PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Adalah hak yang kuat dan mudah penyitaannya. Menurut Pasal 1134 ayat
(2) KUH Perdata dinyatakan bahwa: Hak gadai dan hipotik lebih
diutamakan daripada privilege, kecuali jika undang-undang menentukan
sebaliknya. Dari bunyi pasal tersebut jelas bahwa hak gadai mempunyai
kedudukan yang kuat. Di samping itu kreditor pemegang gadai adalah
termasuk kreditor separatis. Selaku separatis, pemegang gadai tidak
terpengaruh oleh adanya kepailitan si debitor.
Kemudian apabila si debitor wanprestasi, pemegang gadai dapat dengan
mudah menjual benda gadai tanpa memerlukan perantaraan hakim, asalkan
penjualan benda gadai dilakukan di muka umum dengan lelang dan menurut
kebiasaan setempat dan harus memberitahukan secara tertulis lebih dahulu
akan maksud-maksud yang akan dilakukan oleh pemegang gadai apabila
tidak ditebus (Pasal 1155 ayat (2) KUH Perdata). Jadi di sini acara penyitaan
lewat juru sita dengan ketentuan-ketentuan menurut Hukum Acara Perdata
tidak berlaku bagi gadai.
2.4. Hapusnya Gadai Menurut KUH Perdata dan Peraturan Perum Pegadaian
Setiap ada awal pasti ada akhir setiap permasalahan pasti ada
penyelesaian. Begitu juga dengan gadai pasti akan ada pula hapus atau
berakhirnya hak gadai. Berakhirnya persetujuan gadai adalah merupakan
rentetan, setelah terlaksananya persetujuan.
Mengenai cara berakhirnya atau hapusnya suatu gadai menurut KUH Perdata
adalah sebagai berikut:
1. Hak gadai hapus apabila hutang telah dibayar oleh si berutang.
2. Hak gadai hapus apabila barang yang di gadaikan keluar dari kekuasaan si
penerima gadai.
3. Apabila sudah dilepaskan oleh penerima gadai melunasi atas dasar atau
kemauan
sendiri
dari
penerima
gadai
maka
penerima
gadai
5. Bila barang yang digadaikan musnah atau terbakar diluar kehendak atau
kemampuan pemegang gadai. Dimana penerima dan pemberi gadai samasama mengalami.
6. Barang gadai menjadi milik dari si pemegang gadai atas kesepakatan atau
persetujuan dari si pemberi gadai (pengalihan hak milik atas kesepakatan).
Berakhirnya gadai dapat juga berakhir apabila tanah gadai musnah
karena bencana alam atau lainnya, maka perjanjian gadai berakhir dan
pemegang gadai tidak berhak untuk meminta uang gadainya kembali dari
penggadai.
2.5. Ruang Lingkup Objek Gadai
Didalam perjanjian gadai objek-objek gadai menurut hukum perdata tersebut
selalu mengikuti dari perjanjian gadai. Objek tersebut memiliki kekuatan hukum
sesuai dengan hak kebendaan yang selalu mengikat dalam suatu perjanjian gadai.
Hak kebendaan tersebut di dalam hukum perdata mengandung ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Benda yang dijadikan sebagai benda jaminan senantiasa dibebani hak
tanggungan. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas sebagaimana diatur
dalam pasal 1150 KUH Perdata.
b. Si berpiutang yang memegang gadai menuntut haknya untuk menerima
pelunasan pembayaran hutang dengan satu pembuktian pokok
sebagaimana diatur dalam Pasal 1151 KUH Perdata yang berbunyi
sebagai berikut "Persetujuan gadai dibuktikan dengan segala alat yang
diperbolehkan bagi pembuktian persetujuan pokok".
c. Objeknya adalah benda bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud.
d. Hak gadai merupakan hak yang dilakukan atas pembayaran dari pada
orang-orang berpiutang lainnya.
e. Benda yang dijadikan objek gadai merupakan benda yang tidak dalam
sengketa dan bermasalah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari apa yang telah dijelaskan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh debitur atau seorang lain atas namanya, dan yang
memberikan kekuasaan kepada kreditur itu untuk mengambil pelunasan dari
barang-barang tersebut secara didahulukan daripada kreditur-kreditur lainnya.
Hak dan kewajiban pemegang gadai yaitu ia berhak untuk menahan barangbarang yang dipertanggungkan selama hutang-hutang dan bertanggung jawab
kepada kerugian apabila karena kesalahannya barang yang dipertanggungkan
menjadi hilang.
Dalam pelunasan dari hasil yang digadaikan disini dapat dijelaskan bahwa
hak gadai kreditur atau pemegang gadai memiliki wewenang untuk melakukan
penjualan atas kuasa sendiri benda-benda yang digadaikan. Apabila debitur atau
pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya. Dalam umumnya kreditur dapat
menguangkan benda yang digadaikan tersebut untuk mengambil pelunasan uang
pokok, bunga dan biaya-biaya, tanpa diharuskan pertama-tama memancing suatu
penghukuman debitur oleh pengadilan.
10
DAFTAR PUSTAKA
11