Anda di halaman 1dari 29

Praktikum Fisika Dasar

Praktikum Fisika Dasar


II
II
MULTIMETER
A. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari cara penggunaan multimeter
2.Mempelajari teknik pengukuran besaran listrik..
3.Mempelajari berlakunya hukum Ohm dalam rangkaian listrik sederhana
B. Peralatan
Multimeter
Tahanan geser
Resistor

Catu daya
Kawat tahanan
Kabel penghubung

C. Dasar Teori
Multimeter merupakan salah satu alat ukur listrik yang telah dikenal luas dan banyak
dipakai oleh masyarakat. Multimeter dipakai untuk mengukur tegangan atau beda potensial ,
arus listrik dan hambatan atau resistansi.
Pengetahuan tentang cara penggunaan multimeter sangat penting untuk menghindari
kesalahan yang dapat membahayakan alat ataupun pengguna.
Dalam percobaan ini akan dipakai multimeter analog model ABB MA 2H (atau yang lainnya ).
Walaupun penampilan suatu multimeter berbeda dengan multimeter yang lain, namun
pengenalan akan suatu jenis multimeter akan sangat membantu dalam mempelajari cara
penggunaan multimeter secara umum.
1 2 3 4 5
Gambar 1 memperlihatkan tampilan suatu multimeter dengan
beberapa bagian penting yang pada umumnya terdapat pada
suatu multimeter.
Bagian yang ditandai dengan angka 1 sampai 5 adalah lubang
tempat menghubungkan multimeter dengan bagian yang akan
diukur dengan rincian sebagai berikut.
Angka1, berfungsi sebagai tempat pentanahan yang selalu
dipakai untuk berbagai pengukuran.
7
Angka 2, digunakan pada saat pengukuran arus AC dan DC
hingga 15 A.
Angka 3, digunakan pada saat pengukuran harga hambatan.
6
Angka 4, digunakan pada saat pengukuran tegangan AC dan DC
hingga 1000 V.
Gambar 1.
Angka 5, digunakan pada saat pengukuran tegangan dan arus dengan batas ukur 500 V
untuk tegangan dan 1,5 ampere untuk arus.
Angka 6 menunjukkan tombol yang dapat diputar . Gunanya untuk memilih jenis besaran
yang akan diukur dengan masing-masing batas ukurnya.
Batas ukur adalah harga terbesar besaran yang dapat diukur oleh alat. Pengukuran
yang melampaui batas ukurnya dapat merusak alat. Sebaliknya bila harga besaran yang
diukur jauh dibawah batas ukurnya, hasil pengukuran menjadi kurang teliti. Misalnya kita
hendak mengukur tegangan yang diperkirakan 4V, pakailah batas ukur 5V dan bukan 50
V.
Bila harga besaran yang hendak diukur belum dapat diperkirakan, maka cara aman dalam
memulai pengukuran adalah dengan memilih batas ukur terbesar dan kemudian
menurunkannya bila ternyata harga besaran yang diukur jauh dibawah batas ukur yang
dipakai.
Disamping itu terdapat pula tumbul kecil lain yang dapat diputar ( tombol 7),
gunanya untuk mengatur titik nol pengukuran hambatan ( ohm)
Dibagian belakang multimeter biasanya terdapat tombol yang berupa kepala sekrup
yang dapat diputar ( tombol 8- tak terlihat pada gambar), berfungsi untuk peneraan alat,
khususnya untuk mengatur titik nol alat, khususnya untuk pengukuran arus dan tegangan.
Pada layar terdapat tiga skala, yaitu skala tegangan dan arus AC yang terletak di
atas, skala tegangan dan arus DC di tengah , dan skala untuk hambatan di bagian bawah.
Layar skala dilengkapi dengan cermin untuk membantu agar pembacaan skala dapat
dilakukan lebih teliti. Cara membaca yang benar adalah bila mata berada tepat tegak lurus

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
diatas jarum penunjuk, sehingga bayangan jarum di cermin tidak terlihat karena tertutup
oleh jarum.
Perhatikan pula, tanda ( ) berarti AC dan tanda (---) menunjukkan DC.
1. Peneraan
Peneraan diperlukan agar diperoleh harga besaran yang benar. Peneraan dilakukan
dengan mengatur tombol 7 pada posisi jenis ukur dan batas ukur yang diperlukan.
Kemudian putar tombol 6 hinggga jarum penunjuk tepat menunjuk nol. Di belakang alat
terdapat juga tombol yang berfungsi sama dengan tombol 6 (tombol 8).
Untuk pengukuran hambatan, peneraan dilakukan dengan cara menghubung singkatkan
kedua kabel penghubung.
2. Pengukuran tegangan AC dan DC dibawah 500 V.
Lubang yang digunakan adalah lubang 1 dan dan 5. Batas ukur dan jenis tegangan
( AC atau DC) dipilih dengan tombol 7. Hubungkan kabel yang keluar dari lubang 1 dan 5
bagian rangkaian yang akan diukur. Pada pengukuran tegangan DC, kabel yang keluar dari
lubang 1 harus dihubungkan dengan titik tegangan yang lebih rendah dan kabel yang keluar
dari lubang 5 dihubungkan titik tegangan yang lebih tinggi.
Untuk pengukuran tegangan 500 V hingga 1000 V, berlaku cara pengukuran yang
sama dengan pengukuran diatas, tetapi yang digunakan adalah lubang 1 dan 4.
3. Pengukuran arus AC dan DC ( hingga 1,5 A)
Sama seperti pengukuran tegangan, pengukuran arus juga menggunakan lubang 1
dan 5. Tombol arus diatur sesuai dengan arus dan batas ukur yang diperlukan.
Untuk pengukuran arus antara 1,5 A sampai 15 A, lubang yang dipakai adalah lubang 1 dan
lubang 2.
Pada pengukuran arus ini perlu diingat , jangan menghubungkan multimeter langsung
ke sumber arus /tegangan tanpa diseri dengan sutu hambatan /beban.
Hubungan langsung dengan sumber akan menyebabkan arus yang masuk ke alat
ukur cukup besar sehingga dapat merusak multimeter.
4. Pengukuran hambatan
Pada pengkuran ini, lubang yang dipakai adalah lubang 1 dan 3. Atur tombol 7 hingga
menunjuk ke penunjukkan ohm dan atur batas ukur yang diperlukan. Hubungkan kabel
penghubung dari lubang 1 dan 3 langsung ke resistor atau rangkaian yang akan diukur.
Perlu diingat bahwa hambatan yang diukur haruslah hambatan mati yaitu hambatan dari
resistor/ rangkaian yang tidak dilalui arus dari luar alat.
Pengukuran hambatan dapat juga dilakukan secara tak langsung. Caranya adalah
dengan mengukur berbagai harga arus dan tegangan yang mengalir dalam resistor/
rangkaian tersebut. Dengan membuat grafik V vs I dan mengingat hubungan V = IR , harga
R = V/I dapat ditentukan yang tak lain adalah kemiringan garis grafik yang diperoleh.
D. Langkah-langkah Percobaan
1 Percobaan I
1. Ukurlah tegangan keluaran dari transformator yang tersedia.. Tera termometer
sebelum digunakan dan jangan lupa memilih batas ukur yang sesuai.
2 Dalam keadaan tetap terhubung dengan multimeter, aturlah tombol keluaran
transformator sehingga menunjuk pada berbagai strip skala. Ukur tegangan keluaran
untuk setiap strip.
2. Percobaan II
Ukurlah hambatan dari sepuluh resistor yang tersedia. Jangan lupa mengatur batas ukur
yang sesuai dengan keperluan untuk masing-masing resistor.

E. Hasil dan Evaluasi

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
1. Catat semua hasil pengukuran yang diperoleh. Periksa apakah hasil yang diperoleh
sesuai dengan data sekunder yang tersedia ( bila ada).
2. Hitunglah harga R untuk setiap kawat dengan cara mencari gradien grafikn
MULTIMETER
OSILOSKOP
A. Tujuan
Mempelajari cara penggunaan osiloskop dua saluran
B. Peralatan
1 bh osiloskop dua saluran
2 bh adapter BNC
1 bh transformator

1 bh generator fungsi
1 catu daya DC

C. Dasar Teori
Osiloskop adalah alat yang dapat digunakan untuk menampilkan signal listrik
( tegangan ) sebagai fungsi waktu. Bila suatu besaran lain hendak ditampilkan pada layar
osiloskop, maka besaran tersebut terlebih dahulu harus diubah menjadi signal tegangan.
Bagian utama dari suatu osiloskop adalah tabung sinar katoda yang berupa tabung hampa
yang terbuat dari gelas. Di dalamnya terdapat seperangkat sistem elektroda (katoda dan
anoda) yang disebut meriam elektron (electron gun), pengarah ( focussing ) elektron,
lempengan medan pembelok elektron
berupa dua kapasitor keping sejajar
dan layar
osiloskop, seperti yang di gambarkan pada gambar 1.
katoda focussing

filamen

kapasitor pembelok

anodategangan

waktu vakum

gambar 1
Tampilan dilayar osiloskop muncul akibat berpendarnya layar karena ditumbuk oleh berkas
elektron. Berkas elektron yang dihasilkan meriam elektron berasal dari katoda yang
dipanasi oleh filament. Berkas elektron thermal yang dihasilkan katoda dipercepat ke anoda
di bawah pengaruh beda potensial 1 kV. Berkas elektron melalui lubang yang terdapat di
tengah-tengah anoda dan terus memasuki medan magnet pengarah (focussing) untuk
selanjutnya melalui koridor dua kapasitor pembelok. Kapasitor yang pertama membelokkan
elektron ke arah vertikal yang mempengaruhi tampilan tegangan dan kapasitor berikutnya
membelokkan ke arah horizontal dan mempengaruhi tampilan waktu.
Osiloskop dua saluran adalah osiloskop yang dapat menampilkan dua tampilan dalam
arah vertikal. Tampilan ini dapat ditampilkan secara bersamaan maupun sendiri-sendiri.
Selain itu tampilan juga dapat dijumlahkan, dan dapat dibuat saling tegak lurus, yaitu
saluran I untuk sumbu vertikal, dan saluran II untuk sumbu horizontal.
D. Pelaksanaan percobaan
I. Sistem Tampilan dan Pengaturannya.
1. Sebelum mulai mengoperasikan osiloskop, posisikan semua tombol dalam keadaan
panjang artinya tidak ada tombol yang ditekan ke dalam.
2. Nyalakan osiloskop dengan menekan tombol POWER
3. Putarlah tombol INTENS, dan perhatikan apa yang terjadi. Tombol ini berfungsi untuk
mengatur intensitas tampilan pada layer. Selama bekerja dengan osiloskop aturlah

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
tampilan pada intensitas rendah atau sedang, karena intensitas yang tinggi akan lebih
cepat merusak layer.
4. Putarlah tombol FOCUS, dan perhatikan apa yang terjadi. Tombol ini berfungsi untuk
mengatur fokus tampilan pada layer. Aturlah tombol ini sehingga diperoleh tampilan
yang baik.
5. Atur sekali lagi kombinasi antara kedua tombol di atas sehingga diperoleh tampilan
dengan intensitas dan fokus yang baik.
6. Aturlah tombol TIME/DIV ke posisi 2 ms (milisekon), sehingga pada layar tampak garis
datar. Putar tombol X-POS dan perhatikan apa yang terjadi pada garis tadi. Putar pula
tombol Y-POS.I, dan laukan pengamatan serupa. Kedua tombol ini berfungsi untuk
mengatur posisi tampilan dalam arah sumbu x dan sumbu y. Aturlah tombol sehingga
gambar tampilan berada ditengah layar.
II. Menggunakan tombol TIME/DIV
1. Putarlah tombol TIME/DIV ke posisi 0,2 ms. Dengan stopwatch hitunglahg waktu yang
diperlukan berkas cahaya di layar untuk menyapu layar sebanyak sepuluh (10) kali. Dasri
hasil ini hitunglah waktu yang diperlukan untuk melewati layar satu kali, serta hitung
waktu untuk melewati satu DIV ( skala) pada layar. Bandingkan hasil ini dengan nilai
yang ditunjukkan oleh tombol TIME/DIV. Lakukan langkah yang sama untuk posisi tombol
TIME/DIV pada 0,1 s ; 20 ms dan 50 ms.
2. Pasanglah adaptor BNC ke masukan saluran I. Hubungkan input merah ke lubang yang
bertanda (+) pada keluaran generator fungsi, dan input hitam ke tanah. Pindahkan
saklar AC.DC.GND ke posisi AC.
3. Aturlah keluaran generator fungsi pada posisi 0,5 dan perbesaran 10 2. Nyalakan
generator fungsi dan perhatikan apa yang tampak di layar.
4. Aturlah tombol TIME/DIV sehingga pada layar tampak satu gelombang penuh.Atur posisi
tampilan sehingga gelombang tepat berada di tengah layar, kemudian hitunglah
panjang gelombang tersebut dalam satuan DIV (= skala di layar osiloskop) ke arah
horizontal. Panjang gelombang tersebut dikalikan dengan satuan waktu yang ditunjukkan
tombol TIME/DIV adalah periode (T = 1/f) dari signal tegangan yang diukur. Dari hasil ini
hitunglah frekuensi signal dan bandingkan dengan harga yang ditunjukkan jarum
penunjuk pada generator fungsi.
5. Lakukan lagi pengukuran frekuensi untuk nilai lain dari generator fungsi.
III. Menggunakan tombol VOLTS/DIV.
Selama menggunakan tombol ini arah panah pada tombol CAL harus sesuai dengan arah
panah yang digambarkan di dekat tombol tersebut (bertanda CAL). Untuk mendapatkan
keadaan ini putarlah tombol tersebut sehingga berbunyi klik).
1.
Hubungkan kabel-kabel dari soket BNC ke keluaran catu daya DC. Posisikan saklar
AC.DC.GND ke posisi DC. Sebelum catu daya dinyalakan aturlah agar garis tampilan di
layar tepat berimpit dengan garis horizontal di tengah layar. Atur tombol VOLTS?DIV ke
posisi 2 VOLTS/DIV.
2.
Nyalakan catu daya.Putarlah tombol keluarannya ke posisi satu strip, amati bentuk
signal yang tampil di layar. Hitunglah skala kenaikan garis tampilan dari posisi
semula. Kalikan hasil ini dengan 2 ( 2 VOLTS/DIV) untuk memperoleh besar tegangan
keluaran catu daya.
3.
Ukurlah keluaran catu daya langsung dengan voltmeter, bandingkan hasilnya dengan
harga perhitungan diatas.
4.
Tekanlah tombol INVERT, dan perhatikan apa yang terjadi pada layar tampilan.
5.
Lakukan pengukuran yang sama untuk keluaran catu daya pada posisi 2 strip, 3 strip
hingga harga maksimumnya.
6.
Lakukan pengukuran yang sama untuk tombol VOLTS/DIV pada harga 1 ; 5 dan 10 volt.
7.
Gantilah catu daya dengan catu daya AC, dan posisikan tombol AC.DC.GND ke posisi
AC. Sebelum catu daya dinyalakan , posisikan kembali garis tampilan dilayar tepat
berimpit dengan garis sumbu horizontal.

8.
9.
10.

11.

12.
13.
14.

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
Atur tombol VOLTS/DIV ke posisi 2 volt. Nyalakan catu daya dan posisikan tombol
keluaran ke 1 strip.Amati tampilan di layar. Samakah bentuk tampilannya dengan
masukan DC?
Aturlah tombol TIME/DIV hingga di layar tampak hanya satu gelomang saja. Ukurlah
frekuensi gelombang tersebut.
Aturlah dengan tombol Y POS sehingga puncak lembah gelombang menyentuh salah
satu garis horizontal. Hitung jarak (dalam DIV) puncak lembah gelombang dan
puncak gelombang. Dengan cara yang sama dengan tegangan DC tadi, hitunglah
tegangan dari puncak ke puncak ( peak to peak voltaga = V pp) gelombang tersebut.
Ukurlah tegangan keluaran catu daya langsung dengan multimeter . Samakah hasilnya
dengan pengukuran dengan oskiloskop? Kalikan hasil ini dengan
2 . Samakah
hasilnya?
Tekan tombol INVERT, dan perhatikan perubahan bentuk tampilan pada layar.
Lakukan pengukuran yang sama untuk posisi tombol pengatur keluaran catu daya di
posisi 2 dan 3.
Lakukan pula langkah-langkah pengukuran yang sama untuk posisi tombol VOLTS/DIV
pada harga 5 ; 10 dan 20 volt.

E. Hasil dan Evaluasi


1. Jelaskan fungsi tombol-tombol yang digunakan dalam percobaan ini.
2. Jelaskan bagaimana cara menggunakan osiloskop dua saluran untuk tampilan
bergantian, bersamaan, penjumlahan dan mode X-Y.
3. Jelaskan perbedaan tegangan AC dab DC dalam tampilan di layar osiloskop .Jelaskan
pula apa yang dimaksud dengan tegangan puncak kepuncak, tegangan maksimum
dan tegangan efektif dari tegangan bolak balik AC.

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
JEMBATAN WHEATSTONE
A. Tujuan Percobaan
1.

Menentukan nilai resistansi (resistor) dengan menggunakan rangkaian jembatan.

2.

Jembatan Wheatsone digunakan untuk mengukur resistansi ohm.

B. Dasar Teori
Jembatan Wheatstone merupakan rangkaian yang sangat banyak digunakan untuk
mengukur daya hambat dengan cepat. Alat ini diciptakan oleh seorang sarjana Inggris,
Charles Wheatstone pada tahun 1843. Suatu bentuk diagram Jembatan Wheatstone dapat
a

dilihat pada Gambar 1.


R2

Pada Gambar 1, R1, R2 dan R3 merupakan resistor-resistor

R3

yang

hambatannya

sudah

diketahui

dan

Rx

merupakan resistor yang belum diketahui hambatannya.


Jembatan difungsikan dengan menutup saklar S 1 dan S2.

R1
S1

nilai

Besar hambatan R3 diatur sampai jarum penunjuk

Rx

Galvanometer tidak menyimpang. Penurunan potensial


dari titik a ke b sama dengan penurunan potensial dari c

ke d karena arus Galvanometer sama dengan nol. Jika I 1

Gambar 1. Jembatan
Wheatstone

adalah arus dalam R1 yang sama dengan arus dalam R2


dan I2 adalah arus dalam R3 sama dengan arus dalam Rx
maka:

Vab = Vac

I1 R2= I2 R3

(1)

Vbd = Vcd

I1 R1= I2 Rx

(2)

Dan karena

Jika persamaan (2) dibagi dengan persamaan (1), akan diperoleh:

Rx

R1
R3
R2

(3)

C Peralatan yang digunakan


1 Catu daya variabel hingga 3 V DC.

1 Tegangan Variabel

1 Multimeter

1 Resistor, 10

1 Kit rangkaian jembatan

1 Kotak resistor (1 110 )

5 Kabel penghubung, 25 cm

4 Kabel penghubung, 50 cm

1 Kabel penghubung, 2 m
D. Prosedur percobaan
1. Susun rangkaian percobaan seperti ditunjukkan pada gambar 2 :

Rx
Power Supply

Gambar 2 Susunan Rangkaian


Percobaan Jembatan Wheatstone

R1

L1

1
m
A

L2

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
2.

Rx merupakan resistansi yang akan ditentukan.

3.

Atur gerakan peluncur penggeser B dari kit rangkaian jembatan sehingga tegangan
menjadi 0 Volt, (tidak ada arus, jembatan dalam keadaan seimbang) sehingga dalam
hal ini berlaku hubungan

Rx
R
l
2 1
R1
R 3 l2

atau bisa ditulis menjadi :

Rx =

l1
.R 1
l2

4.

Gunakan resistor R1 sebesar 10 .

5.

Atur tegangan sumber (Power supply) menjadi 0,3 V DC.

6.

Gerakkan penggeser B dari kit jembatan pengukur sehingga tidak ada arus pada
jembatan.

7.

Ukur dan catat posisi l1 dan l2. Dimana : l1 + l2 = 1 m.

8.

Ulangi langkah 4 s.d 6 untuk nilai resistor lain, ( R1 diganti).

9.

Catat semua hasil pengamatan saudara pada tabel dibawah ini :


Tegangan 0,3 Volt DC.
R1
L1
L2
Rx

10

20

30

40

50

Rx

R1

R2

L1

R3
L2

Gambar 3. Skema Rangkaian Percobaan Jembatan Wheatstone


E. Hasil dan Evaluasi
Analisis semua hasil percobaan saudara!

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
KARAKTERISTIK DIODA
A. Tujuan Percobaan
1. Menggambarkan kurva karakteristik dioda silicon dan germanium secara manual
2. Menampilkan kurva kurva karakteristik dioda pada layar osiloskop.
B. Peralatan
1 panel soket
1 resistor 100
1 dioda germanium
1 buah osiloskop
1 bh transformator

1 resistor 10 k
1 diode silicon
2 buah multimeter
1buah catu daya DC
seperangkat kabel penghubung.

C. Dasar Teori
Dioda semikonduktor dibuat dengan cara menyambungkan semikonduktor tipe p
( kaya hole), dan semikonduktor tipe n ( kaya elektron bebas). Bila daerah p dihubungkan
dengan kutub positip dan daerah n dihubungkan dengan kutub negatipnya, dikatakan dioda
terpasang pada bias maju ( forward bias). Sebaliknya bila daerah p dihubungkan denga
kutub negatip dan daerah n dihubungkan dengan kutub positip catu daya, dikatakan dioda
terpasang pada bias mundur ( reverse bias).
Kurva yang menggambarkan arus yang melalui dioda sebagai fungsi dari tegangan
biasnya disebut kurva karakteristik doda tersebut.
Pada bias mundur, arus yang mengalir di dalam dioda sangat kecil, arus ini disebut
arus bocor dan umumnya disebabkan oleh temperatur. Bila tegangan bias mundur
diperbesar, arus hanya naik sedikit. Tegangan bias mundur yang terus diperbesar dapat
menyebabkab dioda rusak, yaitu bila bias mundur mencapai harga tegangan tembus.
Pada tegangan bias maju , arus yang mula-mula kecil akan naik dengan cepat bila
tegangan telah melampaui tegangan lutut ( knee voltage). Dinamakan demikian karena
sesudah tegangan ini grafik arus terhadap tegangan naik hampir tegak lurus (seperti lutut
yang dibengkokkan).
Karakter di atas menyebabkan sebuah dioda mudah mengalirkan arus kesatu arah, dan sulit
mengalirkan arus dalam arah yang sebaliknya. Karakter ini membut dioda sering digunakan
sebagai penyearah.
D. Susunan Peralatan dan Pelaksanaan Percobaan
I. Percobaan I: Pembuatan grafik karateristik secara manual.
1. Susun peralatan sepertipada gambar 3. Pastikan bahwa polaritas catu daya dan alat
ukur telah dipasang dengan benar. Pada rangkaian ini dioda terpasang pada bias maju.
Pilih jenis dan batas ukur yang sesuai dengan besaran yang akan diukur.
2. Gunakan dioda silikon lebih dahulu.
3. Nyalakan catu daya. Variasikan tegangan keluaran catu daya dari 0 sampai 0,7 V
dengan kenaikan 0,1 V tiap langkah. Untuk setiap harga tegangan , ukurlah dan catat
besar arus yang mengalir pada dioda untuk setiap tegangan bias.
4. Pasang dioda pada bias mundur.
5. Variasikan tegangan keluaran catu daya, dari 0 sampai 15 V dengan kenaikan 1 V setiap
langkah. Catat besar arus dan tegangan untuk setiap tegangan bias.
6. Setelah selesai dengan dioda silicon,lakukanlah yang hal sama untuk dioda germanium.

10 k
0+15
V-

Gambar 3

A
1N400
7

V
8

II. Percobaan II:

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
Menampilkan kurva karakteristik pada osiloskop

1. Mula-mula hubung singkatkan input osiloskop dengan tanah (ground), aturlah titik
yang nampak di layar sehingga tepat di persilangan garis skala.
2. Aturlah perbesarannya sebagai berikut : Y1= 50 mV/DIV ; Y2 = 0,5 V/DIV
3. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 4. Gunakan dioda silikon terlebih dahulu.
Hubungkan titik A ke Y1 dan titik B ke Y2. Operasikan osiloskop ke mode X-Y
4. Nyalakan catu daya AC, dan amati serta buat gambar yang tampak pada layar.
5. Gantilah dioda silikon dengan dioda germanium. Kerjakan hal sama seperti
sebelumnya.
10 k

12 V

B
Gambar 4

1N4007

A
100

E. Hasil dan Evaluasi


Percobaan I
1. Gambarlah kurva karakteristik dioda silikon dan germanium diatas sumbu yang sama.
2. Tentukan dan bandingkan tegangan cut-of kedua dioda tersebut.
Percobaan II
1. Salinlah gambar yang ditampilkan pada layar osiloskop untuk masing-masing dioda
diatas sumbu yang sama.
2. Bandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil percobaan I.

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
Karakteristik Rangkaian RC, RL, RLC
A. Tujuan : Mempelajari karakter L dan C pada tegangan bolak-balik
B. Dasar Teori
Rangkaian RL
Bila sebuah inductor dengan induktansi L dihubungkan seri dengan sebuah resistor dan
dihubungkan dengan sebuah sumber tegangan AC seperti pada gambar 1, akan diperoleh
suatu rangkaian yang disebut rangkaian RL. Tegangan antara titik A dan B pada rangkaian
kita sebut sebagai VL, sedangkan tegangan antara titik B dan C disebut VR.
Pada sebuah inductor dengan induktansi L yang dikenai suatu tegangan AC dengan
frekuensi f, akan timbul suatu reaktansi induktif sebesar X L = 2f. Reaktansi ini berperilaku
sama dengan hambatan R, perbedaannya adalah bahwa ia tergantung pada frekuensi.
Dengan demikian pada rangkaian tersebut berlaku : i L i R

VL VR

XL R

atau

X L

VL
R
VR

(1)
Berdasarkan diagram fasornya, antara VL dan VR terdapat selisih fase sebesar 90 o atau
(L mendahului R). Karena VR dan IR ,

dan IL sefase dengan IR, maka kita dapat

mewakilkan tampilan IL dengan VR.


Hambatan total rangkaian, yang disebut impedansi adalah :

Z X L R2
2

(2)
VL

-VR

Gambar 1
Rangkaian RC
Pada rangkaian RC seperti gambar 2, untuk kapasitor dengan kapasitansi C, akan
timbul pada kapasitor suatu rektansi kapasitif sebesar X C = f. Dengan cara yang sama
dengan rangkaian 1, berlaku pula :

VR
R

VC
XC

XC

VC
R
VR

(3)

Impedansi rangkaian adalah:

Z X C R2
2

(4)

10

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
Pada rangkaian RC, VR dan VC berselisih fase 90o (C tertinggal dari R)

VC

-VR

Gambar 2
Rangkaian RLC
Pada rangkaian seri RLC terdapat impedansi total sebesar :
Impedansi akan minimum bila XL=XC, sehingga Z=R. Dengan demikian resonansi akan
terjadi pada frekuensi :
Berdasarkan diagram fasornya, VL dan VC berbeda fase 180o (L mendahului C).
VL

-VL
L

Gambar 3
C. Peralatan
1 induktor

1 kapasitor

1 panel soket

1 osiloskop dua saluran

1 generator fungsi

1 resisitor

kabel-kabel penghubung.
D. Susunan peralatan dan pelaksanaan percobaan
Percobaan I : Rangkaian LC
1. Susun peralatan seperti gambar 1, gunakan generator fungsi sebagai sumber
tegangan AC. Hubungkan titik B dengan tanah (ground) pada osiloskop. Hubungkan
pula titik A dengan masukan saluran 1, sedangkan titik C dengan masukan saluran 2
pasa osiloskop.
2. Aturlah osiloskop agar menampilkan gambar dua saluran sekaligus. Karena titik B
dihubungkan dengan tanah, maka yang ditampilkan di saluran 2 adalah V R, Ubtuk
mendapatkan VR, baliklah gambarnya dengan menekan tombol INV pada saluran 2.
3. Nyalakan generator fungsi dan atur keluarannya pada frekuensi 2 kHz, dengan
amplitude 50%. Aturlah tombol TIME/DIV dan VOLT/DIV pada osiloskop agar gambar
mudah diamati.
4. Salinlah gambar tampilan pada kertas grafik.
5. Dari tampilan osiloskop catatlah besar VL dan VR, kemudian hitunglah XL berdasarkan
persamaan (1).
6. Naikkan frekuensi menjadi 4 kHz, 8 kHz, dan seterusnya hingga 20 kHz.

11

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
Percobaan II: Rangkaian RC
1. Susun rangkaian seperti gambar 2. Lakukan langkah-langkah yang sama dengan
percobaan 1, dengan mengganti L denganC.
2. Ulangi langkah-langkah pengukuran percobaan 1
Percobaan II: Rangkaian RLC
1. Susunlah rangkaian seperti gambar 3. Tampilkjan VL di saluran 1 pada osiloskop,
sedangkan VC di saluran 2.
2. lakukan pengarturan seperti percobaan sebelumnya.
3. salinlah tampilan di layer di atas kertas grafik.
4. pindahkan masukan osiloskop untuk menampilkan V LC di saluran 1, dan VR di saluran
2.
5. Variasikan harga frekuensi masukan secara cepat dan amati V R. Carilah harga
frekuensi di mana harga VR maksimum.
Hasil dan Evaluasi
1.

Dari gambar yang disalin dari tampilan osiloskop, tentukan beda fase antara V L
dengan VR, antara VR dan VC serta antara VL dengan VC.

2.

Dari hasil percobaan 1, buatlah grafik X L sebagai fungsi frekuensi, dan tentukan harga
induktansi dari kemiringan (slope) grafiknya.

3.

dari hasil percobaan II, buatlah grafik X C sebagai fungsi 1/f, dan tentukan harga
kapasitansi dari kemiringan grafiknya.

4.

Dari hasil di atas hitunglah harga frekuensi resonansi, dan bandingkan dengan hasil
yang diperoleh pada percobaan III.

12

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
RANGKAIAN SERI DAN PARALEL
A. Tujuan
Mempelajari Karakteristik Rangkaian Seri dan Paralel Beberapa Komponen Listrik.
B. Dasar Teori
Alat-alat listrik pada umumnya dapat dirangkaikan dalam berbagai cara, bergantung
pada keadaan dan keperluan. Pada dasarnya terdapat 2 macam rangkaian, yaitu rangkaian
seri dan paralel. Berikut adalah karakteristik komponen- komponen listrik yang disusun
dengan rangkaian seri dan paralel.
1.

Resistor (hambatan)
Hambatan listrik dari suatu penghantar (konduktor) adalah perbandingan dari beda
potensial antara ujung konduktor dengan arus listrik yang melaluinya. Oleh sebab itu
salah satu cara untuk mengukur besar hambatan listrik dari konduktor adalah dengan
mengukur beda potensial dari ujung-ujungnya dengan voltmeter dan juga mengukur arus
listrik yang melaluinya dengan amperemeter.
Seri

V1

V2

V3

R1

R2

R3

Gambar 1 memperlihatkan tiga buah hambatan (R 1, R2, R3)


dengan

masing-masing

tegangan

V1,V2

dan

V3

yang

dihubungkan secara seri. Pada rangkaian ini berlaku hubungan

:
Tegangan ujung-ujung hambatan yang dihubungkan seri
adalah penjumlahan tegangan di setiap ujung masingmasing hambatan.

V V1 V2 V3

Gambar 1

(i)

Masing-masing hambatan dialiri arus yang sama.

Menurut Hukum Ohm :

V1 I R1 ; V2 I R2 ;

V3 I R3 (ii) Misal R adalah penghambat yang

setara dengan ketiga penghambat seri tadi, tegangan V pada R harus


menghasilkan arus sebesar I juga pada R sehingga berlaku : V I R

(iii).

Bila (ii) dan (iii) disubstitusikan ke (i) diperoleh : IR IR1 IR2 IR3
Atau : R R1 R2 R3 Sehingga dapat dirumuskan : R R1 R2 R3 ... Rn
Paralel

R1

Gambar 2 memperlihatkan penghambat yang dihubungkan secara

R2

parallel. Salah satu dari ujung-ujung masing-masing penghambat

R3
A

dihubungkan ke satu titik, misal titik A. Ujung-ujung yang lain


dihubungkan ke satu titik lain , misalnya B. Bila diantara A dan B
diterapkan tegangan sebesar V volt, masing-masing penghambat

Gambar 2

memperoleh tegangan sama sebesar V volt.

13

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II

Misal arus utama adalah I, arus setiap hambatan adalah I1, I2 dan I3 maka menurut
Hukum Kirchoff :

I I1 I 2 I 3

.Untuk masing-masing hambatan berlaku hukum Ohm:

I1

V
V
V
;I2
; I3
R1
R2
R3

Jika R adalah penghambat pengganti ketiga penghambat, maka dari persamaan


sebelumnya dapat diperoleh hubungan :

V
V
V
V

R R1 R2 R3

diperoleh:

2.

Untuk dua penghambat paralel berlaku

R1 R2
R1 R2

hubungan :

V
. Dari persamaan sebelumnya
R

1
1
1
1

, atau secara umum dapat


R R1 R2 R3

atau

1
1
1
1
1

...
R R1 R2 R3
Rn

dinyatakan

Kapasitor

Seri

VA
V1

V2

Q2

Q1

secara seri. Akibat tegangan V yang diberikan pada ujung-

Q3

ujung rangkaian kapasitor maka terjadi aliran muatan listrik

C3

C2

C1

Gambar 3 memperlihatkan 3 kapasitor yang dihubungkan

V3

B2

d sesuai dengan arah V pada gambar. Dapat dipahami


bahwa:

Q AB Q1 Q2 Q3

Gambar 3

.........

(i)

V V AB V1 V2 V3

Sedangkan
(ii)
Berdasar rumus

Q
V

atau V

Q
C

maka persamaan (i)_dapat dilanjutkan

menjadi :

Q AB Q1 Q2 Q3

C AB C1 C 2 C 3
a

c
A

C13

Q3
Q2
Q1

C AB
C2

C1

1
1
1

C1 C 2 C 3

1
1
1
1

Q
C AB
C1 C 2 C 3

(iii)

f
Paralel

V
AB

Gambar 4

14

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
Gambar 4 memperlihatkan kapasitor yang dihubungkan
secara parallel. Dari gambar terlihat bahwa : Vab Vcd Vef

V1 V2 V3 V P

Atau

Sedangkan

muatan

total

Q AB Q1 Q2 Q3

gabungannya :
C1V p C 2V p C 3V p C1 C 2 C 3 Vp
Dengan demikian kapasitas gabungannya : C p

Qp
Vp

C1 C 2 C3

Secara umum pada rangkaian parallel ini berlaku hubungan :

Q AB Q1 Q2 Q3

V1 V2 V3 V P

C p C1 C 2 C3

C. Alat dan bahan : Lampu 2.5 volt, socket lampu, Papan matrik, Kapasitor, Kabel, Power
supply DC/AC
Susunan Peralatan Dan Pelaksanaan Percobaan
Percobaan I :
c
a

L1

L2

e
g

L3

L1
L2

1. Susun rangkaian lampu sesuai dengan gambar.


b

3. Ukur tegangan dan arus di titik yang ditentukan.

L3

2. Amati intensitas cahaya setiap lampu.


4. Lengkapi tabel hasil percobaan

Tabel hasil Percobaan


Rangkaian Seri
Pengukuran

ab

bc

Titik Pengukuran
Cd
a
b

ad

Hambatan
()
Arus
(Ampere)
Tegangan
(Volt)
Rangkaian Paralel
a

Pengukuran

Titik Pengukuran
ef
gh
a
c

cd

Hambatan
()
Arus
(Ampere)
Tegangan
(Volt)
Percobaan II : Kapasitor
1. Atur komponen-komponen sesuai dengan gambar berikt pada papan matrik.
a
C1

C2

C3

C3

e
g

d
f

C2
C1

15

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II

2. Ukur arus dan tegangan masing-masing gambar. Lengkapi tabel.


3. Kenapa bisa terjadi demikian ?( jelaskan melalui sifat-sifat konduktor)
Rangkaian Seri
Pengukuran

ab

bc

Titik Pengukuran
cd
a
b

ad

Hambatan
()
Arus
(Ampere)
Tegangan
(Volt)
Rangkaian Paralel
Pengukuran

cd

Titik Pengukuran
ef
gh
a
c

Hambatan
()
Arus
(Ampere)
Tegangan
(Volt)
Hasil dan Evaluasi
1. Dari masing-masing rangkaian (lampu : seri dan paralel, kapasitor : seri dan paralel)
hitung hambatan pengganti, arus serta tegangan,

bandingkan dengan hasil

percobaan. Analisa!!
2. Dari percobaan pada rangkaian kapasitor hitung muatan masing-masing kapasitor
tiap gambar. Apa yang terjadi pada rangkaian kapasitor yang diberi tegangan searah
dibandingkan dengan yang diberi tegangan bolak balik? Jelaskan

16

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II

17

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
GELOMBANG ULTRASONIK
A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan nilai cepat rambat gelombang bunyi di udara
2. Mengamati efek pemantulan gelombang bunyi oleh benda padat
3. Mengamati efek pemantulan gelombang bunyi oleh lapisan udara panas
B. Dasar Teori
Penggunaan gelombang ultrasonik dalam eksperimen yang melibatkan gelombang
akustik dapat menghindarkan praktikan dari gangguan pendengaran. Gelombang ultrasonik
merupakan gelombang bunyi yang melampaui batas pendengaran manusia dengan
frekuensi di atas 20 KHz.
Gelombang ultrasonik dapat dihasilkan dengan bantuan Flexural Resonator yang
bekerja berdasarkan prinsip efek piezoelektrik yang ditemukan oleh Curie bersaudara pada
tahun 1881. Piezoelektrik adalah karakteristik medium dielketrik yang menyebabkan
peralihan antara besaran mekanis dengan besaran listrik. Jika tegangan AC dikenakan pada
medium piezoelektrik, di dalamnya akan teriduksikan getaran mekanis (kebalikan dari efek
piezoelektrik). Flexural Resonator bekerja akibat adanya resonansi medium piezoleketrik.
Sistem ini dihubungkan ke bidang plat logam yang di atasnya ditempatkan suatu corong.
Corong ini berfungsi mengarahkan pancaran gelombang ultrasonik seperti terlihat pada
Gambar 1.
Housing
Horn

Metal Plate

Piezo Ceramic
Mounting
Electrical Contact
Gambar 1. Flexural Resonator
Gelombang ultrasonik dapat menghasilkan osilasi mekanis di Flexural Resonator
dimana receiver (penerima) menimbulkan tegangan piezoelektrik gelombang bunyi; dengan
kata lain reciever dan transmitter (pengirim) merupakan sistem yang dapat saling
dipertukarkan. Dua buah sensor dengan frekuensi resonansi berbeda dapat berfungsi
sebagai tranduser ultrasonik. Kedua sensor ini mengirimkan getaran amplitudo yang cukup
besar, masing-masing pada frekuensi 23 KHz dan 40 KHz. Adanya karakteristik resonansi
membuat eksperimen menggunakan tranduser ultrasonik tidak dipengaruhi suara latar dan
arus listrik yang dipakai transmitter ultrasonik sangat baik.
Gelombang bunyi dapat dipantulkan oleh berbagai jenis benda. Jika suatu gelombang
bidang dari gelombang bunyi dipantulkan pada suatu permukaan maka sudut datang sama
dengan sudut pantul. Hasil pemantulan gelombang bunyi berupa sinyal listrik dapat diamati

18

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
pada layar osiloskop. Jika eksperimen dilaksanakan secara kuantitatif, transmitter dan
receiver ditempatkan di titik fokus cermin cekung kemudian susunan peralatan ditempatkan
di ujung kedua peralatan optik yang dihubungkan dengan penggantung. Pada susunan
ekseperimen seperti ini, plat pemantul ditempatkan sedemikian rupa sehingga berada tepat
ada pusat rotasinya. Salah

satu

penerapan

teknis

dari

alat

echosounder

yang

memanfaatkan gelombang ultrasonik adalah untuk mengukur kedalaman samudera. Prinsip


echosounding dapat dipakai untuk mengukur kecepatan bunyi di udara.
C. Alat dan Bahan
1 buah Osiloskop

1 buah generator fungsi

1 buah transmitter

1 buah receiver 23 KHz

1 buah receiver 40 KHz

1 buah alat ukur panjang

1 buah reflective plate


D. Cara Kerja
Pengukuran panjang gelombang
1. Rangkai peralatan seperti terlihat pada Gambar 2.
Transmitter

Receiver

Oscilloscope

Generator Fungsi

Gambar 2. Pemancaran dan Penerimaan Gelombang Ultrasonik


2. Tempatkan transmitter pada jarak sekitar 50 cm dari receiver
3. Atur frekuensi menggunakan tombol pengatur frekuensi pada generator fungsi

untuk

mendapatkan frekuensi resonansi sehingga osiloskop menampilkan amplitudo maksimum


4. Geser reciever sepanjang lintasan yang dapat diukur (misalkan 10 interval titik simpul)
5. Tentukan besar periode,T, dan hitung panjang gelombang gelombang yang nampak di
layar

osiloskop

untuk

menentukan

cepat

rambat

gelombang

bunyi

di

udara

menggunakan rumus: C = f.
Masukkan nilai-nilai yang didapatkan ke dalam Tabel 1 dan Tabel 2
Tabel 1 Penentuan Nilai Frekuensi untuk Frekuensi Reciever 23 KHz
N
o
1
2
3

T/DIV

T (s)

f (KHz)

19

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II

Tabel 2 Penentuan Nilai Frekuensi untuk Frekuensi Reciever 40KHz


N

T/DIV

o
1
2
3

T (s)

f (KHz)

Pengamatan pemantulan oleh benda padat


1. Atur peralatan seperti terlihat pada Gambar 3.
Receiver

Oscilloscope

Reflected
plate

Transmitter

Generator
Fungsi

Gambar 3 Pemantulan oleh Benda Padat

Transmitter dan reciever ditempatkan bersebelahan pada jarak sekitar 10 cm sehingga


reciever tidak mendeteksi medan ultrasonik transmitter secara langsung
2. Letakkan benda pemantul tepat di muka kedua tranduser suara.
3. Amati sinyal listrik dari gelombang listrik yang terpantul di layar osiloskop
Pengamatan pemantulan oleh lapisan udara panas
1. Rangkai peralatan seperti terlihat pada Gambar 4
2. Transmitter dan receiver berada bersebelahan dan ditempatkan di ujung meja praktikum
3. Nyalakan tabung bakar dan atur agar nyala api berada tepat di depan kedua tranduser
4. Setelah sinyal pantul tampak pada osiloskop padamkan api untuk mendapatkan efek
yang lebih nyata dan amati bentuk sinyal yang terlihat pada layar osiloskop
E. Hasil dan Evaluasi
1.

Tentukan nilai cepat rambat gelombang berdasarkan data yang ada. Masukkan
hasilnya ke Tabel 3 Tabel 4.

Tabel 3 Penentuan Nilai Cepat Rambat Gelombang Bunyi untuk Frekuensi Reciever 23 KHz
N
o

10 (m)

(m)

C (m/s)

1
2
3
Tabel 4 Penentuan Nilai Cepat Rambat Gelombang Bunyi untuk Frekuensi Reciever 40 KHz

20

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
N
o

10 (m)

(m)

C (m/s)

1
2
3
Bandingkan nilai cepat rambat gelombang bunyi di udara yang didapatkan dari hasil
praktikum dengan nilai standar cepat rambat gelombang bunyi di udara ! Bahas jika
terdapat perbedaan. Mengapa demikian?
2.
Jelaskan hasil pengamatan gelombang sinyal yang tampak pada layar osiloskop
akibat pemantulan benda padat! Mengapa demikian?
3.
Jelaskan hasil pengamatan gelombang sinyal yang tampak pada layar osiloskop
akibat pemantulan oleh lapisan udara panas! Mengapa demikian? Bandingkan dengan
peristiwa fisis yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

21

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
MOTOR DAN GENERATOR
1. Motor DC
1.1.1. Motor DC Penguatan Terpisah Medan Tetap
Menurut Hukum Lorentz, bahwa kumparan yang dialiri arus listrik diletakkan dalam
suatu

medan

magnet

akan

menimbulkan

gaya

pada

kumparan.

Prinsip

ini

diimplementasikan dalam wujud motor-motor listrik, yang pada kesempatan ini dicoba
motor listrik DC (Direct Current).
Pada motor DC penguatan terpisah medan tetap, medan magnet dibangkitkan dari
pasangan magnet permanen Utara dan Selatan. Fluks magnet dialirkan melalui sepatusepatu kutub dari motor DC, garis-garis gaya magnet mengalir dari atas (Utara) ke
bawah (Selatan).
Kecepatan dan torsi (tenaga) motor DC tipe ini hanay bergantung dari pengaturan arus
yang mengalir pada root / jangkar. Semakin besar arus yang melalui kumparan rotor /
jangkar maka kecepatannya bertambah besar dan sebaliknya.
Magnet permanen
Sepatu Kutub
Sikat
Sumber Tegangan DC

Sepatu Kutub
Magnet permanen

+Knock down Kit

Prosedur :
1.

Rakitlah rangkaian sesuai gambar,

2.

Kutub utara magnet permanen berwarna merah dan doletakkan manghadap


pengamat dan kutub selatan bertanda kuning menghadap pengamat

3.

Atur tegangan pada kumparan rotor/ jangkar pada strip 3, amati dan catat
perkiraan kecepatannya sebagai n1.

4.

Naikkan tegangan pada kumparan rotor/ jangkar dari strip 3 ke strip 4 dan strip 5,
amati dan catat perkiraan kecepatannya sebagai n2.

5.

Kembalikan tegangan pada kumparan rotor/ jangkar pada strip 3, kemudian


turunkan tegangan rotor/ jangkar dari strip 3 ke strip 2 dan strip 1, amati dan catat
perkiraan kecepatannya sebagai n3.

Pertanyaan :
Dari perkiraan pengamatan anda, jawab pertanyaan berikut L
1.

Bagaimana hubungan antara n1 dan n2 ?

2.

Bagaimana hubungan antara n1 dan n3 ?

3.

Berikan kesimpulan dalam mengatur kecepatan motor DC tipe ini.

22

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
1.1.2. Motor DC Penguatan Terpisah Medan Berubah
Pada motor DC Penguatan terpisah medan berubah. Medan magnit dibangkitkan dari
pasangan magnet temporer, yaitu kumparan-kumparan yang membangkitkan magnet
utara dan selatan. Fluks magnet yang berubah dibangkitkan dari sumber tegangan DC
yang dapatdiatur/ diubah besarnya. Fluks magnet dialirkan melalui sepatu-sepatu
kutub dari motor DC, garis-garis gaya magnet mengalir dari atas (Utara) ke bawah
(Selatan). Kecepatan dan torsi (tenaga) motor DC tipe ini bergantung dari besarnya
arus rotor / jangkar dan besarnya arus medan.
Magnet Temporer
Sepatu Kutub
Sikat
Rotor / jangkar

+-

+Prosedur:

Knock
Down Kit

Sumber Tegangan
DC

1.

Rakitlah rangkaian seperti gambar.

2.

Pasangan magnet Utara dan Selatan dibentuk dengan cara sebagai berikut :
terminal + dari sumber tegangan dihubungkan dengan terminal berwarna merah
kumparan atas, terminal berwarna kuning dihubungkan denan terminal berwarna
merah dari kumparan bawah. Terminal berwarna kuning dari kumparan bawah
dihubungkan dengan terminal (-) dari sumber tegangan DC.

3.

Aturlah tegangan pada sumber tegangan rotor/ jangkar pada strip 3 dan sumber
tegangan medan pada strip 3, amati dan catat perkiraan kecepatannya sebagai n1.

4.

Naikkan tegangan pada kumparan rotor/ jangkar dari strip 3 ke strip 4 dan strip 5,
amati dan catat perkiraan kecepatannya sebagai n 2. (tegangan medan tetap pada
strip 3).

5.

Kembalikan tegangan rotor/ jangkar pada strip 3, kemudian naikkan tegangan


medan

dari strip 3 ke strip 4 kemudian ke strip 5, amati dan catat perkiraan

kecepatannya sebagai n3. (tegangan rotor / jangkar tetap pada strip 3 ).


6.

Kembalikan tegangan rotor/ jangkar pada strip 3, kemudian turunkan tegangan


rotor/jangkar dari strip 3 ke strip 2 kemudian ke strip 1, amati dan catat perkiraan
kecepatannya sebagai n4. (tegangan medan tetap pada strip 3 ).

7.

Kembalikan tegangan rotor/ jangkar pada strip 3, kemudian turunkan tegangan


medan dari strip 3 ke strip 2 kemudian ke strip 1, amati dan catat perkiraan
kecepatannya sebagai n4. (tegangan rotor/ jangkar tetap pada strip 3 ).

23

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
Pertanyaan :
Dari perkiraan pengamatan anda, jawab pertanyaan berikut L
1.

Bagaimana hubungan antara n1 dan n2 ?

2.

Bagaimana hubungan antara n1 dan n3 ?

3.

Bagaimana hubungan antara n1 dan n4 ?

4.

Bagaimana hubungan antara n1 dan n5 ?

5.

Berikan kesimpulan dalam mengatur kecepatan motor DC tipe ini.

1.1.3. Motor DC penguatan sendiri Shunt


Pada motor DC penguatan sendiri, aruis listrik yang mengalir pada kumparan medan
dan kumparan jangkar dibangkitkan dari sumber

tegangan yang sama. Prinsipnya

adalah menghubungkan secara paralel (shunt) antara kumparan medan dengan


kumparan rotor/ jangkar. Susunan magnet temporer sama seperti pada motor DC
penguatan terpisah medan berubah. Kecepatan dan torsi (tenaga) motor DC tipe ini
bergantung dari besarnya arus rotor / jangkar.
1. Rakitlah rangkaian sesuai gambar,
2. Atur tegangan pada kumparan rotor/ jangkar pada strip 3, amati dan catat
perkiraan kecepatannya sebagai n1.
3. Naikkan tegangan pada kumparan rotor/ jangkar dari strip 3 ke strip 4 dan strip 5,
amati dan catat perkiraan kecepatannya sebagai n2.
4. Kembalikan tegangan pada kumparan rotor/ jangkar pada strip 3, kemudian
turunkan tegangan rotor/ jangkar dari strip 3 ke strip 2 dan strip 1, amati dan catat
perkiraan kecepatannya sebagai n3.
Pertanyaan :
Dari perkiraan pengamatan anda, jawab pertanyaan berikut L
1.

Bagaimana hubungan antara n1 dan n2 ?

2.

Bagaimana hubungan antara n1 dan n3 ?

3.

Berikan kesimpulan dalam mengatur kecepatan motor DC tipe ini.

2. Generator DC
1.2.1 Generator DC Medan Eksitasi Berubah dengan penggerak Utama Motor DC
Shunt
Pada generator DC medan eksitasi berubah, fluks magnet (medan eksitasi generator)
diabngkitkan dari sumber tegnagan DC yang besarnya dapat diubah-ubah. Dengan
mengatur besarnya medan eksitasi maka akan didapatkan perubahan GGL induksi
pada kumparan rotr/ jangkar, dimana GGL Induksi juga bergantung dari kecepatan
perubahan pemotongan garis gaya magnet dan banyaknya lilitan kumparan. Penggerak
utama generator ini adalah sebuah motor DC shunt. Porors motor dan generator
dihubungkan melalui sebuah sabuk transmisi mekanik (belt).

24

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II

+Sumber
Tegangan
DC

+MOTOR

GENERATOR

Prosedur :
1.

Rakitlah rangkaian sesuai gambar

2.

Medan

eksitasi

dibangkitkan

dengan

cara

menghubungkan pasangan magnet temporer Utara dan Selatan sebagai : terminal


(+) dari sumber tegangan dihubungkan dengan terminal berwarna merah kumparan
atas, terminal berwarna kuning dihubungkan dengan terminal berwarna merah dari
kumparan bawah. Terminal berwarna kuning dari kumparan bawah dihubingkan
dengan terminal ( - ) dari sumber tegangan DC.

25

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
Pengujian Tanpa beban.
Atur tegangan motor DC shunt pada strip 3,

3.

tegangan eksitasi pada strip 2, amati dan catat penunjukan voltmeter sebagai E1.
Atur tegangan motor DC shunt pada strip 5,

4.

tegangan eksitasi pada strip 2, amati dan catat penunjukan voltmeter sebagai E2.
Atur tegangan motor DC shunt pada strip 2,

5.

tegangan eksitasi pada strip 2, amati dan catat penunjukan voltmeter sebagai E3.
Atur tegangan motor DC shunt pada strip 5,

6.

tegangan eksitasi pada strip 4, amati dan catat penunjukan voltmeter sebagai E4.
Atur tegangan motor DC shunt pada strip 3,

7.

tegangan eksitasi pada strip 1, amati dan catat penunjukan voltmeter sebagai E5.
Pengujian berbeban
Atur tegangan motor DC shunt pada strip 4,

8.

tegangan eksitasi pada strip 3, amati dan catat penunjukan voltmeter sebagai E 6.
Kemudian hubungkan satu lampu sebagai beban generator, amati dan catat
penujukan Voltmeter sebagai E7.
Dalam keadaan berbeban satu lampu, aturlah

9.

tegangan pada motor DC shunt sehingga didapatkan kembali E 6 pada penujukan


Voltneter. Berapa besarnya tegangan pada motor DC Shunt ( Vcont. sh 1)?
Masih alam keadaan berbeban satu lampu,

10.

kembalikan tegangan motor DC shunt pada strip 4, aturlah tegangan pada motor DC
shunt sehingga didapatkan kembali E6 pada penujukan Voltneter. Berapa besarnya
tegangan pada motor DC Shunt ( Vcont.. ek 1)?
Sekarang kembalikan tegang motor DC Shunt

11.

pada strip 4, tegangan pada strip 3 penunjukan Voltmeter sebagai E 6, kemudian


hubungkan dua lampu sebagai beban generator. Amati dan catat penunjukan
Voltmeter sebagai E8.
Atur tegangan pada motor DC shunt dan pada

12.

tegangan

eksitasi

secara

bersamaan

sehingga

didapatkan

kembali

E6

penunjukan Voltmeter. Berapakah besarnya tegangan pada motor DC shunt ( V


dan pada medan eksitasi (V

cont.eks2

pada
cont. sh2

), amati dan catat penunjukan voltmeter sebagai

E6. Kemudian hubungkan satu lampu sebagai beban generator, amati dan catat
penujukan Voltmeter sebagai E7.
13.

Jika anda berhasil melakukannya, sejauh ini


anda senag melakukan porinsip-prinsip pengaturan Loop tertutup non otomatis.

26

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
Pertanyaan :
Dari pengamatan anda pada Voltmeter :
Bagaimana hubungan antara E1 terhadap

1.

E2 ?
Bagaimana hubungan antara E1 terhadap

2.

E3 ?
Bagaimana hubungan antara E1 terhadap

3.

E4 ?
Bagaimana hubungan antara E1 terhadap

4.

E5 ?
5.

Berapa besar E6 ?

6.

Berapa besar E7 ?

7.

Berapa besar E8 ?

8.

Berapa besar E

cont. sh1

9.

Berapa besar E

cont. eks1

10.

Berapa besar E

cont. sh1

11.

Berapa besar E

cont. eks2

12.

Berikan kesimpulan dalam membangkitkan

?
?
?
?

tegangan pada generator DC tipe ini.

27

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II
MENENTUKAN PANJANG GELOMBANG SPEKTRUM CAHAYA
A. Tujuan Percobaan
Mencari panjang gelombang cahaya polychromatic yang terurai, yaitu sinar merah,
kuning, hijau dan biru.
B. Teori
Berkas cahaya polychromatic adalah berkas cahaya yang mempunyai banyak panjang
gelombang. Panjang gelombang cahaya itu terlihat jika suatu berkas cahaya
polychromatic diuraikan (difraksi) akan terlihat pemisahan warna, yaitu dari warna merah
hingga ungu, yang mana perubahan warna itu terjadi secara kontinu. Perubahan itu
adalah merupakan gejala yang menunjukkan bahwa berkas sinar tersebut mempunyai
banyak panjang gelombang, berbeda halnya dengan cahaya monochromatic, hanya
mempunyai satu panjang gelombang (satu warna). Panjang gelombang cahaya dapat
ditentukan dengan bantuan difraksi celah banyak melalui kisi (grating). Terang utama
pada difraksi kisi muncul pada sudut:

sin k k .

k 0,1, 2, .........(1)
g
Dengan g adalah jarak antara dua celah pada kisi yang disebut tetapan kisi. Bila k = 1
maka :
g. sin k
(2)
Sudut ditentukan dengan menentukan jarak dari kisi ke layar (a) dan jarak antara pusat
terang untuk k = 1 dengan k = 0 (di tengah layar) atau (e) lihat gambar 1

arc tan

e
a

(3)

e
g

k
a
Gambar 1

C. Peralatan
1
6
1
1
1

lampu pijar
klem
lensa f = 100 mm
buah kisi (600 grs/cm)
klem meja

1
1
1
1

batang penunjang optic


lensa f = 50 mm
layar
celah yang dapat diatur

D. Susunan Peralatan
Susunlah peralatan seperti gambar 2. Angka-angka pada gambar menunjukkan posisi
peralatan yang bersangkutan harus dipasang pada batang penyangga.

28

Praktikum Fisika Dasar


Praktikum Fisika Dasar
II
II

E. Pelaksanaan percobaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Gambar 2

Pasang peralatan seperti pada gambar 2


Nyalakan lampu, buka celah selebar mungkin agar cahaya masuk lebih
banyak. Gunakan kisi Rowland dengan ukuran 600 garis/cm
Pada layar akan terlihat warna-warna, atur jarak kisi dan layar (a) seperti
petunjuk tabel percobaan.
Atur lensa fokus (digeser-geser) agar warna pada layar terfokus dengan baik.
Tempelkan kertas putih (HVS) pada layar, tandai posisi-posisi garis warna yang
tajam pada kertas, kemudian lepaskan kertasnya.
Ukur jarak setiap antara dua garis warna yang sama, kemudian bagi 2, harga
ini untuk memperoleh harga (e) untuk warna tersebut.
Lakukan langkah (6) untuk jarak antara kisi dan layar (a) yang berbeda (ikuti
tabel percobaan).

F. Hasil & diskusi


Dari hasil percobaan, hitung panjang gelombang masing-masing
warna (merah, hijau, biru dan kuning) dengan membuat (float) grafik (e) Vs (a), yang
mana gradient dari grafik tersebut adalah merupakan sudut difraksi ().

Bahas dan diskusikan hasil percobaan, bandingkan dengan harga


teoritis

29

Anda mungkin juga menyukai