Anda di halaman 1dari 9

Persepsi

Pada dasarnya persepsi dapat mempengaruhi perilaku seseorang ataupun reaksi


seseorang terhadap sesuatu. Secara umum, persepsi dapat diartikan sebagai suatu pengalaman
yang dihasilkan melalui panca indera.
Menurut Rahmad (1996), persepsi merupakan pengalaman mengenai objek, peristiwa
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan infomasi dan menafsirkan
pesan.9 Sementara itu, menurut Kreich dan Crutchfield (1977) dalam Salihat (2009)
menyebutkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor
fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang kita anggap
sebagai faktor personal. Persepsi ditentukan oleh bukan hanya jenis atau bentuk stimuli,
tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. Sedangkan faktor
struktural, berasal dari semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek

saraf yang

ditimbulkannya pada sistem saraf individu.10


1.

Rakhmad J. Psikologi komunikasi. Bandung: Remadja Karya, 1988. Hal. 344-377.

2.

Salihat IK. 2009. Hubungan persepsi resiko keselamatan berkendara dengan penggunaan
sabuk keselamatan pada mahasiswa universitas Indonesia kampus depok tahun 2009.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan.
Jadi yang dimaksud perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain, berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni :

1. Faktor-faktor Predisposing (predisposing faktor)


Faktor-faktor predisposing adalah faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisikan
terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan
sebagainya.
2. Faktor-faktor Pemungkin (enabling faktor)
Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi
perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan
terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut juga faktor pendukung. Misalnya
Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, dan
sebagainya.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing faktor)
Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku. Kadang-kadang meskipun orang mengetahui untuk berperilaku sehat, tetapi tidak
melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),

tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk
juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah
daerah terkait dengan kesehatan. Menurut Green dkk (1999) yang dikutip Gielen, dkk
(2002), ada 6 langkah proses perubahan perilaku kesehatan yaitu :
Jurnal 9
Masyarakat mencari pengobatan ke fasiilitas-fasilitas pengobatan modern yang disediakan oleh
pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta sepertii rumah sakitbalai pengobatan,
Puskesmas dan lainlain. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas perlu ditingkatkan dengan adanya penelitian sosial budaya masyarakat, persepsi dan
perilaku masyarakat sehingga pelayana yang kita berikan akan diterima oleh masyarakat.
(Notoatmodjo, 2005). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor predisposisi
dimana mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhaadap kesehatan, tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system
nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi dan
sebagainya. Faktor pemungkin yang mana meneakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Faktor penguat yang
meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, toko agama, sikap dan
perilaku petugas termasuk petugas kesehatan. (Notoatmodjo, 2007).

https://www.scribd.com/doc/50917890/KONSEP-SEHAT-SAKIT-MENURUT-WHO
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka memenuhi tugas hidupnya selaku makhluk sosial, manusia senantiasa
berinteraksi dengan orang lain. Untuk itu manusia telah dibekali dengan berbagai alat dan
kemampuan yang memungkinkan mereka dapat menjalankan fungsinya. Diantara alat perlengkapan
manusia adalah alat indera.Dengan alat-alat indera tersebut manusia dapat melihat, mendengar,
merasakan, dan menyentuh dunianya sehingga ia dapat menjadi manusia sepenuhnya. Dalam
konteks perilaku, hal itu berarti bahwa alat-alat indera yang dimilikinya telah menyebabkan
manusia mampu berpikir, merasakan, berkehendak, dan memiliki persepsi tertentu mengenai
dirinya dan dunia sekitarnya. Pikiran, perasaan, kehendak, dan persepsi itu sekaligus merupakan
aspek-aspek psikologis yang melengkapi kepribadian manusia.
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna
tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi
dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak
bias ditolak meskipun kadang kadang bias dicegah atau dihindari.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor
faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor social budaya. Kedua
pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks
pengertian yang lain.

B.
1.
2.
3.
4.

C.
1.
2.
3.

RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan persepsi dan penyakit?
Bagaimana persepsi masyarakat dengan penyakit dan kesehatannya?
Sebutkan dan jelaskan macam-macam persepsi?
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya persepsi masyarakat terhadap
penyakit.
TUJUAN
Mengetahui dan memahami pengertian persepsi dan macam persepsi.
Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi persepsi.
Mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat mengenai penyakit.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERSEPSI DAN PENYAKIT
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam
memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa
persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu
pencatatan yang benar terhadap situasi.

Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh negatif


terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan cara hidup manusia dapat merupakan
penyebab bermacam-macam penyakit baik di zaman primitif maupun di
masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya.
Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan berbagai organ
tubuh manusia, sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan sakit dianggap
sebagai penyimpangan perilaku dari keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan
itu dapat disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia,
tetapi juga dapat disebabkan oleh kelainan emosional dan psikososial individu

bersangkutan. Faktor emosional dan psikososial ini pada dasarnya merupakan


akibat dari lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan adat kebiasaan manusia
atau kebudayaan .
Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan bergantung jenis
penyakit. Secara umum konsepsi ini ditentukan oleh berbagai faktor antara lain
parasit, vektor, manusia dan lingkungannya.
Para ahli antropologi kesehatan yang dari definisinya dapat disebutkan
berorientasi ke ekologi, menaruh perhatian pada hubungan timbal balik antara
manusia dan lingkungan alamnya, tingkah laku penyakitnya dan cara-cara tingkah
laku penyakitnya mempengaruhi evolusi kebudayaannya melalui proses umpan
balik (Foster, Anderson, 1978) .
Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi
biomedik
dan
sosio
kultural
(5).
Dalam
bahasa
Inggris
dikenal
kata disease dan illness sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu
dinamakan penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar
antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi
atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu,
dengan illness dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap
penyakit atau perasaan kurang nyaman.
Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien
mengalami illness yang dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai
kelainan organic maupun fungsional tubuh.
B. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT DAN KESEHATANNYA
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan
resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun
masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, g enetika,
dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho
socio somatic health well being, merupakan resultante dari faktor(3)yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan
dengan ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi
oleh faktor -faktor seperti kelas social,perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka
ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari
variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan
pasien.

Persepsi masyarakat terhadap penyakitnya menganut dua konsep yaitu:


1. Naturalistik
Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan
(salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga
kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat
sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut
masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan
badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi
seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat
melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah.
Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang
menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang
tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat .
2. Personalistik
Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi
suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur
atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung). Menelusuri
nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta
telah dik enal oleh etnik Makasar sejak lama.
Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang
lumer), merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah
berada dalam waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut.

Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian


yaitu :
1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tin dakan yang dilakukan oleh
individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku
sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan
kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi(14).
Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat
meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan
persepsi tentang sakit dan penyakit maka perilaku sakit dan perilaku sehatpun
subyektif sifatnya. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit ini sangatlah
dipengaruhi oleh unsur pengalaman masalalu di samping unsur sosial budaya.
Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kreter ia

medis yang obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi
fisik individu.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah
yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada
dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang
berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat
turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang
luas.
C. MACAM-MACAM PERSEPSI
Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik)
dan persepai terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia sering juga disebut persepsi sosial.
a)

Persepsi terhadap lingkungan fisik


Persepsi orang terhadap lingkungan fisik tidaklah sama, dalam arti berbeda-beda., karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor,antara lain:

Latar belakang pengalaman


Latar belakang budaya
Latar belakang psikologis
Latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan
Kondisi factual alat-alat panca indera di mana informasi yang sampai kepada orang itu adalah
lewat pintu itu
b)

Persepsi terhadap manusia


persepsi terhadap manusia atau persepai sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial
dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Setiap orang memilki gambaran yang
berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Dengan kata lain, setiap orang mempunyai persepsi
yang berbeda terhadap lingkungan sosialnya.

D. FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT


1. Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Persepsi Seseoran
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang, antara lain :
1)

Psikolog
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh
keadaan psikologi. Contoh terbenamnya matahari di waktu senja yang indah temaram, akan
dirasakan sebagai baying-bayang yang kelabu bagi seorang yang buta warna.

2)

Famili (keluarga)
Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya. Orang tua yang telah
mengembangkan suatu cara yang khusus di dsalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini,
banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yan diturunkan kepada anaknya. Contoh orang tua yang
Muhammadiyah akan mempunyai anak-anak yang Muhammadiyah juga.

3)

Kebudayaan

Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu factor kuat
didalam mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di
dunia ini. Contoh Orang Amerika yang bebas makan daging babi, tidak begitu halnya bagi
masyarakat Indonesia.

2.

Faktor Dari Dalam dan Luar


Selain faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi, ada pula faktor yang
mempengaruhi dalam pemilihan persepsi :

a)

Faktor-faktor perhatian dari luar


Faktor-faktor perhatian dari luar ini terdiri dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar antara lain :
intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan, gerakan, dan hal-hal baru berikut ketidakasingan.
Intensitas, prinsip intensitas dari suatu perhatian dapat dinyatakan

bahwa semakin besar

intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal-hal itu dapat dipahami.
Ukuran, faktor ini sangat dekat dengan prinsip intensitas. Faktor ini menyatakan bahwa semakin
besar ukuran sesuatu objek, maka semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.
Keberlawana atau kontras, prinsip keberlawanan ini menyatakan bahwa stimuli luar yang
penampilannya berlawanan dengan latar belakngnya yang sama sekali di luar sangkaan orang
banyak, akan menarik banyak perhatian.
Pengulangan (repetition), dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang di ulang
akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan yang sekali dilihat .
Gerakan (moving), Prinsip gerakan ini antaranya menyatakan bahwa orang akan memberikan
banyak perhatian terhadap obyek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan
dengan obyek yang diam.
Baru dan familier, prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang
sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik perhatian.
b) Faktor-faktor dari dalam (internal set factors)
Belajar atau pemahaman learning dan persepsi, semua faktor-faktor dari dalam yang membentuk
adanya perhatian kepada sesuatu objek sehingga menimbulkan adanya persepsi adlah didasarkan
dari kekomplekan kejiwaan seperti yang diuraikan di muka.
Motivasi dan persepsi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi, faktor dari dalam lainnya
yang juga menentukan terjadinya persepsi antara lain motivasi dan kepribadian.
Kepribadian dan persepsi dalam membentuk persepsi unsur ini amat erat hubungannya dengan
proses belajar dan motivasi, yang mempunyai akibat tentang apa yang dihadirkan dalam menghadiri
suatu situasi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya dalam kehidupannya, manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi.
Komunikasi digunakan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan dan manusia lainnya. Dalam
berkomunikasi, manusia menerima stimulus dari yang lain, sehingga ia dapat memberikan respon
dari stimulus tersebut melalui panca indera yang dimilikinya. Namun dari stimulus-stimulus yang
sama mungkin akan ditafsirkan secara berbeda oleh orang yang berbeda. Alat-alat indera yang
dimiliki manusia menyebabkan manusia mampu berpikir, merasakan, dan memiliki persepsi tertentu
mengenai dirinya dan dunia sekitarnya. Prasyarat terjadinya persepsi adalah penangkapan stimulus
oleh alat-alat indera, sehingga peranan alat-alat indera sangat penting.

Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan


bahkan seluruh peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap
penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungannya.
Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah,
yang sering membawa serta penyakit baru yang belum di kenal atau
perkembangan/perubahan penyakit yang sudah ada. Kajian mengenai konsekuensi
kesehatan perlu memperhatikan konteks budaya dan sosial masyarakat.
B. SARAN
Sebaiknya dalam masyarakat itu tidak terlalu mengkaitkan budaya dengan
penyakit karena biar bagaimanapun, bila salah satu anggota keluarga atau
siapapun itu bila terdapat gejala penyakit sebaiknya dibawa ke puskesmas atau
pelayanan kesehatan yang lainnya
DAFTAR PUSTAKA
1. Biro Pusat Statistik. Profil Statistik Wanita, Ibu dan Anak di Indonesia.Jakarta,
1994.
2. Blum HL. Planning for Health; Developme nt Application of Social Change Theory. ,
New York: Human Science Press, 1972. p.3.
3. Paradigma Sehat, Pola Hidup Sehat, dan Kaidah Sehat.Pusat Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat. Departemen Kesehatan RI, 1998.
4. Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:

5.
6.

PT. Remaja Rosdakarya. Wahyudi, Bambang. 2009. Menyampaikan Persepsi.


http://www.google.com.%5B15Oktober 2009]

Anda mungkin juga menyukai

  • Jurnal THT
    Jurnal THT
    Dokumen10 halaman
    Jurnal THT
    Mageswari Selvarajoo
    Belum ada peringkat
  • PCO
    PCO
    Dokumen2 halaman
    PCO
    Mageswari Selvarajoo
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Keratopati
    Lapkas Keratopati
    Dokumen5 halaman
    Lapkas Keratopati
    Mageswari Selvarajoo
    Belum ada peringkat
  • Fobia Sosial
    Fobia Sosial
    Dokumen17 halaman
    Fobia Sosial
    Mageswari Selvarajoo
    100% (2)
  • Status Orang Sakit
    Status Orang Sakit
    Dokumen12 halaman
    Status Orang Sakit
    Mageswari Selvarajoo
    Belum ada peringkat
  • CHF
    CHF
    Dokumen30 halaman
    CHF
    Mageswari Selvarajoo
    100% (1)
  • CHF
    CHF
    Dokumen30 halaman
    CHF
    Mageswari Selvarajoo
    100% (1)