Anda di halaman 1dari 17

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan dilakukan pada hari Senin 18 Juli 2016, pukul 17.20 di IGD RSUD Pantura M.A
Sentot Patrol dengan hasil sebagai berikut :
Status Generalis
Keadaan Umum

: OS tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis (GCS : 15)

Tanda Vital

: Suhu = 39,5 oC
HR

= 105 x / menit, regular

RR

=26 x / menit
PEMERIKSAAN SISTEMATIS

Kepala :
Normocephal, tidak dijumpai adanya benjolan, rambut hitam terdistribusi merata, dan tidak
mudah patah dan tidak mudah dicabut.
Mata :
Bentuk bola mata normal, kedudukan bola mata simetris, mata tidak cekung, konjungtiva
anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3mm, reflex cahaya (+/+).
Hidung :
Bentuk normal, tidak ada secret.
Mulut :
Bentuk normal, mukosa bibir dan mulut tidak kering dan tidak sianosis, tonsil T1-T1 tenang,
dan faring tidak hiperemis
Telinga :
Bentuk normal, secret (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik Aurikuler (-/-)
Leher :
Bentuk normal, KGB servikal tidak teraba membesar
Thorax :
Paru
Inspeksi

: Bentuk dan gerak simetris saat statis dan dinamis, tidak ada

retraksi otot otot pernapasan


Palpasi

: stem fremitus kanan dan kiri sama kuat

Perkusi

: Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi

: Suara napas bronkovesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi

: tidak tampak pulsasi iktus cordis

Palpasi

: iktus kordis teraba di ICS V MCL Sinistra

Perkusi

: Redup

Auskultasi

: BJ I dan II normal reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Tidak Tampak kelainan

Palpasi

: Supel, turgor kulit baik, hepar tidak teraba, nyeri tekan (-),

lien tidak teraba


Perkusi

: Timpani pada seluruh kuadran perut

Auskultasi

: Bising Usung (+) normal

Genitalia Eksterna :
Tidak dilakukan
Ekstermitas :
Akral hangat, tidak ada sianosis pada ujung jari-jari tangan dan kaki, CRT > 2 detik
Kulit :
Sawo matang, sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), turgor kulit normal, uji Tourniquet (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 18 Juli 2016
Jenis Pemeriksaan
Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit

Hasil
10,6 g/Dl
5.700 / Ul
30 vol%
26.000 / uL

Nilai Normal
13,2 17,3 g/dL
4.400 11.000 / uL
40 52 %
110.000 440.000 / uL

Kesan: Hasil lab menunjukan adanya trombositopenia


RESUME
Telah di periksa seorang anak berusia 4 tahun dengan keadaan umum tampak sakit
sedang, kesadaran compos mentis, berat badan 12 Kg dengan keluhan demam selama 4 hari
2

sebelum masuk rumah sakit, tidak turun dengan obat penurun panas, tidak ada kejang, tidak
ada perdarahan spontan. Tidak terdapat nyeri perut.
Dari pemeriksaan fisik tanggal 18 juli 2016, didapatkan :
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang, lemas

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan Darah

: 100/60 mmHg

Frekuensi Nadi

: 105 x / menit

Suhu

: 39,5o C

Frekuensi Nafas

: 26 x / menit

Berat Badan

: 12 Kg

Palpasi abdomen

: Nyeri tekan epigastrium (-)

Kulit

: Uji Torniquet (+)

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan

Hematokrit:

20 vol%

(40-52 vol%)

Leukosit:

5.700x106/ l

(4.4-11.x106/l)

Trombosit:

26.000/ l

(110-4400x 103/ l)

Haemoglobin

10,6 g/ dL

(13,2 17,3 g/dL)

DIAGNOSA KERJA
Dengue Hemoragic Fever
Dasar diagnosis :
-

Demam tinggi terus menerus

Badan terasa pegal-pegal, nyeri pada persendiaan

Pemeriksaan fisik : Tes torniquet (+)

Pemeriksaan penunjang
Lab : Trombositopenia (26.000 / l)

DIAGNOSIS BANDING

Dengue Shock Syndrome


3

Demam Chikungunya

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


-

Periksa elektrolit ( K, Na, Cl ).


Antidengue IgM dan IgG.

PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
1. Tirah baring
4

2. Diit makanan lunak


3. Banyak minum 1-2 L perhari
4. Periksa Hb, Ht, Trombosit tiap 6-12 jam
Medikamentosa
1. Koreksi cairan:
maintenance IVFD RL 1100/ hari
2. Trolit 3 x 1 sach
3. Ranitidine 2 x 0.5 amp
4. Paracetamol 3 x 0.5 tab

Edukasi
1.

Lakukan gerakan 3M di rumah.

2.

Keluarga pasien diharapkan melapor pada dinas kesehatan


setempat / puskesmas untuk kemudian dapat dilakukan fogging dan sweeping jentik serta
meningkatkan kewaspadaan terhadap DHF di lingkungan sekitar pasien.

PROGNOSA
Prognosis pada pasien ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah baik (ad bonam) oleh
karena tidak terjadi dan tidak ada komplikasi.
Prognosis untuk kesembuhan (quo ad sanam) adalah baik (ad bonam).
Prognosis membaiknya faal tubuh (quo ad fungsionum) adalah baik
(ad bonam) karena tidak ada ancaman adanya sekuele ataupun kecacatan tubuh.
Tetapi dalam hal ini perlu diperhatikan juga sosial ekonomi, pendidikan dan
perilaku kesehatan penderita. Walaupun setelah mendapatkan perawatan
dirumah sakit kondisi penderita cukup baik, dengan sosial ekonomi dan pendidikan yang
kurang dari orang tuanya ditambah lingkungan rumah dengan sanitasi yang buruk sangat
memungkinkan bagi penderita untuk mengalami infeksi ulangan yang bahkan mungkin lebih
berat daripada sekarang.

Tinjauan Pustaka
Pendahuluan

Penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan masalah kesehatan di


Indonesia, dimana seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit
DHF, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas di
perumahan penduduk maupun fasilitas umum diseluruh Indonesia.
Penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD)
adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi dengan virus dengue pada
manusia. Sedangkan manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa Dengue Fever
(DF) dan Dengue Haemoragic Fever (DHF).
DHF merupakan penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi
perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang menyebabkan kematian.

Definisi
Demam dengue (Dengue Fever) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dan
remaja atau orang dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot, dan/atau nyeri
sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam, dan limfadenopati, demam bifasik, sakit
kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap,
trombositopenia ringan dan petekie spontan.
Demam berdarah dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) adalah penyakit yang
terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama.
Sindrom renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome) adalah penyakit demam
berdarah dengue yang disertai renjatan.

Epidemiologi
Studi epidemiologi di daerah tropis dan subtropik :
-

Epidemi terjadi tiap 2-5 tahun

Sebelum tahun 1997 kebanyakan menyerang usia < 15 tahun kini baik dewasa
maupun anak kasusnya seimbang.

Meningkat pada musim hujan. Suhu dan turunnya hujan dapat mempengaruhi daya
tahan hidup, laju penularan, pola makan dan reproduksi nyamuk

Namun epidemiologi DBD dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi geografis dan
serotipe virusnya.

Etiologi
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue ;
- Virus RNA untai tunggal, ukuran 50 nm
- Famili Flaviviridae, Genus Flavivirus
- Termasuk kelompok B Arthropod Borne virus (Arbo viruses)
- Terdiri dari 4 serotipe ; Den 1, Den 2, Den 3, Den 4
-

Infeksi salah satu serotipe menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang


bersangkutan dan kurang terhadap serotipe yang lainnya. Semua serotipe tersebar
di berbagai daerah Indonesia. Serotipe Den 3 paling dominan dan diasumsikan
menimbulkan manifestasi klinik yang berat.

- Vektor utama adalah nyamuk Aedes aegypti, sedangkan vektor sekunder


yang kurang efisien adalah nyamuk Ae. albopictus, Ae. polynesiensis,Ae.
scutellaris complex, Ae. finlaya niveus Vektor sekunder kurang efisien karena
hidup dan berkembang biak di kebun atau semak-semak sehingga relatif jauh
kontak dengan manusia.

Vektor Utama (Ae. aegypti)


Dinamakan Ae. aegypti sebab pertama kali ditemukan di Mesir tahun 1905,kemudian
menyebar di seluruh dunia melalui kapal laut dan udara.
-

Hidup optimal pada iklim tropis dan subtropis

Habitatnya adalah tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak


langsung berhubungan dengan tanah.

Suka istirahat pada benda-benda yang

tergantung dalam rumah.


-

Tersebar luas di seluruh pelosok tanah air baik kota maupun desa, tidak
dapat hidup pada ketinggian >1000 m di atas permukaan laut.

Bersifat sangat antropofilik dan hidup dekat dengan manusia.


7

Kemampuan jarak terbang 40-100 m dari tempat berkembang biaknya

Dari telur hingga dewasa perlu waktu 10-12 hari

Umur nyamuk betina rata-rata 6 minggu

Hanya nyamuk betina yang mengigit dan menghisap darah.

Hanya darah manusia yang dipilihnya untuk mematangkan telur

Cara penularan
Virus Dengue masuk ke tubuh nyamuk Ae. aegypti pada saat menghisap darah manusia
yang sedang terinfeksi virus dengue dalam keadaan viremia (2 hari sebelum panas sampai
dengan 5 hari setelah demam). Bila terinfeksi, nyamuk tetap akan terinfeksi sepanjang
hidupnya dan siap menularkan virus ke manusia yang rentan. Nyamuk betina yang terinfeksi
dapat menularkan virus secara Transovarian (dari induk ke telur). Dalam 8-10 hari virus
dengue berlipat ganda dalam epitel usus tengah nyamuk lalu migrasi ke kelenjar ludah
nyamuk (probosis) (extrinsic incubation period) dan siap ditularkan ke manusia bila nyamuk
betina tersebut menggigitnya. Dalam tubuh manusia, masa tunas yang diperlukan virus antara
4-6 hari sebelum menimbulkan penyakit. (Intrinsic Incubation Period).
PATOFOSIOLOGI DBD
Pada DBD dan DSS peningkatan akut permeabilitas vaskuler merupakan patofisiologi
primer. Hal ini akan mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga
menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Pada kasus-kasus berat volume
plasma menurun lebih dari 20% meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia.
Lesi destruktif vaskuler yang nyata tidak terjadi.
Terdapat tiga faktor yang menyebabakan perubahan hemostasis pada DBD dan DSS
yaitu: perubahan vaskuler, trombositopenia dan kelainan koagulasi. Hampir semua penderita
dengue mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan trombositopeni, serta koagulogram
yang abnormal.

Infeksi virus dengue mengakibatkan muncul respon imun humoral dan seluler, antara
lain anti netralisasi, anti hemaglutinin, anti komplemen. Antibodi yang muncul pada
umumnya adalah IgG dan IgM, mulai muncul pada infeksi primer, dan pada infeksi sekunder
kadarnya telah meningkat.
8

Pada hari kelima demam dapat ditemukan antibodi dalam darah, meningkat pada
minggu pertama hingga minggu ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi
primer antibodi IgG meningkat pada hari ke-14 demam sedangkan pada infeksi sekunder
kadar IgG meningkat pada hari kedua. Karenanya diagnosis infeksi primer ditegakkan dengan
mendeteksi antibodi IgM setelah hari kelima sakit, sedangkan pada infeksi sekunder
diagnosis dapat ditegakkan lebih dini.
PATOGENESIS
Virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes menyerang organ RES seperti sel
kupfer di sinusoid hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfaticus, sumsum tulang serta
paru-paru. Dalam peredaran darah virus akan difagosit oleh monosit.
Setelah genom virus masuk ke dalam sel maka dengan bantuan organel-organel sel
genom virus akan memulai membentuk komponen-komponen strukturalnya. setelah
berkembang biak di dalam sitoplasma sel maka virus akan dilepaskan dari sel.
Diagnosis pasti dengan uji serologis pada infeksi virus dengue sulit dilakukan karena
semua flavivirus memiliki epitope pada selubung protein yang menghasilkan cross reaction
atau reaksi silang.
Infeksi oleh satu serotipe virus DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotipe
tersebut, tetapi tidak ada cross protektif terhadap serotipe virus yang lain.
Perubahan patofidiologis dalam DBD dan DSS dapat dijelaskan oleh 2 teori yaitu
hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) dan hipotesis antibody
dependent enhancement (ADE). Teori infeksi sekunder menjelaskan bahwa apabila seseorang
mendapatkan infeksi primer dengan satu jenis virus, maka akan terdapat kekebalan terhadap
infeksi virus jenis tersebut untuk jangka waktu yang lama.
Pada infeksi primer virus dengue antibodi yang terbentuk dapat menetralisir virus yang
sama (homologous). Namun jika orang tersebut mendapat infeksi sekunder dengan jenis
virus yang lain, maka virus tersebut tidak dapat dinetralisasi dan terjadi infeksi berat. Hal ini
disebabkan terbentuknya kompleks yang infeksius antara antibodi heterologous yang telah
dihasilkan dengan virus dengue yang berbeda.
Proses ini juga menyertakan komplemen yang bersifat vasoaktif dan prokoagulan
sehingga menimbulkan kebosoranplasma dan perdarahan yang dapat mengakibatkan syok
hipovolemik.
Infeksi virus dengue akan mempengaruhi sistem imun tubuh berupa perubahan rasio
CD4/CD8, overproduksi dari sitokin dan dapat menginfeksi sel-sel endothel dan hepatosit
9

yang akan menyebabkan terjadinya apoptosis dan disfungsi dari sel-sel tersebut. Demikian
pula sistem koagulasi dan fibrinolisis yang ikut teraktivasi. Kerusakan trombosit akibat dari
reaksi silang otoantibodi anti-trombosit, karena overproduksi IL-6 yang berperan besar dalam
terbentuknya antibodi anti-trombosit dan anti-sel endotel, serta meningkatnya level dari tPA
dan defisiensi koagulasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebocoran plasma pada DBD/DSS merupakan
akibat dari proses kompleks yang melibatkan aktivasi komplemen, induksi kemokin dan
kematian sel apoptosis.

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis virus dengue sangat bervariasi tergantung daya tahan tubuh dan
virulensi virus itu sendiri.
Mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan tidak spesifik (Undifferentiated
Fever), Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue dan Sindrom syok Dengue (SSD).
1. Demam Dengue
Pada demam dengue (DD) dapat dijumpai keadaan-keadaan berikut :
-

Demam tinggi tiba-tiba (>39oC), menetap 2-7 hari, kadang bersifat Bifasik

Muka kemerahan (Flushing Face)

Nyeri seluruh tubuh ; nyeri kepala, nyeri belakang mata terutama bila digerakkan,
nyeri otot, nyeri tulang, nyeri sendi dan nyeri perut

Mual, muntah-muntah, tidak nafsu makan

Timbul ruam merah halus sampai petekie

Laboratorium terdapat leukopeni hingga trombositopenia

Namun demam dengue yang disertai perdarahan harus dibedakan dengan DBD.

Pada

penderita demam dengue tidak ada tanda-tanda kebocoran plasma dan sebaliknya.

2. Demam Berdarah Dengue


Perbedaan DD dengan DBD terletak pada patofisiologi penyakit tersebut, di mana
pada DBD terdapat kelainan homeostasis dan perembesan plasma yang dibuktikan dengan
adanya trombositopenia dan peningkatan hematokrit.
Kriteria diagnosis DBD menurut WHO 1997 :
10

a)

Klinis
- Demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari, tanpa sebab yang jelas
- Terdapat menifestasi perdarahan berupa ; uji turniket +, petekie, ekimosis,
purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan
atau melena
- Pembesaran hati (hepatomegali)

b)

Laboratorium
- Trombositopenia (trombosit < 100.000/l)
- Hemokonsentrasi ; peningkatan hematokrit >20%
Diagnosis ditegakkan dengan dua kriteria klinis + dua kriteria laboratoris. Efusi pleura
dan atau hipoalbuminemia memperkuat diagnosis.
Menurut WHO 1997, DBD dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :.
I

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah

II

uji turniket +
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain

III

Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan dalam, tekanan nadi
menurun <20 mmHg, hipotensi,sianosis sekitar mulut, kulit dingin dan lembab,

IV

tampak gelisah
Syok berat, nadi tidak dapat diraba tekanan darah tidak dapat diukur

3. Sindrom Syok Dengue


Biasanya terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun biasanya antara hari ke 3
sampai ke 7).
Gejala yang timbul sesuai dengan keadaan syok :
-

Pasien tampak gelisah

Akral dingin dan pucat, kulit lembab


11

Hipotensi, penurunan tekanan nadi (<20 mmHg)

Nadi cepat dan lemah

Turgor kulit menurun

Mata cekung

Pada bayi ubun-ubun dapat terlihat cekung

Laboratorium
1. Laboratorium
- Trombositopenia ( trombosit <100.000/l )
- Hematokrit meningkat >20%
- Hipoproteinemia, penurunan kadar fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor
XII, dan anti trombin III
12

- PT dan PTT memanjang


- asidosis metabolik dan kadar BUN (Basal Urea Nitrogen) meningkat pada syok
berat.
- SGOT dan SGPT meningkat ringan
- Serum komplemen menurun

Penatalaksanaaan
Demam Dengue
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. pasien dianjurkan:
-

Tirah baring selama masa demam

Pemberian antipiretik paracetamol untuk menurunkan panas

Pemberian cairan dan elektrolit per oral seperti jus buah, sirup, dan susu
di samping air putih

Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematokrit sampai fase konvalesen


saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda penyembuhan
Demam Berdarah Dengue
a) Demam dapat di atasi dengan kompres air dingin antipiretik parasetamol 3x
sehari pemberian cairan per oral, periksa kadar Hematokrit berkala
b) Penggantian volume plasma
Indikasi pemberian cairan intravena :
- Pasien terus muntah, tidak mau minum, demam tinggi
- Hematokrit semakin meningkat

Jenis cairan (rekomendasi WHO 1997)


1) Kristaloid
- Larutan Ringer Laktat (RL)
- Larutan Ringer Asetat
- Larutan Nacl 0,9% (garam faali)
- Dextrosa 5% dalam RL (D5/RL)
13

- Dextrosa 5% dalam RA (D5/RA)


- Dextrosa 5% dalam larutan Nacl 0.9% (D5/ LGF) (catatan : untuk
resusitasi syok digunakan RL/RA, tidak boleh Larutan yang mengandung
dextrosa)
2) Koloid
- Dextran 40
- Plasma
- Albumin
Protokol 1 : Tersangka DBD
Pasien pulang bila : Hb,Ht normal, trombosit >100.000 /l dalam 24 jam. Dengan
catatan kontrol kembali bila keadaan malin buruk. Bila masih meragukan, observasi dan
berikan infus kristaloid 500 cc per 4 jam, ulang Hb, Ht, trombosit.
Pasien di rawat bila Hb, Ht normal tapi trombosit < 100.000/ l. Atau Hb, Ht tetap/meningkat
dengan trombosit normal/ menurun. Monitor vital serta jumlah urin tiap 4 jam.
Protokol 2 DBD : tanpa perdarahan masif dan syok
Berikan infus larutan kristaloid 4 jam/ kolf. Bila Hb,Ht normal dan trombosit >
100.000 -150.000 maka cukup monitor lagi tiap 24 jam. Tapi bila Hb, Ht meningkat periksa
ulang tiap 12 jam. Setelah 24 jam bila Hb, Ht, dan trombosit :
- Stabil, pasien boleh pulang
- Normal/ meningkat trombosit >100.000, ulang periksa tiap 12 jam selama 24 jam. Bila
normal dan stabil, boleh pulang
- Klinis memburuk, menunjukkan tanda syok, terapi di sesuaikan seperti pada syok
Pasien pulang bila : tidak demam, hemodinamik baik. Kontrol poliklinik 24 jam
kemudian sambil periksa darah perifer lengkap. Bila keadaan memburuk harus segera
kembali dirawat
Protokol 3 : DBD dengan perdarahan spontan dan masif tanpa syok
Segera infus larutan kristaloid 4 jam/ kolf. Periksa tanda-tanda vital, darah perifer
lengkap, dan homeostasis tiap 4-6 jam. Transfusi komponen darah diberikan sesuai indikasi.
Fresh rozen plasma (FFP) diberikan bila terdapat defisiensi faktor-faktor pembekuan (PT dan
PTT memanjang). Packed Red Cells (PRC) diberikan bila nilai Hb kurang dari 10 g%.
14

transfusi trombosit diberikan pada DBD dengan perdarahan spontan dan masif dengan jumlah
trombosit < 100.000.
Protokol 4 : DBD dengan syok dan perdarahan spontan.
Fase awal segera berikan infus larutan kristaloid terutama RL 20 ml/kgBB/jam.
Berikan O2 2-4 lt/mnt periksa elektrolit dan ureum, kreatinin. Evaluasi selama 30-120 menit.
Syok dikatakan teratasi bila keadaan umum membaik, keadaan Sistim Saraf Pusat baik, sistol
di atas 100 mmhg dengan tekanan nadi > 20 mmHg. Nadi kurang dari 100X/menit dengan
volume yang cukup. Akral hangat, tidak pucat serta diuresis 0,5-1 ml/kgBB/jam. Bila syok
telah teratasi infus dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam lanjut evaluasi 60-120 menit berikut.
Bila klinis menjadi stabil kurangi lagi menjadi 4 jam/kolf. Selama ini periksa ulang Hb, Ht,
trombosit, serta elektrolit tiap 4-6 jam. Bila hemodinamik masih belum stabil dengan Ht
>30% anjuran kombinasi kristaloid dan koloid dengan perbandingan 3-4: 1 namun bila Ht
<30% berikan transfusi darah merah. Bila syok dari awal tidak teratasi langsung berikan lar
koloid 10-20 ml/kgBB/jam maksimal 1500 ml/24 jam. Bila Ht<30% segera transfusi darah
merah.
Bila syok masih juga belum teratasi berikan obat-obatan vasopresor seperti dopamin,
dobutamin atau epinefrin. Periksa homeostasis di ulang bila masih ada perdarahan. Berikan
juga obat- obatan sesuai gejala yang ada. (terapi simtomatik)
Protokol 5 : DBD dengan syok tanpa perdarahan
Pada dasarnya sama prinsipnya seperti protokol 4 hanya saja pemeriksaan klinis dan
laboratorium dilakukan seteliti mungkin untuk menentukan kemungkinan perdarahan
tersembunyi disertai KID, maka heparin dapat diberikan. Bila tidak didapatkan tanda- tanda
perdarahan, walau hasil pemeriksaan homeostasis menunjukkan KID maka heparin tidak
diberikan, kecuali bila ada perkembangan ke arah perdarahan.

Komplikasi
Pada umumnya infeksi primer dapat sembuh sendiri dan tidak berbahaya. Komplikasi
pada bayi dan anak usia muda biasanya berupa kehilangan cairan dan elektrolit, hiperpireksia,
dan kejang demam. Pada usia 1 4 tahun wajib diwaspadai ensefalopati dengue karena
merupakan golongan usia tersering terjadinya kejang demam. Kegagalan dalam melakukan
15

tatalaksana komplikasi ini, dapat memberikan jalan menuju DSS (Dengue Shock Syndome)
dengan tanda kegagalan sirkulasi, hipotensi dan syok

Upaya Pencegahan
1. Pemberantasan secara kimiawi
-

Pengasapan (Fogging)

Bubuk Abate
2. Pemberantasan secara hayati dengan menggunakan agen hayati : ikan cupang,
larva ikan nila

3. Pemberantasan secara fisika (Gerakan 3M) :


- Menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali, dan
menaburkan bubuk Abate ke dalamnya
- Menutup rapat tempat-tempat penempungan air
- Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan

Daftar Pustaka
1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I FKUI edisi III. Jakarta, 1996.

16

2. Harrisons Principles of Internal Medicine 14th edition volume 2. International edition.


USA,1998.
3. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan. Dirjen
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, edisi 2 tahun 2001.
4. Demam Berdarah Dengue. Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian. World
Heatlh Organization. Jakarta : EGC,1999.
5. Infeksi Tropik-Demam Berdarah Dengue. www.infeksi.com.

17

Anda mungkin juga menyukai