Pendahuluan
Depresi adalah satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan
yang sedih dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan
tidak berdaya, serta bunuh diri. Faktor penyebab depresi terbagi atas faktor biologi, faktor
genetic dan faktor psikososial. Ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu sama
lain. Namun, yang paling banyak diteliti adalah penyebab dari faktor psikososial. Penyebab
depresi dari faktor psikososial antara lain dikarenakan peristiwa kehidupan dan stress lingkunga,
faktor psikoanalitik dan psikodinamik. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak
hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan rasa putus asa.
Hal ini juga yang terjadi pada penderita DM tipe 2 dimana DM dapat menimbulkan
perubahan psikologis antara lain perubahan konsep diri dan depresi. Stress psikologis dapat
timbul pada saat seseorang menerima diagosa DM. mereka beranggapan bahwa penyakit DM ini
akan banyak menimbulkan permasalahan seperti pengendalian diet serta terapi yang lama dan
kompleks, biaya pengobatan yang mahal, komplikasi penyakit serta banyak kekhawatiran lain
yang dapat menimbulkan potensi munculnya depresi.
Skenario Kasus
Seorang wanita berusia 66 tahun dikonsulkan ke bagian Psikiatri karena mengamuk saat
dirawat di RS. Pasien tersebut dirawat karena mengalami peningkatan GDS disertai luka pada
kaki yang sudah berbau. Pasien mengalami DM tipe 2 sejak 25 tahun yang lalu, pasien selalu
menjaga diet pola makan dan kontrol teratur, namun akhir-akhir ini pasien bosan menjalani
semua perawatan dan ingin menyusul suaminya saja yang sudah wafat. Beberapa bulan terakhir,
pasien makan dengan porsi tinggi karbohidrat dan minum-minuman manis, tidak berolah raga,
lebih banyak tidur dan tidak mau melakukan kegiatan harian.
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis yang baik merupakan
memperoleh keterangan mengenai identitas penderita kemudian tentang kondisi pasien, untuk
data permasalahan medisnya. Untuk kasus depresi ini pasien akan ditanyakan oleh dokter untuk
mendapatkan data seperti berikut:
1. Identitas
Nama
Tempat/Tanggal lahir
Pekerjaan
Usia
Status perkahwinan
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat sehingga
mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis. Untuk kasus ini,
keluhan nya pasien mengamuk sewaktu dirawat di RS karena peningkatan gula darah
akibat tidak control.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tahapan ini penting untuk menanyakan beberapa perkara seperti kronologi atau
perjalanan penyakit, gambaran atau deskripsi keluhan utama, keluhan atau gejala
penyerta dan usaha berobat. Dari kasus tersebut kita mendapati perempuan usia 66 tahun
tersebut tidak menjaga pola makannya, sering makan manis-manis sehingga penyakit
diabetesnya menjadi tidak terkontrol lagi dan terdapat luka dikaki yang bertambah parah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tujuannya untuk mendapatkan informasi tentang riwayat penyakit dahulu secara lengkap.
Dari kasus pasien memiliki diabetes mellitus tipe 2 sejak 25 tahun lalu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tujuannya untuk menanyakan riwayat penyakit yang diderita keluarga pasien tidak hanya
penyakit orang tuanya saja, tetapi juga riwayat kakek/nenek, paman/bibi, saudara sepupu
dan lain-lain. Dari kasus ini, tidak didapatkan sebarang informasi tentang riwayat
penyakit keluarganya.
6. Riwayat Sosial/Pribadi
Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan dapat menjadi penyebab
penyakit yang kini diderita pasien tersebut. Dari kasus didapatkan pasien sengaja tidak
control ke dokter, makan makanan yang manis-manis karena ingin menyusul suaminya
yang telah meninggal.
Definisi
1. Diabetes Mellitus4
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang muncul apabila pankreas tidak
memproduksi insulin yang mencukupi atau apabila badan tidak bisa menggunakan insulin
yang diproduksikan. Insulin adalah hormon yang meregulasi kadar gula darah.
Hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah adalah efek yang sering pada penderita
diabetes yang tidak terkontrol dan akhirnya menyebabkan kerusakan yang kronis pada
sistem tubuh badan terutama pada syaraf dan pembuluh darah.
2. Depresi1,2
Depresi adalah gangguan mental umum yang menyajikan dengan mood depresi,
kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur terganggu
atau nafsu makan, energi rendah, dan hilang konsentrasi. Masalah ini dapat menjadi
kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan individu
3
untuk mengurus tanggung jawab sehari-harinya (WHO, 2011). Episode depresi biasanya
berlangsung selama 6 hingga 9 bulan, tetapi pada 15-20% penderita bisa berlangsung
selama 2 tahun atau lebih.
3. Penyebab Depresi
Dasar penyebab depresi yang pasti tidak diketahui, banyak usaha untuk mengetahui
penyebab dari gangguan ini. Menurut Kaplan, faktor-faktor yang dihubungkan dengan
penyebab depresi dapat dibagi atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial.
Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
a. Faktor Biologi
i)
Faktor neurotransmiter: Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin
merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi
gangguan mood. Norepinefrin hubungan yang dinyatakan oleh penelitian
ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor B-adrenergik dan respon
antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem noradrenergik
dalam depresi. Bukti-bukti lainnya yang juga melibatkan presinaptik reseptor
adrenergik dalam depresi, sejak reseptor reseptor tersebut diaktifkan
mengakibatkan penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan. Presipnatik
reseptor adrenergik juga berlokasi di neuron serotonergik dan mengatur
jumlah serotonin yang dilepaskan. Dopamin juga sering berhubungan dengan
patofisiologi depresi. Faktor neurokimia lainnya seperti gamma aminobutyric
acid (GABA) dan neuroaktif peptida (vasopressin dan opiate endogen) telah
dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood.
ii)
d.
e.
f.
g.
Ciri khas dari blok ini adalah keadaan dan pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang cenderung menetap dan merupakan ekspresi dari gaya hidup yang
khas dari seseorang serta cara berhubungan dengan diri sendiri serta orang lain.
h. Blok F7: Retardasi mental
Ciri khas dari blok ini adalah tingkat intelegensi (IQ) dibawah 70, semua aspek
perkembangan terlambat atau terhenti sehingga menimbulkan disfungsi dan berawitan
di bawah usia 18 tahun. Apabila seseorang dengan IQ di bawah 70 awitannya baru
timbul setelah 18 tahun disebut dementia.
i. Blok F8: Gangguan perkembangan psikologis
Jenis dari blok ini ada dua, yaitu:
Gangguan perkembangan khas (F80-F83), ciri khasnya adalah pada kasus murni, IQ
normal dan biasanya hanya satu aspek dari fungsi individu yang terganggu. Gejala
dimulai dari masa bayi atau kanak-kanak.
Gangguan perkembangan pervasif, ciri khasnya adalah gangguan dasar berupa
abnormalitas kualitatif dalam interaksi timbal balik dengan orang lain, sehignga pada
kasus berat dapat terjadi retardasi mental. Masa awitannya dalam masa bayi atau di
bawah usia 5 tahun.
j. Blok F9: Gangguan perilaku dan emosional dengan awitan
Biasanya pada Masa Kanak dan Remaja.
7. Hubungan Peningkatan Gula Darah dan Depresi4,6
Hipotalamus-
Hipofisis-Adrenal
Hipersekresi
(HPA).
CRH
merupakan
gangguan
pada
depresi.
hipersekresi
pada
sistem
Seringnya
pasien
protokol
penelitian
mengkibatkan
pengetahuan
mengenai efek obat
pada
kelompok
Seiring
meningkatnya
umur,
penurunan
akan
berakibat
pada
peningkatan waktu
paruh obat sehingga
Gambar 4. Algoritma Penalataksanaan Gangguan
Depresi.1
terhadap efek yang merugikan dari obat. Selain itu, pada kasus depresi pasien
memiliki risiko untuk terjadinya dehidrasi dan kehilangan berat badan sehingga sulit
untuk menentukan dosis obat yang sesuai. Satu permasalahan lain yang ditemukan
pada pasien depresi dengan usia lanjut adalah efek terapi obat yang baru bisa dicapai
setelah 6-8 minggu terapi (dewasa muda hanya 4 minggu). Metode teraman adalah
dengan menggunakan dosis konservatif yang diiikuti dengan titrasi gradual sesuai
hasil yang didapatkan. Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) dan Venlafaksin
adalah antidepresan yang menjadi pilihan karena lebih banyak efek terapi yang
diperoleh dibandingkan dengan efek sampingnya. Secara spesifik SSRI berperan
dalam peningkatan level serotonin pada reseptor, dan reduksi aktivasi platelet.
Penggunaan SSRI harus berdasarkan evaluasi gejala psikiatri.
10
b. Non-Farmakologis
1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)2
Teori dan metode terapi perilaku kognitif (CBT) dikembangkan oleh Aaron Beck
dan diuraikan dalam serangkaian publikasi yang diterbitkan dalam tahun 1960.
Pengembangan CBT didorong oleh pengamatan bahwa pasien yang dirujuk untuk
psikoterapi sering berasumsi negative terhadap diri mereka sendiri, masa depan
mereka, dan lingkungan mereka.
Pengobatan didasarkan pada gagasan bahwa gangguan depresi ini bukan
disebabkan oleh peristiwa kehidupan, tetapi bagaimana pasien memandang
peristiwa tersebut, apakah secara positif atau negatif. Ia merupakan terapi jangka
pendek, kolaboratif, difokuskan pada masalah saat ini, yang mana tujuannya
11
3. What
of
Mental
Health.
2012.
12
13