PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, pada tahun 1997 tercatat
sebanyak 41,4 per 1000 kelahiran hidup. Dalam upaya mewujudkan visi
Indonesia Sehat 2010, maka salah satu tolak ukur adalah menurunnya angka
mortalitas dan morbiditas neonatus, dengan proyeksi pada tahun 2025 AKB dapat
turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas pada
bayi baru lahir adalah atresia esophagus dan ensefalopati bilirubin (lebih dikenal
sebagai kernikterus).
Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital yang ditandai dengan tidak
menyambungnya
esofagus
bagian
proksimal
dengan
esofagus
bagian
tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan. Sebagian besar tidak memiliki
penyebab dasar atau disebut ikterus fisiologis yang akan menghilang pada akhir
minggu pertama kehidupan pada bayi cukup bulan. Sebagian kecil memiliki
penyebab seperti hemolisis, septikemi, penyakit metabolik (ikterus nonfisiologis).
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan dan menyalurkan dari
ronggamulut ke lambung.Di dalam rongga dada, esofagus berada di mediastium
posterior mulai dibelakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri.Fungsi
utama esofagus adalahmenyalurkan makanan dan minuman dari mulut ke
lambung. Di dalam esofagus makananturun oleh peristaltik primer dan gaya berat
terutama untuk makanan padat dan setengahpadat, serta peristaltik ringan. Penting
sekali
pada
pendidikan
dokter
untuk
mengenali
kelainan-kelainan
atresia Esofagus tidak mampu untuk menelan saliva dan ditandai denganjumlah
saliva
yang
sangat
banyak
dan
membutuhkan
suction
berulangkali.
malformasi ginjal dan urogenital sering terjadi, semua kelainan ini disebut
sindrome vecteral.
2.
3.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan atresia
esofagus?
1.3.2 Tujuan khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
esofagus.
8.
9.
10.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini
bisa membantu mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang atresia esofagus
dan menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana
pemberian asuhan keperawatan pada pasienatresia esofagus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian
juga
tidak
membentuk
sambungan
dengan
trakea
(fistula
trakeoesopagus).
Atresia Esofagus merupakan kelompok kelainan kongenital terdiri dari
gangguan kontuinitas esofagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan
trakhea.
2.2.
Etiologi
1. Secara umum :
Salah satu nya adalah kegagalan pada fase embrio (peristiwa
fertilisasi sampai terbentuknya janin) terutama pada bayi yang lahir
Klasifikasi
1. Kalasia
Chalasia ialah keadaan bagian bawah esophagus yang tidak dapat
menutup secara baik, sehingga menyebabkan regurgitasi, terutama kalau
bayi dibaringkan. Pertolongan : member makanan dalam posisi tegak,
yaitu duduk dalam kursi khusus. Kalasia adalah kelainan yang terjadi
pada bagian bawah esophagus (pada persambungan dengan lambung yang
tidak dapat menutup rapat sehingga bayi sering regurgitasi bila
dibaringkan.
2. Akalasia
Ialah kebalikan chalasia yaitu bagian akhir esophagus tidak
membuka secara baik, sehingga keadaan seperti stenosis atau atresia.
Disebut pula spasmus cardio-oesophagus. Sebabnya : karena terdapat
cartilage trachea yang tumbuh ektopik dalam esophagus bagian bawah,
berbentuk tulang rawan yang ditemukan secara mikroskopik dalam
lapisan otot.
3. Classification System Gross
2.4.
Manifestasi Klinis
11. Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam
paru, oleh karena itu bayi sering sianosis
Terdapat beberapa tanda dan gejala atau manifestasi klinik pada atresia
esofagus (Hochenberry, 2002) :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2.5.
Janin dengan atresia esofagus tidak dapat menelan cairan amnion dengan
efektif. Pada janin dengan atresa esofagus dan TEF distal, cairan amnion akan
mengalir menuju trakea, ke fistula kemudian menuju usus. Akibat dari hal ini
dapat terjadi polihidramnion. Polihidramnion sendiri dapat menyebabkan
kelahiran prematur. Janin seharusnya dapat memanfaatkan cairan amnion,
sehingga janin dengan atresia esofagus lebih kecil daripada usia gestasinya.
Neonatus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan dan menghasilkan
banyak air liur. Pneumonia aspirasi dapat terjadi bila terjadi aspirasi susu, atau
liur. Apabila terdapat TEF distal, paru-paru dapat terpapar asam lambung.Udara
dari trakea juga dapat mengalir ke bawah fistula ketika bayi menangis, atau
menerima ventilasi.Hal ini dapat menyebabkan perforasi gaster akut yang
seringkali mematikan.Penelitian mengenai manipulasi manometrik esofagus
menunjukkan esofagus distal seringkali dismotil, dengan peristaltik yang jelek
atau anpa peristaltik. Hal ini akan menimbulkan berbagai derajat disfagia setelah
manipulasi yang berkelanjutan menuju refluks esofagus.
Trakea juga terpengaruh oleh gangguan embriogenesis pada atresia
esofagus. Membran trakea seringkali melebar dengan bentuk D, bukan C seperti
biasa.Perubahan
ini
menyebabkan
kelemahan
sekunder
ada
struktur
dapat kolaps secara parsial ketika makan, setelah manipulasi, atau ketika terjadi
refluks gastroesofagus; yang daat menjurus kegagalan nafas; hipoksia, bahkan
apnea.
2.6 Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada
atresia esofagus dan fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut :
1. Dismotilitas esophagus
Dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dingin esophagus.Berbagai
tingkat dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini.Komplikasi ini terlihat
saat bayi sudah mulai makan dan minum.
2. Gastroesofagus refluk
Kira-kira 50 % bayi yang menjalani operasi ini kana mengalami
gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam
lambung naik atau refluk ke esophagus.Kondisi ini dapat diperbaiki
dengan obat (medical) atau pembedahan.
3. Trakeo esogfagus fistula berulang
Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti ini.
4. Disfagia atau kesulitan menelan (post op)
Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esophagus yang
diperbaiki.Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk tertelannya
makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
5. Kesulitan bernafas dan tersedak
Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan makanan, tertaannya
makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
6. Batuk kronis
Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan atresia
esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
7. Meningkatnya infeksi saluran pernafasan
Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah kontak dengan orang
yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan
mengkonsumsi vitamin dan suplemen.
1. CT SCAN
CT tidak khas dipakai pada evaluasi dari EA dan / atau TEF akan
tetapi, CT menggambarkan 3 - dimensiorial (3D) dari kerongkongan
dalam hubungan dengan struktur berdekatan. Gambaran di sekitar axis
dapat sulit interpretasikan fistula dapat hanya gambaran parsial atau tidak
sama sekali. CT sagital dapat dipergunakan pada bayi baru lahir dengan
diagnose EA dan TEF. Cara ini memperboleh visualisasi dari seluruh
panjang dari esofagus, lengkap dengan atresia dan fistula. CT tiga dimensi
dengan endoscopy menghasilkan hasil yang serupa, sebagai tambahan
memudahkan pemahaman dari hubungan anatomi yang kompleks.
Gambaran CT juga dapat mengidentifikasi lokasi dari alur aortic, setelah
koreksi dengan pembedahan dari EA dan / atau TEF, CT helic ultrafast
dapat digunakan untuk menentukan tracheomalacia. Sebagai tambahan,
trakea abnormal dalam bentuk, ukuran, lebar dinding posterior abnormal,
udara berlimpah-limpah dan air pada esofagus dapat direkam dengan CT
sesudah operasi.
2. MRI
Postnatally, MRI tidak mempunyai peran rutin pada gambaran dari
EA dan TEF
Penemuan
gelembung
(stomach
bubble)
di
kombinasi
dengan
maternal
10
dan
11
2.9 WOC
Factor Resiko:
1. Factor obat
:
thalidomine
2. Factor radiasi
3. Factor gizi buruk
ATRESIA ESOFAGUS
B1
B4
B5
1. Atresia esophagus
1. Atresia
tanpa fistula
esophagus
2. Atresia
dengan TEF
Esofagusdengan TEF
proximal dan
proximal
distal
3. Atresia esophagus
2. Atresia
dengan TEF distal
esophagus
4. Atresia esophagus
Makanan
masuk
kesaluran
dengan
TEF
dengan TEF proximal
ASI, PASI ataupun
pernafasan
(trachea)
proximal
& distal
susu soya tidak dapat
proximal
Aspirasi
masuk kesaluran
pencernaan dengan
Batuk,cyanosis
Gangguan
Intakelancar
cairan
Fungsi
tubuhMuntah
menurun
Pernafasan
MK :
Ketidakefektifa
n bersihan jalan
napas
MK : Resiko
kekurangan volume
cairan
1. Atresia esophagus
tanpa fistula
2. Atresia
Esofagusdengan
TEF proximal
3. Atresia esophagus
dengan TEF
Distal
4. Atresia esophagus
ASI, PASI ataupun
dengan TEF
susu soya tidak dapat
proximal & distal
masuk kesaluran
pencernaan dengan
Reabsorsi
sari-sari
lancar
makanan (nutrien)
Muntah
Pemenuhan nutrisi
tidak adekuat
MK :
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
B6
1. Atresia esophagus
tanpa fistula
2. Atresia
Esofagusdengan
TEF proximal
3. Atresia esophagus
dengan TEF distal
4. Atresia esophagus
dengan TEF
proximal & distal
Kelainan congenital
pencernaan
Proses pencernaan
terganggu
Reabsorsi sari-sari
makanan (nutrien)
Senyawa kimia (calcium,
asam fosfat, magnesium,
dll untuk pertumbuhan
tulang
Pertumbuhan Tulang
terganggu
Pergerakan tulang dan
otot
MK : Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Tanggal MRS
Tanggal Pengkajian
Jam Pengkajian
Hari Rawat
: 05-11-2015
: 05-11-2015
: 13.00
: Kamis
1 Identitas Klien
1. Nama Klien
Umur
Jenis Kelamin
Suku/bangsa
Agama
Berat Bdan
2. Nama Ayah
Nama Ibu
Pekerjaan Ayah
Pekerjaan Ibu
Agama
Pendidikan
Alamat
Jam Masuk
No. RM
Diagnosa
Masuk
: 12.00
: 12345678
: Atresia esofagus
: An. A
: Hari
: Laki- Laki
: Sasak / Indonesia
: Islam
: 3600 kg
: Tn. D (40th)
: Ny. A (35th)
: Swasta
: IRT
: Islam
: SMA/ SMP
: Surabaya
2 Riwayat Kesehatan
Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai:
1. Keluhan Utama : Ny.A mengatakan By.A muntah setelah 10 menit
diberi ASI lewat sonde.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :.Ny.A usia 35 tahun datang ke rumah
sakit pada tangggal 05-11-2015 membawa anaknya keluhan muntah,
keluar cairan warna hijau ibu pasien mengatakan bahwa saat di Ibu
mengatakan dalam kehamilannya, ibu memeriksakan kehamilannya
> dari 6X. Saat kehamilan ibu S sering mengkonsumsi vitamin, obat
tambah darah dan obat penurun tekanan darah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
14
3.1.2
Observasi
TD :
N : 130x/menit
RR : 40
S : 370C
Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing) : Ada pernafasan cuping hidung, terpasang O2 nasal 2
liter/menit, terdapat sedikit perdarahan di hidung sebelah
kiri yang terpasang selang O2.
B2 (Blood)
B3 (Brain )
B6(Bone)
3.1.3
Pemeriksaan laboratorium:
Hb
Ht
MCH
MCV
Leucosit
Trombosit
Glukosa sewaktu
: 210 mg/dl
15
Natrium
Kalium
Chlorida
Kalsium
: An. A
Umur
Ruang Rawat
: Shofa
Diagnosa Medik
: ATRESIA ESFAGUS
No
1.
Tanggal/
Waktu
5
Data
Etiologi
Data Subjektif:
November
2015
Jam 13.00
ASI masuk ke
Keperawatan
Ketidakefektif
saluran pernafasan
an bersihan
Data Objektif:
- Klien
jalan napas
tersedak-
sedak
Aspirasi
saat
pemberian
makanan
Masalah
16
Data Subjektif:
Ketidakseimba
November
Klien mengalami
ngan nutrisi
2015
masuk ke saluran
kurang dari
pencernaan dengan
kebutuhan
lancar
tubuh
Jam 13.00
muntah
Klien menolak
pemberian ASI, PASI
ataupun
setelah
muntah
susu
soya
Proses pencernaan
terganggu
mengalami
Reabsorbsi sari-sari
makananan
Pemenuhan nutrisi
tidak adekuat
17
3.4 Intervensi
N
Diagnosa
keperawatan
Hasil
1.
Ketidakefektifan
NOC:
Bersihan jalan
napas
keperawatan selama 1 x 24
Definisi :
ketidakmampuan
terjadi Ketidakefektifan
untuk
membersikan
sekresi saluran
NIC :
Mendemonstrasikan
pernapasan untuk
mempertahankan
kebersihan jalan
napas.
Intervensi
pursed lips)
Menunjukkan jalan
napas yang paten
1. Pastikan kebutuhan
oral/tracheal
suctioning.
2. Auskultasi suara
napas sebelum dan
sesudah suctioning.
3. Informasikan
kepada klien dan
keluarga tentang
suctioning.
4. Minta klien nafas
dalam sebelum
suction di lakukan.
5. Berikan O2 dengan
menggunakan
nasal untuk
memfasilitasi
suction nasotrakeal
6. Gunakan alat yang
steril setiap
18
napas abnormal)
Mampu
mengidentifikasi
dan mencegah
faktor yang dapat
melakukan
tindakan.
7. Anjurkan klien
untuk istirahat dan
napas dalam
setelah kateter
8. Monitor status
oksigen klien
9. Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suction
10. Hentikan suction
menghambat jalan
dan berikan
napas.
oksigen apabila
klien menunjukkan
bradikardi,peningk
atan saturasi
O2,dll.
Airway Management
11. Buka jalan nafas,
gunakan teknik
chin lift atau jiwa
thurst bila perlu
12. Posisikan klien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
13. Identifikasi klien
perlunya adanya
pemasanga alat
jalan napas buatan
14. Pasang mayo bila
perlu
15. Lakukan fisiotrapi
dada jika perlu
19
2.
Ketidakseimbang
NOC:
NIC:
tubuh
jam
diharapkan
tidak
tidak nutirisi
cukup
memenuhi
kebutuhan
kurang
dari
metabolik
Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
Berat badan ideal
20
kebutuhan nutrisi
Menunjukan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
penelan
Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti
meningkatkan
intake fe
4. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan vitamin
c
5. Berikan subtansi
gula
6. Yakinkan diet yang
di makan
mengandung tinggi
serat agar tidak
konstipasi
7. Berikan makanan
yang terpilih
(sudah
dikonsultasikan
oleh ahli gizi)
8. Ajarkan pasien
bagaimana
membuat makanan
harian
9. Monitor jumlah
nutrisidan
kandungan kalori
10. Berikan informasi
tentangkebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
21
22
perkembangan
24. Monitor ingan
pucat,kemerahan
,kekeringan
jaringan
konjungtiva
25. Monitor kalori dan
intake nutrisi
26. Cacat adanya
edema,hiperemik
hipertonik papila
lidah cavitas oral
27. Catat jika lidah
berwarna magenta
scarlet
oral/tracheal suctioning.
2. mengauskultasi suara
napas sebelum dan sesudah
suctioning.
3. menginformasikan kepada
klien dan keluarga tentang
suctioning.
4. Meminta klien nafas dalam
sebelum suction di
lakukan.
5. memberikan O2 dengan
Evaluasi
S:
O: - klien tampak tidak
tersedak-sedak saat
pemberian ASI
-
dengan mudah
Suara irama napas
klien mulai norma
23
nasotrakeal
6. menggunakan alat yang
steril setiap melakukan
tindakan.
7. memonitor status oksigen
klien
8. mengajarkan keluarga
bagaimana cara melakukan
suction
9. meghentikan suction dan
berikan oksigen apabila
klien menunjukkan
bradikardi,peningkatan
saturasi O2,dll.
10. memposisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi
11. mengidentifikasi klien
perlunya adanya
pemasanga alat jalan napas
buatan
12. mengauskultasi suara
napas, catat adanya suara
tambahan
13. memberikan pelembab
udara kassa basa NaCL
lembab
14. mengatur intake cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
15. memonitor respirasi dan
status O2.
2.
5 November
S:
24
2015
13.00
makanan
2. mengkolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dari jumlah
yang dibutuhkan pasien
3. menganjurkan pasien
untuk meningkatkan intake
BB meningkat
A : masalah teratasi
P : intervesi di pertahankan.
fe.
4. meyakinkan diet yang di
makan mengandung tinggi
serat agar tidak konstipasi.
5. memberikan makanan
yang terpilih (sudah
dikonsultasikan oleh ahli
gizi)
6. mengajarkan pasien
bagaimana membuat
makanan harian.
7. memonitor jumlah
nutrisidan kandungan
kalori.
8. memberikan informasi
tentangkebutuhan nutrisi
9. mengkaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
10. BB pasien dalam batas
normal.
11. memonitor adanya
penurunan berat Badan
12. memoonitor mual dan
muntah
13. memonitor kadar
albumin,total protein,dan
kadar ht
14. memonitor pertumbuhan
dan perkembangan
25
26
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya
lubang atau muara (buntu), pada esofagus (+). Pada sebagian besar kasus atresia
esofagus ujung esofagus buntu, sedangkan pada -1/3 kasus lainnya esophagus
bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia
esophagus dengan fistula).
Klasifikasi atresia esophagus antara lain : Atresia Esofagus dengan fistula
trakheooesophageal distal, Atresia Esofagus terisolasi tanpa fistula, Fistula
trakheo esofagus tanpa atresia, Atresia erofagus dengan fistula trakeo esofagus
proksimal, Atresia esofagus dengan fistula trakheo esofagus distal dan proksimal.
Pengobatan pada atresia esophagus bisa dilakukan dengan cara keperawatan dan
secara medik.
Pada pasien neonatus dengan atresia esophagus masalah keperawatan
utama yang muncul ialah nutrisi kurang dari kebutuhan dikarenakan kelainan
kongenital di area esophagus yang menyebabkan asupan makanan terganggu yang
berujung pada terganggunya proses tumbuh kembang bayi tersebut, apalagi BBL
tersebut <3000 gram dengan atau tanpa kelahiran cukup bulan. Masalah
keperawatan yang lain yaitu dapat mengakibatkan dampak hospitalisasi pada
pasien ataupun keluarga. Gangguan tali kasih antara keluarga dan bayinya dapat
timbul bila bayi-bayi dirawat inap.Respons kehilangan dapat timbul pada orang
tua, saudara sekandung, maupun anak/bayi yang sakit. Hal yang sama juga terjadi
bila bayi meninggal. Reaksi ini dapat diobservasi dari perubahan fisiologis dan
psikologis yang dialami pasien ataupun keluarga. Kemampuan orangtua dan
saudara sekandung untuk mengatasi proses ini dipengaruhi oleh kepribadian, latar
belakang sosial budaya serta system pendukung. Perawat dapat mendukung
keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan yan difokuskan pada bantuan
terhadap pasien dan keluarga dalam menghadapi proses secara optimal akibat
dampak hospitalisasi.
27
4.2.
Saran
Setelah
membaca
makalah
ini,
diharapkan
mahasiswa
dapat
28
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. Perawatan anak sakit.Buku kedokteran. EGC,1997. Jakarta
Sylvia A price, Lorraine m Wilson.Patofisiologi. Buku kedokteran, EGC, 1997,
Jakarta
Ronna L Wong. Keperawatan pediatric.Buku kedokteran,
EGC.2003.Jakarta.
.Robbins dan kumar.Patologi .Fakultas kedoteran. Universitas
Edisi
,EGC,
Aerlangga,
1995,
Jakarta
http://www.emedicine.com
Spitz L. Esophageal Atresia And Tracheoesophageal Malformation in
Pediatric Surgery. USA, Elsevier Saunders. 2005; 352-370
Sjamsuhidayat R, De Jong Wim. Fistel dan Atresia.Buku Ajar Ilmu Bedah,
Edisi ke-2. Jakarta, EGC. Penerbit Buku Kedokteran, 2004; 502-3.
Hassan Rusepno, Alatas Husein. Atresia Esofagus. Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta.
Infomedika
Jakarta,
1998;
199-201.
Esophageal
Atresia.http://www.encyclopediasurgery.com
Spitz,L .Oesophageal atresia. Orphanet Journal of Rare
Diseases.Department of Paediatric Surgery, Institute of Child Health,
University College, London, UK. 2007, 2:24
Sadler,T. Sistem Pencernaan. Embriologi Kedokteran Langman. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Bab 11 hal 243-248.2000
Dwayne
c.
Clark,
Esophageal
Atresia
and
Tracheoesophageal
29