saraf yang
2.
Salihat IK. 2009. Hubungan persepsi resiko keselamatan berkendara dengan penggunaan
sabuk keselamatan pada mahasiswa universitas Indonesia kampus depok tahun 2009.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan.
Jadi yang dimaksud perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain, berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni :
tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk
juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah
daerah terkait dengan kesehatan. Menurut Green dkk (1999) yang dikutip Gielen, dkk
(2002), ada 6 langkah proses perubahan perilaku kesehatan yaitu :
Jurnal 9
Masyarakat mencari pengobatan ke fasiilitas-fasilitas pengobatan modern yang disediakan oleh
pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta sepertii rumah sakitbalai pengobatan,
Puskesmas dan lainlain. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas perlu ditingkatkan dengan adanya penelitian sosial budaya masyarakat, persepsi dan
perilaku masyarakat sehingga pelayana yang kita berikan akan diterima oleh masyarakat.
(Notoatmodjo, 2005). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor predisposisi
dimana mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhaadap kesehatan, tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system
nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi dan
sebagainya. Faktor pemungkin yang mana meneakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Faktor penguat yang
meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, toko agama, sikap dan
perilaku petugas termasuk petugas kesehatan. (Notoatmodjo, 2007).
https://www.scribd.com/doc/50917890/KONSEP-SEHAT-SAKIT-MENURUT-WHO
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka memenuhi tugas hidupnya selaku makhluk sosial, manusia senantiasa
berinteraksi dengan orang lain. Untuk itu manusia telah dibekali dengan berbagai alat dan
kemampuan yang memungkinkan mereka dapat menjalankan fungsinya. Diantara alat perlengkapan
manusia adalah alat indera.Dengan alat-alat indera tersebut manusia dapat melihat, mendengar,
merasakan, dan menyentuh dunianya sehingga ia dapat menjadi manusia sepenuhnya. Dalam
konteks perilaku, hal itu berarti bahwa alat-alat indera yang dimilikinya telah menyebabkan
manusia mampu berpikir, merasakan, berkehendak, dan memiliki persepsi tertentu mengenai
dirinya dan dunia sekitarnya. Pikiran, perasaan, kehendak, dan persepsi itu sekaligus merupakan
aspek-aspek psikologis yang melengkapi kepribadian manusia.
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna
tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi
dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak
bias ditolak meskipun kadang kadang bias dicegah atau dihindari.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor
faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor social budaya. Kedua
pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks
pengertian yang lain.
B.
1.
2.
3.
4.
C.
1.
2.
3.
RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan persepsi dan penyakit?
Bagaimana persepsi masyarakat dengan penyakit dan kesehatannya?
Sebutkan dan jelaskan macam-macam persepsi?
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya persepsi masyarakat terhadap
penyakit.
TUJUAN
Mengetahui dan memahami pengertian persepsi dan macam persepsi.
Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi persepsi.
Mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat mengenai penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERSEPSI DAN PENYAKIT
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam
memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa
persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu
pencatatan yang benar terhadap situasi.
medis yang obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi
fisik individu.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah
yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada
dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang
berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat
turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang
luas.
C. MACAM-MACAM PERSEPSI
Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik)
dan persepai terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia sering juga disebut persepsi sosial.
a)
Psikolog
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh
keadaan psikologi. Contoh terbenamnya matahari di waktu senja yang indah temaram, akan
dirasakan sebagai baying-bayang yang kelabu bagi seorang yang buta warna.
2)
Famili (keluarga)
Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya. Orang tua yang telah
mengembangkan suatu cara yang khusus di dsalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini,
banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yan diturunkan kepada anaknya. Contoh orang tua yang
Muhammadiyah akan mempunyai anak-anak yang Muhammadiyah juga.
3)
Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu factor kuat
didalam mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di
dunia ini. Contoh Orang Amerika yang bebas makan daging babi, tidak begitu halnya bagi
masyarakat Indonesia.
2.
a)
intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal-hal itu dapat dipahami.
Ukuran, faktor ini sangat dekat dengan prinsip intensitas. Faktor ini menyatakan bahwa semakin
besar ukuran sesuatu objek, maka semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.
Keberlawana atau kontras, prinsip keberlawanan ini menyatakan bahwa stimuli luar yang
penampilannya berlawanan dengan latar belakngnya yang sama sekali di luar sangkaan orang
banyak, akan menarik banyak perhatian.
Pengulangan (repetition), dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang di ulang
akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan yang sekali dilihat .
Gerakan (moving), Prinsip gerakan ini antaranya menyatakan bahwa orang akan memberikan
banyak perhatian terhadap obyek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan
dengan obyek yang diam.
Baru dan familier, prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang
sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik perhatian.
b) Faktor-faktor dari dalam (internal set factors)
Belajar atau pemahaman learning dan persepsi, semua faktor-faktor dari dalam yang membentuk
adanya perhatian kepada sesuatu objek sehingga menimbulkan adanya persepsi adlah didasarkan
dari kekomplekan kejiwaan seperti yang diuraikan di muka.
Motivasi dan persepsi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi, faktor dari dalam lainnya
yang juga menentukan terjadinya persepsi antara lain motivasi dan kepribadian.
Kepribadian dan persepsi dalam membentuk persepsi unsur ini amat erat hubungannya dengan
proses belajar dan motivasi, yang mempunyai akibat tentang apa yang dihadirkan dalam menghadiri
suatu situasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya dalam kehidupannya, manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi.
Komunikasi digunakan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan dan manusia lainnya. Dalam
berkomunikasi, manusia menerima stimulus dari yang lain, sehingga ia dapat memberikan respon
dari stimulus tersebut melalui panca indera yang dimilikinya. Namun dari stimulus-stimulus yang
sama mungkin akan ditafsirkan secara berbeda oleh orang yang berbeda. Alat-alat indera yang
dimiliki manusia menyebabkan manusia mampu berpikir, merasakan, dan memiliki persepsi tertentu
mengenai dirinya dan dunia sekitarnya. Prasyarat terjadinya persepsi adalah penangkapan stimulus
oleh alat-alat indera, sehingga peranan alat-alat indera sangat penting.
5.
6.