Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rakhmatnya maka Laporan Responsi Kasus yang berjudul Pneumonia
ini dapat selesai pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Laporan
Responsi Kasus ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan
Klinik Madya di Bagian/Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUD Sanjiwani
Gianyar.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada :
1. dr. Putu Triyasa, Sp.A selaku kepala bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU
Sanjiwani Gianyar
2. dr. Romy W, M.Sc,Sp.A
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM...........................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
2.1
Definisi...................................................................................
2.2
Epidemiologi...........................................................................
2.3
Etiologi...................................................................................
2.4
Klasifikasi...............................................................................
2.5
Patogenesis.............................................................................
2.6
Manifestasi klinis....................................................................
2.7
Faktor Resiko..........................................................................
2.8
Diagnosis................................................................................
2.9
Diagnosis Banding..................................................................
2.10 Penatalaksanaan......................................................................
2.11 Komplikasi..............................................................................
10
2.12 Prognosis.................................................................................
11
2.13 Pencegahan.............................................................................
11
12
3.1
12
3.1.1 Identitas..........................................................................
12
3.1.2 Heteroanamnesis............................................................
12
15
16
3.1.5 Diagnosis.......................................................................
17
3.1.6 Penatalaksanaan.............................................................
17
17
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................
21
BAB V
Kesimpulan......................................................................................
23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
24
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak pada
penduduk diberbagai negara termasuk pada kelompok balita. Kasus pneumonia
pada negara berkembang terjadi lebih berat daripada negara maju. UNICEF
memperkirakan pneumonia pediatri telah membunuh 3 juta anak setiap tahunnya
diseluruh dunia, hal ini terutama terjadi pada anak dengan penyakit paru kronis ,
kelahiran prematur, penyakit jantung dan imunosupresi.1
Infeksi pneumonia bakteri umumnya disebabkan oleh grup streptococus ,
Listeria M, atau gram negatif batang seperti Escherichia colli , Klebsiella
pneminiae. Sedangkan penyebab virus terbanyak adalah respiratory syncytial
virus ( RSV).1
Batuk adalah gejala utama pada bayi , bersama dengan tachipnea ,retraksi
dan hipoksemia. Prioritas pada pasien pneumonia anak diantaranya penanganan
respiratory distress , hipoksemia,suara grok-grok ,tachipnea parah dan retraksi
harus segera mendapat support respirasi. Pasien harus segera mendapatkan
intubasi apabila tidak dapat mempertahankan oksigenasi atau mengalami
penurunan kesadaran . Support respirasi diantaranya dengan meningkatkan
konsentrasi oksigen. 2
Pada dasarnya pneumonia merupakan penyakit yang dapat dicegah dan
disembuhkan. Pneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
sumber infeksi (sulit dilakukan jika anak berada ditempat penitipan atau anak
panti asuhan), selain itu vaksinasi juga merupakan metode pencegahan primer.
Melalui kesadaran dan pengetahuan akan akibat pneumonia, penyebab, cara
penularan, faktor risiko, serta pencegahan dan pengobatan yang tepat, maka
diharapkan akan mengurangi angka morbiditas dan mortalitas akibat pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan pada salah satu atau kedua
paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada kantung udara (alveolus,
jamak: alveoli). Kantung udara akan terisi cairan atau nanah, sehingga
menyebabkan sesak nafas, batuk berdahak, demam, menggigil, dan kesulitan
bernapas. Infeksi tersebut disebabkan oleh berbagai organisme, termasuk bakteri,
virus dan jamur. Pneumonia dibagi menjadi 2 berdasarkan atas lokasi didapatnya
pneumonia tersebut yaitu Community Acquired Pneumonia (CAP) dan
Hospitalized Acquired Pneumonia (HAP).4.5
2.2
Epidemiologi
Pneumonia masih menjadi masalah di berbagai negara, baik di negara
pneumonia disebut juga pembunuh balita yang terlupakan atau the forgotten
killer of children. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan
angka mortalitas pada bayi 23,8 persen dan balita 15,5 persen.3
2.3
Etiologi
Ada banyak kemungkinan penyebab pneumonia, yang paling sering adalah
karena infeksi bakteri dan virus dari udara yang kita hirup. Klasifikasi Pneumonia
didasarkan pada jenis kuman penyebabnya itu, dan di mana seseorang
mendapatkannya. Berikut penyebab pneumonia beserta klasifikasinya: 8
luar rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, jenis pneumonia
ini disebabkan oleh:
- Virus, termasuk beberapa jenis virus yang juga menyebabkan pilek dan
flu. Virus adalah penyebab pneumonia pada anak yang paling sering
terjadi yakni di bawah usia 2 tahun. Viral pneumonia biasanya ringan.
Akan tetapi radang paru-paru yang disebabkan oleh virus influenza
tertentu dapat menyebabkan sindrom pernafasan akut (SARS), bisa
-
jenis lainnya.
Jamur, biasanya dapat ditemukan di tanah dan kotoran burung. Ini
merupakan Jenis pneumonia yang paling sering terjadi pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti HIV-AIDS dan pada
orang yang telah menghirup organisme penyebab dalam jumlah yaang
besar.
Hospital-acquired pneumonia
Pneumonia yang didapat di rumah sakit adalah infeksi bakteri yang terjadi
pada orang yang selama 48 jam atau lebih dirawat di rumah sakit karena
penyakit lainnya. Pneumonia ini bisa lebih serius karena biasanya bakteri
Pneumonia aspirasi
Pneumonia aspirasi terjadi ketika seseorang menghirup makanan, minuman,
muntahan atau air liur masuk ke dalam paru-paru.
2.4
Klasifikasi
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Pneumonia interstitialis (bronkiolitis)
Berdasarkan
derajat
beratnya
klinis
menurut
WHO,
pneumonia
dikelompokkan menjadi :
1.
Bukan Pneumonia
2.
3.
Pneumonia Berat
4.
Merintih
2.5
Sianosis Sentral
Muntah
Anggukan kepala
Manifestasi Klinis
Gejala pneumonia sering kali berupa batuk berdahak, sputum kehijauan
atau kuning, demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Selain itu, terdapat
nafas yang pendek dan terdapat nyeri dada atau nyeri tajam. Nyeri biasanya
dirasakan ketika menghirup nafas dalam atau saat batuk. Pada penderita
pneumonia, batuk dapat disertai dengan dahak berdarah, sakit kepala, atau
mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu
makan, kelelahan, kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot.6
2.7
Faktor Resiko
Faktor resiko meliputi:
2.8
Diagnosis
Diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan
Anamnesis
Gejala yang timbul biasanya mendadak antara lain batuk, demam tinggi
terus menerus, sesak, kebiruan sekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada
bayi), dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit.
Selain itu, dapat pula timbul gejala penurunan nafsu makan.
b.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam tinggi (38,50C),
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah lengkap pada pneumonia umumnya didapatkan
dengan leukositosis dengan netrofil yang mendominasi pada hitung jenis. Lekosit
>30.000 dengan dominasi netrofil mengarah ke bakteri Pneumonia streptococcus.
Trombositosis >500.000 khas pada pneumonia bakterial. Infeksi yang disebabkan
Pemeriksaan radiologis
Foto thoraks merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi dapat dilakukan melalui usapan spesimen
Diagnosis Banding
1.
Asma Bronkiale
Pada umumnya asma terjadi pada usia lebih dari 9-12 bulan, namun
mayoritas pada usia lebih dari 2 tahun. Dalam mendiagnosis asma dapat dilakukan
melalui anamnesis keluarga serta riwayat asma pada keluarga, serangan asma
terjadi berulang atau episodik, ekspirasi memanjang, ronki lebih terbatas,
pulmonary inflation lebih ringan, pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
eosinophilia, bereaksi terhadap bronchodilator serta epinephrine.
2.
Bronkiolitis akut
Pada bronkiolitis akut, lokasi inflamasi terjadi di bronkiolus, sering terjadi
pada usia < 2 tahun, gejala khas berupa nafas cepat, wheezing dan retraksi dada,
ditandai dengan respiratory distress dan overdistensi pada paru. Pada pemeriksaan
radiologis didapatkan hiperinflasi paru, intercostal space melebar, penekanan
diafragma dan sudut costoprenikus menyempit. Diameter AP meningkat pada
fotolateral.8
3.
Bronkitis Akut
Lokasi berada di bronkus, gejala obstruksi dan gangguan pertukaran tidak
nyata atau ringan, terdapat ronki basah dan kasar, serta dapat berkembang menjadi
bronkiolitis.
2.10
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tapi
karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia harus diberikan terapi
secepatnya dengan :
1.
Oksigen
Terapi oksigen diberikan apabila terdapat tanda-tanda hipoksemia; gelisah,
b.
3.
Simtomatis
4.
Antiviral / antibiotika
Antiviral diberikan untuk pneumonia viral yang berat/ cenderung menjadi
parenteral diberi sampai 48-72 jam bebas demam lalu ganti peroral. Bila diduga
oleh karena staphylococcus aureus, beri kloksasilin atau vankomisin. Bila alergi
penisilin, beri klindamisin atau vankomisin.
5.
Kortikosteroid
Kadang-kadang diberikan pada kasus yang berat ( konsolidasi masif ),
2.11
Komplikasi
1.
bagi mereka untuk tetap cukup bernafas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan
pernapasan non-invasif yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan nafas
dengan bilevel tekanan positif,dalam kasus lain pemasangan endotracheal tube
kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk membantu pernafasan.
Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas dengan pencetus Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi
dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini
menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan
alveoli. 8
2.
karena mikroorganisme masuk ke aliran darah sistemik dan adanya respon sistem
imun melalui sekresi sitokin. Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena
bakteri; streptoccocuspneumonia merupakan salah satu penyebabnya. Individu
dengan sepsis atau syok septik membutuhkan unit perawatan intensif di rumah
sakit.8
3.
Prognosis
Dengan terapi adekuat, mortalitas kurang dari 1%. Tergantung pada umur
anak, beratnya penyakit dan penyulit yang menyertai seperti:
1.
2.
3.
4.
2.13
Pencegahan
Untungnya pneumonia ini dapat dicegah yaitu dengan vaksinasi terhadap
bakteri penyebab pneumonia dan vaksin influenza. Hal ini penting bagi mereka
yang berisiko tinggi seperti orang dengan diabetes, asma, dan masalah kesehatan
lainnya yang parah atau kronis. Di samping itu juga harus menjaga kebersihan
dengan rajin cuci tangan, tidak merokok, serta istirahat cukup dan diet sehat untuk
menjaga daya tahan tubuh.2.4
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Kondisi Saat di Rumah Sakit
3.1.1 Identitas
Nama
: MJDC
Jenis Kelamin
: Perempuan
: 1 Tahun 10 Bulan
Alamat
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Katolik
Tanggal MRS
: 22 February 2016
Tanggal Pemeriksaan
: 23 February 2016
3.1.2 Heteroanamnesis
Keluhan utama
Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dikeluhkan mengalami sesak napas yakni pada pagi hari
yaitu pada tanggal 22 Februari 2016. Sesak dirasakan seolah-olah seperti
dada ditindih benda berat sehingga pasien kesulitan mengambil napas yang
semakin lama dirasakan semakin berat dan napas pasien cepat. Keluhan ini
membuat pasien lemas dan agak susah berbicara, pasien dikatakan masih
mampu menyampaikan sesuatu dalam penggalan kata. Sesak dirasakan
berkurang saat pasien berbaring. Pasien kemudian diperiksakan ke Family
Husada kemudian di rujuk ke Vidian kemudian selanjutnya dirujuk ke
UGD RSUD Sanjiwani untuk memperoleh pengobatan dan rawat inap.
Pasien juga mengeluhkan batuk dan demam yang sudah sejak 5 hari yang
lalu yaitu tanggal 17 February 2016. Pasien dikatakan ada keluhan mual.
Riwayat muntah, gusi berdarah dan mimisan disangkal oleh pasien.
Keluhan kulit membiru dan riwayat tidak sadarkan diri juga disangkal.
Pasien dikatakan tidak memiliki nafsu makan dan minum yang baik, buang
air kecil dikatakan normal dengan frekuensi 3-4 kali sehari dan warna
kencing kuning jernih, Pasien dikatakan tidak bisa BAB sejak 4 hari
setelah rawat inap.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien sering mengalami sesak napas yang diawali dengan batuk
terlebih dahulu, apabila sesak muncul biasanya pasien diposisikan
terbaring oleh ibu pasien. Karena merasa ketakutan, setiap sesak napasnya
muncul pasien segera dibawa ke Rumah sakit atau ke puskesmas untuk
mendapatkan pertolongan.
Pasien mempunyai riwayat kejang karena diare akut yaitu pada
bulan Juni 2015.
Riwayat Pengobatan
Pasien hanya memeriksakan sesak napasnya jika terdapat keluhan.
Pada tiap kali berobat pasien memperoleh terapi uap dan keluhan sesak
napas selalu berkurang setelah terapi tersebut. Pasien dikatakan sudah
mendapatkan 3 kali pengobatan berupa uap atau nebulisasi yaitu di Prima
Medika kemudian di Ganesha dan terakhir di Puskesmas Petang kemudian
pasien diberikan obat anti epilepsy karena sempat kejang pada bulan juni
2015 dan sampai saat ini masih mengkonsumsi obat tersebut.
Riwayat Penyakit Keluarga
Kedua Orang tuaanya tidak pernah mengalami gejala seperti ini,
riwayat penyakit sistemik disangkal tetapi keadaan orang tua pasian
mengalami kecacatan karena polio.
: 1 kali
Polio
: 3 kali
Hepatitis
: 4kali
DPT
: 3 kali
Campak
: 1 kali
Riwayat Nutrisi
ASI
Susu Formula
Bubur Susu
Nasi Tim
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum
: lemah
Kesadaran
: kompos mentis
GCS
: E4VC5M6
Nadi
Respirasi
Suhu badan
: 37,9 C
Status gizi
Berat badan
: 11 kg
Tinggi badan
: 80 cm
: 16 cm
Status General
Mata
THT
: Telinga
: secret -/-
Hidung
: secret -/-
Toraks
Lidah
: sianosis (-)
Bibir
: sianosis (-)
Leher
Cor : Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Inspeksi
Pulmo :
carinatum
Palpasi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
normal,
hepartidakteraba,
lien
: timpani (+)
Ekstremitas : hangat (+), edema (-), sianosi (-), CRT < 2 detik
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (21 February 2016 pukul 20:19)
Pemeriksaan
Hematologi
DarahLengkap
1.1 WBC
1.2 LYM%
1.3MID%
1.4GRA%
1.5LYM
1.6MID
1.7GRAN
1.8RBC
1.9HGB
1.10HCT
1.11MCV
1.12MCH
1.13MCHC
1.14RDW
1.15RDWa
1.16PLT
1.17MPV
1.18PDW
1.19PCT
1.20LPCR
3.1.5 Diagnosis
Flag
Hasil
Satuan
Nilai Normal
10.1
52.1
6.9
41.0
5.3
0.7
4.1
4.28
13.0
37.3
87.0
30.3
34.8
12.8
66.8
174
6.0
9.3
0.10
5.1
10^3/Ul
%
%
%
10^9/I
10^9/L
10^3/uL
10^6/Ul
g/Dl
%
Fl
Pg
g/dL
%
if
10^3/uL
pL
Fl
%
%
5-11
46-76
0-5
35-80
2.3-14.4
0-0.95
1.2-8
3.9-5.3
9.5-14.1
30-40
70-84
24-30
32-36
11-16
30-150
150-450
8-15
0.1-99.9
0.01-9.99
0.1-99.9
Oksigen 2 lpm
Cefotaxim 3x1/3 gr
Sanmol 4x 12 cc (iv)
3.1.7 Follow Up
Hari kedua (23 February 2016)
PENILAIA
PERKEMBANGAN
N
Subjektif
Demam (+) Sesak (-) Batuk (+) Pilek (-) Mual (-) Muntah (-)
Objektif
Assesment
Planning
Sunmol 4x 12 cc (iv)
Methylprednisolon 3x5 mg iv
PERKEMBANGAN
N
Subjektif
Demam (-) Sesak (-) Batuk (+) Pilek (-) Mual (-) Muntah (-)
Objektif
Assesment
Planning
PERKEMBANGAN
Demam (-) Sesak (-) Batuk (+) Pilek (-) Mual (-) Muntah (-)
Makan (-) Minum (+) BAB (-) BAK (+), Muncul warna merah
Objektif
Assesment
Planning
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan definisi, Pneumonia merupakan infeksi atau peradangan pada
salah satu atau kedua paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada
kantung udara (alveolus). Kantung udara akan terisi cairan atau nanah, sehingga
menyebabkan sesak nafas, batuk berdahak, demam, menggigil, dan kesulitan
bernapas. Infeksi tersebut disebabkan oleh berbagai organisme, termasuk bakteri,
virus dan jamur. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam tinggi (37,9
C), takipnea, retraksi (subkostal, interkostal, suprasternal), tanda-tanda
terdapatnya konsolidasi seperti: ekspansi dada yang berkurang; peningkatan vokal
fremitus, suara redup yang terlokalisir pada perkusi; suara napas yang melemah,
dengan kelainan lain seperti penyakit jantung, kongenital, cystic fibrosis pancreas
dan immunodefisiensi. Pada pasien ini prognosis dapat dikatakan baik, dilihat dari
perkembangan pasien yang semakin membaik dan tidak adanya penyulit dan
penyakit lain yang menyertai.
BAB V
KESIMPULAN
Pneumonia merupakan infeksi atau peradangan pada salah satu atau kedua
paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada kantung udara (alveolus).
Kantung udara akan terisi cairan atau nanah, sehingga menyebabkan sesak nafas,
batuk berdahak, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas. Infeksi tersebut
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing serta ditandai oleh demam, batuk, sesak (peningkatan frekuensi napas),
retraksi dinding dada, napas cuping hidung dan terkadang dapat terjadi sianosis.
Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri dan virus. Gejala klinis yang paling
sering dijumpai adalah sesak, dan dapat disertai dengan batuk, demam tinggi yang
disertai menggigil. Gejala lain berupa hilang nafsu makan, kelelahan, kulit
menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot.
Diagnosis pneumonia dapat ditegakkan berdasarkan temuan klinis,
pemeriksaan fisik dan didukung oleh adanya pemeriksaan penunjang. Terapi
pneumoni biasanya sesuai dengan gejala yang terlihat (simtomatis), dan diberikan
terapi tambahan jika diperlukan. Prognosis pada pneumoni mortalitas kurang dari
1% tergantung beratnya penyakit, terapi yang adekuat, dan tidak disertai dengan
penyulit serta penyakit lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nicholas John Bennet,M.P.M.F.,2015. Pediatric Pneumonia.[online] Available
at: http:// emedicine.Medscape.com/article/967822-overview#a1 [diakses 18
februari]
2. RI,K.K.,2012.Modul Tatalaksana Standar Pneumoniae.Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
3. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Kemenkes RI. 2012.
4. Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Karen J. Moredante, Hal B.
Jenson. Pneumonia. Dalam: Nelson Essentials of pediatrics. Edisi 5.
Philadelphia: Elsevier Inc; 2006. h. 503-509
5. Pneumonia. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1985. h. 1229-1234.
6. Wojsyk I, Banaszak, Breborowicz A. Pneumonia in Children. 2013 : 137-138.
7. Fransiska SK. Pneumonia. Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma Surabaya.
2006 : 1-12.
8. Lab/SMF ILmu Kesehatan Anak FK Unud/RSUP Sanglah. Pedoman
Pelayanan Medis : Kesehatan Anak. Cetakan II. 2000