Morbili BP
Morbili BP
MORBILI
DISUSUN OLEH:
Agnes Meyta Arpinda Tampubolon
1061050109
PEMBIMBING:
dr. Ava Lanny Kawilarang, Sp.A
JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul Morbili dan
Bronkopneumonia. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan
Ilmu Kesehatan Anak di RS UKI dan RSUD Cibinong.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Ava
Lanny Kawilarang Sp. A, khususnya sebagai pembimbing dan semua staff pengajar di
SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Cibinong dan Rumah Sakit UKI, serta teman-teman di
kepaniteraan klinik atas bantuan dan dukungannya sehingga saya dapat menyelesaikan
referat ini.
Saya menyadari bahwa referat ini masih banyak terdapat kekurangan baik
mengenai isi, susunan bahasa, maupun kadar ilmiahnya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya di dalam menyusun referat ini. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak yang membaca referat ini. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
BAB I
CONTOH KASUS
A. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama
: An. P
Umur
: 4 tahun
Tanggal lahir
: 16/04/12
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Sunda
Tanggal masuk RS
: 14 Mei 2016
Tanggal keluar RS
: 19 Mei 2016
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan Ibu pasien pada tanggal 18 Maret
2016.
Keluhan Utama
Demam
Keluhan Tambahan
Batuk, muncul bintik merah diseluruh tubuh
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 6 hari SMRS. Keluhan tersebut
dirasakan naik turun. Sebelumnya, pasien sudah diberikan obat penurun panas
untuk mengurangi keluhan. Namun, 3 sampai 4 jam kemudian, demam muncul
kembali. Saat demam, pasien menggigil dan merasa lemas. Sakit kepala sampai ke
daerah mata disangkal. Menurut ibu pasien, muncul sariawan di mulut pasien
sehingga pasien sulit makan.
4 hari smrs pasien mengeluh batuk. Batuk yang dirasakan berdahak, dan terus
menerus. Keringat pada malam hari disangkal, kontak dengan penderita radang
paru disangkal, penurunan berat badan drastis dalam waktu singkat disangkal. 3
hari smrs, muncul bintik merah di wajah dan menyebar keseluruh tubuh pasien
tiap harinya, berukuran kurang dari 0,5 cm. Bintik kemerahan menghilang saat
kulit diregangkan. Pasien mengaku mual namun tidak sampai muntah.
Riwayat Penyakit Sebelumnya yang Berhubungan dengan Penyakit Sekarang
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
Riwayat Penyakit dalam Keluarga/ Lingkungan Sekitarnya yang Ada Hubungan
dengan Penyakit Sekarang
Pada keluarga dan lingkungan sekitar rumah, tidak ada yang menderita keluhan seperti
ini. Juga tidak ada pula yang sedang mengalami radang paru.
Riwayat Kehamilan Ibu
Ibu pasien rutin memeriksakan diri ke bidan sebanyak 5 kali. Tidak ditemukan adanya
kelainan selama kehamilan.
Riwayat Kelahiran
Lahir section caesaria atas indikasi kontraksi prematur, kurang bulan, berat badan lahir
2150gr, panjang badan lahir 40cm.
Riwayat Makanan
Pasien mendapat ASI ekslusif sampai usia 6 bulan. Setelah 6 bulan, pasien juga
mendapat susu formula
Riwayat tumbuh Kembang
Pasien tumbuh seperti anak seusianya, termasuk aktif bermain. Saat ini pasien
berusia 4 tahun.
Riwayat Imunisasi
Imunisasi wajib pasien tidak lengkap, pasien hanya di imunisasi BCG
Riwayat Penyakit Keluarga, sosial dan ekonomi
Pasien tinggal serumah dengan orang tua. Pasien berobat menggunakan layanan
BPJS.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pada tanggal 14 Mei 2016:
Tanda Vital :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
GCS : E4M6V5
Kesadaran composmentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Frekuensi nadi : 108x/menit, regular, kuat angkat
Frekuensi nafas : 30x/menit
Suhu tubuh : 38,2 C
Status Antropometri :
Berat badan : 15 kg
Tinggi badan : 105 cm
BB/U =
TB/U =
BB/TB =
Pulmo: Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, tidak ada bagian paru yang tertinggal,
penggunaan otot bantu napas (-), retraksi sela iga (-)
Palpasi : Vocal fremitus sama di kedua hemithorax
Perkusi : Sonor di kedua hemithorax
Auskultasi : Suara napas vesikuler, Rales +/+, wheezing -/Abdomen :
Inspeksi : penonjolan massa (-), abdomen lebih tinggi dari dinding dada
Palpasi : lemas, hepar dan limpa tidak teraba membesar , nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Penunjang
-
Hb : 13,6 g/dl
leukosit : 8000/ul
trombosit 249.000/ul
hematokrit 42,0 %.
E. RESUME
Anak usia 4 tahun dating dengan keluhan demam sejak 6 hari smrs. Keluhan lainnya
batuk dan muncul bintik merah diseluruh tubuh. Tidak ada yang mengalami keluhan
seperti ini di lingkungan sekitar pasien. Imunisasi pasien tidak lengkap, hanya BCG saja.
Riwayat batuk lama disangkal, riwayat kejang disangkal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran composmentis, keadaan umum tampak sakit sedang. Tekanan
darah: 100/60 mmHg, frekuensi nadi : 108x/menit, regular, kuat angkat, frekuensi nafas :
30x/menit, suhu tubuh : 38,2 C. thorax rales +/+, kulit terdapat macula eritema diseluruh
tubuh.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : Morbili
Diagnosis banding :
-
DHF
Rubella
Erupsi Obat
Penyakit Lyme
Chikungunya
Scarlette Fever
Penyakit mulut, tangan, kaki (Flu Singapore)
TB
Rencana diagnostik
-
DPL
Foto thorax
G. TATALAKSANA
-
H. PROGNOSIS
Quo Ad vitam
: Dubia ad Bonam
CATATAN KEMAJUAN
15/5/2016 ( Hari pertama perawatan)
S : demam (+), Batuk (+)
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran composmentis, GCS E4M6V5
TD : 100/60 mmHg, FN : 110 x/menit, FP : 26x/menit, suhu 39,4 C
Mata: Pupil isokor, bulat, : 3 mm/3 mm, RCL/RCTL : +/+, deviasi konjugee -/Konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-)
Tirah baring
Diet : Tinggi karbohidrat, tinggi protein
IVFD : RL 1300cc/24 jam
Medikamentosa :
1. Paracetamol syr 3 x 1 Cth
2. Ambroxol syr 3 x Cth
3. Vit A 1 x 100.000 IU
4. Ceftriaxone 1 x 1gr
17/5/2016
S : Demam (-), Batuk (+) berkurang, bintik hiperpigmentasi (+)
O : keadaan umum tampak sakit ringan
Kesadaran composmentis, GCS E4M6V5
FN : 120 x/menit, FP : 26x/menit, suhu 37,0 C
Mata: Pupil isokor, bulat, : 3 mm/3 mm, RCL/RCTL : +/+, deviasi konjugee -/Konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-)
Thoraks : Jantung : Si S2 murni, irama teratur, murmur (-), gallop (-)
Paru : bunyi nafas dasar vesikuler, rales +/+ minimal, wheezing -/Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, hepar dan limpa tidak teraba
membesar, NT (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
A : Morbili
P:
-
Tirah baring
Diet : Tinggi karbohidrat, tinggi protein
IVFD : RL 1300cc/24 jam
Medikamentosa :
1. Paracetamol syr 3 x 1 Cth
2. Ambroxol syr 3 x Cth
3. Vit A 1 x 100.000 IU
4. Ceftriaxone 1 x 1gr
18/5/2016
S : demam (-), Batuk (+) berkurang, bintik hiperpigmentasi (+), skuama di sekitar
bintik hiperpigmentasi
Hb : 11,0 d/dl
Eritrosit : 4,34 juta/ul
Leukosit : 2600/ul
Trombosit : 106000/ul
Hematokrit : 33,2 %
LED : 8
Hitung jenis : * basophil : 0
* eosinophil : 0
* batang : 0
* segmen : 62
* limfosit : 38
* monosit : 0
A : Morbili
P:
-
Tirah baring
Diet : Tinggi karbohidrat, tinggi protein
IVFD : Kaen 3B 1000/24 jam
Medikamentosa :
1. Paracetamol syr 3 x 1 Cth
2. Ambroxol syr 3 x Cth
3. Vit A 1 x 100.000 IU
4. Ceftriaxone 1 x 1gr
BAB II
ANALISA KASUS
Pasien An.P usia 4 tahun didiagnosa sebagai morbili. Pasien datang dengan keluhan
demam sejak 6 hari smrs. Keluhan lainnya batuk dan muncul bintik merah diseluruh
tubuh. Tidak ada yang mengalami keluhan seperti ini di lingkungan sekitar pasien.
Imunisasi pasien tidak lengkap, hanya BCG saja. Riwayat batuk lama disangkal, riwayat
kejang disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis, keadaan
umum tampak sakit sedang. Tekanan darah: 100/60 mmHg, frekuensi nadi : 108x/menit,
regular, kuat angkat, frekuensi nafas : 30x/menit, suhu tubuh : 38,2 C. thorax rales +/+,
kulit terdapat macula eritema diseluruh tubuh.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium pada pasien ini dan didapatkan hasil Hb : 13,6 g/dl,
leukosit : 8000/ul, trombosit 249.000/ul, hematokrit 42,0 %.
Diagnosa DHF dapat disingkirkan karena dalam pemeriksaan laboratorium tidak
didapatkan penurunan trombosit dan peningkatan hematocrit. Munculnya bercak koplik
pada pasien yang diduga oleh ibunya adalah sariawan merupakan tanda khas dari morbili.
Penanganan pada saat pasien tiba di IGD berupa pemasangan jalur intravena dan
pemberian cairan RL 1300cc/24 jam, proris supp untuk menangani demam, paracetamol
syrup 3x1cth, ambroxol 3xcth, vit 1x100.000 IU (IKATAN DOKTER ANAK
INDONESIA 2009).
BAB III
PENDAHULUAN
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3 stadium
yaitu (1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan
pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak bergejala,
(2)Stadium prodromal yang menunjukkan gejala demam, konjungtivitis, pilek, dan batuk
yang meningkat serta ditemukannya enantem pada mukosa (bercak Koplik), dan
(3)Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya ruam makulopapular yang didahului
dengan meningkatnya suhu badan.
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi
sekitar 3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya kejadian luar biasa
tampak meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namun case fatality rate telah
dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Umur terbanyak menderita campak adalah
<12 tahun.
Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui droplet dari
penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala. Penderita masih dapat
menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan hingga 5 hari setelah ruam
muncul. Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan seumur hidup bila telah sekali
terinfeksi oleh campak
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
2. Etiologi
2.1 Penyebab Penyakit Campak
Penyakit Campak disebabkan oleh virus Campak yang termasuk golongan
paramyxovirus. Virus ini berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan begaris
tengah 140 mm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan
protein, didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian
protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan sruktur heliks
nukleoprotein yang berada dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan
tonjolan pendek, sa tu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai
hemaglutinin
2.2 Sifat Virus
Virus Campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan yang kuat,
apabila berada diluar tubuh manusia virus Campak akan mati. Pada temperatur
kamar virus Campak kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3 5 hari.
Tanpa media protein virus Campak hanya dapat hidup selama 2 minggu dan
hancur oleh sinar ultraviolet. Virus Campak termasuk mikroorganisme yang
bersifat ether labile karena selubungnya terdiri dari lemak, pada suhu kamar
dapat mati dalam 20% ether selama 10 menit, dan 50% aseton dalam 30 menit.
Sebelum dilarutkan, vaksin Campak disimpan dalam keadaan kering dan beku,
relatif stabil dan dapat disimpan di freezer atau pada suhu lemari es (2-8C; 35,6-
46,4F) secara aman selama setahun atau lebih. Vaksin yang telah dipakai harus
dibuang dan jangan dipakai ulang.
3
Patofisiologi
Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit, membran mukosa nasofaring,
bronkus, saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat serosa
dan proliferasi dari sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear. Karakteristik
patologi dari Campak ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel raksasa berinti
banyak yang merupakan hasil dari penggabungan sel. Dua tipe utama dari sel raksasa
yang muncul adalah (1) sel Warthin-Findkeley yang ditemukan pada sistem
retikuloendotel (adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan timus) dan (2) sel epitel raksasa
yang muncul terutama pada epitel saluran nafas. Lesi di daerah kulit terutama terdapat di
sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah
bukal dan mukosa faring yang meluas hingga ke jaringan limfoid dan membran mukosa
trakeibronkial. Pneumonitis intersisial karena virus campak menyebabkan terbentuknya
sel raksasa dari Hecht. Bronkopneumonia yang terjadi mungkin disebabkan infeksi
sekunder oleh bakteri (Cherry, 2004).
Pada kasus encefalomyelitis terdapat demyelinisasi vaskuler dari area di otak dan
medula spinalis. Terdapat degenerasi dari korteks dan subsdtansia alba dengan inclusion
body intranuklear dan intrasitoplasmik pada subacute sclerosing panencephalitis
(Phillips, 1983).
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi virus
campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada saluran nafas
sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran pertama virus campak
Hari
Manifestasi
1-2
2-3
Viremia primer
3-5
5-7
Viremia sekunder
7-11
Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran
nafas
11-14
15-17
Manifestasi klinis
4.1 Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari).
Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif,
penderita tidak menampakkan gejala sakit.
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan
tampak memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak
berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa
penyembuhan maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi.
Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada
infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian
kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak
sehingga sulit dikenali.
5
Diagnosis
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis.
Diagnosis Banding
Campak atipikal
Didefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya
telah kebal akibat terpajan pada infeksi campak alamiah. Biasanya muncul pada orang
yang telah mendapat vaksin dari virus campak yang dimatikan
Masa inkubasi dari campak atipikal sama seperti pada campak yang tipikal yaitu
sekitar 7 hingga 14 hari. Stadium prodromal ditandai dengan demam tinggi yang
mendadak (39,5C sampai 40,6C) dan biasanya sakit kepala. Bisa juga didapatkan
gejala nyeri perut, mialgia, batuk non-produktif, muntah, nyeri dada dan rasa lemah.
Bercak Koplik jarang ditemui. Dua atau tiga hari setelah onset penyakit muncullah ruam
yang dimulai dari distal ekstremitas dan menyebar ke arah kepala. Ruam sedikit
berwarna kekuningan, terlihat jelas pada pergelangan tangan dan kaki serta terdapat juga
pada telapak tangan dan kaki. Ruam dapat berbentuk vesikel dan terasa gatal. Pada
campak atipikal dapat muncul efusi pleura, sesak nafas, hepatosplenomegali,
hiperestesia, rasa lemah maupun paresthesia. Diagnosis dari campak atipikal dapat
ditegakkan melalui tes serologis. Bila sampel serum awal diambil sebelum atau pada
saat onset ruam, CF dan titer HI biasanya kurang dari 1:5. Pada hari ke-10 infeksi kedua
titer akan meningkat mencapai 1:1280 atau lebih. Pada campak yang tipikal, di hari ke10 infeksi titer jarang melebihi 1:160 (Cherry, 2004).
7
Penyulit
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih
kecil. Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri.
Beberapa penyulit campak adalah :
7.1 Bronkopneumonia
kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. Anak yang belum
mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk terkena SSPE
dibandingkan dengan anak yang telah mendapat vaksinasi (IDAI, 2004).
7.4 Konjungtivitis
Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi
infeksi sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis
dan pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.
7.5 Otitis Media
Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium
erupsi.
7.6 Diare
Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna
sehingga mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya
daya tahan penderita campak (Soegeng Soegijanto, 2002)
7.7 Laringotrakheitis
Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga
dibutuhkan tindakan trakeotomi.
7.8 Black measles
Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak
yang ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita
Imunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif dapat
berasal dari virus hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan. Vaksin dari
virus yang dilemahkan akan memberi proteksi dalam jangka waktu yang lama dan
protektif meskipun antibodi yang terbentuk hanya 20% dari antibodi yang terbentuk
karena infeksi alamiah. Pemberian secara sub kutan dengan dosis 0,5ml. Vaksin tersebut
sensitif terhadap cahaya dan panas, juga harus disimpan pada suhu 4C, sehingga harus
digunakan secepatnya bila telah dikeluarkan dari lemari pendingin.
Vaksin dari virus yang dimatikan tidak dianjurkan dan saat ini tidak digunakan
lagi. Respon antibodi yang terbentuk buruk, tidak tahan lama dan tidak dapat
merangsang pengeluaran IgA sekretori.
Indikasi kontra pemberian imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang
menderita demam tinggi, sedang mendapat terapi imunosupresi, hamil, memiliki riwayat
alergi, sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari
darah (Soegeng Soegijanto, 2001).
Imunisasi pasif digunakan untuk pencegahan dan meringankan morbili. Dosis
serum dewasa 0,25 ml/kgBB yang diberikan maksimal 5 hari setelah terinfeksi, tetapi
semakin cepat semakin baik. Bila diberikan pada hari ke 9 atau 10 hanya akan sedikit
mengurangi gejala dan demam dapat muncul meskipun tidak terlalu berat.
Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder,
anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit
untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun.
Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak,
menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah
limfosit total (Cherry, 2004).
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5C), dehidrasi, kejang, asupan
oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit
yang timbul (IDAI, 2004)
Pencegahan
Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi Campak
di Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan
dengan ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program
pengembangan imunisasi (PPI). Imunisasi campak dapat pula diberikan bersama Mumps
dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu
mendapat imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun. Pencegahan dengan cara isolasi
penderita kurang bermakna karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan
didiagnosis sebagai campak (IDAI, 2004).
Prognosis
Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit
maka prognosisnya baik (Rampengan, 1997).
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Alan R. Tumbelaka. 2002. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akut dalam:
Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 113
Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook of
Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia. Saunders. p.2283
2298
Phillips C.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson Textbook of
Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. p.743
Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh, dkk. (ed) Buku
Imunisasi di Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Hal. 105
Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.)
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI. Hal. 125
T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90