Anda di halaman 1dari 23

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.

58
76
CASE-BASED DISCUSSIONS
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama pasien

: An. B

Umur

: 4 bulan

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Alamat

: Jl. Singa Tengah III/56 Pedurungan, Semarang

Nama ayah

: Tn. MD

Umur

: 27 tahun

Pekerjaan

: Swasta

Pendidikan

: SMA

Nama ibu

: Ny. T

Umur

: 22 tahun

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Pendidikan

: SMA

No CM

: 270738

Ruang

: ICU

Masuk RS

: 30 April 2014

II. DATA DASAR


1. Anamnesis
Alloanamnesis dengan ibu pasien dilakukan pada tanggal 2 Mei 2014 pukul 13:00
WIB di ICU RSUD Kota Semarang dan didukung dengan catatan medis.
Keluhan utama

: Sesak nafas

Keluhan tambahan

: Demam tinggi, Batuk pilek

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
1

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Kota Semarang dengan keluhan sesak, nafas cepat
dan demam tinggi.
Sebelum Masuk Rumah Sakit :
Sejak 2 hari yang lalu, pasien mengalami demam terus-menerus sepanjang hari,
hanya turun setelah diberi obat penurun panas. Pasien juga mengalami batuk
berdahak dan tampak sesak. Batuk dan pilek terlebih dahulu muncul sejak 1
minggu sebelum masuk RS. Riwayat BAB dan BAK normal. Riwayat asma,
alergi, tersedak, batuk berdarah, keringat dingin malam hari dan kejang saat
demam disangkal. Riwayat tuberkulosis ibu selama kehamilan disangkal.
Riwayat tersedak ASI atau tersedak gumoh disangkal. Pasien dibawa berobat ke
dokter keluarga dan diberikan obat penurun panas dan obat batuk, namun
keluhan belum berkurang.
1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami demam tinggi dan tampak
semakin sesak dan nafasnya menjadi sangat cepat. Pasien akhirnya dibawa ke
IGD RSUD Kota Semarang.
Setelah Masuk Rumah Sakit :
Pada saat di IGD RSUD Kota Semarang, pasien terlihat sesak dan batuk
berdahak sehingga anak makin sesak. Saat itu pasien tampak rewel dan masih
aktif. Suhu masih demam tinggi, nafas sangat cepat, tidak didapatkan akral
dingin dan sianosis. Pasien diberikan obat penurun panas lewat dubur dan
dipasang selang oksigen di hidung. 30 menit kemudian, dilakukan observasi
ulang, nafas pasien makin cepat dan suhu tidak menurun sehingga di beri
injeksi farmadol. 15 menit kemudian suhu menurun dan anak tidur. 1 jam
kemudian suhu naik kembali dan retraksi makin dalam. Anak tampak tidur,
sulit dibangunkan, ketika bangun menangis lemah. Karena keluhan tidak juga
membaik, pasien kemudian dibawa ke ICU RSUD Kota Semarang untuk
dilakukan observasi.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
2

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
HR: 134x/m

RR: 64x/m

T: 38,3C

SpO2 : 70-80%

N: i/t cukup

Pada hari ketiga perawatan, pasien sudah membaik dan keluhan sesak
berkurang. Batuk berdahak masih dikeluhan. O2 nasal 2l/m masih dipasang.
Keluhan demam juga sudah tidak ada. Pasien mulai menjalani fisioterapi dan
nebulisasi.
HR: 124x/m

RR: 40x/m

T: 37,2C

SpO2 : 98-100%

N: i/t cukup

Pada hari keenam perawatan, pasien sudah tidak demam dan sesak berkurang.
Pasien akhirnya dipindah dari ICU ke Ruang Parikesit RSUD Kota Semarang.
Terapi fisioterapi dan nebulisasi diteruskan.
HR: 110x/m

RR: 35x/m

T: 36,2C

N: i/t cukup

BB : 5,3 kg

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
Pasien pernah menjalani operasi kolostomi pada H+1 kelahiran dikarenakan
atresia ani
Penyakit
Diare
ISPA
Otitis
TBC
Ginjal
Campak
Jantung
Darah

Pernah / Tidak
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal

Penyakit
Varicella
Kejang
Typhoid
Cacingan
Alergi
DBD
Kecelakaan
Operasi

Pernah / Tidak
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Diakui

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa.

Riwayat Pemeliharaan Prenatal :


Ibu biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan 2x setiap bulan
sampai usia kehamilan 8 bulan. Selama hamil ibu mengaku mendapat imunisasi
TT 2x di bidan. Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
3

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat hamil disangkal. Riwayat
minum obat tanpa resep dokter ataupun minum jamu disangkal. Obatobat yang
diminum selama kehamilan adalah vitamin dan tablet tambah darah.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik
Riwayat Persalinan dan Kehamilan :
Anak laki-laki lahir dari ibu usia 22 tahun G1P0A0 hamil 39 minggu, lahir secara
spontan dan persalinan ditolong oleh bidan, anak lahir langsung menangis, berat
badan lahir 3200 gram. Panjang badan lahir 45 cm, lingkar kepala saat lahir ibu
lupa, lingkar dada saat lahir ibu juga lupa.
Kesan : neonatus aterm, sesuai masa kehamilan, lahir spontan, vigorous baby.
Riwayat Pemeliharaan Postnatal :
Pemeliharaan postnatal dilakukan di Posyandu dengan anak dalam keadaan sehat.
Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3200 gram. Panjang badan lahir 45 cm. Berat badan saat ini 5,3
kg, panjang badan saat ini 58 cm, lingkar kepala saat ini 35 cm, lingkar dada 32
cm, lingkar lengan atas 12 cm.
Perkembangan :
Senyum

: 1 bulan

Miring

: 3 bulan

Tengkurap

: 4 bulan

Kesan: pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai umur.

Riwayat Makan dan Minum Anak :


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
4

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
ASI eksklusif sampai saat ini (usia 4 bulan).
Riwayat Imunisasi :
BCG

: 1x (usia 2 bulan), scar (+) di lengan kanan atas

Hep B

: 3x (diberikan saat pasien usia 0, 2, 4 bulan)

Polio

: 3x (diberikan saat pasien usia 0, 2, 4 bulan)

DPT

: 3x (diberikan saat pasien usia 0, 2, 4 bulan)

Campak

: belum pernah

Riwayat imunisasi tambahan: tidak pernah dilakukan


Kesan

: Imunisasi dasar sesuai dengan jadwal KMS. Imunisasi


ulangan belum diberikan.

Riwayat Keluarga Berencana :


Ibu tidak mengikuti program KB.
Riwayat Sosial Ekonomi :
.

Ayah pasien bekerja sebagai pegawai swasta. Ibu pasien tidak bekerja.
Menanggung 1 orang anak. Biaya pengobatan ditanggung BPJS.
Kesan: sosial ekonomi kurang
Data Keluarga
Perkawinan
Umur
Agama
Pendidikan

Ayah
1
27 tahun
Islam
SMA

terakhir
Keadaan
Sehat
Data Perumahan :

Ibu
1
22 tahun
Islam
SMA
Sehat

Kepemilikan rumah

: rumah kontrakan

Keadaan rumah

: dinding rumah tembok, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi,

1 ruang tamu, 1 dapur. Limbah dibuang ke selokan sekitar. Sumber air minum
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
5

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
adalah air kemasan isi ulang, sumber air untuk mencuci dari air tanah.
Pencahayaan dan ventilasi rumah cukup.
Keadaan lingkungan : jarak antar rumah berdekatan kurang lebih 2 meter.
1. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 2 Mei 2014 pukul 13.30 WIB
Anak laki-laki usia 4 bulan, berat badan = 5,3 kg, panjang badan 58 cm, lingkar

kepala 35 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar lengan atas 12 cm.


Kesan umum : compos mentis, tampak sakit berat, tampak sesak, nafas cepat,
status gizi baik, nafas cuping hidung (+), retraksi suprasternal (+), epigastrium (+),
intercostalis (+), iga gambang (-), sianosis (-)
Tanda Vital
-

HR

: 154 x/ menit, regular, isi dan tekanan nadi cukup

RR

: 60 x/ menit

Suhu

: 38,3 C

SpO2

: 70-80%

Status Internus
Kepala

: normocephale, rambut hitam terdistribusi merata, tidak


mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan

Mata

: pupil bulat, isokor, diameter 3mm/ 3mm

Hidung

: bentuk hidung normal, simetris, nafas cuping hidung (+),


sekret (+/+)

Telinga

: bentuk telinga normal, serumen (-/-)

Mulut

: bibir kering (-), bibir sianosis (-)

Leher

: simetris, tidak ada pembesaran KGB

Tenggorok

: T1-T1 mukosa hiperemis (-), mukosa faring hiperemis (-),


kripte melebar (-), detritus (-)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
6

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
Thorax :
Jantung
o Inspeksi
o Palpasi

: ictus cordis tidak tampak


: pulsasi ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial dari
linea midklavikula sinistra
o Perkusi
: batas jantung sulit dinilai
o Auskultasi : BJ I - II (N), regular, murmur (-), gallop (-).
Paru paru
o Inspeksi

: Gerakan hemithorax dalam keadaan statis dan dinamis


simetris, retraksi suprasternal (+), epigastrium (+),

intercostalis (+), iga gambang (-)


o Palpasi
: Gerakan nafas simetris pada saat statis dan dinamis
o Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi +/+, wheezing -/-,
hantaran +/+
Abdomen
o
o
o
o

Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

: datar
: bising usus ( + ) normal
: timpani (+) pada empat kuadran abdomen
: supel, turgor kembali cepat, nyeri tekan sulit

dinilai
Alat kelamin : Laki-laki, dalam batas normal
Anorektal

: Dalam batas normal, hiperemis(-)

Ekstremitas

Akral Dingin
Akral Sianotik
Kulit

Superior
-/-/: Turgor kulit kembali cepat

Inferior
-/-/-

2. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan
DARAH RUTIN
Hemoglobin
Hematokrit

29/4/2014
11.3
34,90

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
7

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
Leukosit
KIMIA KLINIK
Natrium
Kalium
Kalsium

13.100
139
5,3
1,33

Foto Rontgen Thorax (20 April 2014)


Cor

: Letak, bentuk dan ukuran normal

Pulmo

: Corakan bronkovaskuler meningkat. Tampak bercak di perihiler dan

parakardial kanan. Diafragma dan sinus costophrenicus baik.


Kesan

: Cor = normal
Pulmo = gambaran pneumonia

Pemeriksaan Khusus
Data Antropometri :
Anak laki - laki, usia 4 bulan
Berat badan

: 5,3 kg

Panjang badan : 58 cm
Lingkar lengan atas : 14 cm
WHZ Score :
BB/U

= + 1,2 Gizi baik

PB/U

= + 0,3 Normal

BB/PB

= +1,4 baik

Pemeriksaan Skoring TB :
1. Kuman TB

:0

2. Uji tuberculin : 0
3. Status gizi

:0

4. Demam

:0

5. Batuk

:0

6. >> KGB

:0

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
8

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
7. Tulang

:0

8. Foto thoraks

:1

Score

:1

B. RESUME
Riwayat Penyakit Sekarang :
Telah diperiksa anak laki-laki usia 4 bulan, berat badan 5,3 kg, tinggi badan 58
cm dengan keluhan utama sesak nafas. Sejak 2 hari yang lalu, pasien mengalami
demam terus-menerus sepanjang hari, hanya turun setelah diberi obat penurun
panas. Pasien juga mengalami batuk berdahak sejak 1 minggu yang lalu, namun
anak sulit mengeluarkan dahak dan tampak sesak. Ibu pasien mengaku rumah
dekat pabrik sehingga asap sering masuk ke rumah. Riwayat BAB dan BAK
normal. Riwayat asma, alergi, tersedak, batuk berdarah, keringat dingin malam
hari dan kejang saat demam disangkal. Riwayat tuberkulosis ibu selama
kehamilan disangkal. Pasien dibawa berobat ke dokter keluarga dan diberikan
obat penurun panas dan obat batuk, namun keluhan belum berkurang.
1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami demam tinggi dan tampak
semakin sesak dan nafasnya menjadi sangat cepat. Pasien akhirnya dibawa ke
IGD RSUD Kota Semarang.
Setelah Masuk Rumah Sakit :
Pada saat di IGD RSUD Kota Semarang, pasien terlihat sesak dan batuk
namun dahak tidak keluar sehingga anak makin sesak. Saat itu pasien tampak
rewel dan masih aktif. Suhu masih demam tinggi, nafas sangat cepat, tidak
didapatkan akral dingin dan sianosis. Pasien diberikan obat penurun panas
lewat dubur dan dipasang selang oksigen di hidung. 30 menit kemudian,
dilakukan observasi ulang, nafas pasien makin cepat dan suhu tidak menurun
sehingga di beri injeksi farmadol. 15 menit kemudian suhu menurun dan anak
tidur. 1 jam kemudian suhu naik kembali dan retraksi makin dalam. Anak
tampak tidur, sulit dibangunkan, ketika bangun menangis lemah. Karena
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
9

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
keluhan tidak juga membaik, pasien kemudian dibawa ke ICU RSUD Kota
Semarang untuk dilakukan observasi.
HR: 134x/m RR: 64x/m
T: 38,3C

SpO2 : 70-80%

N: i/t cukup

Pada hari ketiga perawatan, pasien sudah membaik dan keluhan sesak
berkurang. Batuk berdahak masih dikeluhan. O2 nasal 2l/m masih dipasang.
Keluhan demam juga sudah tidak ada. Pasien mulai menjalani fisioterapi dan
nebulisasi.
HR: 124x/m

RR: 40x/m

T: 37,2C

SpO2 : 98-100%

N: i/t cukup

Pada hari keenam perawatan, pasien sudah tidak demam dan sesak berkurang.
Pasien akhirnya dipindah dari ICU ke Ruang Parikesit RSUD Kota Semarang.
Terapi fisioterapi dan nebulisasi diteruskan.
HR: 110x/m

RR: 35x/m

T: 36,2C

N: i/t cukup

BB : 5,3 kg

Dari pemeriksaan fisik didapatkan demam (+), nafas cuping hidung (+), sekret
hidung (+/+) retraksi epigastrium (+) dan rhonki basah halus (+/+). Dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya anemia, leukositosis. Dari
pemeriksaan rontgen paru didapatkan adanya gambaran bronkopneumonia.
C. DIAGNOSIS BANDING
Batuk dan sesak :
- Intrapulmoner

Bronkopneumonia

Tuberkulosis paru

Asma

Bronkiolitis

- Ekstrapulmoner

Penyakit jantung bawaan

Hiperpireksia

Anemia

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
10

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
D. DIAGNOSIS SEMENTARA
- Bronkopneumonia
- Gizi baik
E. TERAPI ( MEDIKAMENTOSA dan DIETETIK )
- O2 nasal kanul 2 liter per menit
- Infus D5% NS 10 cc/jam
- Inj. Ceftriaxon 2 x 135 mg iv
- Inj. Dexamethasone 2 x 1 mg iv
- Inj. Gentamisin 2 x 20 mg iv
PO:

Ambroxol 2 mg

Salbutamol 2,5 mg

metilprednisolon 2 mg

m.f. pulv 3dd1


Nebulisasi 3x/hari (Ventolin resp, Pulmicort resp, NaCl 0,9% 2cc)
Diet

: ASI ad libs
BBI = 6 kg

Program :
1. Evaluasi keadaan umum, tanda vital, tanda distress pernapasan, sianosis dan
desaturasi.
2. Lanjutkan fisioterapi
F. KOMPLIKASI
Intrapulmoner :
- Ateletaksis
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
11

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
- Emfisema
Ekstrapulmoner :
- Sepsis
- Kejang demam
- Cor pulmonale subakut
G. PROGNOSA
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam


Quo ad sanationam : dubia ad bonam
H. USULAN
-

Pemeriksaan LED dan diff count

Pemeriksaan Kultur Sekret

Pemeriksaan BGA

Pemeriksaan KPSP

I. NASEHAT
-

Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai penyakit yang sedang dialami
oleh pasien dan kemungkinan berulangnya gejala serta prognosis penyakit.

Awasi keadaan umum anak, apabila ada tanda sesak, nafas menjadi cepat serta
ujung-ujung tangan dan kaki biru, segera bawa anak ke rumah sakit.

Sebisa mungkin memodifikasi lingkungan rumah sehingga anak tidak lagi


banyak terpapar asap.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
12

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76

TINJAUAN PUSTAKA

1.

DEFINISI

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus


atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution)
(Bennete, 2013). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab nonKepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
13

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat (Bradley et.al., 2011)

2.

EPIDEMIOLOGI

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia
menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun
(Bradley et.al., 2011)

3.

ETIOLOGI

Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah (Bradley et.al., 2011) :


1.

Faktor Infeksi
a.

Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).

b.

Pada bayi :
1) Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
2) Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
3) Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium
tuberculosa, Bordetella pertusis.

c.

Pada anak-anak :
1) Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV
2) Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
3) Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis

d.

Pada anak besar dewasa muda :


1) Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
2) Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M. tuberculosis

2.

Faktor Non Infeksi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
14

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi
a.

Bronkopneumonia hidrokarbon :

Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat
hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
b.

Bronkopneumonia lipoid :

Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal,


termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti
palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian
makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit
tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang
mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan
minyak ikan.
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat
seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak
merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

4.

KLASIFIKASI

Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan
bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan
terapi yang lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
1.

2.

Berdasarkan lokasi lesi di paru


a.

Pneumonia lobaris

b.

Pneumonia interstitialis

c.

Bronkopneumonia

Berdasarkan asal infeksi


a.

Pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired pneumonia = CAP)

b.

Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
15

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
3.

Berdasarkan mikroorganisme penyebab


a.

Pneumonia bakteri

b.

Pneumonia virus

c.

Pneumonia mikoplasma

d. Pneumonia jamur
4.

5.

5.

Berdasarkan karakteristik penyakit


a.

Pneumonia tipikal

b.

Pneumonia atipikal

Berdasarkan lama penyakit


a.

Pneumonia akut

b.

Pneumonia persisten

PATOGENESIS

Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru.
Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan
mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu
hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi
Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,
imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui
inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui
hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas
bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.
Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru
yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia bakteri dimulai
dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar,
penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
16

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan kapasitas vital.
Peningkatan aliran darah yamg melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya
pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan
terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja
jantung.
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan disintegrasi
progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan kasus, resolusi
konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara enzimatik untuk
selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk. Apabila infeksi bakteri menetap
dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema.
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan, namun kebanyakan
menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan perlekatan (Bennete, 2013).
Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu (Bradley et.al., 2011):
1.

Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung


pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediatormediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2.

Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat
dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan.
Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan
cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini
berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3.

Stadium III (3-8 hari berikutnya)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
17

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang
cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi
pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4.

Stadium IV (7-11 hari berikutnya)

Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula.

6.

MANIFESTASI KLINIK

Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi


saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39400C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar
hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat
batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
produktif (Bennete, 2013).
Dalam pemeriksaan fisik penderita pneumonia khususnya bronkopneumonia
ditemukan hal-hal sebagai berikut (Bennete, 2013):
1. Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal,
suprasternal, dan pernapasan cuping hidung.
Tanda objektif yang merefleksikan adanya distres pernapasan adalah retraksi dinding
dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping hidung; orthopnea; dan pergerakan
pernafasan yang berlawanan. Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-bagian yang mudah
terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal, dan fossae
supraklavikula dan suprasternal. Kebalikannya, ruang interkostal yang melenting dapat
terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin positif. Retraksi lebih mudah terlihat pada
bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak
yang lebih tua.
Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan pergerakan fossae
supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat dipercaya akan adanya
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
18

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbing, yang
dapat diamati dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegal lurus dengan
area suboksipital. Apabila tidak ada tanda distres pernapasan yang lain pada head bobbing,
adanya kerusakan sistem saraf pusat dapat dicurigai.
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress
pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal (contohnya pada
kondisi nyeri dada). Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan. Selain itu dapat juga menstabilkan
jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif faring selama inspirasi.
2.

Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.

Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus
selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps
paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
3.

Pada perkusi tidak terdapat kelainan

4.

Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.

Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang
dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun rendah
(tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah (tergantung dari
amplitudo osilasi) jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya).
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan
napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka.

7.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan


bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan
bercak ini sering terlihat pada lobus bawah (Bennete, 2013).

8.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit


dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
19

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri
leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung
jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED. Analisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik. Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif
sehingga tidak rutin dilakukan (Bennete, 2013).

9.

KRITERIA DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut (Bradley et.al., 2011):
1.

Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada

2.

Panas badan

3.

Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)

4.

Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus

5. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan,
dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)

10. KOMPLIKASI
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam rongga
thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran bakteremia dan
hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang jarang
dari penyebaran infeksi hematologi (Bradley et.al., 2011).

11. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2 macam,
yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012; Bradley et.al., 2011)
1.

Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada
analisis gas darah 60 torr.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
20

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
b.

Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.

c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.


2.

Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72
jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi,
atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi
klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka
resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :


1.

Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis

2.

Berat ringan penyakit

3.

Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis

4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari


Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus dipertimbangkan
berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik
awal (24-72 jam pertama) menurut kelompok usia.
1.

Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :


a.

ampicillin + aminoglikosid

b.

amoksisillin - asam klavulanat

c.

amoksisillin + aminoglikosid

d. sefalosporin generasi ke-3


2.

Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)


a.

beta laktam amoksisillin

b.

amoksisillin - asam klavulanat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
21

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
c.

golongan sefalosporin

d. kotrimoksazol
e.

makrolid (eritromisin)

3. Anak usia sekolah (> 5 thn)


a.

amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)

b.

tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)

Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error) maka harus
dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam sekali sampai hari ketiga.
Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata dalam 24-72
jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman penyebab yang diduga
(sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti empyema, abses paru yang
menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif).

DAFTAR PUSTAKA

Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article/967822overview. (9 Marert 2013)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
22

Dinar Kukuh Prasetyo 01.209.58


76
Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., Carter E.R., Harrison C., Kaplan S.L.,
Mace S.E., McCracken Jr G.H., Moore M.R., St Peter S.D., Stockwell J.A., and Swanson J.T.
2011. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older
than 3 Months of Age : Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases
Society and the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : Penerbit
IDAI

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
23

Anda mungkin juga menyukai