Anda di halaman 1dari 2

Nama : Kiki Damayanti (0701513016 )

Dosen : Nisa Istiani S.H., L.L.M.,

Analisis Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Antara Karaha Bodas V Pertamina

ISSUE: Apakah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memiliki kewenangan untuk

membatalkan suatu putusan Arbitrase Internasional?


ANALISIS:
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutus bahwa menolak pelaksanaan putusan

arbitrase internasional swiss. Dengan dasar hukum, Pasal 66 huruf D Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 1999. Jika di lihat berdasarkan Pasal 3 Undang-undang No. 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian sengketa bahwa penyelesaian
sengketa melalui pranata arbitrase memiliki kompentensi absolut terhadap penyelesaian sengketa
di luar pengadilan (non liligasi). Setiap perjanjian yang telah mencantumkan klausula arbitrase
menghapuskan kewenangan dari pengadilan negeri untuk menyelesaikan sengketa yang timbul
dari perjanjian yang memuat klausula arbitrase tersebut. Telah dibatalkannya Putusan Arbitrase
Jenewa oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat semakin menonjolkan lemahnya penegakan hukum
di Indonesia. Ini berarti bahwa majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak
memperhatikan sifat dari pada putusan arbitrase yakni bersifat final and binding (terakhir dan
mengikat) sebagaimana yang diatur dalam Pasal 60 Undang-undang No. 30 Tahun 1999.
Jika kita lihat Pasal 67 ayat (1) Undang-undang No. 30 Tahun 1999, tindakan PT.
Pertamina adalah tindakan yang tidak sesuai dengan hukum, karena pendaftaran putusan
arbitrase hanya dapat dilakukan oleh arbiter atau kuasanya sedangkan PT. Pertamina bukan
arbiter atau kuasa arbiter. Jadi PT. Pertamina tidak berhak memintakan pembatalan putusan
arbitrase sebagaimana yang tercantum dalam pasal tersebut, yang berhak melakukan
Pembatalan Putusan adalah Arbitrase Internasional itu sendiri.. Oleh karena itu gugatan dari
PT. Pertamina ini adalah tindakan yang premature. Apabila kita lihat Pasal 70 Undang-undang
No. 30 Tahun 1999 ada 3 alasan yang dapat dipakai untuk mengajukan pembatalan terhadap
putusan arbitrase yakni (1) apabila dokumen yang dipakai dalam proses arbitrase ternyata palsu;
(2) apabila ada dokumen yang disembunyikan; (3) apabila adanya tipu muslihat yang dilakukan
oleh salah satu pihak saat pemeriksaan di arbitrase. Berdasarkan hal tersebut, seharusnya majelis
hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam membatalkan putusan arbitrase Jenewa, hanya
dapat diajukan berdasarkan salah satu dan tiga alasan yang ditentukan oleh Pasal 70 UU
Arbitrase tersebut.

Nama : Kiki Damayanti (0701513016 )

Dosen : Nisa Istiani S.H., L.L.M.,

Analisis Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Antara Karaha Bodas V Pertamina

Anda mungkin juga menyukai