Anda di halaman 1dari 12

A.

KONSEP HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum, seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90
mmHg. Hipertensi juga sering diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan
darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg.1
Hipertensi juga didefisinikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik 90mmHg. Menurut WHO, batasan tekanan darah
yang masih dianggap normal adalah 140/90mmHg, sedangkan tekanan darah
160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.2
Hipertensi adalah kondisi dimana jika tekanan darah sistole 140 mmHg atau
lebih tinggi dan tekanan darah diastole 90 mmHg atau lebih tinggi. Hipertensi
merupakan penyakit multi faktor. Secara prinsip terjadi akibat peningkatan curah
jantung atau akibat peningkatan resistansi vaskular karena efek vasokontriksi yang
melebihi efek vasodilatasi.3
Hipertensi adalah naiknya tekanan darah hinggah lebih dari 140/90 mmHg.
Biasanya penyakit ini datang pada usia lanjut. Hipertensi kadang-kadang
menyebabkan terjadinya beberapa masalah pada pembuluh darah otak dan
jantung.4
Dari definisi di atas dapat disimpulakan bahwa hipertensi merupakan
abnormal atau meningkatnya tekanan darah sistolik > 140mmHg dan mempunyai
tekanan diastolik > 90 mmHg.
2. Etiologi
1 Muahammad Ardiansyah, 2012, Medikal Bedah Untuk Mahasiswa, jogjakarta, Diva press; 53.
2 Wajan juni udjianti, 2011,keperawatan kardio vaskuler, jakarta, selemba medika; 101.
3 Syamsudin, 2011, Buku Ajar Farmako Terapi Kardiovaskuler dan Renal, Jakarta, Selemba
Medika; 22.
4 Ahmad Razak Sharaf; 158.

Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi yaitu dengan penyebab


yang tidak diketahui (hipertensi esensial/primer/idiopatik) atau

diketahui

(hipertensi sekunder). Sebagian besar kasus hipertensi dikloasifikasikan sebagai


esensial, tetapi kemungkian penyebab yang melatarbelakanginya harus selalu di
tentukan.5
a. Hipertensi primer
Hipertensi esensial atau hipertensi yang 90% tidak diketahui penyebabnya.
Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
esensial di antaranya:
1) Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang mereka
yang tidak.
2) Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
pascamenopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara langsung
berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
4) Obesitas: (25% lebih berat di atas berat badan deal) juga sering di kaitkan
dengan berkembangnya hipertensi.
5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan
darah (bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetap diterapkan )
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya di ketahui.
Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini antara
lain:
1) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aortacongetal yang (mungkin) terjadi
pada beberapa tingkat aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan ini
menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan
peningkatan tekanan darah di atas area konstriksi.
2) Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal. Penyakit ini merupakan penyebab
utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa
5 Syamsudin; 29.

darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi
disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dysplasia (pertumbuhan
abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkaitt dengan
infeksi, inflamsi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.
3) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan Hipertensi
melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expansion. Dengan
penghentian oral konrasepsi, tekanan darah kembali normal setalah
beberapa bulan.
4) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan

hipertensi

sekunder.

Adrenalin-mediate

hypertension

disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin. Pada


aldosteron primer. Kelebihan aldosteron mmenyebabkan hepertensi dan
hipokalemia. Aldosteonisme primer biasanya timbul dari adenoma korteks
adrenal yang benign (jinak). Pheochomocytomas pada medulla adrenal yang
paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada
sindrom chusing, terjadi kelebihan glukokorttiroid yang di ekskresi dari
korteks adrenal. sindrom chusing mungkin disebabkan oleh

hiperplasi

adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.


5) Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktif (malas berolahraga)
6) Stress, yang cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk
sementara waktu. Jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya
akan kembali normal.
7) Kehamilan
8) Luka bakar
9) Peningkatan volume intravascular
10) Merokok. Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan

katekolamin

ini

mengakibatkan

iritabilitas

miokardial,

peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan vasokontriksi yang


kemudian meningkatkan tekan darah.6
6 Muahammad Ardiansyah; 59.

3. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC VII.7

Klasifikasi TD
Optimal
Normal
Hipertensi stadium I
Hipertensi stadium II
Hipertensi stadium III

Tekanan Darah Sistolik


(mmHg)
<120
<130-139
140-159
160-179
>180

Tekana Darah Diastolik


(mmHg)
<80
85-89
90-99
100-109
>110

Menurut kaplan (ahli ilmu penyakit dalam) memberikan batasan hipertensi


dengan memperhatikan usia dan jenis kelamin:.8
a. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu
berbaring >130/90 mmHg.
b. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya > 145/95
mmHg.
c. Wanita, bisa dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya 160/95 mmhg.
Worid Healt Organization (WHO) menyatakan bahwa tekanan darah 140/90
mmHg masih di anggap sebagai tekanan darah yang normal, namun tekanan darah
yang > 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Borderline adalah istilah
yang digunakan jika tekanan darah ada diantara normotensi dan hipertensi.
Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan enis kelamin.9
4. Patofisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang berfungsi untuk mendorong darah ke
seluruh tubuh melalui arteri, akan tetapi jantung bagian kiri dan kanan mempunyai
fungsi yang berbeda. Jantung mempunyai 4 pompa yang terpisah yaitu: 2 pompa
tenaga ventrikel dan 2 pompa primer atrium. Tiap siklus dimulai oleh adanya
7 Syamsudin; 30.
8 Wajan juni udjianti; 101.
9 Wajan juni udjianti; 101.

potensial aksi secara spontan pada simpul sino atrial node (SA) pada dinding
posterior atrium bagian kanan dekat dengan muara vena kava superior. Potensial
aksi berjalan cepat melalui berkas atrio ventrikuler (AV) ke dalam ventrikel. Pada
susunan khusus sistem penghantar atrium terdapat perlambatan 1/10 detik antara
jalan implus jantung dan atrium kedalam ventrilkel yang memungkinkan
atriumberkontraksi mendahului ventrikel.10
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari
perkalian antara strok volume dengan heart rate (denyut jantung). Pengaturan
tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon di
dalam tubuh.
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam
aorta dan dinding venttrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan
arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh reseptor vagal (stimulasi
parasimpatis) dan vasodilattasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu,
reflek kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan
baroreseptor turun

dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan

baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi
belum diketahui. Hal ini ditujukan untuk kenaikan re-setting sensitivitas
baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara tidak adekuat, sekalipun
penurunan tekanan tidak ada.
Perubahan volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh
mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui mekanisme
fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan meningkatkan
curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan arteri
mengakibatkan diuresis dan penurunan tekanan darah. Kondisi patologis yang
10 Pratiwi Ina Istiqomah, 2104, Pengaruh Masase (Effurage) Kaki dan Tangan Dengan
Minnyak Esensial Lavender Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di UPT Pelayanan Lanjut
Usia Bondowoso, skripsi, Stikes Nurul jadid, Probolinggo; 15.

mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam mengekresikan garam dan air akan
meningkatkan tekanan arteri sistemik.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah.
Ginjal memperoduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada substart
protein plasma untuk memisahkan angiotensin 1, yang kemudian diubah oleh
convertting enzym dalam paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi
angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokintriktor yang kuat
pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan
aldosteron. Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada
aldoteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik,
angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibitting atau penghambatan pada
ekskresi garam (natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya
tahanan perifer vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar
renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin
menghambat sekresi renin. Namun demikian, sebagian besar orang dengan
hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal.
Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi esensial akan
mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital. Hipertensi
esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan) arteriole-arteriole. Karena
pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan menurun dan mengakibatakan
kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan infark miokard, strok, gagal jantung,
dan gagal ginjal.
Autoregulasi vaskular merupakan meknisme lain yang terlibat dalam
hipertensi. Autoregulasi vaskular adalah suatu proses yang mempertahankan
perfusi jaringan dalam tubuh relatif konstan. Jika aliran berubah, proses-proses
autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskular dan mengakibatkan pengurangan
aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vaskular sebagai akibat dari

peningkatan aliran. Autoregulasi vaskular nampak menjadi mekanisme pentning


dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air.11
5. Gejala klinis
Pada tahap awal, pasien dengan hipertensi tidak menunjukkan gejala apapun.
Sebagian manifestasi klinis timbul setelah penderita mengalami hipertensi selama
beberapa tahun.12
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial.
b. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak dari
hipertensi.
c. Ayuanan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf
pusat
d. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
6. Komplikasi
Hipertensi dapat menimbulakan kerusakan organ tubuh lainnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Adapaun kerusakan yang sering dijumpai pada
penderita hipertensi adalah:
a. Strok
Strok dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh darah otak. Strok dapat terjadi
pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah
yang diperdarahinya menjadi berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
arterosklerosis

dapat melemah, sehingga

meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisme.
b. Infark Miokardium
Dapata juga terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang
mengalami aterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran
11 Wajan juni udjianti; 103.
12 Muahammad Ardiansyah; 67.

darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan


hipertrofi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan
waktu hantaran listrik saat melintas ventrikel, sehingga terjadi distritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan darah.
c. Gagal ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, neuron akan terganggu, dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran
glomerolus, protein akan keluar melalui urine, sehingga tekanan osmitik
koloid plasma berkurang. Hal ini menyebabkan edema yang sering dijumpai
pada hipertensi kronik.
d. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi akibat
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Akibatnya, neuronneuron di sekitarnya menjadi kolaps dan terjadi koma serta kematian.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan farmakologis
(menggunakan obat-obatan kimiawi) dan penatalaksanaan non farmakologis
(tampa obat kimiawi).
a. Penatalaksanaan farmakologi
Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi dengan
menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat antihipertensi. Ada
beberapa berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan
farkologis, yaitu:

1) Diuretik adalah obat anti hipertensi yang efeknya mempengarahi ginjal


dengan memperlancar urine untuk meningkatkan ekskresi natrium, klorida
dan air yang ada di dalam tubuh sehingga menguurangi volume plasma dan
cairan ekstra sel. Dengan demikian maka tekanan darah akan turun akibat
berkurangnya curah jantung dan resistensi perifer dan berkurangnya
volume cairan interstitial yang mengakibatkan berkurangnya kekakuan
dinding pembuluh darah dan bertambahnya daya lentur (compliance)
vaskular.
2) Penghambat adrenergik (-bloker). Mekanisme kerja obat ini sebagai anti
hipertensi diperkirakan ada beberapa cara yaitu secara langsung
mengurangi kegiatan memompa dari otot jantung dan mengurangi denyut
jantung serta kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan curah jantung
berkurang dan menurunkan jumlah darah yang dikeluarkan jantung maka
dengan demikian darah yang dialirkan melalui pembuluh darah keseluruh
tubuh akan berkurang, akibatnya tekanan darah akan menurun. Sedangkan
cara lain dengan menghambat pelepasan norephinephrin melalui hambatan
reseptor para sinaps dan mengahambat sekresi renin melalui hambatan
reseptor 1 di ginjal serta efek sentral yang dapat menurunkan tekanan
darah.
3) vasodilator adalah obat obat

untuk memperlebar pembuluh darah

( vasodilator) dapat menurunkan tekanan darah secarah langsung dengan


mempengaruhi pembuluh darah untuk melebar yaitu merelaksasikan otototot sehingga menurunkan resistensi parifer dan ada juga yang secara tidak
langsung dengan merangsang kegiatan otak atau mempengaruhi jaringan
syaraf untuk menurunkan tekanan darah.
4) Antagonis kalsium merupakan salah satu golongan obat antihipertensi.
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas), namun obat ini memiliki

efek samping yang mungkin muncul adalah batuk kering, pusing, sakit
kepala dan lemas.
5) Penghambat enzim pongkenversi angiotensi (ACE); Hormon ACE
normalnya beraksi untuk menghasilkan hormon lain (angiotensi II) yang
menyempitkan pembuluh darah (arteri). Dengan menghadang aksi hormon
ACE, maka akan terjadi relaksasi pembuluh darah yang mengakibatkan
terjadi penurunan tekanan pada pembuluh darah sehingga dapat
mengembalikan tingginya tekanan pada arah normal. Inhibitor ACE
mempunyai beberapa manfaat dan paling utama jika digunakan untuk
mengobati hipertensi dan gagal jantung. Pada penderita hipertensi, inhibitor
ACE juga menurunkan tekanan-tekanan darah tanpa menurunkan atau
perubahan pada curah jantung. Efek dari ACE inhibitor bersifat adiktif.
ACE - inhibitor terdiri dari: kaptopril, moiksipril, enalapril, perindropril,
bena zepril, kuinapril, perindroril. Obat-obat ini paling utama di gunakan
untuk penanganan hipertensi yang di sebabkan oleh peningkatan renin
karena tidak mempengaruhi glukosa. ACE inhibitor juga di gunakan untuk
pengobatan penderita hipertensi dengan diabetes. Efek samping obat ini
adalah sakit kepala, pusing, nyeri abdomen, kebingungan, gagal ginjal,
impotensi serta batuk.13

b. Penatalaksanaan non-farmakologi
Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmokologis terdiri dari berbagai
macam cara modivikasi gaya hidup unutuk menurunkan tekanan darah yaitu:
1) Mempertahankan berat badan ideal: Mempertahankan berat ideal sesuai
body mass Index (BMI) dengan rentang 18,5-24,9 Kg/m2. BMI dapat di
13 Pratiwi Ina Istiqomah, 2104, Pengaruh Masase (Effurage) Kaki dan Tangan Dengan Minnyak
Esensial Lavender Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di UPT Pelayanan Lanjut Usia Bondowoso,
skripsi, Stikes Nurul jadid, Probolinggo; 20.

ketahui dengan membagi berat badan anda dengan tinggi badan anda yang
telah di kuadratkan dan satuan meter. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
jangan makan terlalu banyak, karena berat badan yang berlebihan juga
menambah jumlah volume darah.
2) Kurangi asupan Natrium (sodium): Mengurangi asupan Natrium dapat
dilakukan dengan cara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100
mmol/hari ( kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari). Jumlah yang lain
dengan mengurangi asupan garam sampai kurang dari 2300 mg (1 sendok
teh) setiap hari. Pengurangan konsumsi garam menjadi sendok teh/hari,
dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan
diastolik sekitar 2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alkohol: Dalam hal ini membatasi konsumsi alkohol
hingga tidak lebih dri 1 oz (30 ml) dari etanol (contoh, 24 oz (720 ml) bir,
10oz (300 ml) anggur, 2 oz (60 ml) 100 prof wiski ) / hari pada pria dan
tidak lebih dari 0,5 oz (15 ml) etano / hari pada wanita dan tergantung
berat badan setiap orang. Banyak mengkonsumsi alkohol dapat
meningaktkan tekanan darah. Para peminum serta mempunyai resiko
mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak
minum minuman beralkohol.
4) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi esensial
tidak perlu membatasi aktivitas selama tekanan darahnya terkendali).14
5) Menghindari Merokok: Merokok memang tidak berhubungan secara
langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan
resiko komplkasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan strok,
maka perlu di hindari mengkonsumsi tembakau (rokok) karena dapat
memperberat

14 Muahammad Ardiansyah; 69.

hipertensi. Nikotin dalam tembakau membuat jantung

bekerja keras karena menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan


frekuensi denyut jantung serta tekanan darah.
6) Penurunan Stres: Stres memang tidak menyebabkan hipertensi yang
menetap namun jika episode stres sering terjadi dapat menyebabkan
kenaikan sementara yang sangat tinggi. Perasaan

gelisah dapat

mengakibatkan ketegangan dan emosi terus-menerus sehingga dapat


meningkatkan tejanan darah. Usahakan dapat tidur dan beristirahat
secukupnya untuk mempertahankan kondisi badan, karena tekanan darah
menurun pada waktu tidur, lebih rendah dari pada waktu siang hari.
7) Meningkatkan asupan sayur dan menurunkan asupan lemak berlebih.15
8) Terapi Bekam: Untuk melakukan bekam pada penderita hipertensi adalah
untuk menurunkan volume darah yang mengalir di pembuluh darah
sehingga mengurangi tekanan darah. Bekam juga berperan menstimulasi
reseptor-reseptor khusus yang terkait dengan penciutan dan peregangan
pembuluh darah (baroreseptor) sehingga pembuluh darah bisa merespon
berbagai stimulus

dan meningkatkan kepekaan terhadap faktor-faktor

penyebab hipertensi.16

15 Pratiwi Ina Istiqomah; 23.


16 Ahmad Razak Sharaf, 2012, Penyakit dan Terapi Bekamnya, surakarta, Thibbia; 159.

Anda mungkin juga menyukai