Anda di halaman 1dari 41

TUGAS

ANALISIS PERANCANGAN USAHA (APU)

Disusun Oleh :

Kelompok/Kelas

: 1 (Satu)/4ID01

Nama/ NPM

: 1. AnnisaaUtami P. / 30412989
2. Eka Aprilia

/ 32412395

3. Fransiscus Serrano/ 33412037

Dosen

4. Hanna Amalia

/ 33412297

5. Puspita

/ 35412740

: Tim Khusus Industri

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2016

ANALISIS AKTIVITAS DAN PERANCANAAN TATA


LETAK
1.1

Activity Relationship Chart (ARC)


Activity Relationship Chart (ARC) merupakan teknik ideal untuk

merencanakan keterkaitan antara setiap kelompok kegiatan yang saling


berkaitan. ARC ini dapat digunakan untuk penyusunan

urutan

pendahuluan bagi satu peta dari ke-, lokasi nisbi dari pusat kerja atau
departemen dalam satu kantor, lokasi kegiatan dalam satu usaha
pelayanan, lokasi pusat kerja dalam operasi perawatan atau perbaikan,
lokasi nisbi dari daerah pelayanan dalam satu fasilitas produksi,
menunjukkan hubungan satu kegiatan dengan yang lainnya, dan
memperoleh saru landasan bagi penyusunan daerah selanjutnya (Apple,
1990). ARC (Activity Relationship Chart) produksi PT Good Wood Furniture
yang telah dibuat dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Activity Relationship Chart Produksi PT Good Wood Furniture

Berdasarkan hasil dari ARC, maka dapat diketahui hubungan


antara masing-masing departemen yang ada pada area produksi PT Good
Wood Furniture. Terlihat hubungan aktivitas dari receving dan meja
fabrikasi memiliki derajat kedekatan dengan simbol A dan berwarna
merah. Hal tersebut berarti bahwa untuk lokasi receving dan meja fabrikasi
harus berdekatan serta memiliki hubungan yang mutlak diperlukan
dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya. Angka-angka yang berada dalam
ARC merupakan alasan yang mendukung bahwa antara receving dan meja
fabrikasi memiliki hubungan yang mutlak diperlukan. Alasan-alasan
tersebut

antara

lain

adalah

menggunakan

catatan

yang

sama,

menngunakan area yang sama, dan urutan aliran kerja dengan kode

alasan 1,3, dan 6. Sehingga, dalam pendirian PT Good Wood Furniture


posisi ruang receving dengan meja fabrikasi haruslah saling berdekatan
karena disebabkan oleh alasan-alasan yang telah dijabarkan di atas.
Alasan pertama adalah menggunakan catatan yang sama ini berarti bahwa
departemen receving dan fabrikasi memiliki catatan kerja yang sama, bila
departemen receving mengantarkan bahan baku untuk 40 produk maka
banyaknya pengukuran pada departemen fabrikasi adalah sebanyak 40
produk. Alasan kedua adalah menggunakan area yang sama, hal ini jelas
terlihat dimana departemen receving dan fabrikasi sama-sama berada pada
area produksi. Alasan yang terakhir adalah urutan aliran kerja, hal ini juga
dapat dilihat bahwa proses yang pertama dilakukan adalah proses
pengukuran pada departemen fabrikasi.
Hal tersebut juga berlaku dengan hubungan antar lokasi lainnya
yang

ada

pada

PT

Good

Wood

Furniture,

hanya

saja

yang

membedakannya adalah warna dan kode alasaannya. Kemudian untuk


hubungan yang tidak penting seperti receving dengan perkantoran diberi
kode U dan alasannya diberi tanda -. Hal ini menunjukan bahwa
hubungan yang tidak penting maka tidak terdapat alasan didalamnya.
Hubungan yang tidak penting masih memungkinkan untuk membuat
antar

departemen

tersebut

didekatkan

tetapi

tidak

ada

tingkat

kepentingannya. Warna coklat menunjukan hubungan yang tidak


dikehendaki, hal ini berbeda dengan hubungan tidak penting dimana
untuk hubungan tidak dikehendaki antar departemen tidak boleh
didekatkan. Biasanya alasan yang digunakan adalah alasan no 9 yaitu
kemungkinan bau yang tidak sedap, ribut atau kotor, dll.

Setiap derajat kedekatan yang digunakan tidak harus memiliki


alasan yang sama banyaknya. Penentuan alasan yang dipilih disesuaikan
dengan hubungan atar aktivitas maupun lokasi yang digunakan.
Departemen receving dan assembling memiliki derajat kedakatan A
dimana hubungan mutlak diperlukan. Alasan yang digunakan adalah 1,2,
dan 3. Alasan no 2 merupakan menggunakan tenaga kerja yang sama, hal
ini terjadi ketika operator perakitan mengambil komponen tambahan
pada departemen receving sebelum melakukan perakitan.
Hubungan kedekatan anatara receving dengan shipping memiliki
derajat kedekatan sangat penting dengan alasan 1,3,8. Alasn 8
menunjukan bahwa departemen receving dengan shipping menggunakan
peralatan kerja yang sama. Peralatan kerja tersebut adalah alat angkut
yang digunakan yaitu berupa walking palet. Hubungan departemen
penyerutan dengan departemen assembling adalah hubungan penting
dengan warna hijau dan alasan 1,3,6. Urutan aliran kerja disini adalah
tidak semua komponen masuk kedalam departemen pengeboran sehingga
departemen ini penting untuk didekatkan. Selanjutnya adalah pembuatan
ARC untuk perkantoran dan fasilitas.

Activity Relationship Chart

perkantoran dan fasilitas PT Good Wood Furniture dapat dilihat pada


Gambar 2.

Gambar 2 Activity Relationship Chart Perkantoran dan Fasilitas PT Good Wood


Furniture

Berdasarkan ARC (Activity Relationship Chart) untuk perkantoran


dan fasilitas yang telah dibuat dapat diketahui hubungan antara masing-

masing ruangan yang ada pada PT Good Wood Furniture. Terlihat


hubungan aktivitas dari ruang direktur dengan ruang general manager
memiliki derajat kedekatan dengan simbol A dan berwarna merah. Hal
tersebut berarti bahwa ruang direktur dan ruang general manager memiliki
hubungan

yang

mutlak

diperlukan

dalam

melakukan

aktivitas-

aktivitasnya. Pada bagian bawah simbol derajat kedekatan, terdapat


angka-angka. Angka ini merupakan alasan yang mendukung bahwa
antara ruang direktur dan ruang ganaeral manager memiliki hubungan
yang mutlak diperlukan. Alasan-alasan tersebut antara lai adalah
menggunakan catatatan yang sama, derajat hubungan pribadi/personal,
dan derajat hubungan kertas kerja, dengan kode alasan adalah 3, 4, dan 5.
Alasan no 3 dipilih karena kedua ruangan berada pada area yang sama
yaitu area perkantoran. Alasan no 4 merupakan derajat hubungan
pribadi/personal hal ini menunjukan bahwa penyampaian nya biasa
dilakukan secara langsung atau personal baik dari direktur ke GM
mampun sebaliknya. Alasan no 5 merupakan derajat hubungan kertas
kerja hal ini mirip dengan alasan no 4 hanya saja jika alasan no 4 yang
berhubungan langsung adalah orangnya atau personalnya sedangkan
alasan no 5 adalah laporan kerjanya. Contohnya adalah seperti general
manager yang membutuhkan persetujuan direktur dalam melakukan
pembangunan atau pelebaran pabrik.
Berdasarkan hal ini maka dalam pendirian PT Good Wood
Furniture posisi ruang direktur dan ruang general manager haruslah saling
berdekatan karena alasan-alasan yang telah dijabarkan di atas. Hal ini juga
berlaku dengan hubungan lokasi lainnya yang ada di PT Good Wood
Furniture, hanya saja yang membedakannya adalah warna dan kode

alasaannya. Hubungan tidak dikehendaki salah satunya pada hubungan


ruang direktur dengan instalasi listrik. Kedua fasilitas ini tidak boleh
saling berdekatan, dikarenakan instalasi listrik mengeluarkan suara bising
sehingga dapat menggangu kegiatan didalam perkantoran. Alasan ini
diberi dengan kode alasan nomer 9. Kode alasan nomer 9 ini menunjukan
alasan yang merupakan kemungkinan bau yang tidak sedap, rebut, atau
kotor. Hubungan ditulis dengan simbol X dengan warna coketlat.
Hubungan aktivitas yang memiliki simbol E atau dapat diartikan
sebagai hubungan yang sangat penting, dapat dilihat pada hubungan
ruangan manager keuangan dengan manager produksi. Diberikan simbol E
dikarenakan terdapat alasan 3, 4 dan 5 yakni menggunakan area yang
sama, derajat hubungan pribadi/personal dan derajat hubungan kertas
kerja. Maka untuk pengalokasian kedua ruangan ini, ditempatkan
berdekatan. Hasil dari Activity Relationship Chart ini akan digunakan
dalam pembuatan AAD dan template selanjutnya.

2.

Area Allocation Diagram (AAD)


Area Allocation Diagram (AAD) merupakan gambaran awal pabrik

secara keseluruhan berupa perbandingan ukuran yang dibuat dengan


ukuran sebenernya yang diperoleh dari ARD, yang merupakan kelanjutan
dari ARC. AAD merupakan template secara global informasi yang dapat
dilihat hanya pemanfaatan area saja, sedangkan gambar visualisasi secara
lengkap dapat dilihat pada template yang merupakan hasil akhir dari
penganalisaan dan perencanaan tata letak pabrik (Elib, 2015).
Area allocation diagram merupakan suatu gambaran dari tata letak
produksi yang sebenarnya dan membuat alokasi dari departemen

produksi dan departemen perkantoran pada PT Good Wood Furniture


dengan produksi lemari hijab. Area alocation diagram

atau AAD

merupakan langkah lanjutan dari ARC. ARC merupakan peta yang


menggambarkan diagram kedekatan posisi departemen satu dengan
departemen lainya. Kegiatan pembuatan ARC dapat diketahui kesimpulan
tingkat kepentingan antar aktivitas dengan demikian berarti bahwa ada
sebagian aktivitas harus dekat dengan aktivitas yang lainnya dan ada juga
sebaliknya. Hubungan kedekatan tersebut dapat mempengaruhi tata letak
fasilitas perkantoran maupun pabrik. Kedekatan tata letak aktivitas
tersebut ditentukan dalam bentuk area allocation diagram (AAD). Adapun
dasar pertimbangan dalam prosedur pengaloaksian area ini adalah aliran
produksi (material dan peralatan), ARC (informasi aliran, aliran personil
dan hubungan fisikal), ARD yang terdapat di data penunjang. Pembuatan
AAD dibagi menjadi dua yaitu AAD untuk area perkantoran dan AAD
untuk area pabrik. Dimana kedua area tersebut masih dalam satu area
perusahaan. Area allocation perkantoran dan pabrik yang terdapat pada PT
Good Wood Furniture dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Area Allocation Diagram Perkantoran dan Fasilitas

Gambar 3 menunjukan AAD untuk perkantoran dan fasilitas yang


ada pada PT Good Wood Furniture. Gambar tersebut memiliki beberapa
keterangan yang dapat membantu dalam membaca diagram AAD
tersebut. O-1 merupakan ruang direktur, O-2 merupakan ruang general
manager, O-3 merupakan ruang manager keuangan, O-4 merupakan ruang
manager pemasaran, O-5 merupakan manager produksi, O-6 merupakan
ruang manager PPIC, O-7 merupakan ruang manager SDM, O-8
merupakaan meeting room, O-9 merupakan ruang receptionist, O-10 pantry

dan O-11 merupakan toilet perkantoran. Gambar tersebut memperlihatkan


prioritas kedekatan ruang-ruang yang terdapat dalam perkantoran PT
Good Wood Furniture. Ukuran yang dipergunakan pun relative beragam
dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap ruangan.
Gambar tersebut memiliki beberapa keterangan yang dapat
membantu dalam membaca diagram AAD tersebut, seperti R merupakan
departemen receiving sampai dengan S merupakan departemen shipping.
Gambar tersebut memperlihatkan prioritas kedekatan departemendepartemen yang terdapat dalam pabrik PT Good Wood Furniture yang
memproduksi lemari hijab. Ukuran yang dipergunakan pun relatif
beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap departemen. Ukuran
departemen-departemen tersebut disesuaikan dengan peralatan dan
mesin yang diletakan pada departemen tersebut. Hal ini bertujuan agar
proses produksi dapat berjalan dengan baik tanpa hambatan.
Area allocation diagram dibuat dengan menggunakan simbol dan
warna untuk setiap ruangan, maupun departemennya. Hal tersebut
dilakukan untuk memudahkan dalam mengartikan area allocation diagram
yang telah dibuat. Ukuran merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam
pembuatan area allocation diagram. Pembuatan area allocation diagram untuk
departemen produksi harus disesuaikan dengan tipe layout yang
digunakan. PT Good Wood Furniture menggunakan tipe layout u-shaped,
dengan ruangan shipping dan receiving terletak pada lokasi yang
berdekatan. Tipe layout u-shapped dapat memudahkan dalam pemantauan,
karena datangnya bahan baku dan barang jadi terletak dalam lokasi yang
sama. Selain itu keuntungan lainnya adalah dapat meminimumkan biaya
transportasi, karena sedikitnya kegiatan pemindahan bahan yang

dilakukan. Pengalokasian fasilitas dan ruangan perkantoran didasari pada


hubungan keterkaitan pada ARC. Pengalokasian yang sesuai dengan
hubungan aktivitas akan mengefisiensikan dan mengefektifkan waktu
kerja dalam perkantoran.

Template
Template merupakan suatu gambaran yang telah jelas dari tata letak

pabrik yang akan dibuat dan merupakan gambaran detail dari AAD yang
telah dibuat. Terdapat beberapa informasi yang dapat dilihat pada
template yaitu tata letak kantor dan peralatannya, tata letak pelayanan yang
ada di pabrik, misalnya jalan, kantin, sarana olah raga, tata letak bagian
produksi, misalnya receiving, pabrikasi, assembling, shipping, aliran setiap
material mulai dari receiving sampai dengan shipping (Rionaldi, 2014).
Berikut ini merupakan template pada PT Good Wood Furniture seperti
pada Gambar 4.

Gambar 4 Template PT Good Wood Furniture

Berdasarkan template, maka dapat diketahui gambaran keseluruhan


dari PT Good Wood Furniture. Informasi yang dapat dilihat dalam
template adalah tata letak perkantoran, tata letak fasilitas yang terdapat
dalam PT Good Wood Furniture, seperti mushola, parkiran, aula, dan
sebagainya, tata letak bagian produksi, seperti receiving, fabrikasi,
assembling, dan shipping, dan aliran dari setiap material. Berdasarkan
template, dapat diketahui jumlah bangunan, jumlah mesin, jumlah fasilitas,
hingga seluruh aliran bahan atau komponen yang digunakan dalam
proses produksi pada PT Good Wood Furniture. Peletakan setiap elemen
yang terdapat dalam template ialah berdasarkan pada ARC. Contohnya
hubungan antara Pos jaga dengan parkiran berwarna hijau, memiliki arti
bahwa hubungan pos jaga dengan tempat parkir sangat penting, sehingga
berpengaruh pada penempatan pos jaga dan tempat parkir. Pembuatan
aliran bahan pada template juga harus didasarkan pada peta proses
operasi. Peletakkan dari fasilitas yang adapun juga didasarkan pada
analisa ARC. Jadi, dalam pembuatan template harus diperhitungan dan
sesuai dengan aliran yang baik agar terjadi kondisi kerja yang kondusif.
Jumlah mesin pada bagian produksi disesuaikan dengan jumlah mesin
aktual dari data MPPC.

Pada lahan pabrik dapat dilihat pola aliran

material yang sesuai dengan ARD.


Pola aliran ini digambar dengan garis alir yang masuk ke dalam
mesin dan keluar kemudian mengalir lagi ke tiap-tiap mesin di dua
departemen berbeda. Misalnya pada receiving yang diberi warna kuning,
komponen mengalir ke satu meja fabrikasi untuk dilakukan pemrosesan.
Kemudian dari meja fabrikasi, komponen mengalir ke proses pemotongan
dengan menggunakan satu mesin potong dengan satu operator, begitu

seterusnya sampai dengan

shipping. Dengan adanya

template

ini

diharapkan akan dapat mengurangi jumlah kebutuhan lahan pabrik


secara aktual karena telah disesuaikan jumlah kebutuhan fasilitas yang
ada sesuai dengan hubungan keterkaitan aktivitas dan faktor-faktor
lainnya.

ASPEK FINANSIAL
2.1

Perhitungan Biaya Investasi


Biaya investasi merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk diinvestasikan menjadi sebuah aset bernilai baik aset


tetap maupun aset berjalan. Perhitungan biaya investasi memperhatikan
seluruh investasi yang akan menunjang fasilitas dari perusahaan. Investasi
itu sendiri merupakan penanaman sejumlah uang kepada satu atau lebih
aset dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih. Investasi
dari perusahaan biasanya terdiri dati tanah, bangunan tertutup, bangunan
terbuka, fasilitas, perkantoran, dan produksi. Biaya investasi dalam
pembangunan pabrik ini tidak sepenuhnya menggunakan modal sendiri,
melainkan juga dilakukan peminjaman kepada bank. Berikut merupakan
perhitungan biaya investasi dari PT Good Wood Furniture.

Tabel 1 Investasi Awal

Berdasarkan perhitungan dapat diketahui total harga dari masing-masing


investasi yang terdapat pada perusahaan. Nilai sisa dari masing-masing

investasi, dan nilai susut dari investasi setiap tahunnya. Berikut


merupakan contoh perhitungan dari meja fabrikasi.
Total Harga = Jumlah x Harga/Unit
= 1 x Rp. 400.000,= Rp. 400.000,Nilai Sisa

= 10% x Harga Total


= 10% x Rp. 400.000,= Rp. 40.000,-

Susut/tahun =
=

Harga Total - Nilai Sisa


Umur
Rp. 400.000 - Rp. 40.000
5

= Rp. 72.000,Perhitungan biaya investasi awal merupakan langkah pertama


dalam menentukan apakah PT Good Wood Furniture layak atau tidak
untuk didirikan. Pada kolom kedua dan ketiga menunjukkan jenis dan
jumlah kebutuhan sarana dan fasilitas yang diperlukan oleh PT Good
Wood Furniture dalam membangun usahanya untuk memproduksi lemari
hijab. Untuk bangunan tertutup jumlahnya merupakan total luas dari
bangunan sebesar 595,0336 m2 atau ruangan yang memiliki atap dan
dinding, sedangkan bangunan terbuka yang tidak memiliki atap sebesar
804,9664 m2. Jumlah dari masing-masing barang disesuaikan dengan
jumlah tenaga kerja baik tenaga kerja langsung maupun tenaga kerja tidak
langsung. Kolom kelima dan keenam menunjukkan harga per unit dari
masing-masing saran dan fasilitas serta harga totalnya. Kolom ketujuh
menunjukkan umur masing-masing komponen investasi. Hal tersebut

berarti menunjukkan bahwa lamanya komponen investasi itu dapat


bekerja secara ekonomis.
Kolom kedelapan menunjukan nilai sisa dari masing-masing
fasilitas yang besarnya adalah 10% dari harga awal beli. Nilai sisa yang
dimaksud adalah, jika barang tersebut dijual setelah umur ekonomisnya,
maka akan tetap menghasilkan nilai yang jauh menurun. Sedangkan
kolom terakhir adalah kolom penyusutan per tahun. Penyusutan di sini
artinya adalah bahwa setiap barang akan berkurang nilai atau harganya
yang disebabkan oleh waktu pemakaian per tahun. Nilai penyusutan
didapatkan dari selisih harga total dan nilai sisa kemudian dibagi dengan
umur ekonomis. Tanah dalam hal ini tidak memiliki umur, nilai sisa, dan
nilai susut. Hal tersebut dikarenakan tanah yang telah dibeli oleh
perusahaan tidak memiliki umur ekonomis, tanah selalu dapat digunakan
untuk menunjang usaha.
Tanah tidak memiliki nilai susut dan nilai sisa dikarenakan nilai
jual tanah semakin tahun akan semakin bertambah dan tanah dapat selalu
digunakan sehingga tidak terdapat nilai sisa untuk investasi tanah. Setelah
didapatkan jumlah dari masing-masing kolom, maka dapat diketahui
bahwa biaya investasi yang harus dikeluarkan oleh PT Good Wood
Furniture untuk memulai usahanya adalah sebesar Rp. 1.469.743.520,-.
Biaya investasi ini tidak sepenuhnya dikeluarkan oleh masing-masing
anggota PT, namun 25% dipinjam dari bank. Sehingga untuk biaya
investasi, PT Good Wood Furniture meminjam uang kepada bank sebesar
Rp. 367.435.880,-.

2.2

Perhitungan Modal Kerja

Biaya

produksi

atau

biaya

modal

kerja

adalah

sejumlah

pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi


suatu barang. Penetapan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut
memerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan tetapi
ada juga yang sulit diidentifikasikan. Secara umum unsur biaya dapat
dibagi atas tiga komponen biaya yaitu komponen biaya bahan yang
meliputi semua bahan yang berkaitan langsung dengan produksi,
komponen biaya gaji atau upah tenaga kerja, dan komponen biaya umum
(biaya overhead pabrik) meliputi semua pengorbanan yang menunjang
terselenggaranya proses produksi (USU, 2015). Berikut merupakan
perhitungan biaya modal kerja dari PT Good Wood Furniture.
Tabel 2 Modal Kerja

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui biaya pra-investasi, baiaya


tetap, biaya variabel yang terdiri dari biaya bahan langsung dan tidak
langsung, biaya overhead pabrik serta total modal kerjanya. Berikut ini
merupakan contoh perhitungan untuk tahun pertama.

Biaya Pra Investasi = Paket Pendirian PT + Pengadaan Listrik +


Pengadaan Air + Survei Lapangan + Penyewaan
Alat Berat
= Rp. 10.000 + Rp. 30.000.000 + Rp. 10.000.000 +
15.000.000 + Rp.35.000.000
= Rp. 100.000.000
Tanah

= 5% x Harga Tanah
= 5% x Rp. 280.000.000,= Rp. 14.000.000,-

Bangunan Tertutup = 5% x Harga Bangunan Tertutup


= 5% x Rp. 595.033.600,= Rp. 29.751.680,Penyusutan

= Total penyusutan pada tabel investasi awal


= Rp. 101.877.423,-

Gaji T. K Tidak

= Total Gaji x 12

Lgsg. Perkantoran

= Rp. 85.000.000,- x 12
= Rp. 1.020.000.000,-

Biaya Bahan Lgsg. = Harga Komponen/Unit x Kuantitas x 30 x 20 x 12


(Papan Atas)

= Rp. 19.417,- x 1 x 40 x 20 x 12
= Rp. 186.403.200,-

Biaya Bahan

= Harga Komponen/Unit x Kuantitas x 30 x 20 x 12

Tidak Lgsg.

= Rp. 140,- x 50 x 20 x 12

(Sekrup)

= Rp. 67.200.000,-

Biaya Overhead

= Rp. 75.000.000,- pada tahun pertama dan naik 10%


tahun Berikutnya.

Gaji T. K Lgsg.

= Total Gaji Tenaga Kerja Langsung x 12

= Rp. 8.520.000,- x 12
= Rp. 102.240.000,Gaji T. K Tidak

= Total Gaji Tenaga Kerja Tidak Lgsg. Non Kantor x


12

Lgsg. Non Kantor

= Rp. 3.000.000,- x 12
= Rp. 36.000.000,-

Modal Kerja

= (Tahun 0 + Tahun 1) 25 %
= (Rp. 43.751.680 + Rp. 1.977.765.103) 25 %
= Rp. 505.379.195,84,-

Biaya modal kerja terbagi menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap meliputi pengeluaran seluruh biaya yang tidak
akan berubah tiap tahunnya dan tidak tergantung volume produksi,
sedangkan biaya variabel meliputi pengeluaran yang nilainya dapat
berubah sewaktu-waktu tergantung volume produksi. Biaya variabel tidak
diperhitungkan pada tahun ke-0 karena perusahaan belum mulai bekerja
dan melakukan proses produksi lemari hijab.
Biaya tetap terdiri dari pajak bumi dan bangunan yaitu jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk membayar pajak dari luas tanah dan bangunan
tertutup yang digunakan untuk pendirian PT Good Wood Furniture. Pajak
untuk tanah adalah Rp. 14.000.000,- dan untuk bangunan tertutup adalah
Rp. 29.751.680,-. Biaya penyusutan didapatkan dari total nilai susut dari
masing-masing

investasi

perusahaan

yang

telah

diperhitungkan

sebelumnya. Biaya kerja tak langsung adalah total biaya yang harus
dikeluarkan untuk gaji direktur, general manager, manager, dan staff setiap
tahunnya. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh
variabel-variabel yang diperlukan seperti komponen utama dari produk

lemari hijab. Biaya bahan langsung adalah biaya yang digunakan untuk
membeli komponen utama merupakan jumlah perkalian antara harga
komponen per unit dengan kuantitas yang diperlukan oleh 1 produk
selama 12 bulan dalam 5 tahun dengan 40 produk per hari sedangkan
biaya bahan tidak langsung adalah untuk komponen tambahan. Biaya
overhead pabrik, yaitu biaya yang diperlukan seperti halnya untuk
pemeliharaan mesin sebesar Rp. 75.000.000,- biaya ini akan selalu
bertambah 10% setiap tahunnya, dikarenakan kondisi mesin yang semakin
tua dan kegiatan produksi yang semakin bertambah dengan biaya setiap
tahun yang semakin meningkat. Semakin besar pemakaian terhadap
bahan langsung maupun tidak langsung makan biaya overhead pabrik
akan semakin besar.
Gaji tenaga kerja langsung adalah gaji operator selama 1 tahun untuk
mengoperasikan setiap unit mesin yang dibutuhkan dalam memproduksi
lemari hijab. Terakhir adalah gaji tenaga kerja tak langsung non
perkantoran yang merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan
setiap tahunnya untuk gaji satpam, OB dan resepsionis.Total modal kerja
diambil dari biaya yang dikeluarkan pada tahun 0 dan tahun 1. Hal
tersebut dikarenakan pada tahun 0 dan tahun 1 merupakan modal yang
harus dikeluarkan sebelum adanya profit, sedangkan untuk tahun ke 2
dan seterusnya akan dipengaruhi oleh profit yang didapatkan dari tahun
sebelumnya. Jadi total modal kerja untuk PT Good Wood Furniture adalah
sebesar Rp. 2.021.516.783,- dimana modal yang dikeluarkan sendiri
sebesar Rp. 1.516.137.587,52,- dan biaya pinjaman dari bank sebesar Rp.
505.379.195,84,-.

3.

Perhitungan Harga Pokok Penjualan


Perhitungan

selanjutnya

setelah

menentukan

besarnya

nilai

investasi awal dan modal kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah
perhitungan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan merupakan
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk barang-barang yang terjual
(USU,2015). Berdasarkan perhitungan harga pokok penjualan akan
didapatkan harga perunit dan besarnya keuntungan yang akan diperoleh
oleh perusahaan. Tabel 3 merupakan hasil perhitungan harga pokok
penjualan.
Tabel 3 Harga Pokok Penjualan

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui besarnya harga jual,


harga pokok penjualan per unit, dan harga jual produk per unit. Profit
atau keuntungan yang diinginkan perusahaan adalah sebesar 43,4%.
Keuntungan ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan yang akan

berpengaruh terhadap besarnya harga jual/unit. Berikut merupakan


contoh perhitungan berdasarkan tabel harga pokok penjualan.
PPN

= 15% x HPP
= 15% x Rp 1.977.765.103,= Rp 296.664.766,-

Profit

= HPP x (% keuntungan)
= Rp 1.977.765.103,- x 43,4%
= Rp 858.350.055,-

Harga jual (Rp) = HPP + PPN + Profit


= Rp 1.977.765.103,- + Rp 296.664.766,- + Rp 858.350.055,= Rp 3.132.779.924,HPP/Unit

= HPP / Jumlah Produksi per Tahun


= Rp 1.977.765.103,- /(12 x 20 x 40)
= Rp 206.017,-

Harga Jual/Unit

= Harga Jual/Jumlah Produksi per Tahun

= Rp 3.132.779.924,- /(12 x 20 x 40)


= Rp 326.331,Berdasarkan perhitungan harga pokok penjualan dapat diketahui
biaya apa saja yang dapat mempengaruhi besarnya keuntungan yang akan
diterima oleh perusahan dan biaya jual/unit. Biaya-biaya tersebut adalah
biaya PBB, penyusutan, biaya bahan langsung dan tak langsung, biaya
overhead pabrik, gaji tenaga kerja tak langsung perkantoran dan non
perkantoran, serta gaji tenaga kerja langsung. Harga pokok penjualan
merupakan besarnya harga yang diperoleh berdasarkan total biaya-biaya
yang termasuk dalam proses produksi lemari hijab. Harga jual merupakan
besarnya harga penjualan yang sudah termasuk pajak yang ditanggung

oleh konsumen serta profit yang akan diterima oleh perusahaan.


HPP/unit merupakan besarnya harga perunit lemari hijab berdasarkan
biaya-biaya yang mempengaruhinya. Harga jual/ unit merupakan
besarnya harga jual produk lemari hijab yang akan ditawarkan kepada
konsumen yaitu sebesar Rp 326.331,-harga tersebut sudah termasuk
dengan keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan yaitu sebesar
43,4%.

4.

Perhitungan Angsuran Pokok dan Bunga Bank

Perhitungan selanjutnya adalah proyeksi pembayaran angsuran pokok dan


bunga bank. Perhitungan dilakukan karena pada investasi awal dan modal
kerja perusahaan melakukan peminjaman kepada bank sebesar 25% dari
total biaya yang dibutuhkan. Perushaan menginginkan hutang bank dapat
dilunasi dalam jangka waktu 5 tahun dengan bunga bank sebesar 13%.
Tabel 10 merupakan hasil perhitungan angsuran pokok dan bunga bank.
Tabel 4 merupakan hasil perhitungan angsuran pokok dan bunga bank PT
Good Wood Furniture.
Tahun
0
1
2
3
4
5

Tabel 4 Angsuran Pokok dan Bunga Bank


Hutang bank
Angsuran pokok
Bunga bank
Pembayaran Ke
(Rp)
(Rp)
13% (Rp)
Bank (Rp)
Rp 872.815.076
Rp 698.252.061
Rp 174.563.015
Rp 113.465.960
Rp 288.028.975
Rp 523.689.046
Rp 174.563.015
Rp 90.772.768
Rp 265.335.783
Rp 349.126.030
Rp 174.563.015
Rp 68.079.576
Rp 242.642.591
Rp 174.563.015
Rp 174.563.015
Rp 45.386.384
Rp 219.949.399
Rp Rp 174.563.015
Rp 22.693.192
Rp 197.256.207

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui besarnya pinjaman yang


dilakukan oleh perusahaan kepada bank adalah sebesar Rp. 867.875.076,dimana pinjaman harus dilunasi dalam waktu 5 tahun. Lamanya waktu

pengembalian pinjaman ditentukan oleh perusahaan dimana dalam waktu


5 tahun perusahaan menginginkan dapat mengembalikan modal dan
sudah melunasi pinjaman. Besarnya angsuran pokok yang harus dibayar
oleh perusahaan setiap tahunnya adalah sebesar Rp 174.563.015 untuk
melunasi hutang selama 5 tahun. Bunga dalam pembayaran hutang bank
adalah sebesar 13%. Untuk tahun pertama berdasarkan angsuran pokok
dan bunga bank yang harus dibayar maka perusahaan harus membayar
sebesar Rp

288.028.975,-. Besarnya pembayaran ke bank semakin

menurun hal ini dikarenakan pembayaran yang telah dilakukan oleh


perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya.

5.

Perhitungan Rugi Laba


Perhitungan rugi laba menunjukan prestasi perusahaan dalam

jangka waktu tertentu. Perstasi perusahaan antara lain dapat diukur


dengan besarnya laba yang diperoleh. Dimana laba pada dasarnya adalah
selisih antarapendapatan dengan biaya-biaya yag dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut (Untoro,2010). Perhitungan rugi laba PT
Good Wood Furniture ini dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5 Rugi Laba PT Good Wood Furniture

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui total penjualan


pada setiap tahunnya, biaya produksi, pendapatan kotor, penyusutan
biaya investasi, pendapatan, pembayaran ke bank, sampai dengan profit on
sales. Berikut ini merupakan contoh perhitungan pada tahun 1:
Total Penjualan

= Harga Jual pada Perhitungan HPP


= Rp 3.132.779.924,-

Biaya Produksi

= Total Biaya Modal Kerja Tahun 1


= Rp. 2.021.516.783,-

Pendapatan Kotor

= Total Penjualan Biaya Produksi


= Rp 3.132.779.924,- - Rp. 2.021.516.783,= Rp 1.111.263.140,36,-

Penyusutan Biaya Investasi = Total Biaya Penyusutan pada Tabel Investasi


awal
= Rp. 101.877.423,Pendapatan
(sebelum bunga & pajak)

= Pendapatan Kotor Penyusutan


Biaya Investasi
= Rp 1.111.263.140,36,- - Rp. 101.877.423,-

= Rp 1.009.385.717,00,Pembayaran ke Bank

= Tabel Angsuran Pokok Tahun 1


= Rp 288.028.975,03

Pendapatan

= Pendapatan (sebelum bunga & pajak) -

(sebelum pajak)

Pembayaran ke Bank
= Rp 1.009.385.717,00,- - Rp 288.028.975,03
= Rp 721.356.741,98

Pajak Penghasilan

= Pendapatan (sebelum pajak) 30%


= Rp 721.356.741,98 30%
= Rp 216.407.022,59

Pendapatan Bersih

= Pendapatan (sebelum pajak) Pajak

(setelah pajak)

Penghasilan
= Rp 721.356.741,98 - Rp 216.407.022,59
= Rp 504.949.719,38

Profit on Sales

Pendapatan Bersih (setelah pajak)


100%
Total Penjualan
Rp 504.949.719,38

= Rp 3.132.779.923,72 100%
= Rp 16.12%
Berdasarkan perhitungan diatas, diketahui bahwa total penjualan adalah
sebesar Rp 3.132.779.924,- selama lima tahun. Biaya produksi yang
dikeluarkan sebesar Rp. 2.021.516.783,-untuk tahun pertama. Biaya ini
merupakan biaya untuk melakukan produksi lemari hijab selama satu
tahun. Biaya produksi ini berbeda setiap tahunnya hingga tahun kelima,
biaya ini dapat berubah jika pada proses peroduksi terdapat perubahan
biaya seperti harga komponen yang naik. Pendapatan kotor didapat

sebesar Rp 1.111.263.140,36,- biaya ini merupakan pedapatan yang didapat


tanpa memperhitungkan adanya biaya penyusutan, pembayaran pajak dan
lainnya. Penyusutan biaya investasi sebesar Rp. 101.877.423,-biaya ini
merupakan biaya yang dikeluarkan dari investasi awal yang sudah
diasumsikan mengalami penyusutan pertaunnya berdasarkan masingmasing umur ekonomis dari investasi tersebut. Pendapatan (sebelum
bunga & pajak) merupakan pendapat yang sudah memperhitungkan
adanya biaya penyusutan dari investasi, biaya yang didapat sebesar Rp
1.009.385.717,00,Pembayaran

ke

Bank

untuk

tahun

petama

sebesar

Rp

288.028.975,03, sedangkan untuk tahun berikutnya mengalami penurunan,


hal ini dikarenakan angsuran pertahun untuk hutang bank semakin
berkurang. Pendapatan (sebelum pajak) merupakan pedapatan yang
sudah memperhitungkan biaya penyusutan investasi namun belum
memperhitungkang

pajak,

biaya

yang

didapat

sebesar

Rp

Rp

721.356.741,98. Pajak Penghasilan merupakan pajak yang harus dibayarkan


sebesar 30% dari pendapatan (sebelum pajak) adalah Rp 216.873.209,06.
Pendapatan bersih merupakan pendapatan yang didapat oleh perusahaan
yang sudah memperhitungkan semua kebutuhan pembayaran, sehingga
didapat pendapatan bersih sebesar Rp 504.949.719,38. Profit on Sales
merupakan keuntungan yang didapat dalam penjualan adalah sebesar
16.12%. Keuntungan setiap tahunnya akan meningkat seiring dengan
berkurangnya pembayaran yang harus dilakukan ke bank. Nilai profit on
sales

mengalami

peningkatan,

berarti

bahwa

perusahaan

akan

memperoleh laba atau keuntungan. Sebaliknya, jika nilai profit on sales


mengalami penurunan, maka perusahaan akan memperoleh kerugian.

Berdasarkan perhitungan, nilai profit on sales mengalami peningkatan


setiap tahunnya. Hal tersebut berarti PT Good Wood Furniture akan
memperoleh keuntungan dari penjualan produk lemari hijab.

6.

Perhitungan Analisis Kas (Cash Flow)


Cash Flow merupakan suatu gambaran tentang perkembangan uang

sesuai dengan waktu yang penggunaannya disebabkan karena dengan kas


dapat dilakukan investasi dan dengan kas pula dapat dibayar kewajiban
finansial yang ada. Arus keluarnya uang disebut cash out flow dan arus
masuknya uang disebut cash in flow sedangkan selisih dari cash flow dan
cash in flow disebut net cash flow (Rangkuti, 2000). Perhitungan analisis kas
ini terbagi menjadi 3 perhitungan yaitu ICF, OCF, dan TCF.

6.1

Initial Cash Flow (ICF)


Aliran kas awal (Initial Cash Flow) merupakan aliran kas yang

berkaitan dengan pengeluaran untuk kegiatan investasi misalnya;


pembelian tanah, gedung, biaya pendahuluan dsb. Aliran kas awal dapat
dikatakan aliran kas keluar (cash out flow) (Rangkuti, 2000). Berikut ini
merupakan perhitungan dari initial cash flow PT Good Wood Furniture.
Initial Cash Flow (ICF) = Total Biaya Investasi Awal + Biaya Modal Kerja
(tauhun ke 0 + tahun ke 1)
= Rp 1.469.743.520,00 + Rp 2.021.526.783,36
= Rp 3.491.260.303,36
Berdasarkan perhitungan biaya initial cash flow didapat biaya
sebesar Rp 3.491.260.303,36 biaya tersebut adalah besarnya kas yang harus
dikeluarkan oleh PT Good Wood Furniture untuk dapat menjalankan
kegiatan produksi dari tahun ke 0 sampai tahun ke 1.

6.2

Operational Cash Flow (OCF)


Operational cash flow (OCF) merupakan aliran kas untuk mengetahui

biaya operasional proyek yang dilakukan dalam jangka waktu 5 tahun.


Operational cash flow (OCF) merupakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan proses produksi dan dipengaruhi oleh pendapatan setelah pajak,
penyusutan, dan bunga. Berikut ini merupakan perhitungan operational
cash flow seperti pada tabel 6 dibawah ini.
Tabel 6 Operational Cash Flow

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui nilai operational


cash flow (OCF) untuk setiap tahunnya. Berikut ini merupakan contoh
perhitungan pada tahun 1:
Pendapatan Setelah Pajak

= Hasil Perhitungan Proyeksi Laba Rugi


= Rp 504.949.719,38

Penyusutan

= Total penyusutan pada tabel investasi awal


= Rp 101.877.423,36

Bunga (1-30%)

= Lihat Angsuran Pokok dan Bunga Bank x


1-30%
= Rp 79.426.171,90

Operational Cash Flow (OCF) = Pendapatan Setelah Pajak + Penyusutan +


Bunga (1-30%)
= Rp 504.949.719,38+ Rp 101.877.423,36 + Rp

79.426.171,90
= Rp 686.253.314,64
Berdasarkan perhitungan, nilai pendapatan setelah pajak dari tahun
1 sampai 5 mengalami kenaikan. Kenaikan ini menunjukan bahwa PT
Good Wood Furniture akan mendapatkan keuntungan. Biaya penyusutan
yang didapat dari tahun ke 1 sampai ke 5 tidak mengalami perubahan, hal
ini menunjukan penyusutan sudah diperhitungkan sampai 5 tahun. Bunga
merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh pihak perusahaan kepada
bank karena peminjaman. Bunga dari tahun ke 1 sampai ke 5 mengalami
penurunan, hal ini dikarenakan peminjaman akan terus dibayarkan dan
hutang semakin berkurang setiap tahunnya. Operational cash flow tahun ke
1 sampai ke 5 mengalami kenaikan, hal tersebut berarti biaya operasional
yang harus dikeluarkan oleh PT Good Wood Furniture pada taun ke 1
sampai ke 2 akan mengalami kenaikan. Tahun ke 2 hingga ke 5 untuk nilai
operational cash flow turun, artinya biaya operasional dari tahun ke 2
sampai ke 5 akan mengalami penurunan.

6.3

Terminal Cash Flow (TCF)


Terminal cash flow (TCF) merupakan aliran kas yang berkaitan

dengan nilai sisa proyek. Berikut ini merupakan perhitungan dari terminal
cash flow (TCF).
Terminal Cash Flow (TCF) = Modal Kerja (tahun ke 0 + tahun ke 1) + Total
Nilai Sisa (Residu) dari Investasi Awal
= Rp 2.021.526.783,36 + Rp 118.974.352
= Rp 2.140.491.135,36

Diperoleh terminal cash flow sebesar Rp 2.140.491.135,36, yang berarti


bahwa modal akhir yang akan menjadi aset dari PT Good Wood Furniture
jika masanya sudah habis adalah sebesar Rp 2.140.491.135,36.

7.

Proyeksi Penilaian Investasi


Kriteria pemilihan investasi terdiri dari beberapa macam metode.

Metode-metode tersebut dipakai untuk memudahkan perusahaan dalam


berinvestasi. Terdapat beberapa metode analisis investasi yaitu Payback
Period, Return On Investment (ROI), Internal Rate Of Return (IRR),
Profitability Index (PI), dan Net Present Value (NPV) (Rangkuti, 2000). Beikut
perhitungan dari proyeksi penilaian investasi dengan menggunakan 3
metode yaitu PP, NPV, dan IRR.

7.1

Payback Period (PP)


Payback Period adalah suatu periode yang menunjukan berapa lama

modal yang ditanam dalam proyek tersebut dapat kembali. Payback Period
merupakan salah satu perhitungan Capital Budgetting yang relatif
sederhana. Payback Periode merupakan penentuan jangka waktu yang
dibutuhkan untuk menutup initial investment dari suatu proyek dengan
menggunakan cash inflow yang dihasilkan oleh proyek tersebut (Arifin,
2006). Berikut tabel 5.7 merupakan perhitungan payback period PT Good
Wood Furniture.
Tabel 7 Payback Period PT Good Wood Furniture

Terlihat pada tabel diatas bahwa investasi akan dapat kembali pada
tahun ke 4. Proyek PT Good Wood Furniture dapat dikatakan layak,
karena payback period terjadi kurang dari 5 tahun. Untuk mengetahui bulan
dan hari dimana investasi akan kembali, maka dilakukan perhitungan
kembali. Adapun perhitungan untuk mengetahui bulan dan hari tersebut
adalah sebagai berikut.
PP

OCF thn ke 4
x 12 Bulan
TCF OCF ke 5

= 4 Tahun +

699.501.99 0,64

= 4+ 2.140.491.135,36 692.514.240,64 x 12

= 4 Tahun + 2,90 Bulan


= 4 Tahun + 2 Bulan + (0,90 x 30 hari)
= 4 Tahun + 2 Bulan + 27 Hari
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diatas, maka
investasi akan kembali pada tahun ke 4, di bulan ke 2, dan pada hari ke 27.

7.2

Net Present Value (NPV)


Net Present Value merupakan nilai dari proyek yang bersangkutan

yang diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan


terhadap investasi yang dikeluarkan. NPV merupakan arus kas yang
diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada saat
ini. Perhitungan NPV memerlukan data tentang perkiraan biaya investasi,

biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat atau benefit dari
proyek yang direncanakan. NPV adalah selisih antara present value dari
investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di
masa yang akan datang (Husnan, 2009). Berikut ini merupakan
perhitungan NPV pada PT Good Wood Furniture.
OCF

OCF

1
2 ...
NPV = ICF 1 r
1 r 2

= - 3.491.260. 303

OCF TCF
n
1 r n

686.253.315
2.839.993.126 2.140.491.135,36
...
1 0,13
1 0,13 5

= -3.491.260.303 + 3.624.258.821

= Rp. 132.998.518
Berdasarkan perhitungan NPV diatas, investasi dikatakan layak
apabila nilai NPV adalah positif, sedangkan investasi dikatakan tidak
layak apabila nilai NPV adalah negatif. Berdasarkan hasil perhitungan,
diperoleh nilai NPV adalah sebesar Rp. 132.998.518. Hal tersebut dapat
dinyatakan bahwa investasi layak untuk dilakukan pada PT Good Wood
Furniture.

7.3

Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate Of Return adalah tingkat discount rate yang

menyamakan nilai sekarang dari aliran kas yang akan terjadi (PV inflows)
dengan nilai sekarang aliran kas keluar mula-mula (PV investment cost).
Analisis usulan proyek IRR yang melebihi nilai pengembalian yang
diinginkan maka proyek diterima dan sebalikanya apabila nilai IRR lebih

kecil dari nilai arus pengembalian yang diinginkan makan proyek ditolak.
Profitability Index adalah metode penilaian kelayakan investasi yang
mengukur tingkat kelayakan investasi berdasarkan rasio antara nilai
sekarang arus kas masuk total (TPV) dengan nilai sekarang investasi
inisial (USU, 2015).
Internal rate of return (IRR) digunakan untuk mengetahui layak atau
tidaknya pendirian suatu perusahaan. Kelayakan tersebut dapat dilihat
berdasarkan perbandingan tingkat suku bunga. Jika MARR (%) > IRR (%),
maka investasi suatu perusahaan dianggap tidak layak dan Jika MARR
(%) < IRR (%), maka investasi perusahaan dianggap layak. Perhitungan
dilakukan dengan menggunakan metode trial and error. Adapun
perhitungan dari internal rate of return adalah sebagai berikut.
ICF (14,2%)

OCF1

OCF2

...
= 1 r
1 r 2
686.253.315

= 1 0,142 ...

OCFn TCF
1 r n

2.839.993.126 2.140.491.135,36
1 0,142 5

= Rp.3.483.369.880
ICF (14,3%)

OCF1

OCF2

...
= 1 r
1 r 2
686.253.315

= 1 0,143 ...

OCFn TCF
1 r n

2.839.993.126 2.140.491.135,36
1 0,143 5

= Rp. 3.493.915.037
Intepolasi

Rasio Nilai Atas - ICF

= Selisih Rasio x (Rasio Nilai Atas - Rasio Nilai Bawah)


=(14,3%-14,2%)

Rp 3.493.915.037 - Rp 3.491.260.303,36
( Rp 3.493.915.037 - Rp 3.483.369.880)

= 0,01% x 0,025175

= 0,00025175%
IRR

= 14,2% + 0,02517% = 14,22517%


Berdasarkan perhitungan, nilai internal rate of return yang diperoleh

adalah sebesar 14,22517% dengan MARR sebesar 13%. Kedua nilai


tersebut dibandingkan, sehingga diperoleh hasil bahwa MARR < IRR,
yaitu 13% < 14,22517%, maka investasi yang dilakukan oleh PT Good
Wood Furniture layak untuk dilakukan.

8.

Break Event Point (BEP)


Break

Event

Point

adalah

volume

produksi

dimana

suatu

perusahaan tidak menghasilkan keuntungan atau kerugian. Setiap


kenaikan produksi dari hasil tingkat dalam pembuatan keuntungan
sementara penurunan apapun akan mengakibatkan kerugian. Konsep
analisis BEP tergantung pada teori marjinal biaya. Total biaya manufaktur
akan menghasilkan produk atau jasa dapat dipisahkan menjadi dua
bagian yang berbeda yaitu biaya tetap dan variabel (Nwachukhwu, 2004).
Break Even Point (BEP) merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk suatu usaha agar
dapat mengembalikan modal yang ditanam pada tahun ke 0. Ongkosongkos yang terjadi dalam penentuan Break Even Point (BEP) pada
dasarnya ada dalam dua kelompok, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya
variabel (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang besarnya
tidak dipengaruhi oleh besarnya volume produksi sedangkan biaya
variabel (variable cost) adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh
volume produksi. Perhitungan Break Even Point (BEP) dapat dilihat pada
Tabel 8.

Tahun
Ke-

Fixed Cost
(Biaya Tetap)

1
2
3
4
5

Rp 1.161.069.103
Rp 1.161.069.103
Rp 1.161.069.103
Rp 1.161.069.103
Rp 1.161.069.103

Variable Cost
Produk/Tahun
(Biaya
(Unit)
Variabel)
Rp 812.136.000
9.600
Rp 819.636.000
9.600
Rp 827.886.000
9.600
Rp 836.961.000
9.600
Rp 846.943.500
9.600
Tabel 8 Break Even Point (BEP)

Harga
Jual/Unit

BEP
(Unit)

BEP (Rp)

Rp 326.331
Rp 326.331
Rp 326.331
Rp 326.331
Rp 326.331

4.822
4.838
4.855
4.875
4.896

Rp 1.573.554.398
Rp 1.578.656.397
Rp 1.584.306.946
Rp 1.590.569.455
Rp 1.597.515.647

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui besarnya biaya


tetap,biaya variabel, total produksi setiap tahun, BEP unit dan BEP (Rp).
BEP merupakan titik impas yang menunjukan perusahaan tidak
mngalami keuntungan dan kerugian serta dapat mengembalikan modal.
Berikut merupakan contoh perhitungan berdasarkan tabel break even point
(BEP) tahun pertama.
= Biaya Tetap Tahun 1
= Rp 1.161.069.103
Variable Cost
= Biaya variable tahun 1
= Rp 812.136.000
Produk/Tahun = 40 x 20 x 12 = 9600
Fixed Cost

BEP (Unit)

Total Fixed Cost

= Harga Jual - (Total Variable Cost/Produk per Tahun)


Rp 1.161.069.103

= Rp 326.331 - (Rp 812.136.0 00/(40x20x12))


= 4.822 unit
BEP (Rp)

Total Fixed Cost


= 1 - (Total Variable Cost/Produk per Tahun)
Harga Jual
Rp 1.161.069.103
= 1 - (Rp 812.136.000 /(40x20x12))
Rp 326.331

= Rp 1.573.554.398,Analisis perhitungan Break Even Point ialah berdasarkan biaya tetap


(fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Berdasarkan perhitungan
Break Even Point pada tahun 1 yaitu modal dapat kembali apabila

penjualan lemari hijab adalah sebanyak 4.822 unit lemari hijab dengan
pendapatan yang diperoleh PT Good Wood Furniture adalah sebesar Rp
Rp 1.573.554.398,-begitu pula untuk tahun-tahun berikutnya. Hal tersebut
dapat diartikan bahwa agar modal di tahun pertama yang dikeluarkan PT
Good Wood Furniture sebesar Rp 1.573.554.398,- dapat kembali atau
bernilai impas dengan hasil pendapatan yaitu dengan memproduksi
lemari hijab sebanyak 4.822 unit dan dengan syarat lemari hijab tersebut
laku terjual semua sebanyak 4.822 unit dari perhitungan di atas.
Perbedaan nilai BEP yang pada tiap tahunnya disebabkan oleh biaya
variabel yang berbeda pada tiap tahunnya sehingga jumlah pendapatan
yang diterima dan jumlah unit yang diproduksi untuk dijual mengalami
perbedaan setiap tahunnya.

DAFTAR PUSTAKA
Rangkuti, Freddy. 2000. Business Plan (Teknik Membuat Perencanaan
Bisnis dan analisis Kasus). Jakarta. Prenada Media Group
Untoro, Joko. 2010. Buku Pintar Pelajaran. Jakarta. Wahyu Media
Arifin, Johar. 2006. Manajemen Rumah Sakit Modern Berbasis Komputer
(Mencakup Aspek Pemasaran dan Manajemen Keuangan). Jakarta.
Elex Media Komputindo
Nwachukwu, C. C. 2004. Management:Theory and Practice. pp. 265-267.
Africana First Publishers Limited, Onitsha, Nigeria: Anambra State
Rinda, Rini. 2011. Analisis Hubungan Break Evem Point Dengan
Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada CV Adi Putra Utama
Palembang. Palembang. STIE MDP.

(http://eprints.mdp.ac.id/705/1/JURNAL
%202009210044%20RINDA%20CHRISTINA.pdf diakses 25
November 2015)
Repository.usu.ac.id
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21777/5/Chapter
%20I.pdf)
Husnan, S. 2009. Pembelajaran Perusahaan (Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan) Edisi 5. Yogyakarta. Liberty

Anda mungkin juga menyukai