Isk SGD Print
Isk SGD Print
Disusun oleh :
Kelompok 1 (AJ-2)
1. Abdul Munif
131511123002
2. Mukhamad Nursalim
3. Ardilah Dwiagus Safitri
131511123010
131511123020
131511123034
131511123052
131511123054
131511123056
8. Hidayat Arifin
131511123072
9. Fitri Wahyuni
131511123076
DAFTAR ISI.....................................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................2
1.1 Latar Belang..................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI.............................................................................4
2.1 Anatomi Sistem Perkemihan.........................................................4
2.2 Infeksi Saluran Kemih...................................................................8
2.3 Infeksi Saluran Kemih Atas...........................................................9
2.4 Infeksi Saluran Kemih Bawah.......................................................17
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih Atas..........28
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih Bawah......35
BAB 3 TINJAUAN KASUS...........................................................................41
3.1 Pengkajian.....................................................................................41
3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................44
3.3 Analisa Data..................................................................................45
3.4 Intervensi Keperawatan.................................................................46
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................40
4.1 Kesimpulan....................................................................................50
4.2 Saran..............................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................51
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami konsep teori dan asuhan keperawatan
pada klien dengan infeksi saluran perkemihan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian dari infeksi saluran kemih.
b. Mengetahui klasifikasi dari infeksi saluran kemih
c. Mengetahui penyebab dari infeksi saluran kemih.
d. Mengetahui patofisiologi dari infeksi saluran kemih.
e. Mengetahui manifestasi klinik dari infeksi saluran kemih.
f. Mengetahui pemeriksaan diagnosa dari infeksi saluran kemih.
g. Mengetahui penatalaksanaan dari infeksi saluran kemih.
h. Mengetahui komplikasi dari infeksi saluran kemih.
i. Mengetahui asuhan keperawatan dari infeksi saluran kemih.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
2.1.1
1. Ginjal
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang
peritoneum, didepan dua iga terakhir, dan tiga otot besar, dan psoas
mayor. Ginjal dibungkus dan dipertahankan dalam posisi tersebut
oleh lapisan lemak yang tebal, di belakang peritonium, atau di luar
rongga peritonium. Kelenjar adrenal terletak diatas kutub masingmasing ginjal. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang,
mulai dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis
ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak hati
yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Panjang
ginjal pada orang dewasa sekitar 12-13 cm (4,7 hingga 5,1 inci),
Lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebal 2,5 cm (1 inci), dan berat sekitar 150
gram. Permukaan anterior dan posterior kutub atas dan bawah serta
tepi lateral ginjal berbentuk cembung seddangkan tepi medialnya
berbentuk cekung karena adanya hilus. (Sylvia, A price. 2006).
Setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dari jaringan fibrus
dan membentuk pembungkus yang halus. Di dalamnya terdapat
struktur ginjal berwarna ungu tua yang terdiri atas korteks di
sebelah luar dan medula di sebelah dalam. Bagian medula tersusun
atas 15-16 massa piramid yang disebut piramid ginjal. Puncaknya
mengarah ke hilum dan berakhir di kalises (kaliks). Kalises
menghubungkannya dengan pelvis ginjal.
2. Ureter
Ureter
merupakan
saluran
retroperitoneum
yang
Urine yang berasal dari darah dibawa oleh arteri renalis masuk
ke dalam ginjal. Langkah pertama proses pembentukan urine adalah
ultrafiltrasi darah/ plasma dalam kapiler glomerulus berupa air dan
kristaloid, selanjutnya di dalam tubuli ginjal disempurnakan dengan
proses reabsorpsi zat-zat yang esensial dari cairan filtrasi untuk
dikembalikan
ke
dalam
darah,
selanjutnya
proses
sekresi
dan
meningkatkan
aktivitasnya,
kemudian
Etiologi
pasie
diabetes
melitus
dimana
akan
menyebabkan
gejala
lokal
yang
berhubungan
dengan
10
replikasi.
Penempelan
atau
invasi
kemudian
11
mukosa.
Setelah
beberapa
jam,
leukosit
12
membesar
dan
terdapat
13
c. Menifestasi klinis
Menurut kowalak,et.al (2011), tanda dan gejala yang biasa
timbul pada pyelonephritis kronik adalah :
1) Demam yang tidak diketahui sebabnya atau mengompol
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
14
dan
15
investigasi
lanjutan
(ISK
kambuh,
gejala
Syok septic
Insufisiensi renal yang kronik
Pielonefrtisi kronik (pielonefritis akut) (kowalak,et al.2011)
Abses perinefrik
Pembentukan parut
Gagal ginjal
Batu ginjal
Srikut ureter
16
urine
dari
uretra
ke
dalam
kandung
kemih(refluks
17
bagaimana
proses
tersebut
dapat
dijelaskan.
Hal
ini
18
respon
yang
buruk
terhadap
terapi
steril),
kandiduria,
skistosomiasis,
Chlamydia
19
20
b. Virus
simplex virus,
Cytomegalovirus)
c. Factor penyebab lain
1) Injury
2) Sensitifitas terhadap bahan kimia (spermicides, jelly
kontraseptif, krim, dan sabun)
3) Obstruksi saluran kemih
3. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis menurut OConnell (2016 dan Augenbraun
(2014), antara lain:
a. Pada laki-laki
1) Terdapat darah pada urine atau semen
2) Nyeri seperti terbakar saat berkemih
3) Demam (jarang)
4) Perubahan frekuensi berkemih
5) Gatal, bengkak pada penis
6) Nyeri saat intercourse atau ejakulasi
7) Terdapat kemerahan
b. Pada wanita
1) Nyeri abdominal
2) Nyeri seperti terbakar saat berkemih
3) Demam dan menggigil
4) Perubahan frekuensi berkemih
5) Nyeri pelfik
6) Nyeri saat berhubungan seksual
7) Terdapat kemerahan
4. Patofisiologi
Secara umum bakteri yang menyebabkan urethritis menempel
pada mukosa dan dinding sel manusia yang dapat menyebakan
infeksi. Sebagai contoh gonococci menggunaan protein dan
lipooligosaccharide (LOS) untuk dapat menempal pada sel host.
Berbagai antigen datang dengan cepat, membuat ikatan di sel-sel
yang berbeda dan organ yang berbeda dan menghindari dari respon
imun. Gonococci juga dapat mentransfer blok DNA antara strain,
mengubah fungsi mereka, struktur, dan antigenisitas. efek toksik
langsung dari endotoksin dan sitokin dari respon host menyebabkan
kerusakan jaringan pada infeksi gonokokal. C trachomatis secara
21
orchitis,
prostatitis,
proctitis,
servisitis,
iritis,
22
23
4) Prostatitis
b. Komplikasi pada wanita
1) Cystitis
2) Cervicitis
3) PID (Pelvic Inflammatory Disease) infeksi pada dinding
uterus, tuba falopi, atau ovarium
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kultur urine: Mengidentifikasi organisme penyebab
b. Urine analisis/urinalisa: Memperlihatkan bakteriuria, sel darah
putih, dan endapan sel darah merah dengan keterlibatan ginjal
c. Darah lengkap
d. Sinar-X ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi
anomali struktur nyata.
e. Pielogram intravena (IVP): Mengidentifikasi perubahan atau
abnormalitas struktur.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung kepada mikroorganisme penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah bakteri, maka diberikan antibiotik.
Jika penyebabnya adalah virus herpes simpleks, maka diberikan obat
anti-virus (misalnya asiklovir).
Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan
untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk
wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari
kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.
24
25
kencing tidak
26
27
2.5.3
No.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri
akut
berhubungan dengan
agen cidera biologis
di tandai dengan :
DS:
Lapor
an secara verbal
klien mengatakan
nyeri
pada
pinggang.
DO:
Posisi
untuk
menahan nyeri
Tingkah
laku
berhati-hati
Gangguan
tidur
(mata
sayu,
tampak capek, sulit
atau
gerakan
kacau,
menyeringai)
Fokus menyempit
(penurunan
persepsi
waktu,
kerusakan proses
berpikir,
penurunan
interaksi dengan
orang
dan
lingkungan)
Respon autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
NOC
NIC
ain control,
omfort level
ain Level,
C
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama . klien tidak
mengalami
nyeri,
dengan kriteria hasil:
M
ampu
mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi
nyeri,
mencari bantuan)
M
elaporkan
bahwa
nyeri
berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
M
ampu mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
M
enyatakan
rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
T
anda vital dalam
rentang normal
Paint Management
1) Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi
2) Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
3) Kontrol
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi
nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan
4) Kurangi
faktor
presipitasi nyeri
5) Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
6) Ajarkan tentang teknik
non farmakologi: napas
dalam,
relaksasi,
distraksi,
kompres
hangat/ dingin
7) Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
8) Tingkatkan istirahat
9) Berikan
informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama
nyeri
akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
10) Monitor
vital
sign
sebelum dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
11)
28
2.
3.
Hipertermia
berhubungan dengan
proses
penyakit,
ditandai dengan :
DS :
Klien melaporkan
badannya
panas
dan menggigil
DO :
Kulit teraba hangat
Lesu
Suhu > 380C
Menggigil
Hasil laboratorium
leukosit meningkat
Leukosituria
Nyeri ketok CVA
Thermoregulation
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
berhubungan dengan
intake yang tidak
adekuat,
ditandai
dengan :
DS :
Kien melaporkan
penurunan nafsu
makan
Klien mengatakan
badan terasa lemah
dan lesu
Nutritional Status
Kriteria hasil :
S : 36.5 37,5
Klien melaporkan panas
menurun
Kulit teraba hangat
Kriteria hasil :
Klien
melaporkan
peningkatan
nafsu
makan
Berat
badan
klien
meningkat
Bising
usus
5-30
x/menit
Intake nutrisi sesuai
dengan kebutuhan
Membran
mukosa
lembab
Fever treatment
1) Monitor
temperature
klien.
2) Monitor
temperature
lingkungan.
3) Pantau
hidrasi
dan
kecukupan cairan
4) Anjurkan klien untuk
meningkatkan
minum
per oral, sedikitnya 3
liter sehari.
5) Berikan kompres hangat
kepada klien pada aksila,
kening, tengkuk dan lipat
paha.
6) Lepaskan pakaian yang
berlebihan dan gunakan
pakaian yang menyerap
keringat.
7) Kolaborasi
dengan
dokter
pemberian
antipiretik.
8) Kolaborasi
dengan
dokter untuk pemberian
antibiotika yang sesuai.
Nutritional Therapy
1) Monitor
asupan
makanan.
2) Ukur berat badan klien
setiap hari.
3) Auskultasi bising usus
4) Dukung keluarga untuk
memberikan
makanan
kesukaan klien
5) Anjurkan klien makan
sedikit-sedikit
namun
sering.
6) Jadwalkan pengobatan
dan
tindakan
tidak
selama jam makan
7) Berikan klien makan
porsi besar saat nafsu
makan tinggi.
8) Hindari makanan yang
sangat panas dan sangat
dingin
29
DO :
Berat badan 20% atau
lebih
dibawah
berat
badan ideal
Bising usus hipoaktif
Intake nutrisi kurang dari
rekomendasi kebutuhan
harian
Rambut rontok berlebih
Albumin, globulin, limfosit
menurun
4. Intoleransi aktivitas Energy conservation
berhubungan dengan Activity tolerance
kelemahan
fisik, Self care : ADLs
ditandai dengan :
DS :
Dengan kriteria hasil :
Klien mengatakan Menoleransi
aktifitas
badan terasa lemas
yang dibuktikan oleh
DO :
toleransi
aktivitas
Klien
tampak
tanpa disertai dengan
lemah dan lesu
peningkatan tekanan
ADL
dibantu
darah, nadi dan RR.
keluarga
Mampu
melakukan
Bed rest di tempat
aktivitas sehari-hari
secara mandiri.
tidur
Kekuatan
otot TTV rentang normal
menurun
5.
Kurang pengetahuan
Knowledge
:
berhubungan dengan
Disease Process
kurangnya informasi,
ditandai dengan :
Kriteria hasil :
DS :
Klien familier
Klien mengatakan
dengan nama
tidak mengetahui
penyakit.
tentang penyakit
Klien mampu
Terapi aktivitas
1) Kaji
kemampuan
aktivitas klien.
2) Bantu
klien
untuk
mengidentifikasi
aktivitas sesuai toleransi.
3) Bantu
untuk
mendapatkan
alat
bantuan aktivitas.
4) Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri.
5) Bantu pasien untuk
membuat
jadwal
aktivitas.
6) Pantau lokasi dan sifat
ketidaknyamanan atau
nyeri selama bergerak
dan aktifitas
7) Ajarkan
pengaturan
aktifitas dan buatkan
jadwal untuk istirahat.
8) Kolaborasi
dengan
tenaga rehabilitasi medik
dalam
merencanakan
program terapi.
Teaching : disease Process
1) Monitor
tingkat
pengetahuan
pasien
tentang proses penyakit.
2) Jelaskan
patofisiologi
penyakit yang dialami
oleh klien.
3) Gambarkan tanda dan
30
yang di derita.
DO :
Klien tidak dapat
menjawab
pertanyaan tentang
penyakitnya
Klien
tidak
mengerti tentang
cara
menjaga
kebersihan
genetalia
Klien
tidak
mengerti tentang
cara cebok yang
benar
menjelaskan
proses
penyakit,
penyebab,
faktor resiko,
efek penyakit,
tanda
dan
gejala,
cara
untuk
meminimalkan
perburukan
penyakit,
komplikasi,
tanda
dan
gejala
komplikasi,
serta
pencegahan
komplikasi.
Klien mampu
mempraktekka
n cara menjaga
kebersihan
area genetalia
dengan benar.
4)
5)
6)
7)
31
klien,
apakah
pernah
terjadi
trauma/cedera
32
33
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
1. Hipertermia
proses infeksi
NOC
NIC
Hyperthermia Treatment
1) Monitor TTV.
2) Sediakan cairan
rehidrasi oral.
3) Pasang IV line.
4) Berikan obat antipiretik
jika dibutuhkan.
5) Monitor status mental
(konfusi, ansietas,
34
c.
d.
e.
f.
g.
h.
bawah standart
Skor 3: gangguan ginjal, 6)
ketidakseimbangan
sedang
7)
Skor 4: gangguan ringan
Skor 5: tidak ada
Peningkatan suhu kulit
(5)
Hipertermia (5)
8)
Perubahan warna kulit
(5)
Dehidrasi (5)
kejang (5)
9)
menggigil (5)
Keterangan:
Skor 1: berat
Skor 2: di bawah
standart
Skor 3: sedang
Skor 4: ringan
Skor 5: tidak ada
2. Gangguan
eliminasi urin b.d
infeksi
saluran
kemih
35
normal)
pengambilan spesimen
h. Disuria (5)
urin yang harus
i.Nyeri saat berkemih (5)
dilakukan untuk
j.Rasa terbakar saat
mengidentifikasi adanya
berkemih (5)
infeksi saluran kemih
k. Nocturia (5)
dan minta persetujuan
Keterangan:
untuk dilakukannya
Skor 1: ada berat
pengambilan spesimen
Skor 2: ada agak berat
urin
Skor 3: ada tapi sedang 8) Instruksikan kepada
Skor 4: ada tapi ringan
klien untuk segera
Skor 5: tidak ada
merespon merasa ingin
berkemih
9) Anjurkan kepada klien
untuk minum sebanyak
8 liter selama makan,
diantara makan, dan saat
sore hari
3. Nyeri akut b.d agen Tujuan : klien mengalami
cedera biologis atau penurunan intensitas,
peradangan
skala nyeri atau bahkan
hilang.
Kriteria hasil:
Pain Level
a. Pelaporan nyeri (5)
b. Ekspresi wajah
mengenai nyeri (5)
c. Agitasi (5)
d. Iritabilitas (5)
e. Meringis (5)
f. Menangis (5)
g. Fokus sempit (5)
h. Kehilangan nafsu
makan (5)
Keterangan:
Skor 1: berat
Skor 2: di bawah
standart
Skor 3: sedang
Skor 4: ringan
Skor 5; tidak ada
Pain Management
1) Kaji nyeri secara
menyeluruh termasuk
lokasi, jam durasi,
frekuensi, kualitas,
karakteristik, dan factor
pencetus.
2) Observasi tanda
nonverbal seperti
ketidaknyamanan
3) Gunakan komunikasi
terapeutik untuk
menyampaikan
penerimaan respon
pasien terhadap nyeri
4) Periksa pengetahuan
pasien dan kepercayaan
terhadap nyeri
5) Ajarkan prinsip
manajemen nyeri
6) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
(hipnotis, relaksasi,
terapi music, distraksi,
masase)
7) Berikan terapi
farmakologis untuk
36
meringankan nyeri
8) Sediakan analgesic
untuk meringankan
nyeri
9) Verifikasi level
ketidaknyamanan pasien
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
DX. MEDIS ISK BAWAH
3.1 Pengkajian
3.1.1
Identitas klien
1. Nama
2. Umur
3. Alamat
4. Status
5. Agama
: Tn R
: 32 tahun
: Jl. Bandung IV Kota B
: Menikah
: Islam
37
6. Suku
: Jawa
7. Pendidikan
: SMU
8. Pekerjaan
: Karyawan Perusahaan Batu Bara I
9. No. Reg
: 22.52.xx
10. Tanggal MRS
: 16 5 2016 jam 08.00
11. Tanggal Pengkajian
: 16 5 2016 jam 08.00
12. Dx. Medis
: Infeksi saluran kemih bawah
3.1.2
Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri ketika berkemih dan terasa panas.
3.1.3
Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke IGD RSUD T Kota B pada tanggal 16 5
2016 jam 08.00 , diantarkan oleh keluarga dengan keluhan nyeri saat
kencing, merasa tidak tahan dengan rasa sakitnya dan semakin memberat
dalam 3 hari terakhir ini. Keluhan nyeri saat kencing disertai dengan
anyang anyangen, perasaan panas ketika selesai berkemih , dan nyeri
pada daerah perut bagian bawah.Dan keluhan lain yang dirasa , klien
mulai mengalami demam dan menggigil sejak malam hari tanggal 15 5
2016 jam 19.00 dan klien belum berobat atau mium obat apapun.
3.1.4
pada daerah kemaluan yang kadang hilang timbul pada 2 bulan terakhir
ini.
3.1.5
Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa didalam keluarga tidak ada yang mendeita
dan merasakan keluhan yang sama seperti yang dirasakan oleh klien saat
ini, hanya istri saja yang kadang mengeluh sering keputihan dan gatal
pada derah kemaluannya.
3.1.6
Riwaat psikologis
Klien tampak gelisah ,
wajah
38
39
Etiologi
Problem
Agen injury
biologis
Nyeri
Infeksi saluran
kemih
Gangguan
eliminasi urine
40
3.
DS :
DO :
Hb (14,0 g/dL), leukosit 14.000,
trombosit ( 325.000g/dL), dan
GDS 99 g/dl.
Dari urinalisis didapatkan urin
berwarna kuning keruh , Berat
Jenis (1015), pH (8),Leukosit
( 10 12 /LPB), Eritrosit ( 25
30 /LPB), epitel sel (+)
4. DS ;
Klien
mengatakan
merasa
khawatir
dengan
konsi
kesehatannya dan tidak tahu
penyebab sakitnya, secara tiba
tiba nyeri
saat berkemih
dirasakan semakin memberat
dalam 3 hari terakhir ini serta
panas dan
berharap segera
sembuh dengan perawatan dan
pengobatan yang diberikan
karena sudah tidak tahan.
DO :
Pendidikan klien SMU
Klien belum pernah sakit yang
sama dan belum pernah berobat
sebelum MRS
Klien gelisah dan wajah tampak
tegang.
Profil darah
abnormal
Ketidakefektifan
perlindungan diri
Keterbatasan
sumber
informasi
Kurang
pengetahuan
41
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri
akut
berhubungan dengan
agen injury biologis
DS :
Klien mengeluh
nyeri ketika
kencing, anyang
anyangen, dan
perasaan panas
ketika selesai
berkemih dan
nyeri pada daerah
perut bagian
bawah.
DO :
Nyeri tekan daerah
suprapubic ( + )
Vital sign : TD :
110/70 mmHg,
nadi 90 x/menit,
RR 22 x / menit.
Ekspresi wajah
tampak tegang dan
menyeringai.
42
2.
Gangguan eliminasi
urine
berhubungan
dengan
infeksi
saluran kemih
DS :
Klien mengeluh
nyeri ketika
kencing, anyang
anyangen, dan
perasaan panas
ketika selesai
berkemih dan
nyeri pada daerah
perut bagian
bawah.
DO :
Nyeri tekan daerah
suprapubic ( + )
Vital sign : TD :
110/70 mmHg,
nadi 90 x/menit,
RR 22 x / menit.
Hasil lab : Urinalisis
didapatkan urin
berwarna kuning
keruh , Berat Jenis
(1015), pH
(8),Leukosit ( 10
12 /LPB), Eritrosit
( 25 30 /LPB),
epitel sel (+)
tatalaksana
Klien
pengobatan
melaporkan
varicela
skala
nyeri
berkurang
Klien
melaporkan
kenyamanan
Klien
mengekpresikan
kepuasan
dengan kontrol
nyeri
TTV
dalam
rentang normal .
Eliminasi urine
Manajemen
Setelah
dilakukan eliminasi urine:
intervensi keperawatan 1) Ajarkan pada klien
selama 3 x 24 jam
dan
keluarga
gangguan
eliminasi
tentang tanda dan
urine klien teratasi,
gejala
infeksi
dengan kriteria hasil :
saluran kencing
2)
Instruksikan pada
Pola
eliminasi
klien
dan
sesuai range yang
keluarganya
untuk
ditentukan
mencatat
output
Bau, jumlah, warna
urine
urine khas
urine
Urine bebas partikel 3) Dapatkan
midstream
untuk
dan jernih
pemeriksaan
Intake dan output 24
urinalisis
jam seimbang
4) Laporkan
pada
Urine keluar tanpa
dokter jika terjadi
nyeri/tanpa
tanda dan gejala
hesitancy/tanpa
ISK
urgency
5) Anjurkan minum 2
Pengosongan
liter per hari jika
bladder sempurna
tidak
terdapat
Analisa urine baik
kontraindikasi
6) Instruksikan klien
untuk memonitor
tanda dan gejala
ISK
7) Monitor eliminasi
urine,
termasuk
frekuensi,
43
3.
Ketidakefektifan
perlindungan
diri
berhubungan dengan
profil
darah
abnormal
DS :
DO :
Hb (14,0 g/dL),
leukosit
14.000,
trombosit
(
325.000g/dL),
dan GDS 99 g/dl.
Dari
urinalisis
didapatkan
urin
berwarna kuning
keruh , Berat Jenis
(1015),
pH
(8),Leukosit ( 10
12 /LPB), Eritrosit
( 25 30 /LPB),
epitel sel (+)
konsistensi,
bau,
volume,
dan
warnanya
Kontrol infeksi
1) Monitor tanda
dan
gejala
infeksi (local
dan sistemik)
2) Ajarkan teknik
cuci tangan
3) Ajarkan pada
pasien
dan
keluarga
tentang tanda
dan
gejala
infeksi
dan
kapan
harus
melaporkannya
kepada petugas
4) Kolaborasi
dokter bila ada
tanda infeksi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
perlindungan diri
efektif , dengan kriteria
hasil:
Status imun
Pengetahuan : kontrol
infeksi
Kontrol resiko
Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
Klien
menunjukkan
kemampuan
untuk mencegah
timbulnya
infeksi
Klien
Proteksi infeksi
menunjukkan
5) Pertahankan
perilaku hidup
teknik aseptic
sehat
dalam
tiap
Status imun,
tindakan.
integumen,
6) Anjurkan
gastrointestinal,
keluarga dan
dan
klien
untuk
genitourinaria
meniingkatkan
normal
intake nutrisi
dan cairan
7) Tingkatkan
tidur
dan
istirahat saat
dirumah
8) Ajarkan pada
pasien
dan
keluarga cara
menghindari
infeksi
9) Monitor tanda
dan
gejala
infeksi
44
Kurang pengetahuan
berrhubungan dengan
keterbatasan sumber
informasi
DS :
Klien
mengatakan
merasa khawatir
dengan
konsi
kesehatannya dan
tidak
tahu
penyebab sakitnya,
secara tiba tiba
nyeri
saat
berkemih
dirasakan semakin
memberat dalam 3
hari terakhir ini
serta panas dan
berharap
segera
sembuh
dengan
perawatan
dan
pengobatan yang
diberikan karena
sudah tidak tahan.
DO :
Pendidikan
klien
SMU
Klien belum pernah
sakit yang sama
dan belum pernah
berobat sebelum
MRS
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama
30 menit
kurang
pengetahuan
teratasi dengan kriteria
hasil:
Pengetahuan : proses
penyakit.
Klien familier
dengan nama
penyakit.
Klien mampu
menjelaskan
proses
penyakit,
penyebab,
faktor resiko,
efek penyakit,
tanda
dan
gejala,
cara
untuk
meminimalkan
perburukan
penyakit,
komplikasi,
tanda
dan
gejala
komplikasi,
serta
pencegahan
komplikasi
sistemik dan
lokal.
10) Kolaborasi
dalam
pemberian
antibiotik.
11) Lakukan kultur
urine,
dan
pemeriksaan
urinalisasi
12) Pantau
hasil
lab dl, dan
urinalisasi.
Teaching : disease
Process
1) Berikan penilaian
tentang
tingkat
pengetahuan
pasien
tentang
proses
penyakit
yang spesifik
2) Jelaskan
patofisiologi dari
penyakit
yang
dialami oleh klien
3) Gambarkan tanda
dan gejala yang
biasa muncul pada
penyakit, dengan
cara yang tepat
4) Gambarkan proses
penyakit, dengan
cara yang tepat
5) Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengan
cara yang tepat
6) Sediakan
informasi
pada
pasien
tentang
kondisi, dengan
cara yang tepat
7) Hindari harapan
yang kosong
8) Sediakan
bagi
keluarga informasi
45
tentang kemajuan
pasien
dengan
cara yang tepat
9) Diskusikan
perubahan gaya
hidup
yang
mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi
di
masa yang akan
datang dan atau
proses
pengontrolan
penyakit
10) Diskusikan pilihan
terapi
atau
penanganan
11) Eksplorasi
kemungkinan
sumber
atau
dukungan, dengan
cara yang tepat
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (urinary tract infection) adalah bertumbuh dan
berkembang biaknya kuman atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah
dalam jumlah bermakna (IDAI, 2011). Infeksi saluran kemih dibedakan
menjadi infeksi saluran kemih atas yang diklasifikasikan menjadi pielonefritis
akut dan pielonefritis kronis. Dan infeksi saluran kemih bawah meliputi
menjadi sististis dan uretritis.
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan infeksi saluran
atas yaitu nyeri akut, hipertermia, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan, nausea, kekurangan volume, intoleransi aktivitas, kurang
pengetahuan, an resiko perfusi ginjal tidak efektif.
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan ISK bagian bawah
46
DAFTAR PUSTAKA
Baughman DC, Hackley, JC. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku dari
Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC
Dochterman,JM, Gloria, M, et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC)
Sixth Edition.Philadhelpia: Mosby Elsevier
Moorhead , S, Marion, J, et al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC)
Fifth Edition.Philadhelpia: Mosby Elsevier
NANDA International. 2015. Nursing Diagnoses Definitions and Classification
2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell Publishing.
Corwin, Elizabeth J. 2008. Handbook of Pathophysiology. 3rd Ed. USA :
Lippincott Williams&Wilkins. Terjemahan Subekti, Nike Budi. 2009.
Patofisiologi : Buku Saku. Ed 3. Jakarta : EGC.
Corwin EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3. Jakarta: EGC.
Wratsongko, Madyo. (2006). 205 Resep Pencegahan penyembuhan
Penyakit dengan Gerakan Sholat. Jakarta: Qultum Media.
Grace, P.A &Borley, N.R. (2007). At a Glance IlmuBedah, Editor:
AmaliaSafitri. Jakarta: PenerbitErlangga.
Madara, Bernadette. 2008. Pathophysiology. Canada : Jones and Bartlett
Publishers Canada. Halaman 512
Bullock, Shane. Hales, Majella. 2013. Principles of pathophysiology. Australia:
pearson Australia.Halaman 762
47
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2011. Konsensus Infeksi Saluran Kemih
pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Pedoman Pelayanan Medis (PPM)
IDAI. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 2014. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi Revisi tahun 2014. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia.
48