Anda di halaman 1dari 40

RESPONSI

KASUS

PNEUMONIA
Ni Putu Ella Grasitha Cahyani
NIM. 0802005146
Pembimbing :
Dr. Romy W, M.Sc, Sp.A

OUT LINE

PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN KASUS
PEMBAHASAN
KESIMPULAN

PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan salah satu
penyebab kematian terbanyak pada
penduduk diberbagai negara termasuk
pada kelompok balita.
Infeksi pneumonia bakteri umumnya
disebabkan oleh grup streptococus ,
Listeria M, atau gram negatif batang seperti
Escherichia colli , Klebsiella pneminiae.
Sedangkan penyebab virus terbanyak
adalah respiratory syncytial virus ( RSV).

Batuk adalah gejala utama pada bayi


, bersama dengan tachipnea ,retraksi
dan hipoksemia.
Pada dasarnya pneumonia
merupakan penyakit yang dapat
dicegah dan disembuhkan

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi atau
peradangan pada salah satu atau
kedua paru-paru, lebih tepatnya
peradangan itu terjadi pada kantung
udara (alveolus, jamak: alveoli)

EPIDEMIOLOGI
Pneumonia masih menjadi masalah
di berbagai negara, baik di negara
berkembang maupun di negara
maju. Pada tahun 2005, di Indonesia
didapatkan 600.720 kasus
penumonia dengan kematian pada
balita sebesar 204 orang.

ETIOLOGI
Ada banyak kemungkinan penyebab
pneumonia, yang paling sering
adalah karena infeksi bakteri dan
virus dari udara yang kita hirup.

Berdasarkan
ETIOLOGI
klasifikasi

Community
HospitalHealth careAcquired
acquired adalah
acquired
Pneumonia ini
infeksi bakteri
pneumonia
adalah jenis
yang terjadi
adalah infeksi
pneumonia
pada orang
bakteri yang
yang
yang selama 48
terjadi pada
Pneumonia
terbanyak.
jam atau lebih
orang-orang
aspirasi terjadi
Terjadi di
dirawat di
yang tinggal di
ketika seseorang
tengah-tengah
rumah sakit
fasilitas
menghirup
perawatan
makanan,
karena penyakit
masyarakat
jangka panjang
minuman,
lainnya.
artinya di luar
atau telah
muntahan atau
Pneumonia ini
rumah sakit
bisa lebih serius dirawat di klinik air liur masuk ke
dan fasilitas
rawat jalan,
dalam paru-paru.
karena biasanya
pelayanan
termasuk pusatbakteri
kesehatan
pusat dialisis
penyebab lebih
lainnya
ginjal. Seperti
resisten
(kebal)
disebabkan
didapat di rumah
terhadap
oleh bakteri
sakit pneumonia.
antibiotik.
dan virus.

KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat beratnya klinis menurut WHO, pneumonia
dikelompokkan menjadi :
1. Bukan Pneumonia
2. Pneumonia ( Tidak Berat)
Batuk atau sesak napas dan napas cepat :
Usia < 2 bulan : >60 kali/menit
Usia 2-12 bulan >50 kali/menit
Usia 1-5 Tahun >40 kali permenit
Usia 5-8 Tahun > 30 kali/menit
Auskultasi : Rhonki (+) , suara napas menurun , suara napas bronkial
3. Pneumonia Berat
Batuk/sesak disertai salah satu di bawah ini
-Retraksi dinding dada
-Napas cuping hidung
-Merintih
Auskultasi : Rhonki (+), suara napas menurun, suara napas bronkial.

4. Pneumonia Sangat Berat


Batuk atau sesak napas disertai salah satu di
bawah ini :
- Sianosis Sentral
- Tidak bias minum
- Muntah
- Kejang, letargi, kesadan menurun
- Anggukan kepala
Auskultasi : Rhonki, suara napas menurun,
suara napas bronkial

PATOFISOLOGI
Pneumonia dapat terjadi akibat
menghirup bibit penyakit di udara,
atau kuman di tenggorokan terisap
masuk ke paru-paru.
Jika melalui saluran napas, agen
(bibit penyakit) yang masuk akan
dilawan oleh berbagai sistem
pertahanan tubuh manusia.

Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh


pneumokokus terjadi pada alveoli dan
menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan
dan difusi oksigen serta karbondioksida.
Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga
bermigrasi kadalam alveoli dan memenuhi ruang
yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak
mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi,
edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan
okulasi parsial bronki atau alveoli dengan
mengakibatkan penurunan tahanan oksigen
alveolar

Manifestasi klinis
Gejala pneumonia sering kali berupa
batuk berdahak, sputum kehijauan
atau kuning, demam tinggi yang
disertai dengan menggigil. Selain itu,
terdapat nafas yang pendek dan
terdapat nyeri dada atau nyeri
tajam.Gejala lain berupa hilang nafsu
makan, kelelahan, kulit menjadi pucat,
mual, muntah, nyeri sendi atau otot

Faktor Resiko
meliputi:
Penyakit paru : asma, fibrosis kistik
Kelainan Anatomi : fistula trakeoesophageal
Refluks gastroesophageal
Kelainan Neurologik yang mempengaruhi
proteksi saluran respiratorik
Penyakit yang mempengaruhi system imun :
AIDS dan Hb-pati
Malnutrisi, ASI kurang ,defisiensi itamin A, BBLR,
usia muda, imunisasi kurang, terpapar
tembakau, penghuni rumah yang padat.

Diagnosis

Anamnesis
Gejala yang timbul biasanya
mendadak antara lain batuk, demam
tinggi terus menerus, sesak,
kebiruan sekitar mulut, menggigil
(pada anak), kejang (pada bayi), dan
nyeri dada. Biasanya anak lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit. Selain
itu, dapat pula timbul gejala
penurunan nafsu makan.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
demam tinggi (38,50C), takipnea, retraksi
(subkostal, interkostal, suprasternal), napas
cuping hidung, sianosis, deviasi trakea, tandatanda terdapatnya konsolidasi seperti:
ekspansi dada yang berkurang; peningkatan
vokal fremitus, suara redup yang terlokalisir
pada perkusi; suara napas yang melemah,
bronkial atau bronkovesikuler, rhonki,
wheezing dapat terdengar pada auskultasi

Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan Radiologis
- Pemeriksaan Mikrobiologi

Diagnosis Banding
Asma Bronkiale
Pada umumnya asma terjadi pada usia lebih
dari 9-12 bulan, namun mayoritas pada usia
lebih dari 2 tahun. Dalam mendiagnosis asma
dapat dilakukan melalui anamnesis keluarga
serta riwayat asma pada keluarga, serangan
asma terjadi berulang atau episodik, ekspirasi
memanjang, ronki lebih terbatas, pulmonary
inflation lebih ringan, pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan eosinophilia, bereaksi
terhadap bronchodilator serta epinephrine.

Bronkiolitis Akut
Pada bronkiolitis akut, lokasi inflamasi terjadi
di bronkiolus, sering terjadi pada usia < 2
tahun, gejala khas berupa nafas cepat,
wheezing dan retraksi dada, ditandai dengan
respiratory distress dan overdistensi pada
paru. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan
hiperinflasi paru, intercostal space melebar,
penekanan diafragma dan sudut
costoprenikus menyempit. Diameter AP
meningkat pada fotolateral

Bronkitis Akut
Lokasi berada di bronkus, gejala
obstruksi dan gangguan pertukaran
tidak nyata atau ringan, terdapat
ronki basah dan kasar, serta dapat
berkembang menjadi bronkiolitis.

Penatalaksanaan

Oksigen
Cairan dan Makanan Bergizi
Simptomatis
Antiviral / Antibiotik
Kortikosteroid

Pencegahan
dapat dicegah yaitu dengan vaksinasi
terhadap bakteri penyebab pneumonia
dan vaksin influenza. Hal ini penting bagi
mereka yang berisiko tinggi seperti orang
dengan diabetes, asma, dan masalah
kesehatan lainnya yang parah atau kronis.
Di samping itu juga harus menjaga
kebersihan dengan rajin cuci tangan, tidak
merokok, serta istirahat cukup dan diet
sehat untuk menjaga daya tahan tubuh

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : MJDC
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Denpasar, 15 April
2014
Usia : 1 Tahun 10 Bulan
Alamat : Perum Cabang Asri Serongga Gianyar
Bangsa : Indonesia
Agama : Katolik
Tanggal MRS : 22 February 2016
Tanggal Pemeriksaan : 23 February 2016

Heteroanamnesis
Keluhan utama
Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dikeluhkan mengalami sesak napas yakni pada pagi hari yaitu
pada tanggal 22 Februari 2016. Sesak dirasakan seolah-olah seperti dada
ditindih benda berat sehingga pasien kesulitan mengambil napas yang
semakin lama dirasakan semakin berat dan napas pasien cepat. Keluhan
ini membuat pasien lemas dan agak susah berbicara, pasien dikatakan
masih mampu menyampaikan sesuatu dalam penggalan kata. Sesak
dirasakan berkurang saat pasien berbaring. Pasien kemudian diperiksakan
ke Family Husada kemudian di rujuk ke Vidian kemudian selanjutnya
dirujuk ke UGD RSUD Sanjiwani untuk memperoleh pengobatan dan rawat
inap. Pasien juga mengeluhkan batuk dan demam yang sudah sejak 5 hari
yang lalu yaitu tanggal 17 February 2016. Pasien dikatakan ada keluhan
mual. Riwayat muntah, gusi berdarah dan mimisan disangkal oleh pasien.
Keluhan kulit membiru dan riwayat tidak sadarkan diri juga disangkal.
Pasien dikatakan tidak memiliki nafsu makan dan minum yang baik,
buang air kecil dikatakan normal dengan frekuensi 3-4 kali sehari dan
warna kencing kuning jernih, Pasien dikatakan tidak bisa BAB sejak 4 hari
setelah rawat inap.

Riwayat Penyakit Sebelumnya


Pasien sering mengalami sesak napas
yang diawali dengan batuk terlebih dahulu,
apabila sesak muncul biasanya pasien
diposisikan terbaring oleh ibu pasien.
Karena merasa ketakutan, setiap sesak
napasnya muncul pasien segera dibawa ke
Rumah sakit atau ke puskesmas untuk
mendapatkan pertolongan.
Pasien mempunyai riwayat kejang karena
diare akut yaitu pada bulan Juni 2015.

Riwayat Pengobatan
Pasien hanya memeriksakan sesak napasnya jika
terdapat keluhan. Pada tiap kali berobat pasien
memperoleh terapi uap dan keluhan sesak napas
selalu berkurang setelah terapi tersebut. Pasien
dikatakan sudah mendapatkan 3 kali pengobatan
berupa uap atau nebulisasi yaitu di Prima Medika
kemudian di Ganesha dan terakhir di Puskesmas
Petang kemudian pasien diberikan obat anti
epilepsy karena sempat kejang pada bulan juni
2015 dan sampai saat ini masih mengkonsumsi
obat tersebut.

Riwayat Penyakit Keluarga


Kedua Orang tuaanya tidak pernah
mengalami gejala seperti ini, riwayat
penyakit sistemik disangkal tetapi
keadaan orang tua pasian
mengalami kecacatan karena polio.

Riwayat Pribadi dan Sosial


Pasien merupakan anak pertama. Pasien dikatakan
melakukan aktivitas dengan baik tanpa keluhan
pernafasan kecuali saat pasien ada keluhan batuk.
Pasien tinggal bersama orang tua, saudara dan
nenek pasien. Pasien dan ibunya sering berpindahpindah tempat tinggal. Rumah dikatakan cukup
rapi, bersih, gorden dan seprei rutin diganti
dengan ventilasi yang tetap terbuka. Hanya saja
beberapa bulan ini rumah yang ditempati pasien
sedikit berdebu, karena debu halaman masuk ke
rumah.

Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkan dengan operasi sesar
karena ibunya mengalami kesulitan
melahirkan normal. Pasien dikatakan
segera menangis kemerahan dengan
berat badan lahir 2800 dengan panjang
50 cm. Tidak ditemukan adanya
kecacatan bawaan pada pasien. Tidak ada
riwayat komplikasi selama kehamilan
ataupun pada saat persalinan.

Riwayat Imunisasi
BCG : 1 kali
Polio : 3 kali
Hepatitis : 4kali
DPT : 3 kali
Campak: 1 kali
Riwayat Nutrisi
ASI : diberikan sejak lahir tidak eksklusif, durasi
sampai 2 bulan, dengan frekuensi on demand
Susu Formula: sejak usia 2 bulan, frekuensi 4 kali/ hari
Bubur Susu : sejak usia 6 bulan, frekuensi 3 kali/ hari
Nasi Tim : sejak usia 8 bulan, frekuensi 3 kali/ hari
Makanan Dewasa: sejak usia 12 bulan, frekuensi 3 kali/
hari
Selama sakit pasien tidak mau makan.

Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : kompos mentis
GCS : E4VC5M6
Nadi : 98x/menit, isi cukup, teratur
Respirasi : 40x/menit, dalam, tipe
torak oabdominal
Suhu badan : 37,9 C

Status gizi
Berat badan
: 11 kg
Tinggi badan : 80 cm
Lingkar Lengan Atas : 16 cm

Status General
Mata : anemia -/-, icterus -/-, reflek pupil +/+ isokor, edema palpebral -/THT : Telinga : secret -/Hidung : secret -/Tenggorokan : faring hiperemi (-), tonsil T1/T1
Lidah : sianosis (-)
Bibir : sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks :
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Auskultasi : S1 S2 tunggal regular murmur (-)
Pulmo :
Inspeksi : gerak pernapasan, retraksi (-), pectus carinatum
Palpasi : vocal fremitus N/N, nyeritekan (-)
Auskultasi : vesikuler (+) seluruh region, ronki (-) seluruh region, wheezing (-)
seluruh region
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), denyutepigastrial (-)
Auskultasi : bisingusus (+) normal
Palpasi : nyeritekan (-), ascites (-), meteorismus (-), turgor normal,
hepartidakteraba, lien tidakteraba, ballottement (-)
Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas : hangat (+), edema (-), sianosi (-), CRT < 2 detik

Diagnosis : Pneumonia berat + febris hari ke 5


Penatalaksanaan
- Oksigen 2 lpm
- Tridek infus 1050 ml 15 tetes makro per
menit
- Nebulizer Ventolin 1,1 ml diencerkan di
dalam 2,9 ml NaCl 0,9% 4 ml
- Cefotaxim 3x1/3 gr
- Sanmol 4x 12 cc (iv)

PEMBAHASAN
Didapatkan melalui heteroanamnesis pada ibu pasien,
dimana didapatkan adanya keluhan sesak, yang diawali
dengan adanya demam, dan disertai dengan batuk. Dari
pemeriksaan fisik, ditemukan adanya demam tinggi
(37,9 C), takipnea, retraksi dinding thorax.
Pada kasus, pasien diberikan terapi 02 nasal canul 2
lpm, cairan D5 1/4 Ns 15 tpm makro, Antibiotik
cefotaxime 550 mg @12 jam, terpai simtomatis
Paracetamol syr 10-15 mg/kgBB/x, dan
Methylprednisolone 5 mg @8 jam. Terapi yang diberikan
pada pasien sebagian besar sudah sesuai dengan teori,
namun pada pasien ini juga diberikan nebulizer ventolin
(bronkodilator) karena pada paien terdapat wheezing.

Kesimpulan
Pneumonia merupakan infeksi atau peradangan pada
salah satu atau kedua paru-paru, lebih tepatnya
peradangan itu terjadi pada kantung udara (alveolus).
Kantung udara akan terisi cairan atau nanah,
sehingga menyebabkan sesak nafas, batuk berdahak,
demam, menggigil, dan kesulitan bernapas.
Infeksi tersebut disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing
serta ditandai oleh demam, batuk, sesak
(peningkatan frekuensi napas), retraksi dinding dada,
napas cuping hidung dan terkadang dapat terjadi
sianosis.

Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah


sesak, dan dapat disertai dengan batuk, demam
tinggi yang disertai menggigil. Gejala lain berupa
hilang nafsu makan, kelelahan, kulit menjadi
pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot.
Diagnosis pneumonia dapat ditegakkan
berdasarkan temuan klinis, pemeriksaan fisik
dan didukung oleh adanya pemeriksaan
penunjang. Terapi pneumoni biasanya sesuai
dengan gejala yang terlihat (simtomatis), dan
diberikan terapi tambahan jika diperlukan.

Prognosis pada pneumoni mortalitas


kurang dari 1% tergantung beratnya
penyakit, terapi yang adekuat, dan
tidak disertai dengan penyulit serta
penyakit lain.

Anda mungkin juga menyukai