Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INTERMEDIET EMERGENCY NURSING

SISTEM PERKEMIHAN TRAUMA GINJAL

OLEH:
AYU LESTARI SIREGAR
HERIANTO SILVESTER SITANGGANG
JOLLY WILTON PANJAITAN
THARISI ANGELA SITORUS

D III KEPERAWATAN
STIKes ELISABETH MEDAN
T.A
2016
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering terjadi. Kejadian
penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma abdominal. Pada banyak kasus,
trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan
menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal
terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.
Trauma ginjal biasanya terjadi akibat kecelakaan lalulintas atau jatuh. Trauma ini biasanya
juga disertai dengan fraktur pada vertebra thorakal 11-12. Jika terdapat hematuria kausa trauma
harus dapat diketahui. Laserasi ginjal dapat menyebabkan perdarahan dalam rongga peritoneum.
Tujuan dari penanganan trauma ginjal adalah untuk resusitasi pasien, mendiagnosis trauma
dan memutuskan penanganan terapi secepat mungkin. Penanganan yang efisien dengan tehnik
resusitasi dan pemeriksaan radiologi yang akurat dibutuhkan untuk menjelaskan manajemen
klinik yang tepat. Para radiologis memainkan peranan yang sangat penting dalam mencapai hal
tersebut, memainkan bagian yang besar dalam diagnosis dan stadium trauma. Lebih jauh, campur
tangan dari radiologis menolong penanganan trauma arterial dengan menggunakan angiografi
dengan transkateter embolisasi. Sebagai bagian yang penting dar trauma, radiologi harus
menyediakan konsultasi emergensi, keterampilan para ahli dalam penggunaan alat-alat radiologis
digunakan dalam evaluasi trauma, dan biasanya disertai trauma tumpul pada daerah abdominal.
B.
1.

TUJUAN
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas intermediet

emergency nursing .
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah, agar supaya mahasiswa/i dapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Mahasiswa mampu menjelaskan definisi trauma ginjal


Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dari trauma ginjal
Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari trauma ginjal
Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian fokus pada trauma ginjal
Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan / tindakan keperawatan gawat darurat
pada klien dengan trauma ginjal.
PEMBAHASAN

TRAUMA GINJAL
A. Definisi

Trauma Ginjal adalah cedera yang mengenai ginjal yang memberi manifestasi memar ,
laserasi , atau kerusakan pada struktur (Muttaquin,Arif 2012).
B. Etiologi
Mekanisme cedera yang dapat menyebabkan injuri pada ginjal adalah sebagai berikut :
1.Trauma penetrasi (misalnya :luka tembak,luka tusuk)
2.Trauma tumpul (misalnya :kecelakaan kendaraan bermotor ,olahraga ,jatuh)
3.Latrogenik (misalnya :prosedur endourologi,ESWL,biopsy ginjal prosedur perkutaneus
pada ginjal)
4.Intraoperatif (misalnya :diagnostic peritoneal lavage)
5.Lainya (misalnya ;penolakan transplantasi ginjal,melahirkan dapat menyebabkan laserasi
spontan ginjal) (Muttaquin,Arif 2012).
C. Patofisiologi
Secara anatomis ginjal dilindungi oleh susunan tulang iga ,otot punggung posterior, lapisan
dinding abdomen,serta visera anterior.oleh karena itu,cedera ginjal tidak jarang diikuti oleh
cedera organ-organ yang mengitarinya.
Adanya cedera traumatic,menyebabkan ginjal dapat tertusuk oleh iga paling bawah sehingga
terjadi kontusi dan ruptur.fraktur iga atau fraktur prosesus transversus lumbar vertebra atas dapat
dihubungkan dengan konstusi renal atau laserasi.cedera dapat tumpul (kecelakaan lalu
lintas),jatuh,cedera atletik,akibat pukulan)atau penetrasi(luka tembak,luka tikam)
Ketidakdisiplinan dalam menggunakan sabuk pengaman akan memberikan reaksi goncangan
ginjal didalam rongga retroperitoneum dan menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga
menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis.robekan ini akan memacu terbentuknya
bekuan-bekuan darah yang selanjutnya dapat menimbulkan thrombosis arteri renalis beserta
cabang-cabangnya.kondisi adanya penyakit pada ginjal seperti hidronefrosis,kista ginjal,atau
tumor ginjal akan memperberat suatu trauma pada kerusakan struktur ginjal.
Cedera ginjal akan memberikan manisfestasi kontusi,laserasi,ruptur dan cedera pedikel
renal,atau laserasi internal kecil pada ginjal.secara fisiologis,ginjal menerima setengah dari aliran
darah aorta abdominal;oleh karena itu meskipun hanya terdapat laserasi renal yang kecil,namun
hal ini dapat menyebabkan perdarahan yang banyak.cedera ginjal akan memberikan berbagai

manisfestasi masalah keperawatan.mekanisme munculnya masalah keperawatan .mekanisme


munculnya masalah keperawatan pada trauma ginjal. (Muttaquin,Arif 2012).

tumpul (kecelakaan lalu lintas,jatuh,cedera atletik,akibat pukulan)atau penetrasi (luka tembak,luka tikam)

Kerusakan struktur ginjal

Kontusi,laserasi,rupture dan cedera pedikel renal atau laserasi internal kecil pada ginjal

as peristaltic otot polos system kalises,peregangan dari terminal


Responsaraf
perdarahan
kemih arteri ginjal

Actual/resiko syok hipovolemik

Kolik renal

Nyeri

Intervensi bedah
Pemenuhan informasi pra-operasi
Respon pascabedah

Respon psikologis

Luka pascabedah

Kecemasan

Risiko tinggi infeksi

Penurunan fisiologis ginjal


Intake nutrisi tidak adekuat

Ketidakseimbangan nutrisi
Actual/risiko hipovolemik

(Muttaquin,Arif 2012).
D. Pengkajian fokus
Anamnesis
Kaji mekanisme cedera yang mengenai ginjal . kaji adanya riwayat penyakit ginjal pada
masa sbelumnya yang dapat memperburuk reaksi cedera. Kaji apakah ada riwayat penyakit lain
seperti diabete melitus dan hipertensi. Kaji pemakaian obat-obatan sebelumnya dan sudah
kemana saja pasien sudah meminta pertolongan untuk mangatasi masalahnya . kaji pengaruh
cedera terhadap respon psikologis pasien.
1. Pemeriksaan fisik fokus
Inspeksi
Pemeriksaan secara umum , klien terlihat angat kesakitan oleh adanya nyeri ,kolik ginjal .
pada status lokalis biasanya didapatkan jejas pada pinggang atau punggung bawah . terihat tanda
ekimosis dan laserasi atau luka diabdomen lateral dan rongga panggul . pemeriksaan urine output
didapatkan adanya hematuria .
Pada trauma ruptur pedikel klien sering kali datang dalam keadaan syok berat dan
terdapat hematom yag terdapat di daerah pinggang yanng makin lama makin membesar.
Palpasi
Didapatkan adanya massa pada rongga panggul . nyeri tekan pada regio kostovertebra.
2. Pemeriksaan diagnostik
PIV
Pemeriksaan PIV dilakukan jika pada anamnesis didapatkan riwayat mekanisme cedera
(1) luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal .
(2) cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria makroskopi

(3) cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hemeuria mikroskopis dengan
disertai dengan syok.
CT Scan
Pemeriksaan ini dilakukan apabila dengan pemeriksaan PIV belum didapat diagnosis
yang menerangkan kondisi keadaan ginjal pascatrauma.

3. Pengkajian Penatalaksaan Medis


Konservatif
Manajemen non-operatif semakin banyak dipertimbangkan untuk
pasien-pasien trauma ginjal. Semua kasus trauma ginjal grade 1 dan 2
dapat dirawat secara konservatif baik pada trauma tumpul atau
trauma tembus. Terapi pada trauma ginjal grade 3 telah menjadi
kontroversi selama bertahun-tahun. Mayoritas pasien dengan trauma
ginjal grade 4 dan 5 datang dengan trauma penyerta dan akhirnya
menjalani eksplorasi dan tingginya angka nefrektomi.
Pasien trauma ginjal grade 4 dan 5 dapat dirawat konservatif dengan
syarat kondisi hemodinamik stabil. Ekstravasasi urin bukan indikasi
mutlak untuk dilakukan eksplorasi, dan umumnya dapat sembuh
dengan sendirinya. Jika derajat ekstravasasi makin berat dalam 48 jam
dapat dipertimbangkan insersi JJ stent.
Pasien dengan hemodinamik stabil harus dilakukan penilaian derajat
trauma dengan lengkap untuk memastikan luasnya trauma. Kasus luka
tembak dengan kecepatan peluru yang rendah atau luka tusuk kecil
dapat dirawat dengan hasil yang dapat diterima. Pendekatan klinis
yang sistematis berdasarkan pada temuan klinis, laboratorium, dan
penunjang radiologi dapat meminimalisir angka negatif eksplorasi.
Penatalaksanaan konservatif adalah dengan memonitoring TTV dan kemungkinan
adanya penambahan massa di pinggang, adanya pembesaran lingkaran perut , penurunan
kadar hemoglobin darah , dan perubahan warna urine pada pemeriksaan urine serial
dimana tidak terdapat tanda-tanda syok.

Pembedahan
Penatalaksanaan pembedahan dilakukan pada trauma ginjal dengan tanda-tanda syok
yang sangat jelasdengan tujuan untuk segera menghentikan perdarahan . (Muttaquin,Arif
2012).
E. Penatalaksanaan
Satu jam pertama setelah trauma merupakan masa terpenting dan membutuhkan penilaian
yang cepat, melakukan resusistasi berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan oleh American
College of Surgeons Acute Trauma Life Support Programmeliputi; A, airway dengan proteksi
servikal collar; B, Breathing; C, Circulation dan mengontrol pendarahan; D, disability atau status
neurologis; dan E, exposure and environment.
Tujuan utama dari manajemen pasien trauma ginjal adalah meminimalisir morbiditas dan
mengamankan fungsi ginjal. Oleh karena itu eksplorasi ginjal harus dipastikan dengan sangat
selektif. Derajat trauma ginjal, kondisi pasien secara keseluruhan, dan kebutuhan akan transfusi
merupakan faktor prognosis untuk nefrektomi dan hasil akhir secara keseluruhan.
Hemodinamik yang tidak stabil yang disebabkan oleh pendarahan ginjal merupakan indikasi
mutlak untuk dilakukannya eksplorasi ginjal, baik pada trauma tumpul maupun trauma tembus.
Indikasi lain untuk dilakukannya eksplorasi adalah hematom perirenal yang pulsatile dan
ekspanding (berdenyut dan meluas). Pada situasi ini one shot-IVP dapat memberikan informasi
yang bermanfaat. Visualisasi yang tidak baik pada ginjal yang mengalami trauma termasuk
indikasi eksplorasi. Pasien trauma ginjal grade 5 juga merupakan indikasi mutlak untuk
dilakukannya eksplorasi.
1.

Konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini dilakukan observasi

tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu tubuh), kemungkinan adanya penambahan masa di pinggang,
adanya pembesaran lingkar perut, penurunan kadar hemoglombin dan perubahan warna urin
pada pemeriksaan urin. Trauma ginjal minor 85% dengan hematuri akan berhenti dan sembuh
secara spontan. Bed rest dilakukan sampai hematuri berhenti.
2.

Eksplorasi

a.

Indikasi Absolut

Indikasi absolut adalah adanya perdarahan ginjal persisten yang ditandai oleh adanya
hematom retroperitoneal yang meluas dan berdenyut. Tanda lain adalah adanya avulsi vasa
renalis utama pada pemeriksaan CT scan atau arteriografi.
1) Jaringan Nonviable
Parenkim ginjal yang nekrosis lebih dari 25% adalah indikasi relatif untuk dilakukan
eksplorasi.
2) Ekstravasasi Urin
Ekstravasasi urin menandakan adanya cedera ginjal mayor. Bila ekstravasasi menetap
maka membutuhkan intervensi bedah.
c.

Incomplete Staging
Penatalaksanaan nonoperatif dimungkinkan apabila telah dilakukan pemeriksaan imaging

untuk menilai derajat trauma ginjal. Adanya incomplete staging memerlukan pemeriksaan
imaging dahulu atau eksplorasi /rekonstruksi ginjal. Pada pasien dengan kondisi tidak stabil
yang memerlukan tindakan laparotomi segera, pemeriksaan imaging yang bisa dilakukan
hanyalah one shot IVU di meja operasi. Bila hasil IVU abnormal atau tidak jelas atau adanya
perdarahan persisten pada ginjal harus dilakukan eksplorasi ginjal.
d.

Trombosis Arteri
Trombosis arteri renalis bilateral komplit atau adanya ginjal soliter dibutuhkan eksplorasi

segera dan revaskularisasi.


e.

Trauma Tembus
Pada trauma tembus indikasi absolut dilakukan eksplorasi adalah perdarahan arteri

persisten. Hampir semua trauma tembus renal dilakukan tindakan bedah. Perkecualian adalah
trauma ginjal tanpa adanya penetrasi peluru intraperitoneum Luka tusuk sebelah posterior linea
aksilaris posterior relatif tidak melibatkan cedera organ lain.(Donges, 2000)

Anda mungkin juga menyukai