VITAMIN D
Disusun Oleh:
Yuli Purwati
17113173 A
VITAMIN D
Vitamin D tergolong vitamin yang mudah larut dalam lemak dan
merupakan prahormon jenis sterol. Vitamin D merupakan kelompok senyawa
sterol yang terdapat di alam, terutama pada hewan, tetapi juga ditemuikan di
tumbuhan maupun ragi. Vitamin D terdiri dari dua jenis, yaitu vitamin D 2
(ergokalsiferol) dan vitamin D3 (kholekalsiferol). Ergokalsiferol biasanya terdapat
dalam steroid tanaman, sedangkan kholekalsiferol terdapat pada hewan. Kedua
jenis vitamin D tersebut memiliki struktur kimia berbeda, namun fungsinya
identik.
Sebenarnya, terdapat lebih kurang 10 derivat sterol yang memiliki
aktivitas vitamin D, namun ergosterol
ergokalsiferol
kholekalsiferol
Gambar.1. Struktur kimia ergokalsiferol dan kholekalsiferol
Sifat-sifat Vitamin D
Kholekalsiferol tidak larut dalam air, larut dalam larutan organik dan
minyak tumbuh-tumbuhan. Cairan aseton akan menyebabkan Kholekalsiferol
berbentuk kristal halus putih. Kholekalsiferol dirusak oleh sinar ultraviolet yang
berlebihan dan oleh peroksida dengan adanya asam lemak tidak jenuh yang
tengik. Bahan pangan campuran yang cukup kandungan vitamin E dan
antioksidan bisa melindungi rusaknua vitamin D.
Manfaat Vitamin D
Vitamin D2 dan D3, memiliki nilai antirachitis yang sama untuk manusia,
anjing, babi, tikus dan ruminansia, namun pada unggas, D3 lebih bermanfaat
daripada D2.
Vitamin D berfungsi dalam homeostasis kalsium-fosfor bersama-sama
dengan parathormon dan calcitonin. Kalsium darn fosfor sangat diperlukan pada
proses-proses biologik. Kalsium penting untuk kontraksi otot, transmisi impul
syaraf, pembekuan darah dan struktur membran. Vitamin D juga berperan sebagai
kofaktor bagi enzim-enzim, seperti lipase dan ATP-ase. Fosfor memegang peranan
penting sebagai komponen DNA dan RNA, fosforilasi protein-protein untuk
pengaturan jalur-jalur metabolik. Kalsium dan Fosfor serum pada kadar tertentu
penting untuk mineralisasi tulang secara normal .
Sumber Vitamin D
kilomikron dan diangkut dalam sistem limfatik. Dari sistem limfatik, vitamin D
dilepaskan, dari kilomikron dan masuk ke saluran darah. Di dalam plasma darah,
vitamin D diikat oleh suatu protein pentransport, yaitu vitamin D-binding protein
(DBP) atau globulin. Melalui saluran darah tersebut, vitamin D ditransportasikan
ke hati dan oleh mikrosom/mitokondria hati, vitamin D3 dihidroksilasi pada posisi
ke-25, menjadi kalsidiol (calcidiol, atau 25-hidroksi-kolekalsiferol/ 25-hidroksi
vitamin D3 ) dengan bantuan enzim 25-D3-hidroksilase. Selanjutnya 25-hidroksi
vitamin D3 memasuki sirkulasi menuju ginjal.
Bila kadar kalsium darah rendah, kelenjar paratiroid mengeluarkan
hormon parathormon yang akan merubah kalsidiol menjadi kalsitriol. Proses ini
terjadi di mitokondria tubulus proksimalis ginjal, dimana 25-hidroksi vitamin D 3
mengalami hidroksilasi pada posisi ke-1 menjadi 1- 25-dihidroksi vitamin D3,
dengan bantuan enzim 1-hidroksilase. Senyawa 1-25-dihidroksi vitamin D3
inilah yang merupakan metabolit vitamin D 3 yang paling kuat dan berperan dalam
meningkatkan absorbsi kalsium dalam usus dan reabsorbsi kalsium dalam ginjal.
Bila kadar kalsium darah tinggi, kelenjar gondok (tiroid) mengeluarkan
hormon kalsitonin (calcitonin) yang akan mengubah kalsidiol menjadi 24,25dihidroksi vitamin D3 dengan adanya peran enzim 24-hidroksilase yang
menghidrolisis 25-hidroksi vitamin D3 pada posisi 24. Metabolit 24,25-dihidroksi
vitamin D3 ini adalah bentuk vitamin D inaktif, berkepentingan dalam
peningkatan absorbsi kalsium dari usus, tetapi menurunkan kalsium dan fosfor
serum untuk meningkatkan mineralisasi tulang.
Defisiensi Vitamin D
Gejala defisiensi vitamin D antara lain : (1) rakhitis, yaitu suatu kelainan
dari tulang akibat kekurangan kalsium dan/fosfor. Terjadi terutama pada bayi atau
hewan muda. Hanya mamalia dan burung yang dapat terserang rakhitis. (2)
Osteomalasia, suatu keadaan yang ditandai oleh dekalsifikasi sebagian tulang
yang mengakibatkan tulang menjadi lunak dan rapuh. Hal ini terjadi pada orang
dewasa dan hewan yang tulangnya sudah tumbuh sempurna. (3) Konsentrasi
fosfor serum yang rendah, dan (4) Penebalan dan pembengkakan persendian.
Penyakit lain yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D adalah gigi
akan lebih mudah rusak, otot mengalami kejang-kejang, pertumbuhan tulang tidak
normal yang biasanya betis kaki akan membentuk huruf O atau X.
Defisiensi vitamin D primer, bisa terjadi apabila dalam diet kurang
kalsium, kurang sinar matahari, yang terjadi pada ibu hamil pada iklim dingin.
Defisiensi sekunder bisa terjadi karena beberapa hal, antara lain gangguan
absorbsi lemak, kegagalan fungsi ginjal, hipoparatiroid, pemakaian obat
antikonvulsi dalam waktu lama.
dimulai: i) sebelum
kehamilan dan dipertahankan selama tahap pertumbuhan pra dan pasca kelahiran
awal (masa kehamilan dan menyusui); ii) setelah disapih, selama periode
anak/remaja dan iii) di usia dewasa. Kami mengamati pelemahan karena EAE
pada tikus usia anak/remaja yang tercermin dalam peradangan SSP dan
demielinasi, disertai dengan jumlah IFN- yang lebih rendah yang memproduksi
MOG sel T. Selain itu, pola ekspresi sitokin pada tikus ini mencerminkan fenotip
anti-inflamasi dari respon kekebalan tubuh perifernya. Namun, rejimen suplemen
yang sama gagal untuk meredakan penyakit baik pada tikus dewasa dan tikus
yang diperlakukan selama pra-dan pasca tahap kelahiran. Data kami menunjukkan
efisiensi vitamin D untuk memperbaiki peradangan saraf tergantung masa
pertumbuhan, menunjukkan bahwa anak dan remaja harus menjadi target
pencegahan yang paling efektif.