengan berat jenis yang baik (8001200).Radioimunoassay untuk vasopressin
Kadar plasma yang selalu kurang drai 0,5 pg/mL menunjukkan diabetes
insipidus neurogenik berat. Kadar AVP yang subnormal pada hiperosmolalitas yang
menyertai menunjukkan diabetes insipidus neurogenik parsial. Pemeriksaan ini berguna
dalam membedakan diabetes insipidus parsial dengan polidipsia primer.
Rontgen cranium
Rontgen cranium dapat menunjukkan adanya bukti tumor intrakranium seperti kalsifikasi,
pembesaran slla tursunika, erosi prosesus klinoid, atau makin melebarnya sutura.
MRI
MRI diindikasikan pada pasien yang dicurigai menderita diabetes insipidus.
Gambaran MRI dengan T1 dapat membedakan kelenjar pitutaria anterior dan posterior
dengan isyarat hiperintense atau disebut titik terang atau isyarat terang.
2.7 Penatalaksanaan
Faktor penyebab patut mendapatkan pertimbangan utama pada pengobatan.
Pengobatan diabetes insipidus harus sesuai dengan gejala yang ditimbulkannya. Pada
diabetes insipidus komplit biasanya diperlukan terapi hormon pengganti yaitu
desmopressin atau DDAVP (1-desamino-8-d-arginine vasopressin) yang merupakan
pilihan utama. Aktivitas antidiuretik DDAVP adalah 2000-3000 kali lebih besar daripada
aktivitas pressornya, dan 1 mikrogram menghasilkan dieresis yang berakhir dalam waktu
8-10 jam, dibandingkan dengan hanya 2-3 jam untuk AVP alami. DDAVP diberikan
melalui system pemasukan pipa hidung yang mengalirkan sejumlah tepat pada mukosa
hidung. Dosis berkisar antara 5-15 mikrogram yang diberikan sebagai dosis tunggal atau
terbagi emnjadi 2 dosis. Anak umur >2 tahun memerlukan dosis yang lebih kecil (0,15-0,5
mikrogram/kg/24 jam). Dosisnya harus secara individu dan penting disesuaikan jadwal
dosisnya sehingga memungkinkan penderita dalam keadaan poliuria ringan sebelum dosis
berikutnya diberikan. Untuk penderita yang memerlukan >10 mikrogram dosis preparat
semprot hidung juga tersedia. Preparat parenteral DDAVP (0,03-0,15 mikrogran/kg)
tersedia dan bermanfaat paska bedah transfenoidalis, bial penymbatan hidung
menghalangi peniupan hidung.
Desmopresin seperti halnya ADH menfasilitasi reabsorbsi air di tubulus
kolektivus dengan cAMP-mediated insersion. Hasinya volume urin berkurang dan berat
jenis urine meningkat. Efek samping desmopresin yaitu hiponatremia dan pada dosis
tinggi dapat menimbulkan hipertensi. Pada penderita diabetes insipidus yang koma,
sedang menjalani pembedahan, atau mendapatkan cairan intravena harus diperhatikan
pengobatannya.
pada reseptor
eksternal
seperti V2 yang
mengakibatkan keluarnya faktor VIII dan faktor Von Willebrand. Penderita dengan
hemophilia A ringan atau sedang atau penyakit Von Wilebrand terpilih dapat disembuhkan
secara berhasil dengan dosis DDAVP 15 kali lebih tinggi daripada dosis yang
dipergunakan untuk antidiuresis. Desmopresin semakin banyak digunakan pada
penatalaksanaan anak dengan enuresis. Dosis yang diperlukan adalah 20-40 mikrogram,
diberikan sebagai semprot hidung sebelum tidur.
Selain terapi hormon pengganti, bisa juga digunakan terapi adjuvant yang
mengatur keseimbangan air, seperti:
Diuretik Tiazid Klorpropamid Klofibrat Karbamazepin, Untuk mencegah dehidrasi,
penderita harus selalu minum cairan dalam jumlah yang cukup ketika merasa haus. Penderita
bayi dan anak-anak harus sering diberi minum. Terutama pada bayi.
2.8 Komplikasi
Hipertonik enselopati Gagal tumbuhkejang terlalu cepat koreksi hipernatremia,
sehingga edema serebral
2.9 Prognosis
DI nefrogenik
1. Baik apabila diagnosanya lebih awal dan tindak lanjut
2. keterbelakangan mental jika penundaan dalam diagnosis selama serangan
bayi berulang hipernatremia dan dehidrasi
3. Laporan terisolasi : gagal ginjal kronik
4. DI sentral: tergantung dari etiologi yang mendasari.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Identitas diri Klien
Nama
:Ny.S
Tanggal MRS
: 20 maret 2013
Umur
: 40 thn
Jenis kelamin
: Perempuan
Dignosa
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
: Surabaya
Suku
: Indonesia
: Diabetus insipidus
11
Pasien merasa pusing, bentuk kepala simetris, GCS= 4 5 6, pupil normal, orientasi tempatwaktu-orang baik, reflek bicara baik, pendengaran baik, penglihatan baik, penghidu baik.
B4 (bladder)
Poliuria sangat encer ( 10 liter ) dengan berat jenis 1.010, osmolalitas urin 50-150
mosmol/L.
B5 (bowel)
Mukosa kering, polidipsia, penurunan berat badan, dehidrasi, dan konstipasi.
B6 (bone)
Kulit bersih, turgor kulit buruk, dan tidak ada nyeri persendian.
3.2. Analisa Data
Tgl
Analisa Data
20-032013
10: 15
Etiologi
Masalah
Defisit volume cairan
Input 1200 ml
Output > 1500 ml
Frekuensi 7 x/hari
20-032013
16: 00
Produksi urin
Poliuria
Nokturia
12
3.4.Intervensi
Tgl
Diagnosa Keperawatan
20 03
1. Lakukan
BHSP
2. Pertahankan
2015
10 : 15
Tujuan
Intervensi
setelah
lsakukan
dfi
tindakan
keperawatan selama 1x 24
jam deficit volume cairan
teratasi dengan
Mempertahankan
urine output sesuai
output
akurat
3. Kolaborasi
Kriteria hasil:
-
dan
Rasional
4.
BJ urine normal
Tekanan
darah
5.membantu
nadi
mengidintifikasi
,suhu
tubuh
dehidrasi
elastisitas
kulit
turgor
baik,
membrane
mukosa
haus
yang
13
berlebihan
Elektrolit,
HMT
HB
dalam
normal
PH urine
,
bats
dalam
batas normal
nuctoria
mempertahankan
Tujuan
setelah
di
Kriteria Hasil
dan
meningkatkan
istirahat
dan kenyamana
4.memabtu
perawat
dalam
menentukan
memonitor tidur pasien
6. Catat kebutuhan tidur tekhnik tidur yang cocok
dalam batas normal
pasien setiap hari dan dengan pasien
6-8 jm/hari
jam.
pola tidur , kualitas
7. Kolaborasi
pemberian 5..membantu klien untuk
dalam batas normal
beristrahat lebih efektif
obat tidur
Perasaan
fresh
sesudah tidur
Mampu
jumlah
jam
tidur
6.agar
mengindentifikasi
hal-
hal
meningkat
yg
dalam
tidur
mengetahui
persepsi
kerjanya
pada
Tgl
Dignosa
Implementasi
Evaluasi
keperawatan
20 03 Defisit
2013
volume
10:15
b/.d nocturia
16:
00
S : Pasien mengatakan
susah tidur
aktivitas
O : Tampak lemas
lingkungan
yang nyaman.
4. Mendiskusikan
A : Maslah belum
dengaan teratasi
pasien dan keluarga tentang
P : Intervensi
tekhnik tidur paasien.
5. Menginstruksikan untuk
di
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Asman Boedi. Diabetes Insipidus Dalam: Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta: FK UI.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Endokrinologi Anak. Dalam Buku Kuliah 2
Ilmu Kesehatan Anak 1985 Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI; cetakan kesebelas.
Batticaca, Fransisca B.2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
Baradero, Mary, Mary, dan Yakobus Siswadi. 2005. Klien Gangguan Endokrin:Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC
Brahm U. Pendit, et al. 2005. Patifisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit/ Sylvia
Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson edisi ke-6. Jakarta : EGC
17