Anda di halaman 1dari 11

Legenda Batu Gantung

Alkisah, di sebuah desa terpencil di pinggiran Danau Toba Sumatera Utara, hiduplah sepasang suamiistri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni. Selain rupawan, Seruni juga
sangat rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang. Setiap hari keluarga kecil itu mengerjakan ladang
mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan seharihari.
Pada suatu hari, Seruni pergi ke ladang seorang diri, karena kedua orang tuanya ada keperluan di desa
tetangga. Seruni hanya ditemani oleh seekor anjing kesayangannya bernama si Toki. Sesampainya di
ladang, gadis itu tidak bekerja, tetapi ia hanya duduk merenung sambil memandangi indahnya alam
Danau Toba. Sepertinya ia sedang menghadapi masalah yang sulit dipecahkannya. Sementara
anjingnya, si Toki, ikut duduk di sebelahnya sambil menatap wajah Seruni seakan mengetahui apa yang
dipikirkan majikannya itu. Sekali-sekali anjing itu menggonggong untuk mengalihkan perhatian sang
majikan, namun sang majikan tetap saja usik dengan lamunannya.
Memang beberapa hari terakhir wajah Seruni selalu tampak murung. Ia sangat sedih, karena akan
dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pemuda yang masih saudara sepupunya. Padahal
ia telah menjalin asmara dengan seorang pemuda pilihannya dan telah berjanji akan membina rumah
tangga yang bahagia. Ia sangat bingung. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya,
dan di sisi lain ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Oleh karena merasa
tidak sanggup memikul beban berat itu, ia pun mulai putus asa.
Ya, Tuhan! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini, keluh Seruni.
Beberapa saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat duduknya. Dengan berderai air mata, ia berjalan
perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau
Toba yang bertebing curam itu. Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang sambil
menggonggong.
Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni berjalan ke arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan
jalan yang dilaluinya. Tanpa diduga, tiba-tiba ia terperosok ke dalam lubang batu yang besar hingga
masuk jauh ke dasar lubang. Batu cadas yang hitam itu membuat suasana di dalam lubang itu semakin
gelap. Gadis cantik itu sangat ketakutan. Di dasar lubang yang gelap, ia merasakan dinding-dinding batu
cadas itu bergerak merapat hendak menghimpitnya.
Tolooooggg! Tolooooggg! Toloong aku, Toki! terdengar suara Seruni meminta tolong kepada
anjing kesayangannya.
Si Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa,
kecuali hanya menggonggong di mulut lubang. Beberapa kali Seruni berteriak meminta tolong, namun si
Toki benar-benar tidak mampu menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus asa.
Ah, lebih baik aku mati saja daripada lama hidup menderita, pasrah Seruni.
Dinding-dinding batu cadas itu bergerak semakin merapat.
Parapat[2] ! Parapat batu Parapat! seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit tubuhnya..
Sementara si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus menggonggong di mulut lubang.
Merasa tidak mampu menolong sang majikan, ia pun segera berlari pulang ke rumah untuk meminta
bantuan.
Sesampai di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan baru
datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.

Auggg! auggg! auggg! si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah untuk


memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.
Toki, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya? tanya ayah Seruni kepada anjing itu.
Auggg! auggg! auggg! si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke
suatu tempat.
Pak, sepertinya Seruni dalam keadaan bahaya, sahut ibu Seruni.
Ibu benar. Si Toki mengajak kita untuk mengikutinya, kata ayah Seruni.
Tapi hari sudah gelap, Pak. Bagaimana kita ke sana? kata ibu Seruni.
Ibu siapkan obor! Aku akan mencari bantuan ke tetangga, seru sang ayah.
Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah Seruni sambil membawa
obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki
langsung menuju ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil mengulur-ulurkan
mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada warga bahwa Seruni berada di dasar lubang
itu.
Kedua orang tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat ada
lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayup-sayup
suara seorang wanita: Parapat ! Parapat batu Parapat!
Pak, dengar suara itu! Itukan suara anak kita! seru ibu Seruni panik.
Benar, bu! Itu suara Seruni! jawab sang ayah ikut panik.
Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu? tanya sang ibu.
Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana, jawab sang ayah cemas.
Pak Tani itu berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun dasar lubang itu sangat dalam
sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya obor.
Seruniii! Seruniii ! teriak ayah Seruni.
Serunianakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu! sang ibu ikut berteriak.
Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara Seruni
terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk menghimpitnya.
Parapat ! Parapatlah batu ! Parapatlah!
Seruniiii anakku! sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.
Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang warga mengulurkan
seutastampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni
semakin khawatir dengan keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke
dalam lubang batu.
Bu, pegang obor ini! perintah sang ayah.

Ayah mau ke mana? tanya sang ibu.


Aku mau menyusul Seruni ke dalam lubang, jawabnya tegas.
Jangan ayah, sangat berbahaya! cegah sang ibu.
Benar pak, lubang itu sangat dalam dan gelap, sahut salah seorang warga.
Akhirnya ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Bumi
bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat. Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebingtebing di pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga berlari ke sana
ke mari untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan mulut lubang batu, sehingga Seruni yang
malang itu tidak dapat diselamatkan dari himpitan batu cadas.
Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah batu besar yang menyerupai tubuh
seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat
setempat mempercayai bahwa batu itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batucadas di dalam
lubang. Oleh mereka batu itu kemudian diberi nama Batu Gantung.
Beberapa hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang menimpa gadis itu. Para warga
berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk melihat Batu Gantung itu. Warga yang menyaksikan
peristiwa itu menceritakan kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup, terdengar suara:
Parapat parapat batu parapatlah!
Oleh karena kata parapat sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka Pekan
yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama Parapat. Parapat kini menjadi sebuah kota
kecil salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Putri Salju
PUTRI SALJU, by Dyona Priorita
Pada suatu ketika di pertengahan musim dingin, ketika serpih salju sedang jatuh seperti bulu dari surga,
seorang ratu cantik duduk menjahit di dekat jendela, yang mempunyai bingkai kayu hitam. Sewaktu dia
menjahit, dia menoleh ke salju dan jarinya tertusuk oleh jarumnya. Tiga tetes darah jatuh ke dalam salju.
Yang merah di atas yang yang putih terlihat indah, yang dipikirkannya, "Jika saya mempunyai seorang
anak maka sama putihnya dengan salju, sama merahnya dengan darah, dan sama hitamnya dengan
bingkai ini." Kemudian setalah itu dia mempunyai seorang anak perempuan kecil yang sama putihnya
dengan salju, sama merahnya dengan darah, dan sama hitamnya dengan kayu hitam, dan oleh karena itu
mereka menamainya Putri Salju.
Saat ini ratu adalah wanita yang paling cantik di seluruh negeri, dan dia sangat bangga atas
kecantikannya. Dia mempunyai sebuah cermin, yang dia selalu berdiri di depannya setiap pagi, dan
meminta:
Cermin, cermin, di dinding, siapa di negeri ini paling adil semua?
Dan kata cermin selalu: Anda, ratu saya, yang paling adil .
Dan lalu dia tahu untuk tertentu bahwa tak seorang pun di dunia lebih cantik daripada dia. Sekarang Putri
Salju bertambah besar, dan ketika dia berumur tujuh tahun, dia begitu cantik, bahwa dia melebihi ratu

sendiri pun.
Sekarang ketika ratu menanya cerminnya:
Cermin, cermin, di dinding, Siapa di negeri ini paling adil semua?
Cermin mengatakan: Anda, ratu saya, adil; benar. Tetapi Putri Salju ialah masih seribu kali lebih adil
daripada anda.
Ketika ratu mendengar suara cermin ini, dia menjadi pucat dengan cemburu, dan sejak saat itu, dia
membenci Putri Salju. Setiap kali dia memandangnya, dia memikirkan Putri Salju itu seharusnya
meembuatnya dia tidak lagi menjadi wanita yang paling cantik di dunia. Ini membalikkan jantungnya.
Kecemburuannya tidak memberinya perdamaian. Akhirnya dia memanggil pemburu dan mengatakan
kepadanya, "Bawalah Putri Salju pergi ke dalam hutan ke tempat terpencil, dan tikamlah sampai
meninggal" Sebagai bukti bahwa dia meninggal maka kembalikan paru-parunya dan hatinya pada saya.
Saya akan memasak mereka dengan garam dan makan mereka.
Pemburu membawa Putri Salju ke dalam hutan. Ketika pemburu mengeluarkan pisau untuk menikamnya,
dia mulai menangis, dan memohon dengan sangat supaya tetap hidup , berjanji melarikan diri ke dalam
hutan dan tidak pernah kembali. Pemburu kasihan padanya karena dia begitu cantik, dan dia berpikir,
"binatang buas segera akan melahapnya bagaimanapun juga." Saya girang bahwa saya tidak mesti
membunuhnya. Tidak lama kemudian seekor babi hutan muda datang berlari . Dia membunuhnya,
memotong ke luar paru-paru dan hatinya, dan mebawanya ke ratu sebagai bukti kematian Putri Salju. Dia
memasak mereka dengan garam dan memakannya, mengira bahwa dia sudah makan paru-paru dan hati
Putri Salju
Putri Salju sekarang seorang diri di hutan baik. Dia amat takut, dan mulai berlari. Dia melintasi bebatuan
tajam dan melewati duri seharian. Akhirnya, pada saat matahari baru saja mau terbenam, dia datang ke
rumah kecil. Rumah kepunyaan tujuh orang kerdil. Mereka sedang bekerja di tambang, dan tidak di
rumah. Putri Salju di dalam merasakan segalanya menjadi kecil, tetapi rapi dan tertib. Ada meja kecil
dengan tujuh piring kecil, tujuh sendok kecil, tujuh helai pisau kecil dan garpu, tujuh muk kecil, dan pada
tembok ada tujuh tempat tidur kecil..
Putri Salju lapar dan haus, oleh sebab itu dia makan sedikit sayur dan sedikit roti dari masing-masing
piring kecil, dan dari masing-masing gelas kecil dia minum
anggur. Karena dia begitu lelah, dia mau berbaring dan pergi ke tempat tidur. Dia mencoba masingmasing dari tujuh tempat tidur kecil, dia pun tertidur di ranjang yang ke tujuh.
Waktu malam datang, ketujuh orang kerdil pulang dari kerja. Mereka menyalakan tujuh lilin kecil mereka,
dan melihat bahwa seseorang sudah di rumah mereka. Yang kesatu, "Ada yang sudah makan dari piring
saya?" Yang ketiga , "Ada yang sudah makan roti saya?" Yang keempat, "Ada yang sudah makan sayur
saya?" Yang kelima, "Ada yang sudah macet dengan cabang saya?" Yang keenam, "Ada yang sudah
memotong dengan pisau saya?" Yang ketujuh, "Ada yang sudah minum dari cangkir saya?" Lalu yang
satu ini mengatakan, "Ada yang menginjak tempat tidur saya?" Yang satu ini, "Dan ada seseorang pada
tempat tidur saya." Dan semacamnya sampai yang ketujuh, dan ketika dia memandang tempat tidurnya,
dia menemukan Putri Salju di sana, dengan cepat dia membuka selimut itu.
Ketujuh orang kerdil menangis dengan keheranan. Mereka mengambil tujuh lilin mereka dan melihat
kearah Putri Salju. "Ya ampun!" Ya ampun! Mereka menangis. "Dia begitu cantik!" Mereka sangat suka

padanya . Mereka tidak membangunkannya, tetapi mendiamkan sajanya di sana di tempat tidur. Orang
kerdil ketujuh mesti tidur dengan temannya.
Ketika Putri Salju bangun, mereka bertanya siapa dia dan bagaimana dia bisa sampai ke rumah mereka.
Dia mengatakan kepada mereka bagaimana ibunya sudah mencoba membunuhnya, bagaimana pemburu
sudah membiarkan hidup, bagaimana dia sudah berlari seharian, akhirnya datang ke rumah mereka.
Orang kerdil mengasihaninya dan mengatakan, "Jika anda mau bersama kami, dan memasak, menjahit,
membereskan tempat tidur, mencuci, dan merajut, dan menjaga kebersihan segalanya dan tertib, aka
anda bisa tinggal di sini, dan anda akan mempunyai segalanya yang anda inginkan." Kami pulang malam
harinya, dan makan malam harus siap , karena kami melewatkan hari-hari untuk menggali emas di
tambang. Anda akan sendirian.
Jagai ratu, dan jangan biarkan siapa saja masuk.
Ratu berpikir bahwa dia lagi adalah wanita yang paling cantik di negeri, dan keesokan paginya dia
berjalan di muka cermin dan meminta:
Cermin, cermin, di dinding, Siapa di negeri ini paling adil semua?
Cermin menjawab sekali lagi: Anda, ratu saya, adil; benar. Tetapi Putri Salju Kecil yang bersaa tujuh
kurcaci seribu kali lebih adil daripada anda.
Putri Salju memandang dengan tajam ke luar jendela, "anda mempunyai Apa?" "Tali sepatu korset,
kepada anak," kata wanita tua, dan mengangkat sesuatu. Dikepang dari kuning, merah, dan sutera biru.
Apakah "anda akan suka pada yang satu ini?" "Oh, ya," mengatakan Putri Salju, berpikir, "saya bisa
membiarkan wanita tua masuk." Dia bermaksud baik. Dia melepas pengancing pintu dan menawar untuk
tali sepatu korset. "Anda tidak ditalikan dengan semestinya," kata wanita tua. "Ayo di sini, saya akan
melakukannya lebih baik." Putri Salju yang berdiri hadapannya, dan dia memegang tali sepatu dan
menarik mereka begitu rapat sampai Putri Salju tidak bisa bernafas, dan dia jatuh seolah-olah dia
meninggal. Lalu wanita tua puas, dan dia pergi.
Senja segera tiba, dan ketujuh orang kerdil pulang. Mereka ditakuti untuk menemukan Putri Salju mereka
yang tersayang di tanah seolah-olah dia meninggal. Mereka mengangkatnya dan melihat bahwa dia diikat
terlalu ketat. Mereka memotong tali sepatu korset menjadi dua , dan lalu dia bisa bernafas, dan dia
kembali hidup. Sudah "harus menjadi ratu yang mencoba membunuh anda," kata mereka. "Hati-hati dan
jangan biarkan siapa saja masuk lagi.
" Ratu menanya cerminnya: Cermin, cermin, di dinding, Siapa di negeri ini paling adil semua?
Cermin menjawab sekali lagi: Anda, ratu saya, adil; benar. Tetapi Putri Salju dengan ketujuh kurcaci
seribu kali lebih adil daripada anda.
Dia begitu takut dan berdegap jantungnya, karena dia tahu bahwa Putri Salju sudah kembali hidup. Lalu
selama sehari dan semalam dia merencanakan bagaimana cara menangkapnya. Dia membuat sisir yang
diracuni, menyamarkannya, dan pergi keluar lagi. Dia mengetuk pintu, tetapi Putri Salju meneriakkan,
"saya tidak membolehkan siapa saja masuk."
Lalu dia mengeluarkan sisir, dan ketika Putri Salju melihat bagaimana berkilau-kilauan, dan menyadari
bahwa ada wanita yang tidak dikenalnya, dia membuka pintu, dan membeli sisir darinya. "Ayo, biarkan
saya sisir rambut anda," kata wanita penjaja. Dia kemudian sudah menyelipkan sisir ke dalam rambut
Putri Salju, kemudian gadis itu jatuh dan mati. "Itu akan membuat anda berbaring di sana," kata ratu. Dan

dia pergi di rumah dengan hati ringan. Orang kerdil pulang tepat pada waktunya. Mereka melihat apa
yang sudah terjadi dan menarik sisir yang diracuni dari rambutnya. Putri Salju membuka matanya dan
kembali hidup. Dia berjanji orang kerdil untuk tidak membiarkan siapa saja masuk lagi.
Ratu berjalan di muka cerminnya: Cermin, cermin, di dinding, Siapa di negeri ini paling adil semua?
Cermin menjawab: Anda, ratu saya, adil; benar. Tetapi Kecil Putri Salju dengan ketujuh kurcaci seribu kali
lebih adil daripada anda.
Ketika ratu mendengar ini, dia berdegap dan bergetar dengan kemarahan, "Putri Salju akan meninggal,
jika meminta saya menghifupkan!" Lalu dia masuk ke kamarnya yang paling rahasia -- tak seorang lain
dibolehkan di dalam -- dan dia membuat sebuah apel yang diracuni . Dari luar merah dan indah, dan
siapa saja yang melihat akan mengininkannya . Lalu dia menyamar sebagai seorang wanita buruh tani,
pergi ke rumah orang kerdil dan mengetuk pintu.
Putri Salju mengintip dan mengatakan, "saya tidak boleh membiarkan siapa saja masuk." Orang kerdil
sudah melarangnya . "Jika anda tidak ingin, saya tidak bisa memaksa anda," kata wanita buruh tani.
"Saya menjual apel ini, dan saya akan memberi anda untuk mencobanya." "Bukan, saya tidak bisa
menyetujui apa saja." Orang kerdil tidak ingin saya "Jika anda takut, lalu saya akan memotong apel
menjadi dua dan makan separuh itu." Di sini, anda makan setengah dengan pipi merah yang indah!
Sekarang apel sudah begitu menipu dibuat bahwa hanya setengah merah diracuni. Ketika Putri Salju
melihat bahwa wanita buruh tani makan sebagian apel, hasratnya untuknya bertambah lebih kuat, oleh
sebab itu dia akhirnya membiarkan tangan wanita dia setengah yang lain lewat jendela. Dia menggigit ke
dalamnya, tetapi dia baru saja menggigit di mulutnya ketika dia jatuh meninggal .
Ratu bahagia, di rumah, menanya cerminnya:
Cermin, cermin, di dinding, Siapa di negeri ini paling adil semua?
Dan itu menjawab: Anda, ratu saya, paling adil semua. "Sekarang saya akan mempunyai ketenangan,"
katanya, "karena sekali lagi saya adalah wanita yang paling cantik di negeri.
" Putri Salju akan tetap meninggal kali ini.
Malam itu orang kerdil pulang dari tambang. Putri Salju terletak di lantai, dan dia meninggal. Mereka
melonggarkan tali sepatunya dan mencari di rambutnya apa ada sesuatu beracun, tetapi tidak
membantunya. Mereka tidak bisa menghidupkan kembali. Mereka memebaringkan di atas usungan
jenazah, dan ketujuh berada di di sampingnya dan menangis selama tiga hari. Mereka bermaksud
menguburnya, tetapi mereka melihat bahwa dia tetap segar. Dia tidak terlihat seperti orang meninggal,
dan dia masih mempunyai pipi merah yang indah. Mereka membuat peti mayat berkaca, dan meletakkan
dia di dalam, agar dia bisa dilihat dengan mudah. Mereka menulis namanya dan asal-usulnya di atasnya
di surat emas, dan satu di antara mereka selalu tinggal di rumah dan menjaganya.
Putri Salju terdapat di peti mayat untuk waktu yang panjang, dan dia tidak menjadi busuk. Dia masih
sama putihnya dengan salju dan sama merahnya dengan darah, dan jika dia sudah dapat membuka
matanya, mereka masih akan sama hitamnya dengan kayu hitam. Dia berbaring di sana seolah-olah dia
tidur. Pada suatu saat seorang pangeran muda datang ke rumah orang kerdil dan ingin singgah selama
malam. Waktu dia datang ke dalam ruang tamu dan melihat Putri Salju terdapat di sana pada peti mayat
kaca, yang diterangi begitu indah di samping tujuh lilin kecil, dia tidak bisa mendapatkan kecantikan untuk
cukup di antaranya. Dia membaca persembahan dan gergaji keemasan bahwa dia adalah anak
perempuan seorang raja. Dia meminta orang kerdil menjual peti mayat dengan Putri Salju yang mati,

tetapi mereka tidak akan melakukan ini untuk jumlah emas yang berapa pun kepadanya. Lalu dia
meminta mereka memberikannya kepadanya, karena dia tidak bisa hidup tanpa dapat melihatnya, dan
dia menyimpannya, dan menghormati sebagai yang paling dihormati di atas bumi . Lalu orang kerdil
kasihan padanya dan memberikannya peti jenazah itu.
Pangeran membawa ke kastilnya, dan membuatkan kamar di mana dia berada didalamnya, tidak pernah
mengalihkan mata darinya. Setiap kali dia mesti pergi keluar dan tak dapat melihat Putri Salju, dia
menjadi sedih. Dan dia tidak bisa makan , kecuali kalau peti jenazah berada di sampingnya. Suatu saat
pelayan yang selalu mesti menata peti jenazah menjadi marah . Suatu saat di antara mereka membuka
peti mayat, mengangkat Putri Salju , dan mengatakan, "Kami sudah lama terganggu, gara-gara gadis
meninggal sepertimu," dan dia memukulnya ke belakang dengan tangannya. Lalu potongan apel yang
pernah digigit keluar kerongkongannya, dan Putri Salju kembali hidup. Dia mendatangi pangeran, yang di
sampingnya yang gembira untuk melihatnya kekasih Putri Salju hidup. Mereka meletakkan bulu burung
bersama di meja dan makan dengan kegembiraan. Perkawinan mereka ditentukan keesokan harinya, dan
ibu kandung Putri Salju diundang juga.
Pagi itu dia berjalan di muka cermin dan mengatakan:
Cermin, cermin, di dinding, Siapa di negeri ini paling adil semua?
Cermin menjawab: Anda , ratu saya, adil; benar. Tetapi ratu yang muda seribu kali lebih adil daripada
anda.
Dia ketakutan mendengar ini, dan oleh sebab itu didahului dengan ketakutan bahwa dia tidak bisa
mengatakan apa saja. Terdiam, kecemburuannya mendorongnya pergi ke perkawinan dan melihat ratu
muda. Ketika dia tiba dia melihat bahwa adalah Putri Salju. Lalu mereka menaruh pasang sepatu terbuat
dari besi ke dalam api sampai berpijar, dan dia mesti mempermainkan dan menari di atasnya. Kakinya
sangat terbakar, dan dia tidak bisa berhenti sampai dia sudah menarikan sendiri sampai mati.

CeritaKeongMas(terjemahandaribahasaInggris)
Alkisah ada seorang pangeran bernama Raden Putra yang menikah dengan seorang puteri bernama
Dewi Limaran. Suatu hari ketika Dewi Limaran sedang berjalan-jalan di taman istana, dia melihat seekor
keong diantara bunga-bunganya yang cantik. Kemudian dia meminta salah seorang pelayannya untuk
mengambil keong itu dan melemparnya jauh-jauh. Sebenarnya, keong tersebut adalah seorang penyihir
tua yang sedang menyamar menjadi keong. Dia marah sekali dan mengutuk sang Dewi Limaran
sehingga berubahlah dia menjadi seekor keong emas dan dilempar ke sungai. Arus sungai membawanya
jauh dari istana.

Prince Raden Putra was married to a princess named Dewi Limaran. One day when Dewi Limaran was
walking in the palace garden, she saw a snail among her lovely flowers and she had one of her servants
pick it up and throw it away. The Snail was actually an old witch who had disguised herself as a snail. The
witch was very angry, so she cursed Dewi Limaran and changed her into a golden snail and threw it into
the river. The stream carried it far away from the palace.

Di tepi hutan yang lebat, tinggallah seorang janda. Pekerjaannya hanyalah mencari ikan. Hari itu adalah
hari yang kurang menguntungkan baginya karena dia tidak dapat menangkap seekor ikanpun. Dicobanya
beberapa kali dia menebar jalanya tanpa hasil, sampai akhirnya diapun memutuskan untuk pulang
kembali ke rumahnya. Tiba-tiba dia melihat sesuatu berkilauan di bagian bawah jaringnya. Rupanya
hanya seekor keong. Namun kemudian diapun memungutnya dan membawanya pulang. Kulit keong
yang keemasan belum pernah dilihat olah janda tersebut.
On the side of a big forest, there lived a poor widow. Her living was only fishing. One day it was a
particularly bad day as she didnt catch any fish. Again and again she spread her net, but nothing got
caught into it. At last she pulled up the net to go home. Suddenly she saw something shining at the
bottom of it. It was only a snail. Nevertheless she picked it up and took it home. Its shell shone like gold
the old woman had never seen such a snail before.
Dia menaruh keong tersebut di wadah terbuat dari tanah. Karena lelahnya dia cepat terlelap seketika
masuk ke kamarnya. Ketika bangun keesokan harinya, di terheran-heran ketika mendapati lantainya
sudah disapu bersih dan makanan sudah terhidang di meja. Dia penasaran akan siapa yang
mengerjakan itu semua, sampai-sampai dikiranya dia sedang bermimpi. Dipikir-pikirnya, dia tetap tidak
dapat menemukan siapa yang berbaik hati mengerjakan itu semua baginya.
At home she put it in an earthen pot. She then went to bed and soon was fast asleep as she was very
tired. The next morning when she woke up, she found to her amazement that the floor had been swept
clean and there was some food on the table. She wondered who had done all this. She thought she was
dreaming, but she was not. She thought and thought but could not think of anybody who could have been
so generous to her.
Beberapa hari kemudian. dia menemukan sebuah ide. Satu pagi dia mengambil keranjangnya dan
seolah-olah akan pergi keluar, tapi dia segera memutar dan bersembunyi. Tiba-tiba dia mendengar suara
gerakan yang lembut dari dalam wadah tanahnya itu dan dia menyaksikan keong merangkak keluar dari
wadah tersebut. Semakin lama keong tersebut semakin besar dan membesar terus dan seketika seorang
gadis cantik berdiri di tempat keong tersebut, sementara cangkangnya jatuh ke tanah di belakangnya.
Segera sang adis menyapu lantai, kemudian memasak nasi, sayuran, daging, telur, dan lain-lain.
Some days passed...she then got an idea. The next morning she took her basket and went out as
usual, but shortly she returned to her hut and hid herself. Suddenly she heard a soft movement inside the
earthen pot and saw the snail creeping out of it. It grew bigger and bigger and in a moment a lovely
young girl stood where the snail had been. The empty shell fell to the ground behind her. Quickly the
young girl swept the floor. Then she took rice, vegetables, meat, eggs etc. out of the pot and began
cooking.

Ketika si janda menyaksikan semua itu, dia menyadari bahwa yang dia tangkap bukan sembarang keong,
melainkan orang yang terkena kutukan, dan dia memutuskan untuk menghentikan kutukan itu.
When the old woman saw all this, she noticed that it was not an ordinary snail she had caught, but a
person who lived under a spell, and she knew what she had to do to break it.

Diam-diam dia mengambil cangkang keong tersebut, dan bersegera membuangnya ke sungai. Akhirnya
dia telah sebagian kutukan, dan sisanya akan diusahakan terlepas sesudah dia menemui suaminya.
She crept stealthily to the empty shell, took it, and then rushed out of the hut to throw it into the river. Now
she had broken only a part of the spell, and the rest of it must still be broken before she could return to
her husband.
Sang gadispun akhirnya memperkenalkan diri kepada sang ibu.
The young girl then made herself known to the old woman.
Saya akan berdoa kepada tuhan semoga menuntun seorang pangeran ke tempat ini kata si ibu.
I shall pray to the gods that the prince might be led to his place, said the old woman.
Beberapa tahun berlalu
Many years passed by.
Sang raja menganjurkan anaknya mencari permaisuri, walau pada awalnya sang pangeran, Raden Putra
menolak karena dia belum bisa melupakan istrinya, namun pada akhirnya sang pangeran menyatakan
bersedia mengambil seorang istri tetapi harus mirip dengan istrinya yang terdahulu. Seorang pelayan
setia yang sudah tua menemani perjalanannya
The king persuaded his son to look for another bride, but at first Prince Raden Putra refused as he could
not forsake his wife. In the end, however, the prince asked his father if he could go out to find a bride, but
one who was a look-alike of his former wife. An old faithful servant accompanied him on his trip.
Kota demi kota, desa demi desa didatangai sampai suatu hari mereka memasuki hutan lebat dan
tersesat. Akhirnya mereka tiba di satu sungai. Tidak jauh dari tempat tersebut, dia menemukan sebuah
tempat. Mereka memasuki rumah itu dan meminta makanan dan minuman karena mereka sangat lapar,
haus, dan lelah. Si ibu menyambut mereka dengan hangat. Raden Putra melihat masakan yang
dihidangkan si ibu begitu sempurna. Sang ibu bercerita bahwa yang mempersiapkan hidangan itu adalah
putrinya. Raden Putra bertanya apakah dia bisa bertemu dan berterima kasih kepada putrinya itu. Sang
ibupun memanggil putrinya. Sang gadis menampakkan diri dan berbungkuk di hadapan Raden Putra
dengan kepala tertunduk.
They went from town to town and from village to village until one day were travelling through a big forest
and they lost their way. Finally the men came to a big river and not far from it they saw a hut. They went
to it to ask for some food and drink as they were hungry, thirsty and dead tired. The old woman welcomed
them warmly. Raden Putra found the meal served by the old woman excellent. She told him that her
daughter had prepared it. Raden Putra then asked whether he might meet and thank her daughter. The
old woman had no objections and called her daughter to come out. The young girl appeared and knelt
down in front of Raden Putra with her head bent.
Ketika Raden Putra melihat sang gadis, dia sangat terkejut karena dia terlihat begitu mirip dengan
istrinya, Dewi Limaran. Kamu adalah calon istri yang saya sedang cari dia teriak. Tapi sang gadis

menggelengkan kepala dan mengatakan bahwa dia sudah membuat janji: jika ada seorang lelaki ingin
menikahinya, dia harus mendatangkan perangkat gamelan jawa dari surga yang bisa memainkan musik
tanpa disentuh/dimainkan.
When Raden Putra saw her, he caught his breath in great surprise as the young girl looked exactly like
his former wife princess Dewi Limaran. You are the bride Im looking for! he cried out. But the girl shook
her head and said that she had made a promise : when a man wanted to marry her, he had to obtain the
holy gamelan ( Javanese orchestra) from heaven which could make music without being touched.
Rade Putra bersedia mencobanya, dan diapun pergi ke hutan. Kemudian dia berpuasa dan bersemedi.
Setelah beberapa ratus hari, doanya dikabulkan.
Raden Putra was willing to try and went out into the forest. He then fasted and meditated. After a hundred
days the gods heard and granted his wish.
Di hari pernikahannya, gamelan tersebut memainkan lagu-lagu sendiri begitu indahnya sehingga setiap
orang yang mendengarnya kemudian merasa sangat bahagia.
On their wedding day the holy gamelan played its heavenly music. It was so beautiful that every person
who heard it felt happier than ever.
Sang gadispun akhirnya mengungkapkan rahasianya, bahwa dia sebenarnya adalah Dewi Limaran.
Musik dari gamelan sudah berhasil mematahkan kutukan si penyihir jahat atas dirinya.
The young girl than revealed her secret, that she was Dewi Limaran herself. The music of the gamelan
had broken the evil witchs spell.
Sang ibu tua kemudian diajak serta tinggal di istana. Akhirnya dia mendapatkan yang diinginkannya dan
hidup bahagia
The old woman had been invited to remain in the place. Now she had everything she wanted and sorrow
had left her forever.

Terjemahanceritacindereladalambahasaindonesia
Suaru hari ada seorang gadis cantik bernama Cinderella dan ia memiliki dua saudara perempuan. perilaku
saudaranya sangat tidak baik yang membuat dia melakukan semua kerja keras. Dia harus menyapu lantai,
menyiapkan semua hidangan, sementara saudaranyaq berpakaian pakaian bagus dan selalu bepergian.

Suatu hari undangan khusus tiba di rumah Cinderella. Undangan Itu dari istana kerajaan. Putra raja itu seorang
pangeran tampan yang akan menggelar pesta besar. Tiga gadis itu diundang untuk datang. Cinderella tahu ia tidak
akan diizinkan untuk pergi ke istana. Tetapi saudara jelek, ho ho ho, mereka bersemangat. Mereka tidak bisa bicara
tentang hal lain.

Ketika hari pesta datang, mereka membuat keributan. Cinderella yang harus buru-buru membersihkan lantai atas dan
bawah. Cinderela membantu mereka mengenakan gaun mahal mereka yang baru. Dan ia mengatur perhiasan
mereka. Begitu mereka pergi, Cinderella duduk di api unggun dan dia berkata. "Oh, aku berharap aku bisa pergi ke
pesta". Tiba-tiba, berdiri di sampingnya seorang wanita tuadengan tongkat perak di tangan. " dia berkata" Aku ibu
peri dan kamu akan pergi ke pesta. Tapi pertama-tama kamu harus pergi ke kebun dan mengambil labu emas,
kemudian bawakan saya enam tikus, dan enam kadal .

Cinderella mengambil labu emas, enam tikus abu-abu, dan enam kadal. Ibu peri menyentuh mereka dengan tongkat
dan labu menjadi pedati emas, tikus menjadi enam kuda abu-abu, tikus menjadi kusir dengan kumis yang paling
besar, dan kadal menjadi enam orang berjalan kaki, berpakaian hijau dan kuning, maka ibu
peri menyentuh Cinderella dengan tongkat, dan baju lamanya menjadi gaun emas berkilau dengan perhiasan
sementara di kakinya adalah sepasang sepatu kaca tercantik yang pernah dilihat. Ingat kata ibu peri kamu harus
meninggalkan pesta sebelum jam dua belas tengah malam. "Terima kasih ibu peri" kata Cinderella dan dia naik ke
kendaraannya.

Ketika Cinderella tiba di pesta dia tampak begitu cantik, setiap orang bertanya-tanya siapa dia! Bahkan saudaranya.
Pangeran tentu ingin untuk berdansa dengan dia dan mereka menari sepanjang malam. Dia tidak mau berdansa
dengan orang lain. Sekarang Cinderella sangat menikmati pesta sehingga ia lupa peringatan peri sampai hampir
tengah malam dan jam mulai berdetik. Satu. Dua. Tiga. Dia bergegas keluar dari istana. Empat. Lima. Enam. Saat ia
berlari ke istana ,salah satu sepatu kacanya jatuh. Tujuh. Delapan. Sembilan. Dia berlari menuju pedati emas.
Sepuluh Sebelas Dua belas. Lalu Cinderella kembali memakai gaun tuanya. Labu emas tergeletak di kakinya. Dan
berlari turun dari jalan enam tikus abu-abu, tikus berkumis dan enam kadal hijau .. Akhirnya Cinderella harus
berjalan pulang

ketika Cinderella berlari dari istana, sang pangeran mencoba untuk mengikutinya dan ia menemukan sepatu kaca.
Dia berkata, "Aku akan menikah dengan gadis yang cocok kaki nya dengan sepatu ini. DI pagi hari pangeran pergi
dari rumah ke rumah dengan sepatu kaca, dan setiap wanita muda mencoba untuk menekan kakinya ke dalamnya.
Tapi tidak ada yang cocok satupun dari mereka.

Akhirnya sang pangeran datang ke rumah Cinderella. Salah satu adik jelek berusaha menekan kakinya ke dalam
sepatu tersebut. Tapi kakinya terlalu lebar dan gemuk. Kemudian adik jelek lainnya mencoba tapi kakinya terlalu
panjang . Silakan kata Cinderella, biarkan aku mencoba. "Sepatu tidak akan cocok untuk kamu", kata para saudara
jelek. "Kau tidak pergi ke pesta!" Tapi Cinderella menyelipkan kakinya ke dalam sepatu kaca dan itu cocok dengan
sempurna. Lalu berdiri di sampingnya ibu peri. Dia menyentuh Cinderella dengan tongkat nya dan ada dia memakai
gaun emas berkilau dengan perhiasan dan di kakinya adalah sepasang sandal kaca tercantik yang pernah dilihat.
Para saudara jelek begitu terkejut, mereka tidak bisa memikirkan sesuatu untuk dikatakan. Tapi Pangeran tahu harus
berkata apa. Dia meminta Cinderella untuk menikah dengannya.

Dan kemudian mereka menikah dan bahagia. Setiap orang yang telah pergi ke pesta diundang, bahkan saudara
jelek. Ada makanan yang enak , ada musik dan semua menari. Dan Pangeran tentu menarikan setiap tarian
dengan Cinderella. Dia tidak mau berdansa dengan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai