Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM TEKNOLOGI BIOPROSES


IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama

: Riska Damayanti

NIM

: 03031381320048

Shift/ Kelompok

: Senin Siang / 7

I. JUDUL PERCOBAAN

: Pembuatan Chitosan

II. TUJUAN PERCOBAAN


1. Untuk mengetahui manfaat limbah kulit udang agar menjadi bahan yang
bernilai ekonomis.
2. Untuk mengetahui komposisi dari limbah kulit udang.
3. Untuk mengetahui kondisi Ph pada saat pembuatan chitosan.
III. DASAR TEORI
3.1. Chitosan
Chitosan adalah serat yang dihasilkan dari deasetilasi chitin, senyawa yang
banyak diperoleh di kerangka luar (eksoskeleton) hewan Crustacea seperti udang,
kerang, dan kepiting. Jika chitin diproses selanjutnya menggunakan larutan basa
pekat maka akan dihasilkan produk baru yaitu chitosan. Secara kimia, chitin dan
chitosan dapat dianggap sebagai turunan selulosa dengan gugus hidroksil pada
atom C-2 selulosa digantikan oleh gugus asetamida dan amina bebas. Jika gugus
hidroksi pada atom C-2 selulosa digantikan oleh gugus asetamida, maka senyawa
yang terbentuk adalah chitin. Tetapi jika gugus hidroksi pada atom C-2 selulosa
digantikan oleh gugus amina bebas maka senyawa yang terbentuk adalah senyawa
chitosan. Chitosan adalah produk deasetilasi chitin yang merupakan polimer dari
rantai panjang glukosamin (2-amino-2-deoksi-D -Glukosa), dan memiliki rumus
molekul (C6H11NO4)n. Chitosan berbentuk serpihan putih kekuningan, tidak
berbau dan tidak berasa. Kadar chitin dalam berat udang, berkisar antara 60 -70
persen dan apabila diproses menjadi chitosan maka akan menghasilkan yield
sekitar 15-20 persen. Proses utama dalam pembuatan chitosan dapat meliputi
penghilangan protein dan kendungan mineral melalui proses kimiawi yang

disebut deproteinasi dan demineralisasi yang masing-masing dilakukan dengan


menggunakan larutan basa dan asam. Selanjutnya, chitosan diperoleh melalui
proses deasetilasi dengan cara memanaskan dalam larutan basa. Karakteristik
fisika-kimia chitosan berwarna putih dan berbentuk kristal, dapat larut dalam
larutan asam organik, tetapi tidak larut dalam pelarut organik lainnya. Pelarut
chitosan yang baik adalah senyawa asam asetat.
Chitosan yang memiliki gugus amina yaitu adanya unsur N bersifat sangat
reaktif dan bersifat basa. Prinsip koagulasi chitosan adalah penukar ion dimana
garam amina yang terbentuk karena reaksi amina dengan asam akan
mempertukarkan proton yang dimiliki logam pencemar dengan elektron yang
dimiliki oleh nitrogen (N). Chitosan merupakan contoh dari polielektrolit, yaitu
bagian dari polimer khusus yang dapat terionisasi dan mempunyai kemampuan
untuk membuat terjadinya suatu flokulasi dalam medium cair. Pemanfaatan
chitosan didalam pengolaha air disebabkan senyawa ini berperan sebagai
senyawa pengkhelat untuk pemisahkan logam berat dari larutannya.
Pembuatan chitosan dilakukan dengan cara penghilangan gugus asetil pada
gugus asetil amino chitin menjadi gugus amino bebas chitosan dengan
menggunakan larutan basa. Chitin mempunyai struktur kristal yang panjang
dengan ikatan kuat antara ion nitrogen dan gugus karboksil, sehingga pada proses
deasetilasi digunakan larutan natrium hidroksida konsentrasi 40-50% dan suhu
yang tinggi (100-150oC) untuk mendapatkan chitosan dari chitin. Dikenalnya
chitosan secara umum lebih karena publikasi chitosan sebagai suplemen penurun
berat badan.
Chitosan bertindak sebagai pengikat lemak dalam tubuh dan memudahkan
eliminasinya. Bukti yang ada hanyalah berkisar mengenai uji praklinik terhadap
ayam dan tikus Wistar. Uji praklinik yang dilakukan peneliti berama Tanaka
bersama timnya pada tahun yang sama membantah argumen ini karena
penelitiannya yang membuktikan adanya penurunan flora usus normal yang
signifikan setelah penggunaan chitosan. Sedangkan penelitian dari Deuchi
beserta tim berhasil mengungkapkan absorbsi mineral dan elemen penting lain
seiring dengan absorbsi lemak oleh chitosan.Kulit udang yang mengandung
senyawa kimia seperti chitin. chitosan merupakan limbah yang mudah didapat.

3.2. Sifat-sifat Chitosan


Chitosan bersifat polielektrolit kation yang dapat mengikat logam berat,
sehingga dapat berfungsi sebagai adsorben terhadap logam berat dalam air
limbah. Prinsip dasar dalam mekanisme pengikatan antara chitosan dan logam
berat yang terkandung dalam limbah cair adalah prinsip penukar ion. Gugus
amina khususnya nitrogen dalam chitosan akan beraksi dan mengikat logam dari
persenyawaan limbah cair.
Chitosan sebagai polimer kationik yang dapat mengikat logam dimana
gugus amino yang terdapat pada chitosan berikatan dengan logam dapat
membentuk ikatan kovalen. Gaya yang bekerja yaitu gaya Van der Walls, gaya
elektrostatik, ikatan hidrogen dan kovalen. Chitosan akan menggumpalkan logam
menjadi flok-flok yang akan bersatu dan dapat dipisahkan dari air limbah. Pada
adsorbsi fisika, adsorbsi disebabkan oleh gaya Van der Walls yang ada pada
permukaan adsorben dimana terjadi perbedaan energi atau gaya tarik Van der
Walls antara adsorbat dan adsorben yang menyebabkan adsorbat terikat atau
tertarik pada molekul adsorben. chitosan dapat dipakai untuk memperpanjang
usia tahu, bakso, mie dan ikan basah. Namun, khusus untuk ikan basah, ahli dari
IPB ini belum menemukan adonan yang pas. Selain itu pengawetan ikan segar
menggunakan chitosan sejauh ini hanya mampu bertahan 2 hari. Sedang formalin
bisa sampai 3 hari.
Berdasarkan kedua sifat tersebut maka chitosan mempunyai sifat fisik khas
yaitu mudah dibentuk menjadi spons, larutan, gel, pasta, membran, dan serat.
yang sangat bermanfaat dalam aplikasinya. Chitosan juga bersifat hidrofilik,
menahan air dalam strukturnya dan membentuk gel secara spontan. Pada saat
pembentukan gel berlangsung harga pH asam dan sedikit asam, hal ini
disebabkan sifat kationik chitosan. Gel chitosan terdegradasi secara berangsurangsur, sebagaimana halnya chitosan melarut. Chitosan memiliki sifat unik yang
dapat digunakan dalam berbagai cara serta memiliki kegunaan yang beragam,
antara lain sebagai perekat, aditif untuk kertas dan tekstil, penjernihan air minum,
serta untuk mempercepat penyembuhan luka, dan memperbaiki sifat pengikatan
warna. Chitosan merupakan pengikat yang kuat untuk ion logam transisi. Dimana

chitosan mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi logam dan membentuk


kompleks chitosan dengan logam.
3.3. Chitin
Chitin sangat tahan terhadap hidrolisa, ketika enzim chitinase dapat
melakukannya dengan cepat. Chitin berasal dari bahasa Yunani, yaitu chiton,
yang berarti baju rantai besi. Kata ini menggambarkan fungsi dari material chitin
sebagai jaket pelindung pada invertebrata. Chitin pertama kali diteliti oleh
Bracanot pada tahun 1811 dalam residu ekstrak jamur yang dinamakan fugine.
Pada tahun 1823, Odier mengisolasi suatu zat dari kutikula serangga jenis elytra
dan mengusulkan nama chitin. Pada umumnya chitin di alam tidak berada dalam
keadaan bebas, akan tetapi berikatan dengan protein, mineral, dan berbagai
macam pigmen. Walaupun chitin tersebar di alam, tetapi sumber utama yang
digunakan untuk pengembangan lebih lanjut adalah jenis udang-udangan
(Crustaceae) yang dipanen secara komersial. Limbah udang sebenarnya bukan
merupakan sumber yang kaya akan chitin, namun limbah ini mudah didapat dan
tersedia dalam jumlah besar sebagai limbah hasil dari pembuatan udang.
Chitin merupakan polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa,
termasuk golongan karbohidrat serta mempunyai struktur yang mirip dengan
selulosa. Chitosan

dapat diperoleh dengan mengkonversi chitin, sedangkan

chitin sendiri dapat diperoleh dari kulit udang. Produksi chitin biasanya dilakukan
dalam tiga tahap yaitu tahap demineralisasi, tahap deproteinasi, dan tahap
depigmentasi. Chitin yang fleksibel dan kuat membuatnya bisa digunakan sebagai
benang untuk menjahit luka bedah.
Dalam hal fungsi, chitin termasuk dalam keratin protein. Chitin juga
biodegradabel, sehingga akan larut seiring dengan penyembuhan luka. Chitin
tidak larut dalam air, asam, basa dan pelarut organik tetapi larut dalam asam
sulfat pekat panas dan asam format anhidrid. Sedangkan dalam fungsinya chitin
memiliki berbagai manfaat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang industri,
kesehatahn dan juga pertanian. Kebanyakan penelitian terakhir menunjukkan
bahwa chitin adalah inducer yang

baik untuk mekanisme pertahanan pada

tanaman. Hal ini juga telah dinilai sebagai pupuk yang dapat meningkatkan hasil

panen secara keseluruhan. EPA mengatur Chitin dalam pertanian dalam Amerika
Serikat. Chitosan dibuat dari Chitin oleh deasetilasi. Selain itu dalam
pemanfaatan Chitin dinilai cukup luas karena terbukti pada tahun-tahun
ini. Menurut penelitian AIT, kelengketan chitin ternyata juga berguna untuk
membantu kesehatan tubuh manusia, antara lain sebagai obat untuk gumpalan
darah beku baru bagi penderita hemofilia dan sebagai kontrasepsi dengan
melemahkan kesuburan sperma.
Chitin adalah senyawa yang stabil terhadap reaksi kimia, hal ini di
karenakan rendahnya reaktivitas kimia, tidak beracun (non toxic) dan bersifat
biodegradable. Chitin tidak larut dalam air (bersifat hidrofobik), alkohol serta
tidak larut dalam asam maupun alkali encer. Chitin dapat larut dengan proses
degradasi menggunakan asam-asam mineral pekat pada asam formiat anhidrous,
namun tidak jelas apakah semua jenis chitin dapat larut dalam asan formiat
anhidrous. Mudah tidaknya chitin terlarut sangat tergantung pada derajat
kristalisasi, karena hanya -chitin yang terlarut dalam asam formiat anhidrous.
Kelebihan lain dari chitosan yaitu padatan yang dapat dimanfaatkan.
Kekhawatiran terhadap kemungkinan khitosan mempunyai efek beracun terhadap
manusia telah dimentahkan oleh beberapa peneliti dengan sejumlah bukti ilmiah.
Chitin membentuk zat dasar yang tahan lama dari kulit spora lumut dan
eksokerangka

dari

serangga,

udang,

dan

kerang-kerangan.

Karbohidrat

merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang terdapat di alam.


Karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2. Senyawa ini pernah disangka
sebagai hidra dari karbon sehingga disebut karbohidrat.

Karbohidrat sangat

beraneka ragam sifatnya. Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe
karbohidrat ialah ukuran molekulnya. Monosakarida adalah satuan karbohidat
sederhana, mereka tidak dapat dihdrolisis menjadi karbohidrat yang lebih
kecil.selain itu Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama membentuk
biner, trimet, dan polimer. Dimer-dimer tersebut disakarida. Sukrosa adalah salah
satu disakarida yang dapat dihidrolisa menjadi gugus glukosa dan merupakan
gugus fruktosa. Monosakarida dan disakarida larut dalam air dan umumnya

manis. Karbohidrat yang tersusun dari dua sampai delapan satuan monosakarida
dirujuk sebagai oligasakarida. Jika lebih dari delapan gugus satuan monosakarida
diperoleh dari hidrolisis, maka karbohidrat tersebut disebut polisakarida. Chitin
adalah polisakarida linier yang mengandung N-Asetil D-Glukosamina terikat
pada hidrolisa, chitin menghasilkan 2-Amino 2-Deoksin D-Glukosa. Dalam alam
chitin terikat pada protein dan lemak.Chitin dapat dibentuk menjadi susu bubuk
(powder) apabila sudah dipisahkan dari zat yang tercampur dengannya. Akan
tetapi tidak dapat larut dalam air.Reaksinya dalam asam-asam mineral dan alkali
menghasilkan suatu zat yang menyerupai selulosa.
3.4. Pembuatan Chitosan
Chitosan dapat berfungsi sebagai pengikat bahan-bahan untuk pembentukan
alat-alat gelas, plaslik, karet dan selulosa Selain itu chitosan dapat digunakan
sebagai perekat (misalnya chitosan yang berkosentrasi rendah dan sedang yang
berkosentrasi (3 -4 ) % dalam asam asetat 2 % pada bahan untuk pembuatan
rayon cotton. Selain chitin, di dalam eksoskeleton crustacean, seperti udang
ataupun kepiting, juga terdapat protein, material anorganik terutama kalsium
karbonat, pigmen dan sebagian kecil lemak. Metode pertama pembuatan chitosan
adalah deproteinasi. Dalam metode ini digunakan sistem penambahan feed
suplement. Proses deproteinisasi untuk memisahkan atau melepaskan ikatanikatan antara protein dengan chitin, kedua menghilangkan garam-garam
anorganik atau kandungan mineral yang ada pada chitin, terutama kalsium
karbonat (CaCO3).
Deproteinasi bertujuan untuk memisahkan protein pada bahan dasar
cangkang. Efektifitas prosesnya tergantung pada konsentrasi NaOH yang
digunakan. Metode kedua berupa demineralisasi yang bertujuan untuk
memisahkan mineral organik yang terikat pada bahan dasar, yaitu CaCO 3 sebagai
mineral utama dan Ca(PO4)2 dalam jumlah minor. Dalam proses demineralisasi
menggunakan larutan asam klorida encer. Metode ketiga berupa depigmentasi
yakni untuk penghilangan zat-zat warna dilakukan pada waktu pencucian residu
setelah proses deproteinasi dan proses demineralisasi.

Metode terakhir berupa deasetilasi. Pada metode ini terjadi tranformasi


chitin menjadi chitosan disebut tahap deasetilasi, yaitu dengan memberikan
perlakuan dengan basa berkonsentrasi tinggi. Reaksi deasetilasi bertujuan untuk
memutuskan gugus asetil yang terikat pada nitrogen dalam struktur senyawa
chitin untuk memperbesar persentase gugus amina pada chitosan yang berguna
sebagai pengikat/pengkhelat logam. Proses deasetilasi dengan menggunakan
alkali pada suhu tinggi akan menyebabkan terlepasnya gugus asetil (CH 3CHO-)
dari molekul chitin.
3.5. Udang Galah
Udang galah mempunyai ciri khusus dibandingkan dengan udang jenis
lainnya, yakni kedua kakinya tumbuh dominan. Cephalothorax dibungkus oleh
kulit yang keras disebut carapace. Apabila dilihat tingkah laku dan kebiasaan
hidupnya, fase dewasa udang galah sebagian besar dijalani didasar perairan air
tawar dan fase larva bersifat planktonik yang sangat memerlukan air payau.
Udang galah mempunyai habitat diperairan umum, misalnya rawa, danau, dan
muara sungai yang langsung berhubungan dengan laut. Sebagai hewan yang
bersifat euryhaline mempunyai toleransi tinggi terhadap salinitas air, yaitu antara
0-20 per mil. Daerah penyebaran udang galah adalah daerah Indo-Pasifik, yaitu
dari bagian timur Benua Afrika sampai Semenanjung Malaka, termasuk
Indonesia. Di Indonesia, udang galah terdapaat di Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, dan Irian. Kulit udang mempunyai tiga komponen besar
yaitu protein, mineral, dan chitin.
Chitosan dapat diektrak dari Chitin, dimana sejenis polysaccharide hanya
banyak dijumpai pada exoskeleton yaitu haiwan bercenkerang seperti udang,
udang galah dan ketam. Chitosan

berfungsi sama seperti serat. Chitosan

menurunkan berat badan dengan mengikat lemak yang terdapat di dalam perut
dan mengelakkan ia daripada dicerna dan diserap. Dia hanya bagus bagi mereka
yang ingin mengawal berat badan, serta lipid di dalam darah termasuk tekanan
darah tinggi akibat kandungan lipid yang tinggi. Adapun Polidekstrosa didalam
Chitosan ialah sejenis kandungan makanan dikelaskan sebagai serat dan kerap
digunakan untuk menghalang lemak yang berasal dari makanan, merendahkan
proses penyerapan gula, dan membantu aktivitas proses penghadaman.

3.6. Manfaat Chitosan


Chitosan memiliki banyak sekali manfaat. Chitosan dapat meningkatkan
daya awet berbagai produk pangan seperti bakso, sosis, nugget, jus buah/sayur,
tahu, ikan asin, mie basah, produk olahan ikan, buah-buahan, mayonise, dodol,
dan lain-lain. Chitosan memiliki aktifitas antimikroba dan antioksidan serta
penggunaan chitosan pada produk pangan dapat menghindarkan konsumen dari
kemungkinan terjangkit penyakit typhus.
Chitosan dapat menghambat pertumbuhan berbagai mikroba patogen
penyebab penyakit typhus seperti Salmonella enterica, S. enterica var. ParatyphiA dan S. enterica var. ParatyphiB. Selain itu, chitosan pada kesehatan juga dapat
digunakan sebagai penghambat perbanyakan sel kanker lambung pada manusia
dan meningkatkan daya tahan tubuh. Terhadap tumor, kanker dan daya tahan
tubuh chitosan bermanfaat untuk meningkatkan fungsi pembunuh sel kanker,
memperkuat daya sel tubuh terhadap sel kanker dan berdaya menekan
penyebaran sel kanker dan tumor. Selain itu, chitosan menciptakan lingkungan
basa. Pada lingkungan basa sel tumor/kanker tidak bisa berkembang. Dalam riset
anti tumor, ditemukkan bahwa butylosar mempunyai daya penekan terhadap
penyebaran sel tumor, sekaligus merangsang kemampuan kekebalan tubuh,
mendorong tumbuhnya sel T. Bahaya kanker terletak pada kemungkinan
peralihannya. Justru kemampuan butylosar dalam menekan sifat peralihan ini
sudah diakui oleh para ilmuwan biologi berbagai negara melalui cara yang
berbeda-beda. dan dalam pemakaiannya terhadap pasien juga memperlihatkan
keberhasilan tinggi.
Butylosar juga mempunyai kemampuan menempel pada molekul-molekul
sel dipermukaan bagian dalam pembuluh darah. Dengan demikian, chitosan dapat
mencegah/

menghambat

sel

tumor

menempel

pada

sel

permukaan

bagian.Chitosan dapat memperkuat fungsi dan memelihara hati dan mengurai


racun dan dapat mencegah penumpukkan kolesterol jahat pada hati. Butylosar
dapat menekan penyerapan kolesterol oleh usus kecil sehingga menurunkan
tingkat kekentalan kolesterol dalam darah, pada gilirannya
penumpukkan kolesterol jahat pada hati.

mencegah

Chitosan berdaya rekat tinggi, sehingga jumlahnya akan memadai di dalam


saluran usus. Keadaan ini dapat mengurangi penyerapan usus terhadap
glucoseyang ada didalam makanan, jadi mengurangi atau menunda terjadinya
nilai puncak glucose darah sehingga tercapai efek pencegahan penyakit kencing
manis. Faktor utama yang memicu terjadinya penyakit kencing manis adalah
kurangnya jumlah sekresi absolut maupun sekresi relatif insulin dari pankreas
sehingga menimbulkan kekacauan. Ketika tubuh dalam kondisi basa, maka
meningkat pula laju pemanfaatan insulin. Keadaan ini sekaligus akan mengatur
kondisi kesamaan cairan tubuh yang ditimbulkan oleh produksi asam oraganik
berlebih karena terurainya lemak di dalam tubuh. Mengkonsumsi chitosan dapat
menurunkan tekanan darah tinggi dan menekan penyerapan kolesterol tinggi serta
menstabilkan tekanan darah.
Chitosan dapat mengurangi penyerapan tubuh terhadap ion-ion khlor, pada
saat dibawah pengaruh asam lambung akan terjadi muatan positif dari gen-gen
ion positif yang bergabung dengan ion-ion khlor, mengurangi kekentalan ion
khlor di dalam gula darah, selain itu chitosan dapat meningkatkan fungsi
pembesaran pembuluh darah, dimana pada gilirannya menurunkan tekanan darah.
Zat kerak mengaktifkan sel-sel tubuh agar berfungsi menambah daya kekebalan
dan kekuatan tubuh. Chitosan dapat memperlambat penuaan, mengharmoniskan
organ pada tubuh, dapat mengaktifkan daya hidup sel limphe, serta menaikkan
nilai PH dalam cairan tubuh sehingga menciptakan lingkungan yang sangat basa.
Saat ini di Indonesia sebagian kecil dari limbah udang sudah termanfaatkan
dalam hal pembuatan kerupuk udang, petis, terasi, dan bahan pencampur pakan
ternak. Sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang, limbah
udang telah dimanfaatkan di dalam industri sebagai bahan dasar pembuatan chitin
dan chitosan. Manfaatnya di berbagai industri modern banyak sekali seperti
industri farmasi, biokimia, bioteknologi, biomedikal, pangan, kertas, tekstil,
pertanian,dan kesehatan. Kulit udang mempunyai tiga komponen besar yaitu
protein, mineral, dan chitin.dimana komposisi umum dari limbah kulit udang
yaitu : protein 53,74%, lemak 6,65% , chittin 14,61%, air 17,28 ,dan abu 7,72%.

IV. ALAT DAN BAHAN


4.1. Alat
1. Grinding
2. Water Bath
3. Neraca Analitis
4. Corong dan Kertas Saring
5. Beker Gelas
6. Kertas Lakmus Universal

7. Pipet tetes
8. Oven
9. Spatula
4.2.
1.
2.
3.

Bahan
Kulit udang
HCl
NaOH

4. Aquadest
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1.

Pisahkan udang dan kulitnya kemudian cuci bersih dan keringkan.

2.

Gerus sampai halus kulit udang yang telah dikeringkan tadi hingga
menjadi bubuk atau powder.

3.

Timbang bubuk kulit udang sebanyak 5 gr, dicampur dengan 300 ml


aquadest.

4.

Kemudian masukkan HCl sebanyak 3 tetes, selanjutnya larutan kulit


udang tadi dipanaskan selama 2 menit, diamkan sebentar.

5.

Larutan tadi disaring dengan kertas saring, slurry kulit udang dimasukkan
dalam beker gelas kemudian dicuci serta disaring kembali.

6.

Hasil saringan ini dicampur kembali dengan 300 ml aquadest, direbus


selama 2 menit, kemudian saring kembali.

7.

Hasil saringan ditetesi NaOH sebanyak 3 tetes, selanjutnya diukur pH


dengan menggunakan pH meter.

8.

Langkah terakhir larutan disaring kembali dan dikeringkan.


DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Hatta. 2012. Penuntun Praktikum Teknologi Bioproses. Indralaya:


Laboratorium Teknologi Bioproses Jurusan Teknik Kimia Universitas
Sriwijaya.
Pratiwi, Chega Putri. 2013. Laporan Chitosan. (Online) http:/ /www. scribd. com/
doc/ 216086971/ Laporan- Chitosan-Fixscribd.(Diakses pada tanggal 7
Februari 2016).
Swandanu. 2011. Pembuatan Chitosan dari Pemanfaatan Limbah Cangkang
Udang.(Online) http://swandanu-tunkey.blogspot.co.id/2011/01/pembuata
n-chitosan-dari-pemanfaatan.html?m=1. (Diakses pada tanggal 7 Februari
2016).
Volk dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar I . Jakarta: Erlangga.
Winan. 2010. Chitin Chitosan. (Online) http:// winan 08.student. ipb. ac.id /2010 /
06/19/chitin-chitosan/. (Diakses pada tanggal 7 Februari 2016).

Anda mungkin juga menyukai