Kerajaan Perlak
Pada akhir abad ke-12, di pantai timur Sumatera terdapat negara Islam
bernama Perak. Nama itu kemudian dijadikan Peurlelak, didirikan oleh para
pedagang asing dari Mesir, Maroko, Persi dan Gujarat yang menetap disitu sejak
abad ke -12. Pendirinya adalah orang Arab keturunan suku Quraisy. Pedagang
Arab itu kawin dengan pribumi, keturunan raja Perlak. Dari perkawinan tersebut
ia mendapatkan putra bernama Sayid Abdul Aziz sekaligus Sultan pertama
Perlak dan lebih dikenal denan Sultan Alaiddin Syah. (Slamet Muljana, 2009:
130).
Dalam bukunya Hasymy (1993: 405),
dijelaskan
bahwa dengan
Sultan
Makhdun Alidin Malik Muhammad Amin Syah Johan 922-946 M, (7) Sultan
Makhdun Alidin Abdul Malik Amin Syah Johan (8) Sultan Alaidin Saiyid
Maulana Mahmud Syah 976-988 M kedudukan Bandar Peureulak dan Sultan
Makhdum alaidin Malik Ibrahim Syah Johan 976-1012 M edudukan di Bandar
Khalifah, (10) Sultan Makahdum Alaidin Mansyur Syah Johan 1059-1078 M,
(11) Sultan Makhdun Alaidin Malik Abdullah Syah Johan 1078-1108 M, (12)
Sultan Makhdun Alaiddin Malik Ahmad Syah Johan 1108-1134 M, (13) Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah Johan 1134-1158 M, (14) Sultan
Makhdum Alaiddin Malik usman Syah Johan 1158-1170 M, (15) Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Syah Johan 1170-1196 M, (16) Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Abdul Jalil Syah Johan 1196-1225 M, (17) Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Muhammad AminSyah II Johan 1225-1263 M, (18)
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Syah Joham 1263-1292M.
Terjadi perebutan kekuasaan antara Dinasti Sayid Azziz dan dinasti Marah
Perlak, hal ini banyak mengalami kemunduran bagi Perlak. Pada akhir abad ke13, kesultanan Perlak tidak lagi memegang peranan dalam sejarah Negaranegara di pantai timur Sumatera (Slamet Muljana, 2009: 132)
Kerajaan Demak
Dalam buku Marwati D.P dan Nugroho N (2009: 52), Demak mempunyai
letak geografis di pesisir utara dan lingkungan alamnya yang subur, dan semula
adalah sebuah kampung yang dalam babad local disebut Gelagahwangi. Tempat
itu kemudian tumbuh dan berkembang sebagai pusat kerajaan islam pertamatama di Pulau Jawa sejak akhir abad ke-15. Djakariah (2014: 47) daalam
bukunya menyebutkan bahwa Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah,
seorang bupati Majapahit yang memeluk islam dan memutuskan hubungan
dengan majapahit.
Raja Demak yang kedua dalam babad dikenal nama Pangeran Sabrang
Lor meskipun pemerintahannya sebentar. (Abdul Hadi dkk, hlm 36). Nama
Pangeran Sabrang Lor berasal dari daerah tempat tinggalnya di Seberang
Utara (De Graff & TH. Pigeaud, 2003: 44). Masih dalam buku De Graff & TH.
Pigeaud (2003: 44-48) , menurut cerita Jawa Timur dan Mataram dalam Serat
Kandha dan babad, penguasa Demak yang ketiga bernama Tranggana atau
Trenggana. Ia adalah saudara sultan sebelum dia Pangeran Sabrang Lor;
keduanya putra penguasa pertama Raden Patah. Menurut perkiraan Pires,
Trenggana lahir tahun 1483. Sultan Trenggana memerintah pada sekitar 15041546. Dalam kurun waktu itu wilayah kerajaan telah diperluas ke barat dan ke
timur, dan masjid Demak telah di bagun (atau dibangun kembali) sebagai
lambang kekuasaan Islam.
Salah satu wilayah yang berhasil dikuasi oleh sultan Trenggana ialah
Mataram di pedalaman Jawa Tengah, dan juga Singasari di Jawa bagian Selatan.
Dalam usahanya menaaklukan psauruan Sultan Trenggana gugur pada tahun
1546. Dengan wafatnya Trenggana, timbullah perebutan kekuasaan antara adik
Trenggana dan anak Trenggana hingga berakhir dengan pemindahan Keraton
Demak ke Pajang pada tahun 1568. Dengan tindakan ini maka menandakan
berakhirnya kasultanan Demak (Djakariah, 2014: 49)
Kerajaan Mataram
Menurut buku Marwati D.P dan Nugroho N (2009: 55) Mataram
merupakan daerah yang subur, terletak antara Kali Opak dan Kali Praga yang
mengalir ke Samudra Hindia dan memberikan kemungkinan pertumbuhan dan
perkembangan pusat kerajaan Mataram. Di tempat inilah Ki ageng Pamanahaan
mendirikan keraton pada tahun 1578. Setelah beberapa tahun mendiami keraton,
Ki Ageng Pamanahan wafat pada 1584. Penggantinya ialah putranya
Panembahan Senopati ing Alogo yang pada masa mudanya bergelar Pangeraan
Ngabehi Lor
Adiwijaya).
Menurut cerita leluhur dalam De Graff & TH. Pigeaud (2003: 253-254)
pada permulaan pemerintahan Senaapati, para penguasa setempat wajib
menyerahkan
upeti
di
kawasan
Kedu
dan
Bagelen
terbujuk
untuk
Pangeran
Banawa
dari
Demak,
Senaapati
memakai
gelar
Panembahan.
Masih menurut buku De Graff $ TH. Pigeaud, Panembahan Senapaati
Mataram berhasil merebut kerajaan tua Jepara baru pada 1599, pada akhir
hidupnya. Pada dasawarsa terakhir abd ke 16, raja merdeka yang pertama di
Mataram berhasil menguasai daerah-daerah terpenting di Jawa Tengah, baik di
pedalaman maupun sepanjang pantai utara. Dalam buku Abdul Hadi dkk (hlm
37), Panembahan Senaapati Mataram juga memperluas kekuasaannya ke
daerah-daerah di Jawa bagian Timur dan Barat.
Masih dalam buku Abdul Hadi dkk (hlm 38-39) setelah wafat Panembahan
Senapati digantikan oleh Mas Jolang, pura dari selir yang berasal dari Pati.
Pangeran Jolang memerintah dari tahun 1601 hingga 1613, ia menyempurnakan
pembangunan Kotagede. Pangeran Jolang meninggal di tempat perburuan
(krapyak) pada tahun 1613. Penggantinya ialah cucu Panembahan Senopati
yaitu Pangeran Jatmiko atau Raden Mas Rangsang dan setelah menjadi sultan
Mataram ia dikenal dengan Sultan Agung Senopati ing Alogo.
Dalam Marwati D.P dan Nugroho N (2009: 57), pada masa pemerintahan
Sultan Agung Senaapati ing Alaga beberapa daerah yang semula sudah berada
di bawah Mataram mulai melepaskan dirinya, akibatnya, Sultan Agung
melakukan penyerangan-penyerangan terhadap Surabaya, Pati, Giri, dan
Blambangan. Selain melewati pertempuran-pertempuran, dalam menaklukan
Banyaknya
pemberontaka
karena
ketidaksukaan
terhadap
Kerajaan Cirebon
Penjelasan Marwati D.P dan Nugroho N (2009: 59), Kedatangan Tome
Pires (1512-1515) sekitar tahun 1513, diberitakan di Cirebon sudah termasuk ke
daerah Jawa di bawah kekuasaan kerajaan Demaak. Pires mengatakan bahwa
Islam sudah hadir di Cirebon 40 tahun sebelum keahdiran Pires, artinya dapat
diperkirakan sekitar tahun 1470-1475 M. Dalam naskah Purwaka Tjaruban
Nagari karya Pangeran Arya Cerbon tahun 1720 M, dikatakan bahwa kehadiran
Syarif Hidayatullah di Cirebon tahun 1470 M adalah mengajarkan agama Islam
di Gunung Sembung, kemudian ia menikah dengan Pakungwati putri
uaknyadan pada tahun 1479 menggantikan mertuanya sebagai penguasa
Cirebon, lalu mendirikan kraton yang diberi nama Pakungati di sebelah timur
keraton Sultan Kasepuhan kini.
Syarif Hidayatullah dikenal juga dengan nama Sunan Gunung Jati, salah
seorang Wali Sanga dan mendapat julukan Pandita Ratu sejak ia berfungsi
sebagai wali penyebar Islam dan sebagai kepala pemerintahan. Menurut cerita
Jawa Barat dalam De Graff & TH. Pigeaud (2003: 131), pada tahun 1570 Sunan
Gunung Jati sebagai penguasa Cirebon diganti oleh seorang cicitnya, yang
hanya dikenal dengan gelar Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Tentang dia
amat sedikit yang diketahui. Raja-raja Mataram sejak semula mempunyai
hubungan yang cukup baik dengan penguasa setempat di sebelah barat Sungai
Bogowonto. Penguasa bagian barat, Raja Cirebon agaknya tidak memberikan
perlawanan dan mengakui penguasaan mataram.
Masih menurut De Graff dan TH. Pigeaud, Panembahan Ratu meninggal
pada 1650. Penggantinya seorang raja yang dikenal dengan nama Pangeran
Girilaya. Berdaarkan Marwati D.P dan Nugroho N (2009: 65) sejak tahun 1697
kekuaaan keraton Kasepuhan dan Kanoman terbagi atas Kacirebonan dan
Kaprapabonan. Karena itu, Kasultanan Cirebon sejak tahun 1681 sampai 1940
mengalami kemerosotan karena kolonialisme.
Kasultanan Goa-Tallo
Secara resmi keduaraja dari Goa dan Tallo memeluk agama Islam pada 22
September 1605. Sejak resmi menjadi kerajaan bercorak Islam pada tahun 1605,
Kesultanan Goa meluaskan kekuasaan politiknya agar kerajaan lain juga
memeluk Islam dan tunduk pada Kesultanan Goa-Tallo. Kerajaan-kerajaan di
sekitar Goal-Tallo dapat ditaklukan karena agama baru, yaitu Islam. Keadaan
ini membawa Kesultanan Goa-Tallo pada kekuasaan dengan cepat dan pasti dari
sebelumnya (Abdul Hadi dkk, hlm 49).
Meskipun kerajaan Goa-Tallo sudah Islam, akan tetapi raja-raja Goa masih
melukiskan hubungan baik dengan orang Portugis yang membawa agama
Kristen-Katolik. Contohnya masa Sultan Goa Muhammad Said (14 juni 163916 November 1653), bahkan masa putranya Sultan Hasanuddin (16 November
1639-29 Agustus 1669). Hubungan erat antara orang Portugis dengan Goa
disebabkan ancaman VOC Belanda yang hendaknya memnonopoli perdagangan
rempah-rempah di Maluku.
Dalam sejarah kerajaan Goa perlu dicatat sejarah perjuangan Sultan
Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatannya terhadap upaya penjajah
politik dan ekonomi kompeni (VOC) Belanda. Permusuhan antara kerajaan Goa
dan VOC tidak ada hentinya. Pada tahun 1634 VOC memblokade kerajaan Goa
tetapi tidak berhasil. Peristiwa peperangan dari waktu ke waktu berjalan terus
dan baru berdamai antara tahun 1637-1638, namun perjanjian damai itu tidak
kekal.
Perang antara keraajaan Goa dan VOC tidak dapat dielakan lagi menjelang
akhir tahun 1653 dan memang terjadi perang besar-besaraan lagi menjelang
akhir tahun 1653 dan memang terjadi perang besar-besaran tahun 1654-1655 di
mana-mana. Sultan Goa di bawah pimpinan Sultan Hasanuddin tidak gentar
dengan pengerahan tentara dan armadanya menghadapi kekuatan VOC. Dimana
mana terjadi pertempuran hebat dan tidak kurang mereka membayar desa-desa
yang setelah berperang mereka berkecamuk diantara dua pihak.
Kerajaan Malaka
Pendiri kerajaan Malaka adalah Parameswara, seorang pangeran
Majapahir dari Blambangan yang melarikan diri karena Blambangan diserbu oleh
Majapahit kemudian menetap di Malaka beserta para pengikutnya yang saat itu
malaka masih merupakan desa kecil. Letak Malaka yang strategis dapat dibangun
kota pelabuhan yang sangat baik. Pada abad ke-15 dan ke-16 Malaka telah
berkembang menjadi pusat perdagangan internasional (Slamet Muljana, 2009: 144)
Berdasarkan Slamet Muljana (2009: 147-151) agama Islam yang datang di
Malaka dan kemudian berkembang sampai di Kepulauan Indonesia tidaklah
langsung dari Arab dan oleh pedagang-pedagang Islam bangsa Persia dan Gujarat
dari India. Pedagang-pedagang Peersia dan Gujarat yang berhubungan langsung
dengan pedagang-pedagang arab. Bandar Malaka sebagai pusat perdagangan
sekaligus sebagai pusat penyebaran islam di Asia Tenggara. Pengembangan Islam
antar bangsa di Kota Malaka banyak terjadi melalui proses perkawinan.
Pengembangan dan penyebaran agama Islam dipercepat pula oleh politik ekspansi
Malaka.
Parameswara adalah pendiri dan pembangun Malaka. Ia adalah sultan
pertama yang menganut islam mazhab SyafiI berkat perkawinanannya denga putri
Raja Samudra Pasai. Sebagai sultan ia bergelar Sultan Megat Iskandar Syah. Ia
memerintah Kerajaan Malaka pada 1402-1424.
Sejak putranya Sultan Muhamad Syah (1424-1444), Raja-raja Malaka
mengambil gelar Sri Maharaja. Sultan ketiga, Sri Parameswara Dewa Syah, hanya
memerintah dua tahun saja antara 1446-1459 karena digulingkan dan dibunuh oleh
Raja Kassim yang kemudian naik tahta dengan gelar Sultan Muzafiar Syan (14461459). Pada masa beliau tampil tokoh bernama Tun Perak.
Kebesaran malaka yang diinginkan oleh Tun Perak tercapai pada masa
pemerintahan Sultan Alaudin Riayat Syah (1477-1488). Pada masa ini tampil pula
tokoh bernama Laksamana Hang Tuan yang merupakan hasil didikan dari Tun
Perak. Kebesaran Malaka menjadi surut sejak masa pemerintahan Sultan Mahmud
Syah (1468-1525) yang terpaksa harus melepaskan Malaka untuk diduduki dan
dikuasai oleh Portugis sejak 1511).
Apabila dilihat, Indonesia dahalu berdiri banyak kerajaan-kerajaan bercorak Islam. Hal
ini tentunya kemudian menjadi dari bagian sejarah Indonesia. Materi mengenai perkembangan
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia masuk dalam kurikulum pembelajarana yang ada di SMP
kelas VII. Oleh karena itu, di perlukan media yang menarik guna menarik perhatian siswa dalam
menunjang pembelajaran salah satunya adalah film animasi. Materi dalam film animasi ini,
pengembangannya akan di batasi. Kerajaan yang akan masuk dalam materi film animasi ini
adalah Kerajaan Perlak, Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Demak, Keraajaan Mataram,
Kerajaan Ternate Tidore dan Kerajaan Malaka. Kemudian juga akan menyisipkan materi tentang
masuknya Islam di Indonesia.
NB :
KERAJAAN PERLAK
KERAJAAN SAMUDRA PASAI
KERAJAAN DEMAK
KERAJAAN MATARAM
KERAJAAN CIREBON
KERAJAAN BANJARMASIN
KERAJAAN GOA TALO
KERAJAAN TERNATE TIDORE
KERAJAAN MALAKA
SINOPSIS:
Indonesia dahalu berdiri banyak kerajaan-kerajaan bercorak Islam. Hal ini tentunya kemudian
menjadi dari bagian sejarah Indonesia. Materi mengenai perkembangan kerajaan-kerajaan Islam
di Indonesia masuk dalam kurikulum pembelajarana yang ada di SMP kelas VII. Oleh karena itu,
di perlukan media yang menarik guna menarik perhatian siswa dalam menunjang pembelajaran
salah satunya adalah film animasi.
Fino dan Tito duduk dibangku SMP kelas 7. Mereka berdua ingin mencari tahu tentang kerajaan
islam di indonesia dengan cara mengunjungi museum digital yang adi di Yogyakarta.
Kerajaan kerajaan yang masuk dalam film animasi ini yaitu Kerajaan Perlak, Kerajaan
Samudra Pasai, Kerajaan, Demak, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banjarmasin,
Kerajaan Ternate Tidore, Kerajaaan Malaka. Film ini menceritakan sejarah singkat kerajaankerajaan islam yang ada di Indonesia mulai dari Tata letak kerajaan, peninggalan prasasti,
Sultan / Pemimpin Kerajaan.