Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INSTALASI PENDINGIN

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

Disusun oleh:
NAMA

: DANIEL MARIAN

NIM

: 2013-70-014

JURUSAN

: TEKNIK MESIN

PRODI

: TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016

1. Perbedaan dari Siklus Kompresi Uap Ideal dan Aktual yaitu :


a. Siklus kompresi uap ideal

Gambar di atas-kiri menunjukkan siklus refrigerasi kompresi uap ideal secara


skematis. Di sini refrigeran dalam kondisi uap jenuh masuk ke kompresor dan keluar
sebagai uap panas lanjut. Refrigeran kemudian masuk ke kondenser untuk melepas
kalor sehingga terjadi kondensasi sampai ke kondisi cairan jenuh. Proses terakhir ini
bisa juga diganti dengan sebuah turbin isentropis untuk menaikkan kapasitas
pendinginan dan menurunkan kerja input (dengan kompensasi kompleksnya sistem).
Selanjutnya refrigeran masuk ke evaporator untuk menyerap kalor sehingga terjadi
proses evaporasi dan siap untuk dilakukan langkah kompresi berikutnya.
Siklus refrigerasi kompresi uap ideal dapat digambarkan dalam diagram T-s
seperti gambar di atas-kanan. Proses-proses yang terjadi adalah,
1-2

: Kompresi adiabatic dan reversible, dari uap jenuh menuju tekanan konstan.

2-3

: Pelepasan kalor reversible pada tekanan konstan, menyebabkan penurunan


panas lanjut dan pengembunan refrigerant.

3-4

: Ekspansi irreversible pada entalpi konstan, dari cairan jenuh menuju tekanan
evaporator

4-1

: Penambahan kalor reversible pada tekanan tetap yang menyebabkan


penguapan menuju uap jenuh.

b. Siklus kompresi uap actual


Pada kenyataannya refrigerator atau heat pump akan bekerja dengan
suatu proses yang menyimpang dari siklus idealnya akibat ireversibilitas
dalam tiap komponennya. Ireversibilitas ini pada umumnya disebabkan oleh
gesekan fluida dan perpindahan kalor dari atau ke lingkungan sekitar. Siklus
refrigerasi kompresi uap aktual dapat digambarkan secara skematis seperti
gambar di bawah.

Sedangkan hal-hal yang terjadi dalam siklus aktual yaitu :


1) Refrigeran sudah dalam kondisi uap panas lanjut sebelum masuk ke kompresor.
2) Akibat cukup panjangnya pipa penghubung kompresor-evaporator akan
mengakibatkan rugi tekanan. Rugi tekanan yang disertai peningkatan volume
spesifik dari refrigeran membutuhkan power input yang lebih besar.
3) Dalam proses kompresi ada rugi gesekan dan perpindahan kalor yang akan
meningkatkan entropi (1-2) atau menurunkan entropi (1-2') dari refrigeran
tergantung kepada arah perpindahan kalornya.
Proses (1-2') lebih disukai karena volume spesifiknya turun sehingga power input
bisa lebih kecil. Hal ini bisa dilakukan apabila dilakukan pendinginan dalam
langkah kompresi.
4) Di dalam kondenser akan terjadi juga rugi tekanan.
5) Refrigeran dalam kondisi cairan terkompresi ketika masuk dalam katup ekspansi.

2. Dalam udara terkandung uap air yang menyebabkan adanya


kelembaban udara. Semakin banyaka uap air yang terkandung
dalam udara maka semakin lembab udara tersebut. Jika udara
sebuah ruangan didinginkan (misal dengan menggunakan sebuah
air conditioner) maka biasanya ada 2 hal yang terjadi, yaitu
penurunan suhu dan penurunan kelembaban. Penurunan suhu
terjadi karena adanya penarikan kalor oleh air conditioner (bagian
evaporator), akibatnya udara kehilangan kalor dan suhunya
menjadi turun. Sedangkan kelembaban turun terjadi karena
kandunga uap air berkurang dari udara. Ada dua macam kalor,
yaitu kalor sensible dan kalor laten. Kalor sensibel adalah kalor
yang mengakibatkan perubahan suhu, sedangkan kalor laten
adalah kalor yang tidak mengakibatkan perubahan suhu.
Terjadinya perubahan suhu dan perubahan kelembaban adalah
akibat dari kedua jenis kalor ini. Proses pendinginan udara dapat
dijelaskan dengan skema psikrometrik berikut:

Gambar 3. Proses pendinginan udara dapat dijelaskan dengan skema psikrometrik

Gambar diatas menunjukkan pendinginan udara di daerah


evaporator (Air conditioner). Pada awalnya udara mempunyai
suhu TA dan kandungan uap air WA, kemudian udara ini
mengalami penarikan kalor sehingga suhunya turun hingga
sampai titik B, yaitu titik dew point atau titik pengembunan.
Sampai titik B hanya mengalami penurunan suhu, inilah yang
disebut dengan kalor sensibel. Pada titik B (dew point) ini jika
udara mengalami pelepasan kalor sedikit saja maka akan

terbentuk kondensat yang berasal dari pengembunan uap air


yang terkandung dalam udara.
Udara ini terus mengalami pelepasan kalor (didinginkan) yang
meyebabkan udara mulai mengembun. Karena uap air dalam
udara mengalami pengembunan akibatnya udara kehilangan uap
air dan tetap mengalami penurunan suhu sampai di titik C. Hal
inilah yang menyebabkan pada air conditioner sering kali
ditemukan tetesan air. Kemudian udara dengan kondisi C ini
ditiupkan ke ruangan yang ingin didinginkan. Di ruangan
terdapat beban panas dari sumber panas (manusia, alat
elektronik, dll). Akibatnya udara tersebut menerima kalor dan
mendapatkan uap air (bisa dari keringat manusia yang menguap
atau sumber uap yang lain). Garis putus-putus dari A ke C
merupakan garis yang menggambarkan keadaan udara ruangan
sebelum dan sesudah didinginkan.
Dari gambar proses pendinginan udara pada karta
psikrometri tersebut dapat dilihat bahwa:
Beban Laten ruangan=hAhS (pengurangan kandungan uap air)
Beban sensibel udara ruangan=hShC (penurunan suhu)
Jadi beban total udara agar udara dapat terjaga agar kondisinya
tetap R adalah:
Beban total=beban laten+beban sensibel
hAhC=(hAhS)+(hS+ hC)
Banyaknya uap yang mengembun juga dapat dihitung, yaitu:
WAWC=banyaknya kondensat setiap satuan massa udara
3. Faktor yang menentukan kondisi dibawah ini adalah:
a. Batas terendah temperatur kondensasi
Diketahui bahwa persamaan untuk air cooled condenser
adalah:
TDc=TcTa
Dimana:

TDc

= air cooled condenser

Tc

= temperature kondensasi

Ta

= temperature lingkungan

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa batas


terendah temperature kondensasi ditentukan oleh factor

temperature lingkungan dan udara pendingin kondensor. Nilai


TDc bervariasi bergantung cuaca:
Cuaca Panas

Cuaca Normal
Cuaca Dingin

TDc=68 C

TDc=810 C

TDc=1215 C

b. Batas terendah temperatur evaporasi


Diketahui persamaan air cooled evaporator sebagai brikut:
TDe=tei te
Dimana:

TDe

tei

= air cooled evaporation


= temperature evaporasi

te

= udara masuk ke evaporator


Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa batas
terendah temperature evaporasi ditentukan oleh udara masuk
TDe
ke evaporator dan air cooled evaporation. Nilai
bervariasi tergantung jenis ruangannya, antara lain:
TDe=5 6 C
untuk ruang penyimpanan buah dan
sayuran
TDe=8 10 C

untuk produk beku


4. Katup ekspansi termostatik merupakan alat pengatur
refrigeran yang paling banyak dipakai untuk sistem
pendinginan. Katup ekspansi tersebut dapat mengatur jumlah
refrigeran yang mengalir dalam evaporator sesuai dengan
beban evaporator yang maksimum pada setiap keadaan
beban evaporator yang berubah-ubah. Katup ekspansi
termostatik dapat mempertahankan uap panas lanjut yang
konstan. Katup ekspansi tersebut tidak mengatur tekanan dan
temperatur dalam evaporator, tetapi mengontrol jumlah
refrigeran yang mengalir masuk dalam evaporator. Refrigeran
yang mengalir melalui katup ekspansi termostatik lalu pada
evaporator, selain dikontrol oleh tekanan rendah dalam
evaporator, juga oleh temperatur dan tekanan pada akhir
evaporator.

Katup ekspansi termostatik digunakan pada berbagai


kondisi beban kerja. Pada kondisi beban panas normal,
refrigerant cair bertekanan tinggi masuk ke dalam katup
ekspansi melewati orifice dalam jumlah yang sesuai dengan
di atur pembukaannya oleh pegas. Pada kondisi ini tekanan di
sisi atas diafragma sama dengan tekanan di sisi bawah. Saat
melewati orifice, refrigerant mengalami proses pengabutan
sehingga tekanan dan temperaturnya turun yang selanjutnya
mengalir ke evaporator.Ketika beban panas di evaporator
meningkat, refrigerant yang mengalir pada saluran keluar
evaporator akan mengalami kenaikan temperature. Kondisi ini
menyebabkan gas yang ada di dalam sensor dan pipa kapiler
akan mengembang dan mengalami kenaikan tekanan.
Selanjutnya, gas akan menekan diafragma dan mendorong
plat dan pegas melalui pen penekan. Ini menyebabkan
saluran orifice terbuka lebih lebar sehingga lebih banyak
refrigerant yang mengalir ke evaporator. Kondisi ini akan
berlangsung
terus
sampai
beban
panas
kembali
normal.Kondisi sebaliknya terjadi saat beban panas
berkurang. Pada kondisi ini, refrigerant pada saluran keluar
evaporator mengalami penurunan temperature. Hal ini
menyebabkan gas yang ada di dalam sensor dan pipa kapiler
mengalami penyusutan. Akibatnya tekanan di sisi atas
diafragma menjadi lebih kecil dari pada tekanan di sisi bawah.
Pegas akan menekan plat dan bola ke atas. Akibatnya saluran
orifice akan mengecil sehingga hanya sedikit refrigerant yang
mengalir ke evaporator. Kondisi ini akan berlangsung terus
sampai beban panas kembali normal.
5. Kelembaban udara spesifik atau absolut/ rasio kelembaban (
) didefinisikan:
=

mv pv V / Rv T
p
pv
=
=0.622 v =0.622
ma pa V / Ra T
pa
p p v

Dimana: mv
ma

= massa uap air dalam udara


= massa udara kering

pv

= tekanan

pa

= volume

Rv =R a

p p v

= tekanan parsial udara kering (kPa)

= 0.06228

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa cara yang perlu


ditempuh untuk:
a. Menurunkan tingkat kelembaban udara mutlak
Dengan menurunkan nilai massa uap air dalam udara
(m v ) atau menurunkan nilai pv .
b. Menaikkan tingkat kelembaban udara mutlak
Dengan menaikkan/membesarkan nilai massa uap air
dalam udara (ma ) atau dengan menaikkan/membesarkan
nilai

pv

6. Besaran-besaran yang menentukan pemilihan ukuran


kompresor pada suatu instalasi pendingin adalah beban
evaporator, kapasitas pendinginan, jenis refrigeran yang
digunakan, temperatur evaporasi, temperatur kondensasi,
temperatur evaporator superheat, temperatur subcooling dan
temperatur total superheat.
7. Instalasi yang memerlukan refrigeran dengan pelumas yang
dapat larut adalah:
Kompresor Sentrifugal
Adapun komponen tambahan untuk pelumas yang tidak dapat
larut dalam refrigeran adalah:
Silica gel/ molecular sieve
Alat pemisah oli pada sisi keluaran kompresor
8. Dengan adanya penggantian pompa sirkulasi air dengan
kapasitas volumetrik yang lebih rendah membuat proses
pendinginan berjalan lebih lambat karena pompa sirkulasi air
tidak mampu memenuhi kebutuhan kondensor sesuai

rancangan. Dan ketika kondensor tidak mendapatkan suplai


air sesuai perancangan maka akan berakibat pada semakin ke
kanannya titik 2 dan 3 karena proses pendinginan di
kondensor tidak berlangsung secara optimal.
9. Adanya perubahan kompresor dengan rasio kompresi yang
sama dan displasemen volumetrik yang berbeda membuat
adaya 2 kemungkinan peristiwa. Yang pertama apabila
displasemen volumentriknya lebih kecil dibandingkan dengan
sebelumnya maka akan mengakibatkan proses kompresi
berjalan lebih lambat dan titik 2 serta 3 semakin ke arah kiri.
Sedangkan apabila displasemen volumetriknya lebih besar
dibandingkan sebelumnya maka akan mengakibatkan proses
kompresi berjalan lebih cepat dan titik 2 serta 3 akan semakin
bergerak ke kanan.
10.
Diketahui bahwa jenis produk yang akan didinginkan
adalah produk dengan temperatur yang tinggi (air panas)
dengan asumsi temperaturnya 100 dimana suhu awal
pendinginan jauh lebih rendah dibandingkan dengan suhu
produk yang akan didinginkan. Hal ini mengakibatkan
meningkatnya beban internal dan beban produk secara
signifikan. Peningkatan beban internal dan beban produk
tersebut diikuti dengan kenaikan beban total refrigerasi yang
mengakibatkan lokasi titik 2 berpindah semakin ke kanan
yang mengindikasikan kenaikan entalpi yang membuat beban
kondensor
semakin
besar
dan
membuat
adanya
penyimpangan dari beban kondensor rancangan. Ketika
penyimpangan ini terjadi secara kontinu maka kondensor
akan mengalami overload dan memicu kerusakan instrumen.
Kerusakan kondensor ini membuat kulkas tidak beroperasi
secara optimal dan akan mengalami kerusakan apabila tidak
dilakukan perbaikan.
11.
Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan beban
pendingin suatu produk dengan massa yang sama adalah
jenis produk yang didinginkan, temperatur awal dan akhir
pendinginan, waktu pendinginan, dimensi pendingin, material

pendingin dan beberapa faktor lainnya. Dari semua faktor


tersebut, temperatur dan waktu pendinginan.
12. Alasan pelarangan penggunaan refrigeran yang mengandung klorin adalah karena
sifatnya yang dapat merusak lapisan ozon, polusi dan hilangnya sumber daya alam.
CFC merupakan zat kimia yang mengandung unsur klor, fluor dan carbon yang biasa
di

gunakan sebagai

refrigrant dan propelant. CFC memiliki nama dagang freon.

Senyawa CFC, terutama Freon 11 (CFCl3) dan Freon 12 (CF2Cl2) banyak di


gunakan

sebagai

pelarut dalam bidang industri, pembersih dalam alat elektronik, refrigerant


pada kulkas dan AC, serta zat propelant pada kosmetika dan alat semprot aerosol.
Senyawa CFC pada mulanya di

anggap zat kimia yang ideal, karena tidak mudah

bereaksi dan tidak beracun. Ironisnya, justru karena sifatnya tersebut CFC mampu ke
lapisan stratosfer dan merusak ozon. Dalam waktu kirakira 5 tahun, CFC bergerak na
ik dengan perlahan ke dalam stratosfer (10 50 km). Molekul CFC terurai setelah
bercampur dengan sinar ultra Violet yang masuk dalam atmosfir, dan membebaskan
atom Klorin. Atom klorin ini berupaya memusnahkan ozon dan menghasilkan
kerusakan

lapisan

ozon

atau

Lubang

Ozon.

Penipisan lapisan ozon akan menyebabkan lebih banyak sinar UV memasuki bumi. L
ubang ozon di Antartika disebabkan oleh penipisan lapisan ozon antara ketinggian
tertentu seluruh Antartika pada musim semi. Pembentukan lubang tersebut terjadi
setiap bulan September dan pulih keadaan normal pada lewat musim semi atau awal
musim panas. Dalam bulan oktober 1987, 1989, 1990 dan 1991, lubang ozon yang
luas telah dilacak diseluruh Antartika dengan kenaikan 60 % pengurangan ozon
berbanding dengan permukaan lubang pra-ozon. pada bulan oktober 1991,
permukaan terendah atmosfer ozon yang pernah dicacat telah terjadi diseluruh
Antartika.

Adapun perjanjian Internasional yang mengatur pelarangan


penggunaan refrigeran yang mengandung klorin:
1975, dikhawatirkan aktivitas manusia akan mengancam lapis
an ozon. Oleh
karena itu atas permintaan United Nations Environment Prog

ramme (UNEP),WMO memulai Penyelidikan Ozon Global dan


Proyek Pemantauan untuk mengkoordinasi pemantauan dan p
enyelidikan ozon dalam jangka panjang.
Semua data dari tapak pemantauan di seluruh dunia diantark
an ke Pusat Data Ozon Dunia di Toronto, Kanada, yang tersedi
a kepada masyarakat ilmiah internasional.
1977, pertemuan pakar UNEP mengambil tindakan Rencana D
unia terhadap keadaan lapisan ozon
1987, ditandatangani Protokol Montreal, suatu perjanjian untu
k perlindungan terhadap lapisan ozon. Protokol ini kemudian d
iratifikasi oleh 36 negara termasuk Amerika Serikat.
1990 Pelarangan total terhadap penggunaan CFC sejak diusul
kan oleh Komunitas Eropa (sekarang Uni Eropa) pada tahun 1
989, yang juga disetujui oleh Presiden AS George Bush.
1991 Untuk memonitor berkurangnya ozon secara global, Nati
onal Aeronautics and Space Administration (NASA) meluncurk
an Satelit Peneliti
Atmosfer. Satelit dengan berat 7 ton ini mengorbit pada ketin
ggian 600 km (372 mil) untuk mengukur variasi ozon pada ber
bagai ketinggian dan
menyediakan gambaran jelas pertama tentang kimiawi atmos
fer di atas.
1995, lebih dari 100 negara setuju untuk secara bertahap me
nghentikan produksi
pestisida metil bromida di negaranegara maju. Bahan ini
diperkirakan dapat menyebabkan pengurangan lapisan ozon h
ingga 15 persen pada tahun 2000.
1995, CFC tidak diproduksi lagi di negara maju pada akhir tah
un dan dihentikan
secara bertahap di negara berkembang hingga tahun 2010.
Hidrofluorokarbon atau HCFC, yang lebih sedikit menyebabka
n kerusakan lapisan ozon bila dibandingkan CFC, digunakan s
ementara sebagai pengganti CFC

SOAL HITUNGAN
1.) Diketahui:

Qtotal=80 W
T kond=50 C
T evap=10 C
T superheat =5 C
T subcool=5 C
is =0.97

Ditanya: Perbedaan ukuran kompresor dari aspek rasio kompresi


dan displasemen volumeterik kompresi ( ) dengan
menggunakan instalasi pendingin R-22 dan R-290?

Penyelesaian:
Dengan refrigeran R-22:

Gambar 1. Siklus pendingin rancangan pada refrigeran R-22

Dari diagram diatas, dapat diketahui nilai temperatur, tekanan, entalpi dan massa
jenis refrigerant pada setiap titik. Berikut adalah tabel untuk titik-titik tersebut:
Titik

Temperatur

Tekanan

Entalpi

Massa Jenis

(C)
(kPa)
(kJ/kg)
(kg/m3)
1
-10
6981.2
417.8
0.035
2
50
19728.5
437.6
0.0126
2s
48.2
19728.5
419.4
0.0123
3
45
19728.5
231.2
0.0123
4
-10
6981.2
231.2
0.0031
Untuk mendapatkan efek refrigerasi sesuai perencanaan, maka beberapa syarat
yang harus dipenuhi diantaranya:
Efek refrigerasi dari titik 4 ke titik 1 ( h e ):
h e=h1h 4=417.8231.2=186.6

kJ
kg

r ):
Laju aliran massa refrigeran ( m
r=
m

q evap 0.08
kg
=
=0.000428
h e 186.6
s

Rasio kompresi:
P
19728.5
r kompr = high =
=2.82
P low 6981.2
Displasemen kompresor:
3

1=0.000428 0.035=1.49 105 m


v =m
s
Dengan Refrigeran R-290

Gambar 2. Siklus pendingin rancangan pada refrigeran R-290

Dari diagram diatas, dapat diketahui nilai temperatur, tekanan, entalpi dan massa
jenis refrigerant pada setiap titik. Berikut adalah tabel untuk titik-titik tersebut:
Titik

Temperatur

(C)
1
-10
2
50
2s
48.2
3
45
4
-10
Untuk mendapatkan efek refrigerasi
yang harus dipenuhi diantaranya:

Tekanan

Entalpi

Massa Jenis

(kPa)
(kJ/kg)
(kg/m3)
3428.1
564.32
0.14
18234.1
638.71
0.026
18234.1
623.45
0.025
18234.1
312.12
0.025
3428.1
312.12
0.05
sesuai perencanaan, maka beberapa syarat

Efek refrigerasi dari titik 4 ke titik 1 ( h e ):


h e=h1h 4=564.32312.12=252.2

kJ
kg

r ):
Laju aliran massa refrigeran ( m
r=
m

q evap 0.08
kg
=
=0.000317
h e 252.2
s

Rasio kompresi:
P
18234.1
r kompr = high =
=5.31
P low 3428.1
Displasemen kompresor:
3

1=0.000317 5.31=1.68 103 m


v =m
s

Dari perhitungan yang dilakukan diketahui bahwa pada penggunaan refrigeran


R-22 diperoleh rasio kompresi sebesar

sebesar

1.49 105

m3
s

dan displasemen volumetrik

. Sedangkan ketika menggunakan refrigeran R-290

diperoleh rasio kompresi sebesar

1.68 103

2.82

5.31 dan displasemen volumetrik sebesar

m
s

. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran

kompresor yang digunakan ketika menggunakan refrigeran R-290 harus lebih


besar dibandingkan ketika menggunakan refrigeran R-22. Hal ini dikarenakan
rasio kompresi dan displasemen volumetrik mempengaruhi dimensi, kinerja
dan efisiensi kompresor.

Anda mungkin juga menyukai