Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rakhmatnya maka Laporan Responsi Kasus yang berjudul Pneumonia
ini dapat selesai pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Laporan
Responsi Kasus ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan
Klinik Madya di Bagian/Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUD Sanjiwani
Gianyar.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada :
1. dr. Putu Triyasa, Sp.A selaku kepala bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU
Sanjiwani Gianyar
2. dr. Romy W, M.Sc,Sp.A

selaku dosen pembimbing selama penyusunan

laporan responsi kasus di RSU Sanjiwani Gianyar.


3. Keluarga pasien yang telah memberikan informasi dan data-data yang sangat
penulis perlukan untuk penyelesaian laporan ini.
4. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu.
Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan, sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Denpasar, Februari 2016

Penulis

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM...........................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................

ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA...................................................................

2.1

Definisi...................................................................................

2.2

Epidemiologi...........................................................................

2.3

Etiologi...................................................................................

2.4

Klasifikasi...............................................................................

2.5

Patogenesis.............................................................................

2.6

Manifestasi klinis....................................................................

2.7

Faktor Resiko..........................................................................

2.8

Diagnosis................................................................................

2.9

Diagnosis Banding..................................................................

2.10 Penatalaksanaan......................................................................

2.11 Komplikasi..............................................................................

10

2.12 Prognosis.................................................................................

11

2.13 Pencegahan.............................................................................

11

BAB III LAPORAN KASUS.........................................................................

12

3.1

Kondisi Saat di Rumah sakit...................................................

12

3.1.1 Identitas..........................................................................

12

3.1.2 Heteroanamnesis............................................................

12

3.1.3 Pemeriksaan Fisik..........................................................

15

3.1.4 Pemeriksaan Penunjang.................................................

16

3.1.5 Diagnosis.......................................................................

17

3.1.6 Penatalaksanaan.............................................................

17

3.1.7 Follow Up......................................................................

17

BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................

21

BAB V

Kesimpulan......................................................................................

23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

24

BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak pada
penduduk diberbagai negara termasuk pada kelompok balita. Kasus pneumonia
pada negara berkembang terjadi lebih berat daripada negara maju. UNICEF
memperkirakan pneumonia pediatri telah membunuh 3 juta anak setiap tahunnya
diseluruh dunia, hal ini terutama terjadi pada anak dengan penyakit paru kronis ,
kelahiran prematur, penyakit jantung dan imunosupresi.1
Infeksi pneumonia bakteri umumnya disebabkan oleh grup streptococus ,
Listeria M, atau gram negatif batang seperti Escherichia colli , Klebsiella
pneminiae. Sedangkan penyebab virus terbanyak adalah respiratory syncytial
virus ( RSV).1
Batuk adalah gejala utama pada bayi , bersama dengan tachipnea ,retraksi
dan hipoksemia. Prioritas pada pasien pneumonia anak diantaranya penanganan
respiratory distress , hipoksemia,suara grok-grok ,tachipnea parah dan retraksi
harus segera mendapat support respirasi. Pasien harus segera mendapatkan
intubasi apabila tidak dapat mempertahankan oksigenasi atau mengalami
penurunan kesadaran . Support respirasi diantaranya dengan meningkatkan
konsentrasi oksigen. 2
Pada dasarnya pneumonia merupakan penyakit yang dapat dicegah dan
disembuhkan. Pneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
sumber infeksi (sulit dilakukan jika anak berada ditempat penitipan atau anak
panti asuhan), selain itu vaksinasi juga merupakan metode pencegahan primer.
Melalui kesadaran dan pengetahuan akan akibat pneumonia, penyebab, cara
penularan, faktor risiko, serta pencegahan dan pengobatan yang tepat, maka
diharapkan akan mengurangi angka morbiditas dan mortalitas akibat pneumonia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan pada salah satu atau kedua

paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada kantung udara (alveolus,
jamak: alveoli). Kantung udara akan terisi cairan atau nanah, sehingga
menyebabkan sesak nafas, batuk berdahak, demam, menggigil, dan kesulitan
bernapas. Infeksi tersebut disebabkan oleh berbagai organisme, termasuk bakteri,
virus dan jamur. Pneumonia dibagi menjadi 2 berdasarkan atas lokasi didapatnya
pneumonia tersebut yaitu Community Acquired Pneumonia (CAP) dan
Hospitalized Acquired Pneumonia (HAP).4.5
2.2

Epidemiologi
Pneumonia masih menjadi masalah di berbagai negara, baik di negara

berkembang maupun di negara maju. Pada tahun 2005, di Indonesia didapatkan


600.720 kasus penumonia dengan kematian pada balita sebesar 204 orang. Di
dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta dari 9 juta total kematian balita
disebabkan oleh pneumonia. Bahkan karena besarnya kematian pneumonia ini,
pneumonia disebut sebagai pandemi yang terlupakan atau the forgotten
pandemic.

Namun, tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga

pneumonia disebut juga pembunuh balita yang terlupakan atau the forgotten
killer of children. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan
angka mortalitas pada bayi 23,8 persen dan balita 15,5 persen.3
2.3

Etiologi
Ada banyak kemungkinan penyebab pneumonia, yang paling sering adalah

karena infeksi bakteri dan virus dari udara yang kita hirup. Klasifikasi Pneumonia
didasarkan pada jenis kuman penyebabnya itu, dan di mana seseorang
mendapatkannya. Berikut penyebab pneumonia beserta klasifikasinya: 8

Community-acquired pneumonia Pneumonia komunitas ini adalah jenis


pneumonia yang terbanyak. Terjadi di tengah-tengah masyarakat artinya di

luar rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, jenis pneumonia
ini disebabkan oleh:
- Virus, termasuk beberapa jenis virus yang juga menyebabkan pilek dan
flu. Virus adalah penyebab pneumonia pada anak yang paling sering
terjadi yakni di bawah usia 2 tahun. Viral pneumonia biasanya ringan.
Akan tetapi radang paru-paru yang disebabkan oleh virus influenza
tertentu dapat menyebabkan sindrom pernafasan akut (SARS), bisa
-

menjadi sangat serius.


Bakteri, seperti Streptococcus pneumoniae dapat terjadi dengan
sendirinya (secara langsung) atau setelah mengalami flu atau batuk pilek
sebagai komplikasinya. Bakteri lain, seperti Mycoplasma pneumoniae,
biasanya menimbulkan gejala pneumonia yang lebih ringan dibanding

jenis lainnya.
Jamur, biasanya dapat ditemukan di tanah dan kotoran burung. Ini
merupakan Jenis pneumonia yang paling sering terjadi pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti HIV-AIDS dan pada
orang yang telah menghirup organisme penyebab dalam jumlah yaang

besar.
Hospital-acquired pneumonia
Pneumonia yang didapat di rumah sakit adalah infeksi bakteri yang terjadi
pada orang yang selama 48 jam atau lebih dirawat di rumah sakit karena
penyakit lainnya. Pneumonia ini bisa lebih serius karena biasanya bakteri

penyebab lebih resisten (kebal) terhadap antibiotik.


Health care-acquired pneumonia
Perawatan kesehatan pneumonia adalah infeksi bakteri yang terjadi pada
orang-orang yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang atau telah
dirawat di klinik rawat jalan, termasuk pusat-pusat dialisis ginjal. Seperti
didapat di rumah sakit pneumonia.

Pneumonia aspirasi
Pneumonia aspirasi terjadi ketika seseorang menghirup makanan, minuman,
muntahan atau air liur masuk ke dalam paru-paru.

2.4

Klasifikasi

Klasifikasi pneumoni berdasarkan anatomis meliputi:5

Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Pneumonia interstitialis (bronkiolitis)
Berdasarkan

derajat

beratnya

klinis

menurut

WHO,

pneumonia

dikelompokkan menjadi :
1.

Bukan Pneumonia

2.

Pneumonia ( Tidak Berat)

Batuk atau sesak napas dan napas cepat :


Usia < 2 bulan : >60 kali/menit
Usia 2-12 bulan >50 kali/menit
Usia 1-5 Tahun >40 kali permenit
Usia 5-8 Tahun > 30 kali/menit

3.

Pneumonia Berat

4.

Batuk/sesak disertai salah satu di bawah ini


-

Retraksi dinding dada

Napas cuping hidung

Merintih

Auskultasi : Rhonki (+), suara napas menurun, suara napas bronkial.

Pneumonia Sangat Berat

2.5

Auskultasi : Rhonki (+) , suara napas menurun , suara napas bronkial

Batuk atau sesak napas disertai salah satu di bawah ini :


-

Sianosis Sentral

Tidak bias minum

Muntah

Kejang, letargi, kesadan menurun

Anggukan kepala

Auskultasi : Rhonki, suara napas menurun, suara napas bronkial


Patofisiologi

Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau


kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui
darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen
(bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh pelbagai sistem pertahanan tubuh
manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan
lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk
mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar
kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.
Penemonia bacterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi
inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan
menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta
karbondioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi
kadalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area
paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan
bronkospasme, menyebabkan okulasi parsial bronki atau alveoli dengan
mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar.Darah vena yang memasuki
paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri
jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kiri
jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan
hipoksemia arterial.
2.6

Manifestasi Klinis
Gejala pneumonia sering kali berupa batuk berdahak, sputum kehijauan

atau kuning, demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Selain itu, terdapat
nafas yang pendek dan terdapat nyeri dada atau nyeri tajam. Nyeri biasanya
dirasakan ketika menghirup nafas dalam atau saat batuk. Pada penderita
pneumonia, batuk dapat disertai dengan dahak berdarah, sakit kepala, atau
mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu
makan, kelelahan, kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot.6
2.7

Faktor Resiko
Faktor resiko meliputi:

Penyakit paru : asma, fibrosis kistik


Kelainan Anatomi : fistula trakeoesophageal
Refluks gastroesophageal
Kelainan Neurologik yang mempengaruhi proteksi saluran respiratorik
Penyakit yang mempengaruhi system imun : AIDS dan Hb-pati
Malnutrisi, ASI kurang ,defisiensi itamin A, BBLR, usia muda, imunisasi
kurang, terpapar tembakau, penghuni rumah yang padat.

2.8

Diagnosis
Diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang.


a.

Anamnesis
Gejala yang timbul biasanya mendadak antara lain batuk, demam tinggi

terus menerus, sesak, kebiruan sekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada
bayi), dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit.
Selain itu, dapat pula timbul gejala penurunan nafsu makan.
b.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam tinggi (38,50C),

takipnea, retraksi (subkostal, interkostal, suprasternal), napas cuping hidung,


sianosis, deviasi trakea, tanda-tanda terdapatnya konsolidasi seperti: ekspansi
dada yang berkurang; peningkatan vokal fremitus, suara redup yang terlokalisir
pada perkusi; suara napas yang melemah, bronkial atau bronkovesikuler, rhonki,
wheezing dapat terdengar pada auskultasi.3.4
c.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah lengkap pada pneumonia umumnya didapatkan

dengan leukositosis dengan netrofil yang mendominasi pada hitung jenis. Lekosit
>30.000 dengan dominasi netrofil mengarah ke bakteri Pneumonia streptococcus.
Trombositosis >500.000 khas pada pneumonia bakterial. Infeksi yang disebabkan

oleh virus biasnya menyebabkan trombositopenia. Kultur darah merupakan cara


yang spesifik namun hanya positif pada 10-15% kasus.
-

Pemeriksaan radiologis
Foto thoraks merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan

diagnosis. Foto thoraks AP/lateral bertujuan untuk menentukan lokasi anatomi


dalam paru. Gambaran radiologis pada foto thorax pada pneumoni antara lain :7

Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau


segmenparu secara anatomis.

Batasnya tegas walaupun pada mulanya kurang jelas.

Volume paru tidak berubah.

Gambaran infiltrate sampai konsolidasi dengan air bronchogram

Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi dapat dilakukan melalui usapan spesimen

tenggorokan, sekresi nasofaring,sputum, aspirasi trakea, pungsi pleura, darah,


aspirasi paru dan bilasan bronkus. Pemeriksaan ini sulit dilakukan dari segi teknis
maupun biaya.
2.9

Diagnosis Banding

1.

Asma Bronkiale
Pada umumnya asma terjadi pada usia lebih dari 9-12 bulan, namun

mayoritas pada usia lebih dari 2 tahun. Dalam mendiagnosis asma dapat dilakukan
melalui anamnesis keluarga serta riwayat asma pada keluarga, serangan asma
terjadi berulang atau episodik, ekspirasi memanjang, ronki lebih terbatas,
pulmonary inflation lebih ringan, pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
eosinophilia, bereaksi terhadap bronchodilator serta epinephrine.
2.

Bronkiolitis akut
Pada bronkiolitis akut, lokasi inflamasi terjadi di bronkiolus, sering terjadi

pada usia < 2 tahun, gejala khas berupa nafas cepat, wheezing dan retraksi dada,

ditandai dengan respiratory distress dan overdistensi pada paru. Pada pemeriksaan
radiologis didapatkan hiperinflasi paru, intercostal space melebar, penekanan
diafragma dan sudut costoprenikus menyempit. Diameter AP meningkat pada
fotolateral.8
3.

Bronkitis Akut
Lokasi berada di bronkus, gejala obstruksi dan gangguan pertukaran tidak

nyata atau ringan, terdapat ronki basah dan kasar, serta dapat berkembang menjadi
bronkiolitis.
2.10

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tapi

karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia harus diberikan terapi
secepatnya dengan :
1.

Oksigen
Terapi oksigen diberikan apabila terdapat tanda-tanda hipoksemia; gelisah,

sianosis dan lain-lain. Pada usia< 2 tahun biasanya diberikan 2 liter/menit


sedangkan pada usia > 2 tahun dapat diberikan oksigen hingga 4 liter/ menit.
2.
a.

Cairan dan makanan bergizi


Cairan : komposisi paling sederhana adalah Dextrose 5%, komposisi lain
tergantung kebutuhan, jumlah 60-70% kebutuhan total, beberapa sumber
menyatakan dapat diberikan sesuai kebutuhan maintenance.

b.

Makanan : bila tidak dapat peroral, dapat dipertimbangkan pemberian


intravena seperti asam amino, emulsi lemak dll.

3.

Simtomatis

Antipiretika diberikan bila terdapat hiperpireksia. Hindari asetosal karena

dapat memperberat asidosis.


Mukolitik/ ekspektorans.
Antifusif umumnya tidak diberikan.

Antikonvulsan; dapat dipertimbangkan bila kejang bukan karena hipoksemia;


dapat dicoba kloralhidrat 50 mg/kg/hari ( dibagi 3 dosis ) atau diazepam 050.73/kg/kali, im/IV

4.

Antiviral / antibiotika
Antiviral diberikan untuk pneumonia viral yang berat/ cenderung menjadi

berat (disertai kelainan jantung atau penyakit dasar yang lain).


Pemberian antibiotika berdasarkan usia :

Usia < 3 bulan : ampisilin + gentamisin. Ampisilin di berikan dengan dosis


150 200 mg/kg berat badan per hari setiap 6 jam. Sedangkan gentamisin
diberikan 7,5 mg/kgBB/hari.

Usia 3 bulan 5 tahun : ampisilin + kloramfenikol, tambahkan makrolid jika


tidak berespon dengan ampisilin + kloramfenikol

Usia 5 tahun : makrolid, tambahkan golongan beta laktam bila tidak


berespon dengan makrolid.
Pada kasus sangat berat/empiema, diberi sefalosporin. Antibiotik

parenteral diberi sampai 48-72 jam bebas demam lalu ganti peroral. Bila diduga
oleh karena staphylococcus aureus, beri kloksasilin atau vankomisin. Bila alergi
penisilin, beri klindamisin atau vankomisin.
5.

Kortikosteroid
Kadang-kadang diberikan pada kasus yang berat ( konsolidasi masif ),

atelektasis, Infiltrasi milier ( dengan sesak dan sianosis ).

2.11

Komplikasi

1.

Gagal nafas dan sirkulasi


Penderita pneumonia sering kesulitan bernafas sehingga tidak mungkin

bagi mereka untuk tetap cukup bernafas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan
pernapasan non-invasif yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan nafas
dengan bilevel tekanan positif,dalam kasus lain pemasangan endotracheal tube
kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk membantu pernafasan.
Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas dengan pencetus Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi
dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini
menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan
alveoli. 8
2.

Syok sepsis dan septik


Kondisi ini merupakan komplikasi potensial dari pneumonia.Sepsis terjadi

karena mikroorganisme masuk ke aliran darah sistemik dan adanya respon sistem
imun melalui sekresi sitokin. Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena
bakteri; streptoccocuspneumonia merupakan salah satu penyebabnya. Individu
dengan sepsis atau syok septik membutuhkan unit perawatan intensif di rumah
sakit.8
3.

Efusi pleura, empyema dan abses.

Infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan menyebabkan bertambahnya cairan


dalam ruang yang mengelilingi paru (rongga pleura). Jika mikroorganisme itu
sendiri ada di rongga pleura, kumpulan cairan ini disebut empyema. Bila cairan
pleura ada pada orang dengan pneumonia,cairan ini sering diambil dengan jarum
(toracocentesis) dan diperiksa,tergantung dari hasil pemeriksaan ini. Perlu
pengaliran lengkap dari cairan ini,sering memerlukan selang pada dada. Pada
kasus empyema berat perlu tindakan pembedahan. Sedangkan abses pada paru
biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau CT scan.8
2.12

Prognosis

Dengan terapi adekuat, mortalitas kurang dari 1%. Tergantung pada umur
anak, beratnya penyakit dan penyulit yang menyertai seperti:
1.

Apnea yang berkepanjangan

2.

Asidosis respiratorik berat yang tidak terkompensasi

3.

Dehidrasi berat yang tidak segera ditanggulangi

4.

Disertai dengan kelainan lain seperti penyakit jantung kongenital, cystic


fibrosis pancreas dan immunodefisiensi

2.13

Pencegahan
Untungnya pneumonia ini dapat dicegah yaitu dengan vaksinasi terhadap

bakteri penyebab pneumonia dan vaksin influenza. Hal ini penting bagi mereka
yang berisiko tinggi seperti orang dengan diabetes, asma, dan masalah kesehatan
lainnya yang parah atau kronis. Di samping itu juga harus menjaga kebersihan
dengan rajin cuci tangan, tidak merokok, serta istirahat cukup dan diet sehat untuk
menjaga daya tahan tubuh.2.4

BAB III

LAPORAN KASUS
3.1 Kondisi Saat di Rumah Sakit
3.1.1 Identitas
Nama

: MJDC

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Denpasar, 15 April 2014


Usia

: 1 Tahun 10 Bulan

Alamat

: Perum Cabang Asri Serongga Gianyar

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Katolik

Tanggal MRS

: 22 February 2016

Tanggal Pemeriksaan

: 23 February 2016

3.1.2 Heteroanamnesis
Keluhan utama
Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dikeluhkan mengalami sesak napas yakni pada pagi hari
yaitu pada tanggal 22 Februari 2016. Sesak dirasakan seolah-olah seperti
dada ditindih benda berat sehingga pasien kesulitan mengambil napas yang
semakin lama dirasakan semakin berat dan napas pasien cepat. Keluhan ini
membuat pasien lemas dan agak susah berbicara, pasien dikatakan masih
mampu menyampaikan sesuatu dalam penggalan kata. Sesak dirasakan
berkurang saat pasien berbaring. Pasien kemudian diperiksakan ke Family
Husada kemudian di rujuk ke Vidian kemudian selanjutnya dirujuk ke
UGD RSUD Sanjiwani untuk memperoleh pengobatan dan rawat inap.
Pasien juga mengeluhkan batuk dan demam yang sudah sejak 5 hari yang
lalu yaitu tanggal 17 February 2016. Pasien dikatakan ada keluhan mual.
Riwayat muntah, gusi berdarah dan mimisan disangkal oleh pasien.

Keluhan kulit membiru dan riwayat tidak sadarkan diri juga disangkal.
Pasien dikatakan tidak memiliki nafsu makan dan minum yang baik, buang
air kecil dikatakan normal dengan frekuensi 3-4 kali sehari dan warna
kencing kuning jernih, Pasien dikatakan tidak bisa BAB sejak 4 hari
setelah rawat inap.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien sering mengalami sesak napas yang diawali dengan batuk
terlebih dahulu, apabila sesak muncul biasanya pasien diposisikan
terbaring oleh ibu pasien. Karena merasa ketakutan, setiap sesak napasnya
muncul pasien segera dibawa ke Rumah sakit atau ke puskesmas untuk
mendapatkan pertolongan.
Pasien mempunyai riwayat kejang karena diare akut yaitu pada
bulan Juni 2015.
Riwayat Pengobatan
Pasien hanya memeriksakan sesak napasnya jika terdapat keluhan.
Pada tiap kali berobat pasien memperoleh terapi uap dan keluhan sesak
napas selalu berkurang setelah terapi tersebut. Pasien dikatakan sudah
mendapatkan 3 kali pengobatan berupa uap atau nebulisasi yaitu di Prima
Medika kemudian di Ganesha dan terakhir di Puskesmas Petang kemudian
pasien diberikan obat anti epilepsy karena sempat kejang pada bulan juni
2015 dan sampai saat ini masih mengkonsumsi obat tersebut.
Riwayat Penyakit Keluarga
Kedua Orang tuaanya tidak pernah mengalami gejala seperti ini,
riwayat penyakit sistemik disangkal tetapi keadaan orang tua pasian
mengalami kecacatan karena polio.

Riwayat Pribadi dan Sosial

Pasien merupakan anak pertama. Pasien dikatakan melakukan aktivitas


dengan baik tanpa keluhan pernafasan kecuali saat pasien ada keluhan
batuk. Pasien tinggal bersama orang tua, saudara dan nenek pasien. Pasien
dan ibunya sering berpindah-pindah tempat tinggal. Rumah dikatakan
cukup rapi, bersih, gorden dan seprei rutin diganti dengan ventilasi yang
tetap terbuka. Hanya saja beberapa bulan ini rumah yang ditempati pasien
sedikit berdebu, karena debu halaman masuk ke rumah.
Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkan dengan operasi sesar karena ibunya mengalami kesulitan
melahirkan normal. Pasien dikatakan segera menangis kemerahan dengan
berat badan lahir 2800 dengan panjang 50 cm. Tidak ditemukan adanya
kecacatan bawaan pada pasien. Tidak ada riwayat komplikasi selama
kehamilan ataupun pada saat persalinan.
Riwayat Imunisasi
BCG

: 1 kali

Polio

: 3 kali

Hepatitis

: 4kali

DPT

: 3 kali

Campak

: 1 kali

Riwayat Nutrisi
ASI

: diberikan sejak lahir tidak eksklusif, durasi sampai 2


bulan, dengan frekuensi on demand

Susu Formula

: sejak usia 2 bulan, frekuensi 4 kali/ hari

Bubur Susu

: sejak usia 6 bulan, frekuensi 3 kali/ hari

Nasi Tim

: sejak usia 8 bulan, frekuensi 3 kali/ hari

Makanan Dewasa : sejak usia 12 bulan, frekuensi 3 kali/ hari


Selama sakit pasien tidak mau makan.
3.1.3

Pemeriksaan Fisik

Status Present
Keadaan umum

: lemah

Kesadaran

: kompos mentis

GCS

: E4VC5M6

Nadi

: 98x/menit, isi cukup, teratur

Respirasi

: 40x/menit, dalam, tipe torak oabdominal

Suhu badan

: 37,9 C

Status gizi
Berat badan

: 11 kg

Tinggi badan

: 80 cm

Lingkar Lengan Atas

: 16 cm

Status General
Mata

: anemia -/-, icterus -/-, reflek pupil +/+ isokor, edema


palpebral -/-

THT

: Telinga

: secret -/-

Hidung

: secret -/-

Tenggorokan : faring hiperemi (-), tonsil T1/T1

Toraks

Lidah

: sianosis (-)

Bibir

: sianosis (-)

Leher

: Pembesaran KGB (-)

Cor : Inspeksi

: iktus kordis tidak terlihat

Palpasi

: iktus kordis tidak teraba

Auskultasi

: S1 S2 tunggal regular murmur (-)

Inspeksi

: gerak pernapasan, retraksi (-), pectus

Pulmo :
carinatum
Palpasi

: vocal fremitus N/N, nyeritekan (-)

Auskultasi

: vesikuler (+) seluruh region, ronki (-)


seluruh region, wheezing (-) seluruh region

Abdomen
Inspeksi

: distensi (-), denyutepigastrial (-)

Auskultasi

: bisingusus (+) normal

Palpasi

: nyeritekan (-), ascites (-), meteorismus (-),


turgor

normal,

hepartidakteraba,

lien

tidakteraba, ballottement (-)


Perkusi

: timpani (+)

Ekstremitas : hangat (+), edema (-), sianosi (-), CRT < 2 detik
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (21 February 2016 pukul 20:19)
Pemeriksaan
Hematologi
DarahLengkap
1.1 WBC
1.2 LYM%
1.3MID%
1.4GRA%
1.5LYM
1.6MID
1.7GRAN
1.8RBC
1.9HGB
1.10HCT
1.11MCV
1.12MCH
1.13MCHC
1.14RDW
1.15RDWa
1.16PLT
1.17MPV
1.18PDW
1.19PCT
1.20LPCR
3.1.5 Diagnosis

Flag

Hasil

Satuan

Nilai Normal

10.1
52.1
6.9
41.0
5.3
0.7
4.1
4.28
13.0
37.3
87.0
30.3
34.8
12.8
66.8
174
6.0
9.3
0.10
5.1

10^3/Ul
%
%
%
10^9/I
10^9/L
10^3/uL
10^6/Ul
g/Dl
%
Fl
Pg
g/dL
%
if
10^3/uL
pL
Fl
%
%

5-11
46-76
0-5
35-80
2.3-14.4
0-0.95
1.2-8
3.9-5.3
9.5-14.1
30-40
70-84
24-30
32-36
11-16
30-150
150-450
8-15
0.1-99.9
0.01-9.99
0.1-99.9

Pneumonia berat + febris hari ke 5


3.1.6 Penatalaksanaan
*

Oksigen 2 lpm

Tridek infus 1050 ml 15 tetes makro per menit

Nebulizer Ventolin 1,1 ml diencerkan di dalam 2,9 ml NaCl 0,9% 4 ml

Cefotaxim 3x1/3 gr

Sanmol 4x 12 cc (iv)

3.1.7 Follow Up
Hari kedua (23 February 2016)
PENILAIA

PERKEMBANGAN

N
Subjektif

Demam (+) Sesak (-) Batuk (+) Pilek (-) Mual (-) Muntah (-)

Objektif

Makan (-) Minum (+) BAB (-) BAK (+)


Status Present
Kesadaran : compos mentis
HR : 112 X / menit, RR 38 x, Tax 37,6C
Status General
Mata [anemis -/-,icterus -/-, repleks pupil +/+ isokor]
THT [NCH (-) secret (-)]
Thorax
Cor [S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo [vesikuler (+), rhonkii (-), wheezing (-)
Abdomen (distensi (-), bisingusus (+), normal

Assesment
Planning

Ekstrimitas [hangat (+), edema (-)


Pneumonia berat + Susp. DHF gr I
Oksigen 2 lpm
Tridek infus 1050 ml 15 tpm makro
Nebulizer ventolin 1,1 mg diencerkan dalam 2,9 ml naCl 0,9 %
4 ml
Cefotaxim 3x 1/3 gr

Sunmol 4x 12 cc (iv)
Methylprednisolon 3x5 mg iv

Hari ketiga (24 February 2016)


PENILAIA

PERKEMBANGAN

N
Subjektif

Demam (-) Sesak (-) Batuk (+) Pilek (-) Mual (-) Muntah (-)

Objektif

Makan (-) Minum (+) BAB (-) BAK (+)


Status Present
Kesadaran : compos mentis
HR : 110 X / menit, RR 32 x, Tax 36,6C
Status General
Mata [anemis -/-,icterus -/-, repleks pupil +/+ isokor]
THT [NCH (-) secret (-) ] faring hiperemis (+)
Thorax
Cor [S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo [vesikuler (+), rhonkii (-), wheezing (+)
Abdomen (distensi (-), bisingusus (+), normal
Ekstrimitas [hangat (+), edema (-)

Assesment
Planning

Pneumonia berat dengan wheezing


Cairan 1050 ml / hari D5/4 NS 14 tpm
Tridek infus 1050 ml 15 tpm makro
Nebulizer ventolin 1,1 mg diencerkan dalam 2,9 ml naCl 0,9 %
4 ml
Cefotaxim 550 ml @8 jam
Paracetamol 120 ml @6 jam
Nebulizer ventolim 1,2 ml dalamNaCl 0,9% 4 ml @6 jam
Methylprednisolon 5 mg @8 jam

Hari keempat (25 February 2016)


PENILAIA
N
Subjektif

PERKEMBANGAN
Demam (-) Sesak (-) Batuk (+) Pilek (-) Mual (-) Muntah (-)
Makan (-) Minum (+) BAB (-) BAK (+), Muncul warna merah

Objektif

pada kulit setelah dilakukan injeksi


Status Present
Kesadaran: compos mentis
HR : 90 X / menit, RR 30 x, Tax 35,4C
Status General
Mata [anemis -/-,icterus -/-, repleks pupil +/+ isokor]
THT [NCH (-) secret (-) ], faring hiperemis (+)
Thorax
Cor [S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo [vesikuler (+), rhonkii (-), wheezing (+)
Abdomen (distensi (-), bisingusus (+), normal

Assesment
Planning

Ekstrimitas [hangat (+), edema (-)


Pneumonia berat + Wheezing
Cairan 1050 ml/ hari 14 tpm
Nebulizer ventolin 1,2 mg diencerkan dalam 2,9 ml naCl 0,9 %
4 ml
Cefotaxim 550 mg @12 jam
Paracetamol 120 mg jika Tax > 38 C
Methylprednisolon 5 ml @8 jam

BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan definisi, Pneumonia merupakan infeksi atau peradangan pada
salah satu atau kedua paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada
kantung udara (alveolus). Kantung udara akan terisi cairan atau nanah, sehingga
menyebabkan sesak nafas, batuk berdahak, demam, menggigil, dan kesulitan
bernapas. Infeksi tersebut disebabkan oleh berbagai organisme, termasuk bakteri,
virus dan jamur. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam tinggi (37,9
C), takipnea, retraksi (subkostal, interkostal, suprasternal), tanda-tanda
terdapatnya konsolidasi seperti: ekspansi dada yang berkurang; peningkatan vokal
fremitus, suara redup yang terlokalisir pada perkusi; suara napas yang melemah,

bronkial atau bronkovesikuler, rhonki, wheezing dapat terdengar pada auskultasi.


Pada pemeriksaan darah lengkap pada pneumonia umumnya didapatkan dengan
leukositosis dengan netrofil yang mendominasi pada hitung jenis. Hal ini sesuai
dengan temuan yang didapatkan melalui heteroanamnesis pada ibu pasien, dimana
didapatkan adanya keluhan sesak, yang diawali dengan adanya demam, dan
disertai dengan batuk. Dari pemeriksaan fisik, ditemukan adanya demam tinggi
(37,9 C), takipnea, retraksi dinding thorax. Pada auskultasi ditemukan adanya
wheezing. Selain temuan pada heteroanamnesis dan pemeriksaan fisik.
Penatalaksanaan pneumonia biasanya diberikan oksigen apabila terdapat
tanda-tanda hipoksemia; gelisah, sianosis dan lain-lain. Pada usia< 2 tahun
biasanya diberikan 2 liter/menit sedangkan pada usia > 2 tahun dapat diberikan
oksigen hingga 4 liter/ menit. untuk kebutuhan cairan dapat diberikan cairan
dengan komposisi paling sederhana yaitu Dextrose 5%, komposisi lain tergantung
kebutuhan, jumlah 60-70% kebutuhan total, beberapa sumber menyatakan dapat
diberikan sesuai kebutuhan maintenance. Untuk kebutuhan makanan dapat
diberikan peroral. Untuk terapi simtomatis dapat diberikan antipiretik bila terdapat
hiperpireksia. Hindari asetosal karna dapat memperberat asidosis. Pemberian
antibiotika diberikan berdasarkan usia. Usia < 3 bulan diberikan ampisilin +
gentamisin, usia 3 bulan 5 tahun diberikan ampisilin + kloramfenikol, tambahan
makrolid jika tidak berespon dengan ampisilin + kloramfenikol. Usia 5 tahun
diberikan makrolid, dan tambahkan dengan beta laktam bila tidak berespon
dengan makrolid. Pada kasus, pasien diberikan terapi 02 nasal canul 2 lpm, cairan
D5 1/4 Ns 15 tpm makro, Antibiotik cefotaxime 550 mg @12 jam, terpai
simtomatis Paracetamol syr 10-15 mg/kgBB/x, dan Methylprednisolone 5 mg @8
jam. Terapi yang diberikan pada pasien sebagian besar sudah sesuai dengan teori,
namun pada pasien ini juga diberikan nebulizer ventolin (bronkodilator) karena
pada paien terdapat wheezing.
Prognosis pada pneumoni biasanya mortalitasnya kurang dari 1% apabila
mendapat terapi yang adekuat. Tergantung pada umur anak, beratnya penyakit dan
penyulit yang meyertai, seperti apnea yang berkepanjangan, asidosis respiratorik
berat yang terkompensasi, dehidrasi berat yang tidak segera ditanggulangi, disertai

dengan kelainan lain seperti penyakit jantung, kongenital, cystic fibrosis pancreas
dan immunodefisiensi. Pada pasien ini prognosis dapat dikatakan baik, dilihat dari
perkembangan pasien yang semakin membaik dan tidak adanya penyulit dan
penyakit lain yang menyertai.

BAB V
KESIMPULAN
Pneumonia merupakan infeksi atau peradangan pada salah satu atau kedua
paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada kantung udara (alveolus).
Kantung udara akan terisi cairan atau nanah, sehingga menyebabkan sesak nafas,
batuk berdahak, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas. Infeksi tersebut
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing serta ditandai oleh demam, batuk, sesak (peningkatan frekuensi napas),
retraksi dinding dada, napas cuping hidung dan terkadang dapat terjadi sianosis.
Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri dan virus. Gejala klinis yang paling
sering dijumpai adalah sesak, dan dapat disertai dengan batuk, demam tinggi yang
disertai menggigil. Gejala lain berupa hilang nafsu makan, kelelahan, kulit
menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot.
Diagnosis pneumonia dapat ditegakkan berdasarkan temuan klinis,
pemeriksaan fisik dan didukung oleh adanya pemeriksaan penunjang. Terapi
pneumoni biasanya sesuai dengan gejala yang terlihat (simtomatis), dan diberikan
terapi tambahan jika diperlukan. Prognosis pada pneumoni mortalitas kurang dari
1% tergantung beratnya penyakit, terapi yang adekuat, dan tidak disertai dengan
penyulit serta penyakit lain.

DAFTAR PUSTAKA
1. Nicholas John Bennet,M.P.M.F.,2015. Pediatric Pneumonia.[online] Available
at: http:// emedicine.Medscape.com/article/967822-overview#a1 [diakses 18
februari]
2. RI,K.K.,2012.Modul Tatalaksana Standar Pneumoniae.Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
3. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Kemenkes RI. 2012.
4. Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Karen J. Moredante, Hal B.
Jenson. Pneumonia. Dalam: Nelson Essentials of pediatrics. Edisi 5.
Philadelphia: Elsevier Inc; 2006. h. 503-509
5. Pneumonia. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1985. h. 1229-1234.
6. Wojsyk I, Banaszak, Breborowicz A. Pneumonia in Children. 2013 : 137-138.
7. Fransiska SK. Pneumonia. Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma Surabaya.
2006 : 1-12.
8. Lab/SMF ILmu Kesehatan Anak FK Unud/RSUP Sanglah. Pedoman
Pelayanan Medis : Kesehatan Anak. Cetakan II. 2000

Anda mungkin juga menyukai